Anda di halaman 1dari 77

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Diaper rash atau ruam popok adalah iritasi atau peradangan kulit bayi yang
terjadi pada daerah yang tertutup popok yang disebabkan oleh gesekan popok
yang bersifat disposable (diapers), paparan urine dan feses ditandai dengan
kemerahan dan rasa gatal.
Hampir semua bayi pernah mengalami ruam atau lecet karena pemakaian
popok. Lokasi yang sering terkena adalah bagian pantat, sekitar kemaluan,
maupun paha. Bahkan, jika bakteri yang terdapat dalam urine bayi terurai menjadi
amonia, ruam ini bisa bertambah parah. Tentu saja keadaan ini sangat tidak
menyenangkan untuk bayi tersebut.
Angka kejadian masalah diaper rash atau ruam popok berbeda-beda di
setiap negara, bergantung pada kebersihan, pengetahuan orang tua (pengasuh)
tentang tata cara penggunaan popok dan dapat juga karena iklim di suatu negara.
Kimberly A Horii, MD (asisten profesor spesialis anak Universitas Misouri) dan
John Mersch, MD, FAAP menyebutkan bahwa 10-20% diaper rash atau ruam
popok dijumpai pada praktek spesialis anak di Amerika. Sedangkan prevalensi
pada bayi berkisar antara 7-35%, dengan angka terbanyak pada usia 9-12 bulan.
Sementara itu Rania Dib, MD menyebutkan bahwa ruam popok berkisar 4-35%
pada usia 2 tahun pertama.
Meskipun diaper rash atau ruam popok menyebabkan sakit dan sangat
mengganggu bayi, namun biasanya tidak berbahaya. Ruam popok umumnya
terjadi pada bayi dengan kulit yang lebih sensitif.
Jika diaper rash atau ruam popok disebabkan oleh popok yang basah atau
infeksi jamur, maka hanya dengan melepas popok dan membiarkan kulitnya
terkena angin sudah mampu menyembuhkan. Pastikan mengganti popok dengan
rutin, membasuh pantat bayi dan mengeringkannya sebelum memakaikan popok
yang baru. Bisa juga menggunakan krim khusus untuk membantu melindungi
iritasi pada kulit bayi akibat diaper rash atau ruam popok.

1
Sedangkan Impetigo secara klinis didefinisikan sebagai penyakit infeksi
menular pada kulit yang superfisial yaitu hanya menyerang epidermis kulit, yang
menyebabkan terbentuknya lepuhan-lepuhan kecil berisi nanah (pustula) seperti
tersundut rokok/api. Penyakit ini merupakan salah satu contoh pioderma yang
sering dijumpai di bagian Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Terdapat dua jenis
impetigo yaitu impetigo bulosa yang disebabakan oleh Stafilokokus aureus dan
non-bulosa yang disebabkan oleh Streptokokus β hemolitikus. Dasar infeksinya
adalah kurangnya hygiene dan terganggunya fungsi kulit.
Insiden impetigo ini terjadi hampir di seluruh dunia. Paling sering
mengenai usia 2-5 tahun, umumnya mengenai anak yang belum sekolah, namun
tidak menutup kemungkinan untuk semua umur dimana frekuensi laki-laki dan
wanita sama. Di Amerika Serikat, merupakan 10% dari masalah kulit yang
dijumpai pada klinik anak. Di Inggris kejadian impetigo pada anak sampai usia 4
tahun sebanyak 2,8% pertahun dan 1,6% pada anak usia 5-15 tahun. Impetigo
nonbullous atau impetigo krustosa meliputi kira-kira 70% dari semua kasus
impetigo. Kebanyakan kasus ditemukan di daerah tropis atau beriklim panas serta
pada negara-negara yang berkembang dengan tingkat ekonomi masyarakatnya
masih tergolong lemah atau miskin.
Tempat predileksi tersering pada wajah terutama sekitar mulut dan hidung,
pada ketiak, dada serta punggung. Gambaran klinisnya berupa vesikel, bula atau
pustul yang apabila pecah membentuk krusta tebal kekuningan seperti madu atau
berupa koleret di pinggirnya.
Terapi umumnya berupa medikamentosa dan non medikamentosa dengan
prinsip tetap menjaga kebersihan tubuh penderita agar tidak mudah terinfeksi
penyakit kulit. Prognosis umumnya baik. Impetigo umumnya sembuh tanpa
penyulit dalam 2 minggu apabila diobati secara teratur. Komplikasi berupa radang
ginjal pasca infeksi Streptococcus terjadi pada 1-5% pasien terutama usia 2-6
tahun dan hal ini tidak dipengaruhi oleh pengobatan antibiotik. Gejala berupa
bengkak dan kenaikan tekanan darah, pada sepertiga terdapat urine seperti warna
the. Keadaan ini umumnya sembuh secara spontan walaupun gejala-gejala tadi
muncul. Komplikasi lainnya yang jarang terjadi adalah infeksi tulang

2
(osteomielitis), radang paru-paru (pneumonia), selulitis, psoriasis, Staphylococcal
scalded skin syndrome, radang pembuluh limfe atau kelenjar getah bening.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana konsep teori diaper rash atau ruam popok?
2. Bagaimana konsep teori impetigo?
3. Bagaimana konsep asuhan keperawatan pada anak dengan diaper rash
atau ruam popok?
4. Bagaimana konsep asuhan keperawatan pada anak dengan impetigo?
5. Bagaimana asuhan keperawatan pada kasus anak dengan diaper rash
atau ruam popok?
6. Bagaimana asuhan keperawatan pada kasus anak dengan impetigo?

C. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan Umum
Mahasiswa dapat memahami konsep teori dan melaksanakan asuhan
keperawatan pada anak dengan diaper rash atau ruam popok dan
impertigo.
2. Tujuan khusus
a. Mengetahui teori diaper rash pada anak.
b. Mengetahui teori impetigo pada anak.
c. Mengetahui dan memahami konsep asuhan keperawatan pada anak
dengan diaper rash atau ruam popok.
d. Mengetahui dan memahami konsep asuhan keperawatan pada anak
dengan impetigo.
e. Memahami asuhan keperawatan pada kasus anak dengan diaper
rash.
f. Memahami asuhan keperawatan pada kasus anak dengan impetigo.

3
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. DIAPER RASH ATAU RUAM POPOK


1. Definisi
Diaper rash atau ruam popok adalah kelainan peradangan kulit yang
terjadi pada daerah yang tertutup oleh popok, umumnya terjadi pada
bayi atau anak-anak, (Juniriana, 2007).

Diaper rash atau ruam popok adalah infeksi kulit karena terkena
paparan urine dan feses yang terus menerus ditambah dengan gesekan
popok yang bersifat disposable (diapers), (Sholeh, 2008)

Diaper rash atau ruam popok adalah iritasi atau peradangan pada
bokong bayi yang ditandai dengan kemerahan dan gatal yang umum
terjadi bila bayi mengalami diare, (Andi, 2012)

Jadi dapat disimpulkan diaper rash atau ruam popok adalah iritasi atau
peradangan kulit bayi yang terjadi pada daerah yang tertutup popok
yang disebabkan oleh gesekan popok yang bersifat disposable (diapers),
paparan urine dan feses ditandai dengan kemerahan dan rasa gatal.

2. Etiologi
Ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya keadaan diaper rash
yaitu maserasi air, gesekan, urin, feses, perawatan kulit yang salah,
mikroorganisme, antibiotik dan diare.
a. Maserasi dengan air
Stratum korneum bertanggung jawab sebagai barrier air dari
epidermis, stratum korneum berisi sel-sel yang terus menerus
terkelupas dan akan diperbarui selama 12-24 hari. Matriks
ekstraseluler yang bersifat hidrofobik bertindak sebagai penghalang
air, mencegah hilangnya air dari tubuh, dan masuknya air ke dalam.

4
Sementara sel-sel hidrofilik dari stratum korneum menyediakan
perlindungan mekanis dari lingkungan eksternal secara berlapis.
Keadaan basah yang berlebihan memiliki beberapa efek terhadap
stratum korneum. Pertama, hal ini membuat permukaan kulit lebih
rapuh dan lebih sensitif terhadap gesekan. Kedua, hal ini
mengganggu fungsi penghalang (barrier) yang memungkinkan
peningkatan permeasi zat iritasi ke dalam lapisan sensitif di bawah
stratum korneum, dan menyebabkan lapisan ini terpapar akan udara
kering dan mikroorganisme yang berbahaya dari luar.

b. Kelembaban Kulit
Kelembaban yang berlebihan dikarenakan oleh penggunaan popok
yang bersifat menutup kulit, sehingga menghambat terjadinya
penyerapan dan menyebabkan kulit menjadi lembab, terjadi gesekan
antar kulit dan mudah iritasi

c. Gesekan
Gesekan antara kulit dan popok merupakan faktor penting terjadinya
diaper rash, hal ini dilihat dari frekuensi predileksi terjadinya erupsi
yaitu bagian permukaan dalam paha, permukaan cembung genitalia,
pantat dan pinggang. Gesekan mampu menembus startum korneum
dengan adanya maserasi.

d. Urine
Normalnya bayi yang baru lahir buang air lebih dari 20 kali dalam
24 jam. Frekuensi akan berkurang menjadi rata-rata tujuh kali dalam
24 jam pada usia 12 bulan. Selama bertahun-tahun amonia diyakini
yang diproduksi oleh bakteri dari urea dalam urin bayi, adalah
penyebab utama iritasi diaper rash namun hal ini tidak terbukti.

5
e. Suhu
Peningkatan suhu kulit juga faktor yang memperberat diaper rash.
Hal ini disebabkan oleh karena popok yang menghambat penyerapan
sehingga hilangnya panas juga berkurang.

f. Jamur dan Kuman


Beberapa mikroorganisme seperti jamur candida albicans dan
kuman/bakteri staphylococcus aureus merupakan faktor penting
yang berperan dalam timbulnya diaper rash. Hal ini disebabkan oleh
karena keadaan kulit yang basah dan lembab, serta pemakaian popok
yang berlangsung lama.

g. Feses
Feses pada bayi mengandung substansial jumlah protease dan lipase
pankreas yang diproduksi dalam usus oleh berbagai bakteri. Efek
iritasi dari enzim tersebut dapat meningkat oleh banyak faktor,
terutama pH tinggi. Salah satu faktor yang telah terbukti
mempengaruhi pH feses adalah makanan bayi, pH yang lebih tinggi
ditemukan dalam susu formula bayi sapi. Enzim urease diproduksi
oleh berbagai bakteri feses, dan memiliki efek meningkatkan pH bila
dicampur dengan air kencing. peningkatan pH meningkatkan
aktivitas lipase feses dan protease.

h. Perawatan kulit yang salah


Penggunaan sabun cair dan bedak pada area popok bayi yang
mengandung bahan kimia iritan dapat memicu terjadinya dermatitis
kontak iritan primer.

i. Antibiotik
Penggunaan antibiotik spektrum luas pada bayi untuk kondisi seperti
otitis media dan infeksi saluran pernafasan telah terbukti
menyebabkan peningkatan insiden iritan dermatitis popok.

6
j. Diare
Produksi tinja cair berhubungan dengan pemendekan waktu transit di
usus, dan feses tersebut mengandung jumlah yang lebih besar dari
sisa-sisa enzim pencernan.

3. Anatomi Fisiologi
Sistem Integumen

a. Epidermis (Kutilkula)
Epidermis merupakan lapisan terluar dari kulit, yang memiliki
struktur tipis dengan ketebalan sekitar 0,07 mm terdiri atas beberapa
lapisan, antara lain seperti berikut :

7
1) Stratum korneum yang disebut juga lapisan zat tanduk.
Letak lapisan ini berada paling luar dan merupakan kulit mati.
Jaringan epidermis ini disusun oleh 50 lapisan sel-sel mati, dan
akan mengalami pengelupasan secara perlahan-lahan, digantikan
dengan sel telur yang baru.

2) Stratum lusidum
Berfungsi melakukan “pengecatan” terhadap kulit dan
rambut.Semakin banyak melanin yang dihasilkan dari sel-sel ini,
maka warna kulit akan menjadi semakin gelap.

Selain memberikan warna pada kulit, melanin ini juga berfungsi


untuk melindungi sel-sel kulit dari sinar ultraviolet matahari
yang dapat membahayakan kulit. Walaupun sebenarnya dalam
jumlah yang tepat sinar ultraviolet ini bermanfaat untuk
mengubah lemak tertentu di kulit menjadi vitamin D, tetapi
dalam jumlah yang berlebihan sangat berbahaya bagi kulit.
Kadang-kadang seseorang menghindari sinar matahari di siang
hari yang terik, karena ingin menghindari sinar ultraviolet ini.
Hal ini disebabkan karena ternyata sinar ultraviolet ini dapat
membuat kulit semakin hitam. Berdasarkan riset, sinar
ultraviolet dapat merangsang pembentukan melanosit menjadi
lebih banyak untuk tujuan perlindungan terhadap kulit.
Sedangkan jika kita lihat seseorang mempunyai kulit kuning
langsat, ini disebabkan orang tersebut memiliki pigmen karoten.

3) Stratum granulosum
Menghasilkan pigmen warna kulit, yang disebut melamin.
Lapisan ini terdiri atas sel-sel hidup dan terletak pada bagian
paling bawah dari jaringan epidermis.

8
4) Stratum germinativum,
Sering dikatakan sebagai sel hidup karena lapisan ini merupakan
lapisan yang aktif membelah. Sel-selnya membelah ke arah luar
untuk membentuk sel-sel kulit teluar. Sel-sel yang baru
terbentuk akan mendorong sel-sel yang ada di atasnya
selanjutnya sel ini juga akan didorong dari bawah oleh sel yang
lebih baru lagi. Pada saat yang sama sel-sel lapisan paling luar
mengelupas dan gugur.

b. Dermis
Jaringan dermis memiliki struktur yang lebih rumit daripada
epidermis, yang terdiri atas banyak lapisan. Jaringan ini lebih tebal
daripada epidermis yaitu sekitar 2,5 mm. Dermis dibentuk oleh
serabut-serabut khusus yang membuatnya lentur, yang terdiri atas
kolagen, yaitu suatu jenis protein yang membentuk sekitar 30% dari
protein tubuh. Kolagen akan berangsur-angsur berkurang seiring
dengan bertambahnya usia. Itulah sebabnya seorang yang sudah tua
tekstur kulitnya kasar dan keriput. Lapisan dermis terletak di bawah
lapisan epidermis. Lapisan dermis terdiri atas bagian-bagian berikut.
Folikel rambut dan struktur sekitarnya.
1) Akar Rambut
Di sekitar akar rambut terdapat otot polos penegak rambut
(Musculus arektor pili), dan ujung saraf indra perasa nyeri.
Udara dingin akan membuat otot-otot ini berkontraksi dan
mengakibatkan rambut akan berdiri. Adanya saraf-saraf perasa
mengakibatkan rasa nyeri apabila rambut dicabut.

2) Pembuluh Darah
Pembuluh darah banyak terdapat di sekitar akar rambut. Melalui
pembuluh darah ini akar-akar rambut mendapatkan makanan,
sehingga rambut dapat tumbuh.

9
3) Kelenjar Minyak (glandula sebasea)
Kelenjar minyak terdapat di sekitar akar rambut. Adanya
kelenjar minyak ini dapat menjaga agar rambut tidak kering.

4) Kelenjar Keringat (glandula sudorifera)


Kelenjar keringat dapat menghasilkan keringat. Kelenjar
keringat berbentuk botol dan bermuara di dalam folikel rambut.
Bagian tubuh yang banyak terdapat kelenjar keringat adalah
bagian kepala, muka, sekitar hidung, dan lain-lain. Kelenjar
keringat tidak terdapat dalam kulit tapak tangan dan telapak
kaki.(Sukma)

5) Serabut Saraf
Pada lapisan dermis terdapat puting peraba yang merupakan
ujung akhir saraf sensoris. Ujung-ujung saraf tersebut
merupakan indera perasa panas, dingin, nyeri, dan sebagainya.
Jaringan dermis juga dapat menghasilkan zat feromon, yaitu
suatu zat yang memiliki bau khas pada seorang wanita maupun
laki-laki. Feromon ini dapat memikat lawan jenis Dermis (Kulit
Jangat)

4. Patofisiologi
Diaper rash atau ruam popok disebabkan dari kontak yang terlalu lama
terhadap kelembaban dan isi dari popok (urin dan feses). Iritan utama
dalam situasi ini adalah protease tinja dan lipase yang aktivitasnya
meningkat pesat dengan pH yang tinggi. Permukaan kulit yang asam
(pH netral atau rendah) sangat penting untuk pemeliharaan mikroflora
normal, yang memberikan perlindungan antimikroba bawaan terhadap
invasi oleh bakteri pathogen serta jamur. Lipase feses dan aktivitas
protease juga sangat meningkat dengan percepatan transit
gastrointestinal. Pemakaian popok menyebabkan peningkatan yang
signifikan pada kulit yang basah dan peningkatan tingkat pH.

10
Kelembaban yang berkepanjangan menyebabkan maserasi (pelunakan)
dari stratum korneum, luar, lapisan pelindung kulit, yang berhubungan
dengan gangguan luas lamel lipid antar sel. Lemahnya integritas fisik
membuat stratum korneum lebih rentan terhadap kerusakan oleh
gesekan dari permukaan popok dan iritasi local dimana pH normal kulit
yaitu antara 4,5 dan 5,5. Ketika urea dari urin dan tinja bercampuran,
urease dari urin akan rusak, sehingga mengurangi konsentrasi ion
hidrogen (peningkatan pH). Tingkat pH tinggi meningkatkan hidrasi
kulit dan membuat kulit lebih permeabel. Pada kehamilan penuh, kulit
bayi merupakan barrier yang efektif terhadap penyakit dan sama dengan
kulit orang dewasa berkaitan dengan permeabilitas. Namun,
kelembaban, kurangnya paparan udara, paparan asam atau iritan, dan
peningkatan gesekan kulit mulai memecah barrier kulit.

Prognosis pada diaper rash primer selalu memberikan respon terhadap


terapi, dan dalam jangka waktu panjang, akan membaik ketika popok
tidak lagi dipakai. Namun, pada beberapa anak-anak, erupsi pada
daerah popok menandakan tanda awal kerentanan terhadap kelainan
kulit kronik, khususnya psoriasis dan dermatitis atopik. Karena awal
dari dermatitis atopik sering muncul bersamaan dengan diaper rash
sehingga tidak bisa dibedakan, maka harus hati-hati dengan
memberikan prognosis yang baik kepada orang tua dari anak yang
mengalami kelainan kulit tersebut.

11
5. Pathway

Pemakaian
popok pada
daerah
pantat,
kemaluan,
paha.


Rasa ingin
buang air
kecil

Merangsang
hipotalamus

Tidak bisa
menahan
spinter

Buang air
kecil

Popok yang
basah
menimbulkan
bakteri

Urine
Gatal dan Reaksi
terurai ← → → Lecet
rubor menggaruk
ammonia
↓ ↓ ↓ ↙ ↘
Kerusakan
Resiko
Imobilitas Gangguan kulit/kulit
Nyeri tinggi
kulit rasa nyaman nampak
infeksi
melepuh

Kerusakan
integritas
kulit

12
6. Manifestasi Klinik
Umumnya terjadi pada minggu ketiga hingga minggu kedua belas,
namun dapat pula dialami oleh anak yang lebih tua dan orang dewasa
yang mengalami inkontinensia urin. Gambaran yang paling sering
dijumpai pada diaper rash ini berupa eritema yang meluas pada
permukaan kulit yang bersentuhan dengan popok (diaper), yakni
bokong, genital, perut bawah dan area pubis serta paha bagian atas.
Bagian yang lebih dalam dari lipatan kulit biasanya tidak mengalami
eritema. Sulit untuk dibedakan dengan dermatitis kontak alergi.

Gambar 1. Diaper rash primer, menunjukkan efek pada kulit yang


menonjol dan tidak mengenai lipatan kulit

Diaper rash sendiri dapat diakibatkan oleh beberapa keadaan, misalnya


pada infeksi S. Aureus memberikan manifestasi berupa impetigo bullosa
dengan gambaran vesikel yang tersebar dan bulla, Pada Infeksi
Streptococcus grup A muncul eritema perianal, disuria, gatal pada
vagina, dan inflamasi vulva. Apabila glans penis mengalami erupsi yang
berat, maka dapat timbul gejala retensi urin.

Beberapa varian dari diaper rash dapat terjadi, invasi sekunder oleh C.
Albicans apabila terjadi, memberikan gambaran eritem yang lebih
kemerahan, dan juga melibatkan area lipatan kulit. Pinggiran dari lesi
semakin jelas, sedikit bergerigi dan memiliki skuama pada pinggirnya.
Dalam area marginal, dapat juga ditemukan adanya pustul kecil dan juga
ditemukan pada daerah sekitar dari eritem yang memberikan gambaran
lesi satelit. Gambaran klinis ini dikaitkan dengan keterlibatan antara C.
Albicans dan feses.

13
Gambar 2. Candidiasis: Diaper rash Menunjukkan erosi, skuama pada
pinggir, dan lesi satelit
Jacquet erosive dermatitis merupakan bentuk terberat dari diaper rash
Kondisi ini dapat muncul ada diare, dengan gambaran klinis berupa
erosi, nodul eritem, ulkus dengan batas tegas dan pinggiran yang
meninggi. Milaria juga dapat muncul pada daerah dimana popok
menutup kelenjar ekrin kulit. Pada reaksi akut, eritem tampak mengkilap
dan juga kulit tampak terkelupas. Hipopigmentasi pasca inflamasi juga
dapat terjadi pada bayi yang memiliki banyak pigmen. Bentuk lain yang
juga dapat ditemui, area eritem dengan batas yang tegas namun memiliki
skuama psoariasiformis dikenal sebagai
napkin psoriasis.

Erupsi kulit terbatas hanya pada daerah yang tertutupi oleh popok, atau
mungkin juga menunjukkan daerah yang sering mengalami gesekan
dengan popok. Erupsi kulit dapat juga terlokalisir pada daerah lateral
dari paha atas, bokong, umumnya unilateral namun dapat juga bilateral
pada posisi perekat dari popok bersentuhan. Pola ini mungkin
menunjukkan diaper rash akibat efek iritasi, namun dapat juga
diakibatkan sensitisasi oleh bahan perekat itu sendiri.

7. Tanda dan Gejala


a. Iritasi pada kulit yang terkena muncul sebagai crytaema
b. Crupsi pada daerah kontak yang menonjol, seperti pantat, alat
kemaluan, perut bawah paha atas.
c. Keadaan lebih parah terdapat : crythamatosa.
d. Kulit kemerahan dan lecet. Kulit pada lipatan kaki lecet dan berbau
tajam.
e. Awal ruam biasanya timbul di daerah kelamin, bukan di dubur.
f. Beruntutan di daerah kelamin, pantat, dan pangkal paha.
g. Timbul lepuh-lepuh di seluruh daerah popok.

14
h. Bila penyakit telah berlangsung lebih dari 3 hari, daerah tersebut
sering terkolonisasi (ditumbuhi) oleh jamur, terutama jenis Candida
Albicans, sehingga kelainan kulit bertambah merah dan basah
i. Mudah terjadinya infeksi kuman, biasanya staphylococcus aureus
atau Sreptococcus beta hemolyticus sehingga kulit menjadi lebih
bengkak, serta di dapatkan nanah dan keropeng
j. Bayi menjadi rewel karena rasa nyeri.
8. Pemeriksaan Penunjang
a. Tes Rutin
Hitung darah lengkap dapat membantu terutama jika ada demam
atau diduga infeksi sekunder. Jika hasil tes ditemukan anemia
menandakan keadaan berkaitan dengan hepatosplenomegali dengan
kemungkinan diagnosis Histiositosis sel Langerhans atau sifilis
kongenital. Jika dicurigai sifilis kongenital, serologi yang relevan
harus dikirim bidang pemeriksaan mikroskopis gelap untuk
spirochetes dari setiap kerokan lesi bulosa yang dapat dilakukan.
1) Kultur dari lesi yang mengering serta infeksi yang sudah jelas
diindikasikan untuk tes sensitifitas antibiotik.
2) Pewarnaan Gram atau kultur bula karakteristik impetigo untuk
S. aureus dapat digunakan untuk mengkonfirmasi diagnosis ini.
Kultur rutin menunjukkan infeksi polimikrobial (misalnya,
streptokokus, Enterobacteriaceae, dan anaerob) dalam hampir
satu setengah dari kasus.
3) Kerokan Kalium hidroksida (KOH) dari lesi pustul dapat
menunjukkan pseudohyphae dalam kasus dugaan kandidiasis.
4) Jika ditemukan tungau dapat didiagnosa skabies.

b. Tes Lain
1) Tingkat Serum zinc kurang dari 50 mcg/dL dapat mendiagnosa
enteropathica acrodermatitis.
2) Biopsi kulit dapat dilakukan untuk membantu membedakan
granuloma gluteal infantum dari proses granulomatosa dan

15
neoplastik. Histopatologi: granuloma gluteal infantum nampak
infiltrasi inflamasi yang terdiri dari neutrofil, limfosit, histiosit,
sel plasma, sel raksasa kadang-kadang, dan eosinofil, kadang-
kadang dengan peningkatan jumlah kapiler. Pemeriksaan
granuloma gluteal menggunakan mikroskop elektron
mengungkapkan 3 jenis sel raksasa: di tipe pertama, sel-sel ini
secara luas terjadi pembesaran retikulum endoplasma; jenis
kedua, sel-sel memfagositosis eritrosit; dan dalam jenis ketiga,
sel-sel memiliki vesikula dan butiran dan mirip dengan histiosit.

9. Penatalaksanaan
a. Pencegahan
1) Gantilah popok segera setelah anak kencing atau berak. Hal ini
mencegah lembab pada kulit. Janganlah memakai popok dengan
ketat khususnya sepanjang malam hari. Gunakan popok dengan
longgar sehingga bagian yang basah dan terkena tinja tidak
menggesek kulit lebih luas. Bersihkan dengan lembut daerah
popok dengan air. Anda tidak perlu menggunakan sabun setiap
kali mengganti popok atau setiap kali buang air besar. (Bayi
yang mendapat ASI dapat BAB sebanyak 8 kali per hari).
Gunakan sabun hanya bila tinja tidak mudah keluar.
2) Jangan menggunakan bedak bayi atau talk karena dapat
menyebabkan masalah dengan pernapasan pada bayi anda.
3) Hindari selalu membersihkan dengan usapan yang dapat
mengeringkan kulit. Alkohol atau parfum pada produk tersebut
dapat mengiritasi kulit bayi.

b. Penanganan
1) Gantilah popok yang telah penuh sesering mungkin
2) Gunakan air bersih untuk membersihkan area popok setiap kali
mengganti popok. Gunakan air mengalir sehingga anda dapat
membersihkandan membilas tanpa tidak perlu menggosok.

16
3) Tepuk sehingga kering; jangan menggosok. Biarkan area di
udara terbuka sehingga benar-benar kering
4) Gunakan tipis-tipis ointment atau krim pelindung (seperti yang
mengandung zinx ixide atau petrolatum) untuk membentuk
lapisan pelindung pada kulit. Salep ini biasanya tebal dan
lengket dan tidak hilang, seluruhnya pada penggantian popok
berikutnya. Perlu diingat garukan keras atau gosokan kuat hanya
akan lebih memperberat kerusakan kulit.

c. Pengobatan
1) Konsultasikan dengan dokter anda bila ruam:
a) Melepuh atau terdapat nanah
b) Tidak hilang dalam waktu 48 sampai 72 jam
c) Menjadi lebih berat
2) Gunakan krim yang mengandung steroid hanya bila dokter anda
merekomendasikan. Krim tersebut jarang diperlukan dan
mungkin berbahaya.

10. Komplikasi
Jika tidak diobati atau diabaikan maka dapat terjadi:
a. Disuria, yaitu rasa sakit yang timbul saat buang air kecil
b. Retensio urine, yaitu tidak bisa buang air kecil. Hal ini biasanya
terjadi karena adanya rasa sakit, maka anak akan menahan
keinginannya untuk buang air kecil.

11. Perencanaan Pulang


Pertumbuhan dan perkembangan serta perubahan kebutuhan bayi,
selalu menjadi tanggung jawab orang tua dalam memenuhinya dengan
mengikuti aturan dan gambaran yang diberikan selama perawatan di
Rumah Sakit dan perawatan lanjutan dirumah.
Faktor yang harus disampaikan agar ibu dapat melakukan tindakan
yang terbaik dalam perawatan bayi Ruam popok, yaitu :

17
a. Anjurkan ibu mengungkapkan atau melapor bila bayi mengalami
ruam kembali akibat penggunaan popok.
b. Menasehatkan pada ibu untuk mempertimbangkan pemakaian popok
secara terus-menerus, kalau bisa melepas popok dan membiarkan
kulitnya terkena angin, untuk beberapa saat untuk mengeringkan
ruam popok
c. Mengajarkan tentang Tips untuk menghindari ruam popok, yaitu :
1) Sering-seringlah mengganti popok. Jangan biarkan popok yang
sudah basah karena menampung banyak urin berlama-lama
dipakai bayi. Kontak yang lama antara urin atau tinja dengan
kulit bayi dapat menimbulkan ruam popok.
2) Saat membersihkan bayi, tepuk daerah yang biasa ditutupi
popok (bokong, paha, selangkangan, dan daerah genital bayi)
secara perlahan dengan handuk bersih. Usahakan menghindari
menggosok-gosok dengan keras daerah tersebut.
3) Sesekali biarkan bokong bayi terbuka (tidak memasang popok)
selama beberapa saat. Tindakan ini mungkin berguna menjaga
daerah popok tetap kering dan bersih.
4) Hati-hati dalam memilih popok, karena beberapa jenis bahan
popok dapat merangsang ruam popok. Jika hal itu terjadi,
gantilah popok merk lain yang lebih cocok.
5) Jika bayi anda memakai popok kain yang digunakan berulang
kali, cucilah popok kain tersebut dengan deterjen yang
formulanya tidak terlalu keras. Hindari memakai pelembut,
karena pewangi dalam pelembut tersebut dapat mengiritasi kulit
bayi. Pastikan untuk membilas popok dengan baik agar deterjen
tidak tertinggal di dalam popok.
6) Hindari memasang popok terlalu kuat. Usahakan ada ruang
antara popok dengan kulit bayi.
7) Gunakan popok kain dari bahan katun yang lembut.
8) Jangan terlalu ketat memakakan diaper, agar kulit bayi tidak
tergesek.

18
9) Bila diaper penuh, sudah menggelembung atau menggantung,
segera ganti dengan yang baru.
10) Hindari pemakaian diaper yang terlalu sering (bahkan saat
bepergian).
11) Jangan ada sisa urine/kotoran saat membersihkan bayi, karena
kulit yang tidak bersih sangat mudah mengalami ruam popok.
12) Jangan menggunakan sabun bila kulit bayi yang tertutup diaper
merah dan kasar.

19
B. IMPETIGO
1. Definisi
Impetigo secara klinis didefinisikan sebagai penyakit infeksi menular
pada kulit yang superfisial yaitu hanya menyerang epidermis kulit, yang
menyebabkan terbentuknya lepuhan-lepuhan kecil berisi nanah (pustula)
seperti tersundut rokok/api. Penyakit ini merupakan salah satu contoh
pioderma yang sering dijumpai di bagian Ilmu Penyakit Kulit dan
Kelamin. Terdapat dua jenis impetigo yaitu impetigo bulosa yang
disebabakan oleh Stafilokokus aureus dan non-bulosa yang disebabkan
oleh Streptokokus β hemolitikus.

Impetigo bulosa dikenal sebagai impetigo vesikulo-bulosa atau cacar


monyet (Djuanda, 56-57:2005). Sedangkan Impetigo krustosa dikenal
sebagai impetigo kontangiosa, impetigo vulgaris, atau impetigo Tillbury
Fox.

Dasar infeksi impetigo adalah kurangnya hygiene dan terganggunya


fungsi kulit. Impetigo biasanya juga mengikuti trauma superficial dengan
robekan kulit dan paling sering merupakan penyakit penyerta (secondary
infection) dari Pediculosis, Skabies, Infeksi jamur, dan pada insect bites
(Beheshti, 2:2007).

2. Klasifikasi
a. Bullous Impetigo (dengan gelembung berisi cairan)
Impetigo jenis ini utamanya menyerang bayi dan anak di bawah usia 2
tahun. Namun ada pendapat lain yang mengatakan bahwa Impetigo
bulosa terdapat pada anak dan juga pada orang dewasa, paling sering
muncul di ketiak, dada, dan punggung. Kelainan kulit berupa eritema,
vesikel, dan bula. Kadang-kadang waktu penderita datang berobat,
vesikel atau bula telah pecah. Impetigo ini meski tak terasa sakit, tapi
menyebabkan kulit melepuh berisi cairan. Bagian tubuh yang diserang
seringkali badan, lengan dan kaki. Kulit di sekitar luka biasanya

20
berwarna merah dan gatal tapi tak terasa sakit. Luka akibat infeksi ini
dapat berubah menjadi koreng dan sembuhnya lebih lama ketimbang
serangan impetigo jenis lain.

b. Impetigo Contagiosa (tanpa gelembung cairan, dengan


krusta/keropeng/koreng)
Impetigo krustosa hanya terdapat pada anak-anak, paling sering
muncul di muka, yaitu di sekitar hidung dan mulut. Kelainan kulit
berupa eritema dan vesikel yang cepat memecah sehingga penderita
datang berobat yang terlihat adalah krusta tebal berwarna kuning
seperti madu. Jika dilepaskan tampak erosi dibawahnya. Jenis ini
biasanya berawal dari luka warna merah pada wajah anak, dan paling
sering di sekitar hidung dan mulut. Luka ini cepat pecah, berair dan
bernanah, yang akhirnya membentuk kulit kering berwarna
kecoklatan. Bekas impetigo ini bisa hilang dan tak menyebabkan kulit
seperti parut. Luka ini bisa saja terasa gatal tapi tak terasa sakit.
Impetigo jenis ini juga jarang menimbulkan demam pada anak, tapi
ada kemungkinan menyebabkan pembengkakan kelenjar getah bening
pada area yang terinfeksi. Dan karena impetigo sangat mudah
menular, makanya jangan menyentuh atau menggaruk luka karena
dapat menyebarkan infeksi ke bagian tubuh lainnya.

21
3. Etiologi
Impetigo disebabkan oleh Staphylococcus aureus atau Group A Beta
Hemolitik Streptococcus (Streptococcus pyogenes). Staphylococcus
merupakan pathogen primer pada impetigo bulosa dan ecthyma
(Beheshti, 2:2007).

Staphylococcus merupakan bakteri sel gram positif dengan ukuran 1 µm,


berbentuk bulat, biasanya tersusun dalam bentuk kluster yang tidak
teratur, kokus tunggal, berpasangan, tetrad, dan berbentuk rantai juga
bisa didapatkan. Staphylococcus dapat menyebabkan penyakit berkat
kemampuannya mengadakan pembelahan dan menyebar luas ke dalam
jaringan dan melalui produksi beberapa bahan ekstraseluler. Beberapa
dari bahan tersebut adalah enzim dan yang lain berupa toksin meskipun
fungsinya adalah sebagai enzim. Staphylococcus dapat menghasilkan
katalase, koagulase, hyaluronidase, eksotoksin, lekosidin, toksin
eksfoliatif, toksik sindrom syok toksik, dan enterotoksin. (Brooks,
317:2005).

Streptococcus merupakan bakteri gram positif berbentuk bulat, yang


mempunyai karakteristik dapat berbentuk pasangan atau rantai selama
pertumbuhannya. Lebih dari 20 produk ekstraseluler yang antigenic
termasuk dalam grup A, (Streptococcus pyogenes) diantaranya adalah
Streptokinase, streptodornase, hyaluronidase, eksotoksin pirogenik,
disphosphopyridine nucleotidase, dan hemolisin (Brooks, 332:2005).

4. Anatomi Fisiologi
a. Epidermis (Kutilkula)
Epidermis merupakan lapisan terluar dari kulit, yang memiliki struktur
tipis dengan ketebalan sekitar 0,07 mm terdiri atas beberapa lapisan,
antara lain seperti berikut :

22
1) Stratum korneum yang disebut juga lapisan zat tanduk.
Letak lapisan ini berada paling luar dan merupakan kulit mati.
Jaringan epidermis ini disusun oleh 50 lapisan sel-sel mati, dan
akan mengalami pengelupasan secara perlahan-lahan, digantikan
dengan sel telur yang baru.

2) Stratum lusidum
Berfungsi melakukan “pengecatan” terhadap kulit dan rambut.
Semakin banyak melanin yang dihasilkan dari sel-sel ini, maka
warna kulit akan menjadi semakin gelap.

3) Selain memberikan warna pada kulit, melanin ini juga berfungsi


untuk melindungi sel-sel kulit dari sinar ultraviolet matahari yang
dapat membahayakan kulit. Walaupun sebenarnya dalam jumlah
yang tepat sinar ultraviolet ini bermanfaat untuk mengubah
lemaktertentu di kulit menjadi vitamin D, tetapi dalam jumlah
yang berlebihan sangat berbahaya bagi kulit. Kadang-kadang
seseorang menghindari sinar matahari di siang hari yang terik,
karena ingin menghindari sinar ultraviolet ini. Hal ini disebabkan
karena ternyata sinar ultraviolet ini dapat membuat kulit semakin
hitam. Berdasarkan riset, sinar ultraviolet dapat merangsang
pembentukan melanosit menjadi lebih banyak untuk tujuan
perlindungan terhadap kulit. Sedangkan jika kita lihat seseorang

23
mempunyai kulit kuning langsat, ini disebabkan orang tersebut
memiliki pigmen karoten.

4) Stratum granulosum
Menghasilkan pigmen warna kulit, yang disebut melamin.
Lapisan ini terdiri atas sel-sel hidup dan terletak pada bagian
paling bawah dari jaringan epidermis.

5) Stratum germinativum,
Sering dikatakan sebagai sel hidup karena lapisan ini merupakan
lapisan yang aktif membelah. Sel-selnya membelah ke arah luar
untuk membentuk sel-sel kulit teluar. Sel-sel yang baru terbentuk
akan mendorong sel-sel yang ada di atasnya selanjutnya sel ini
juga akan didorong dari bawah oleh sel yang lebih baru lagi. Pada
saat yang sama sel-sel lapisan paling luar mengelupas dan gugur.

5. Patofisiologi
Infeksi Staphylococcus aureus atau Group A Beta Hemolitik
Streptococcus dimana kita ketahui bakteri-bakteri tersebut dapat
menyebabkan penyakit berkat kemampuannya mengadakan pembelahan
dan menyebar luas ke dalam jaringan dan melalui produksi beberapa
bahan ekstraseluler. Beberapa dari bahan tersebut adalah enzim dan yang
lain berupa toksin meskipun fungsinya adalah sebagai enzim.
Staphylococcus dapat menghasilkan katalase, koagulase, hyaluronidase,
eksotoksin, lekosidin, toksin eksfoliatif, toksik sindrom syok toksik, dan
enterotoksin. Bakteri staph menghasilkan racun yang dapat menyebabkan
impetigo menyebar ke area lainnya. Toxin ini menyerang protein yang
membantu mengikat sel-sel kulit. Ketika protein ini rusak, bakteri akan
sangat cepat menyebar. Enzim yang dikeluarkan oleh Stap akan merusak
struktur kulit dan adnya rasa gatal dapat menyebabkan terbentuknya lesi
pada kulit.

24
Rasa gatal dengan lesi awal berupa makula eritematosa berukuran 1-2
mm, kemudian berubah menjadi bula atau vesikel. Pada Impetigo
contagiosa Awalnya berupa warna kemerahan pada kulit (makula) atau
papul (penonjolan padat dengan diameter <0,5cm) yang berukuran 2-5
mm. Lesi papul segera menjadi vesikel atau pustul (papula yang
berwarna keruh/mengandung nanah/pus) yang mudah pecah dan menjadi
papul dengan keropeng/koreng berwarna kunig madu dan lengket yang
berukuran <2cm dengan kemerahan minimal atau tidak ada kemerahan
disekelilingnya, sekret seropurulen kuning kecoklatan yang kemudian
mengering membentuk krusta yang berlapis-lapis. Krusta mudah
dilepaskan, di bawah krusta terdapat daerah erosif yang mengeluarkan
sekret, sehingga krusta akan kembali menebal. Sering krusta menyebar
ke perifer dan menyembuh di bagian tengah. Kemudian pada Bullous
impetigo bula yang timbul secara tiba tiba pada kulit yang sehat dari plak
(penonjolan datar di atas permukaan kulit) merah, berdiameter 1-5cm,
pada daerah dalam dari alat gerak (daerah ekstensor), bervariasi dari
miliar sampai lentikular dengan dinding yang tebal, dapat bertahan
selama 2 sampai 3 hari. Bila pecah, dapat menimbulkan krusta yang
berwarna coklat, datar dan tipis.

25
6. Pathway

Faktor Predisposisi
↓ ↓ ↓
Kontak
dengan
Hygiene Buruk Malnutrisi
Penderita
Impetigo
↓ ↓ ↓
Invasi Bakteri Imun
Progenik Staphylococcus Menurun
↓ ↓ ↓
Bakteri
Pengobatan Terdapat pada
Staphylococus
tidak tuntas makanan
masuk
↓ ↓ ↓
Bakteri
Bakteri
Dimakan oleh anak bertemu
bermutasi
Leukosit
↓ ↓ ↓
Masuk ke
Bakteri menempel Leukosit
pembuluh
pada mukosa mulut kalah
darah
↓ ↓ ↓
Tersaring di Menimbulkan Muncul
glomerulus Vesikel Nanah
↓ ↓ ↓
Makula yang
Terjadi terus
rupture menjadi Resiko Infeksi
menerus
krusta (koreng)
↓ ↓ ↓

Komplikasi: Respon
Respon Inflamasi
Peradangan Inflamasi
lokal
ginjal Sistemik

↙ ↘ ↓
Kerusakan Kerusakan
Suhu tubuh
syaraf Integritas
Meningkat
perifer Jaringan
↓ ↓ ↓
Kerusakan
Nyeri Integritas Hipertermia
Kulit

26
7. Manifestasi Klinik
a. Impetigo Bulos
Tempat predileksi tersering pada impetigo bulosa adalah di ketiak,
dada, punggung. Sering bersama-sama dengan miliaria. Terdapat pada
anak dan dewasa. Kelainan kulit berupa vesikel (gelembung berisi
cairan dengan diameter 0,5cm) kurang dari 1 cm pada kulit yang utuh,
dengan kulit sekitar normal atau kemerahan. Pada awalnya vesikel
berisi cairan yang jernih yang berubah menjadi berwarna keruh. Atap
dari bulla pecah dan meninggalkan gambaran “collarette” pada
pinggirnya. Krusta “varnishlike” terbentuk pada bagian tengah yang
jika disingkirkan memperlihatkan dasar yang merah dan basah. Bulla
yang utuh jarang ditemukan karena sangat rapuh (Yayasan Orang Tua
Peduli, 1:2008).

Bila impetigo menyertai kelainan kulit lainnya maka, kelainan itu


dapat menyertai dermatitis atopi, varisela, gigitan binatang dan lain-
lain. Lesi dapat lokal atau tersebar, seringkali di wajah atau tempat
lain, seperti tempat yang lembab, lipatan kulit, ketiak atau lipatan
leher. Tidak ada pembengkakan kelenjar getah bening di dekat lesi.
(Yayasan Orang Tua Peduli, 1:2008). Pada bayi, lesi yang luas dapat
disertai dengan gejala demam, lemah, diare. Jarang sekali disetai
dengan radang paru, infeksi sendi atau tulang. (Yayasan Orang Tua
Peduli, 1:2008).
Pada bayi, impetigo vesikobulosa sering ditemukan di daerah
selangkangan, ekstremitas, dada, punggung, dan daerah yang tidak
tertutup pakaian. Pada anak dan dewasa, tempat predileksi tersering
pada impetigo bulosa adalah di ketiak, dada, punggung dan sering
bersama-sama dengan miliaria (Siregar, 2005).

b. Impetigo Krustosa
Tempat predileksi tersering pada impetigo krustosa adalah di wajah,
terutama sekitar lubang hidung dan mulut, karena dianggap sumber

27
infeksi dari daerah tersebut. Tempat lain yang mungkin terkena, yaitu
anggota gerak (kecuali telapak tangan dan kaki), dan badan, tetapi
umumnya terbatas, walaupun penyebaran luas dapat terjadi
(Boediardja, 2005; Djuanda, 2005).

Biasanya mengenai anak yang belum sekolah. Gatal dan rasa tidak
nyaman dapat terjadi, tetapi tidak disertai gejala konstitusi.
Pembesaran kelenjar limfe regional lebih sering disebabkan oleh
Streptococcus.

Kelainan kulit didahului oleh makula eritematus kecil, sekitar 1-2 mm.
Kemudian segera terbentuk vesikel atau pustule yang mudah pecah
dan meninggalkan erosi. Cairan serosa dan purulen akan membentuk
krusta tebal berwarna kekuningan yang memberi gambaran
karakteristik seperti madu (honey colour). Lesi akan melebar sampai
1-2 cm, disertai lesi satelit disekitarnya. Lesi tersebut akan bergabung
membentuk daerah krustasi yang lebar. Eksudat dengan mudah
menyebar secara autoinokulasi (Boediardja, 2005).

8. Pemeriksaan Penunjang
a. Pewarnaan Gram: terdapat bakteri S. Aureus, tampak kuman coccus
berkelompok seperti anggur, berwarna kebiruan yang menandakan
bakteri gram positif.
b. Kultur cairan: adanya Staphylococcus beta hemolyticus grup A
c. Histopatologi: tampak vesikel formasi subkorneum atau stratum
granulosum, sel akantolisis, edema papila dermis, serta infiltrat
limfosit dan neutrofil di sekitar pembuluh darah pada plexus
superfisial.
d. Uji sensitivitas antibiotik, untuk menentukan terapi antibiotik yang
sensitif untuk mengeradikasi bakteri penyebab infeksi.
e. Pengecatan kalium hidrokida (KOH), untuk menyingkirkan
kemungkinan infeksi jamur

28
f. Tzanck test, untuk menyingkirkan kemungkinan infeksi herpeks
simpleks (Harahap, 2000, Wollf et al., 2007; Buck, 2007).

9. Penatalaksanaan
Tindakan yang bisa dilakukan guna pencegahan impetigo diantaranya :
1. Cuci tangan segera dengan menggunakan air mengalir bila habis
kontak dengan pasien, terutama apabila terkena luka.
2. Jangan menggunakan pakaian yang sama dengan penderita
3. Bersihkan dan lakukan desinfektan pada mainan yang mungkin bisa
menularkan pada orang lain, setelah digunakan pasien
4. Mandi teratur dengan sabun dan air (sabun antiseptik dapat
digunakan, namun dapat mengiritasi pada sebagian kulit orang yang
kulit sensitif)
5. Higiene yang baik, mencakup cuci tangan teratur, menjaga kuku jari
tetap pendek dan bersih
6. Jauhkan diri dari orang dengan impetigo
7. Cuci pakaian, handuk dan sprei dari anak dengan impetigo terpisah
dari yang lainnya. Cuci dengan air panas dan keringkan di bawah
sinar matahari atau pengering yang panas. Mainan yang dipakai
dapat dicuci dengan disinfektan.
8. Gunakan sarung tangan saat mengoleskan antibiotik topikal di
tempat yang terinfeksi dan cuci tangan setelah itu. (Sumber:
Northern Kentucky Health Department, 1:2005).

Penanganan dini yang dapat dilakukan oleh ibu jika mendapati anaknya
dengan tanda dan gejala impetigo yaitu :
1. Rendam bagian kulit yang sakit dalam air sabun selama 15-20 menit.
Lakukan 2-3 kali sehari untuk melunturkan kerak pada kulit.
2. Gunakan sabun obat seperti Betadin. Anda dapat membelinya di
apotek. Gosoklah kulit sakit yang mengering.

29
3. Oleskan salep obat seperti polysporin pada kulit yang sakit. Lakukan
2-3 kali sehari setelah kerak pada kulit hilang. Anda dapat membeli
polysporin di apotek.
4. Tutup kulit yang sakit dengan perban yang bersih. Jangan biarkan
anak menyentuh atau menggaruknya.
5. Lakukan beberapa hal berikut iniuntuk menghentikan penyebaran
impetigo.
a. Cuci tangan Anda dengan sabun setelah menyentuh kulit anak
Anda yang sakit atau pakaian maupun handuknya.
b. Cuci tangan anak Anda sampai bersih. Potong pendek kuku
tangan anak Anda.
c. Jaga agar tangan anak Anda tidak menyentuh hidungnya.
d. Simpan pakaian, handuk, dan barang-barang anak Anda terpisah
dengan anggota keluarga yang lain. Cucilah dengan sabun dan
air panas.
6. Segera hubungi dokter jika:
a. Menurut Anda anak Anda terjangkit impetigo.
b. Kulit yang sakit semakin meluas.
c. Kulit yang sakit menjalar ke bagian tubuh yang lain.
d. Anak Anda tampak sakit.
e. Anak Anda mengalami pembengkakan atau sakit pada
persendian, termasuk siku dan lutut.

Ada pun terapi yang dapat diberikan dari segi perawatan yaitu :
1. Terapi nonmedikamentosa
a. Menghilangkan krusta dengan cara mandikan anak selama 20-30
menit, disertai mengelupaskan krusta dengan handuk basah
b. Mencegah anak untuk menggaruk daerah lecet. Dapat dengan
menutup daerah yang lecet dengan perban tahan air dan
memotong kuku anak
c. Lanjutkan pengobatan sampai semua luka lecet sembuh

30
d. Lakukan drainase pada bula dan pustule secara aseptic dengan
jarum suntik untuk mencegah penyebaran local
e. Dapat dilakukan kompres dengan menggunakan larutan NaCl
0,9% pada impetigo krustosa.
f. Lakukan pencegahan seperti yang disebutkan pada point XI di
bawah
2. Terapi medikamentosa
a. Terapi topikal
Pengobatan topikal sebelum memberikan salep antibiotik
sebaiknya krusta sedikit dilepaskan baru kemudian diberi salep
antibiotik. Pada pengobatan topikal impetigo bulosa bisa
dilakukan dengan pemberian antiseptik atau salap antibiotik
(Djuanda, 57:2005).
1) Antiseptik
Antiseptik yang dapat dijadikan pertimbangan dalam
pengobatan impetigo terutama yang telah dilakukan
penelitian di Indonesia khususnya Jember dengan
menggunakan Methicillin Resistant Staphylococcus Aureus
(MRSA) adalah triklosan 2%. Pada hasil penelitian
didapatkan jumlah koloni yang dapat tumbuh setelah kontak
dengan triklosan 2% selama 30”, 60”, 90”, dan 120” adalah
sebanyak 0 koloni (Suswati, 6:2003).
Sehingga dapat dikatakan bahwa triklosan 2% mampu
untuk mengendalikan penyebaran penyakit akibat infeksi
Staphylococcus aureus (Suswati, 6:2003).
2) Antibiotik Topikal
a) Mupirocin
Mupirocin topikal merupakan salah satu antibiotik yang
sudah mulai digunakan sejak tahun 1980an. Mupirocin
ini bekerja dengan menghambat sintesis RNA dan
protein dari bakteri. Penggunaan mupirocin topikal jauh
lebih unggul dalam mempercepat penyembuhan pasien

31
impetigo, meskipun pada awal kunjungan diketahui
lebih baik penggunaan eritromisin oral, namun pada
akhir terapi dan pada evaluasi diketahui jauh lebih baik
mupirocin topikal dibandingkan dengan eritromisin oral
dan penggunaan mupirocin topikal memiliki sedikit
failure (Goldfarb)
b) Fusidic Acid
Tahun 2002 telah dilakukan penelitian terhadap fusidic
acid yang dibandingkan dengan plasebo pada praktek
dokter umum yang diberikan pada pasien impetigo.
dapat dilihat bahwa penggunaan plasebo jauh lebih baik
dibandingkan dengan menggunakan fassidic acid.
c) Ratapamulin
Pada tanggal 17 April 2007 ratapamulin telah disetujui
oleh Food and Drug Administration (FDA) untuk
digunakan sebagai pengobatan impetigo. Namun bukan
untuk yang disebabkan oleh metisilin resisten ataupun
vankomisin resisten. Ratapamulin berikatan dengan
subunit 50S ribosom pada protein L3 dekat dengan
peptidil transferase yang pada akhirnya akan
menghambat protein sintesis dari bakteri (Buck,
1:2007).

Pada salah satu penelitian yang telah dilakukan pada


210 pasien impetigo yang berusia diantara 9 sampai 73
tahun dengan luas lesi tidak lebih dari 100 cm2 atau
>2% luas dari total luas badan. Kultur yang telah
dilakukan pada pasien tersebut didapatkan 82% dengan
infeksi Staphylococcus aureus. Pada pasien-pasien
tersebut diberi ratapamulin sebanyak 2 kali sehari
selama 5 hari terapi. Evaluasi dilakukan mulai hari ke
dua setelah hari terakhir terapi, dan didapatkan luas lesi

32
berkurang, lesi telah mengering, dan lesi benar-benar
telah membaik tanpa penggunaan terapi tambahan.
Pada 85,6% pasien dengan menggunakan ratapamulin
didapatkan perbaikan klinis dan hanya hanya 52,1%
pasien mengalami perbaikan klinis yang menggunakan
plasebo (Buck, 1:2007).
d) Dicloxacillin
Penggunaan dicloxacillin merupaka First line untuk
pengobatan impetigo, namun akhir-akhir ini
penggunaan dicloxacillin mulai tergeser oleh
penggunaan ratapamulin topikal karena diketahui
ratapamulin memiliki lebih sedikit efek samping bila
dibandingkan dengan dicloxacillin.
(Sumber: Primary Clinical Care Manual 2007)
b. Terapi sistemik
1) Penisilin dan semisintetiknya (pilih salah satu)
a) Penicillin G procaine injeksi
Dosis: 0,6-1,2 juta IU im 1-2 x sehari
Anak: 25.000-50.000 IU im 1-2 x sehari
b) Ampicillin
Dosis: 250-500 mg per dosis 4 x sehari
Anak: 7,5-25 mg/Kg/dosis4x sehari ac
c) Amoksicillin
Dosis: 250-500 mg / dosis 3 x sehari
Anak: 7,5-25 mg/Kg/dosis 3 x sehari ac
d) Cloxacillin (untuk Staphylococcus yang kebal
penicillin)
Dosis: 250-500 mg/ dosis, 4 x sehari ac
Anak: 10-25 mg/Kg/dosis 4 x sehari ac
e) Phenoxymethyl penicillin (penicillin V)
Dosis: 250-500 mg/dosis, 4 x sehari ac
Anak: 7,5-12,5 mg/Kg/dosis, 4 x sehari ac

33
2) Eritromisin (bila alergi penisilin)
Dosis: 250-500 mg/dosis, 4 x sehari pc
Anak: 12,5-50 mg/Kg/dosis, 4 x sehari pc
3) Clindamisin (alergi penisilin dan menderita saluran cerna)
Dosis: 150-300 mg/dosis, 3-4 x sehari
Anak > 1 bulan 8-20 mg/Kg/hari, 3-4 x sehari
10. Komplikasi
Sebenarnya impetigo tidaklah berbahaya, tapi kadang infeksi ini
menyebabkan komplikasi serius meski jarang terjadi, Impetigo biasanya
sembuh tanpa penyulit dalam 2 minggu walaupun tidak diobati.
Komplikasi berupa radang ginjal/Poststreptococcal glomerulonephritis
(PSGN) pasca infeksi Streptococcus terjadi pada 1-5% pasien terutama
usia 2-6 tahun dan hal ini tidak dipengaruhi oleh pengobatan antibiotic.
Gejala berupa bengkak dan kenaikan tekanan darah, pada sepertiga
terdapat urine seperti warna teh. Keadaan ini umumnya sembuh secara
spontan walaupun gejala-gejala tadi muncul (Yayasan Orang Tua Peduli,
4:2008).

Komplikasi lainnya yang jarang terjadi adalah infeksi tulang


(osteomielitis), radang paru-paru (pneumonia), selulitis (merupakan
infeksi serius yang menyerang jaringan di bawah kulit dan dapat
menyebar ke kelenjar getah bening serta memasuki aliran darah, Jika tak
ditangani, cellulitis dapat mengancam jiwa), psoriasis, Staphylococcal
scalded skin syndrome, radang pembuluh limfe atau kelenjar getah
bening (Yayasan Orang Tua Peduli, 4:2008) serta Infeksi methicillin-
resistant Staphylococcus aureus (MRSA), kulit parut berubah warna
terang atau gelap.

34
C. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN DIAPER RASH ATAU RUAM
POPOK
1. Pengkajian
Identitas pasien dan keluarga, pola sensori, pemeriksaan fisik (status
kesehatan umum, pemeriksaan head to toe, pemeriksaan penunjang),
pemeriksaan tanda-tanda vital dan riwayat penggunaan obat-obatan.
1. Umur. Ruam popok umumnya terjadi pada anak yang berusia
kurang dari dua tahun. Setelah berumur dua tahun ke atas, anak
jarang mengalami hal ini. Insiden terbanyak terjadi pada anak yang
berusia 9-12 bulan.
2. Pola kebersihan cenderung kurang, terutama pada daerah perineal,
bokong, dan perut bagian bawah. Apabila selesai BAB/BAK,
daerah pantat tidak dibersihkan dengan air sebelum diganti dengan
popok yang bersih. Selain itu, popok basah karena terkena urin atau
feses yang tidak segera diganti, bahkan sampai kering kembali akan
mempermudah terjadinya ruam popok.
3. Bayi sering menggunakan popok plastik yang kedap air atau
disposable, yang terbuat dari bahan sintesis,dalam waktu lama.
4. Perlu dikaji bagaimana cara ibu mencuci pakaian dan popok.
Apabila menggunakan popok disposible (misalnya : pempers)
harus diganti setiap beberapa jam. Pencucian yang tidak bersih
dapat menyebabkan terjadinya ruam popok karena deterjen
tertinggal pada pakaian.
5. Pada pemeriksaan daerah bokong terdapat bintik-bintik kemerahan
yang kadang-kadang berisi nanah. Demikian juga pada daerah
bawah perut.
6. Anamnesa faktor alergi. Kemungkinan anak sensitif terhadap
detergen/sabun cuci yang digunakan atau alergi terhadap popok
disposible.
7. Aktivitas/ istrahat
Gejala : kelemahan umum
Tanda : penurunan aktifitas

35
8. Sirkulasi.
Gejala : baik
9. Eliminasi.
Gejala : Oliguri
Tanda : Penurunan frekuensi BAK akibat bayi menahan
keinginanya untuk BAK akibat nyeri yang di rasakan
10. Makanan/cairan.
Gejala : ada keinginan untuk makan
Tanda : tidak ada penurunan BB
11. Nyeri/Kenyamanan
Gejala : nyeri pada area pemakaian popok, Nampak kemerahan dan
iritasi, lecet
Tanda : Tingkah laku gelisah dan rewel
12. Pernapasan
Gejala : pernapasan baik
13. Dampak hospitalisasi bagi orang tua
Gejala : kecemasan
Tanda : khawatir dengan keadaan klien.

2. Analisa Data

No Masalah
Data Etiologi
. Keperawatan
1. Ds : Buang air kecil Nyeri
Ibu klien ↓
mengatakan Popok yang basah
anaknya rewel menimbulkan bakteri
dan sering ↓
menangis Gatal dan rubor
Do :
-Klien Nampak Reaksi menggaruk
rewel,gelisah ↓

36
-Area pemakain Lecet
popok Nampak ↓
kemerahan,lecet Nyeri

2. Ds : Buang air kecil Kerusakan


Ibu klien ↓ integritas
menyatakan pada Popok yang basah kulit
area popok menimbulkan bakteri
anaknya lecet ↓
Do : Gatal dan rubor
Nampak ↓
Destruksi Reaksi menggaruk
jaringan,lecet,Na ↓
mpak kerusakan Kerusakan kulit/kulit
permukaan kulit nampak melepuh

Gangguan integritas kulit
3. Ds : - Buang air kecil Resiko tinggi
↓ infeksi
Do : Popok yang basah
-Nanpak iritasi menimbulkan bakteri
karena air seni ↓
-Ibu klien nampak Gatal dan rubor
tidak menjaga ↓
hygiene Reaksi menggaruk
Area popok ↓
Lecet

Resiko tinggi infeksi

37
3. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri berhubungan dengan lecet, perlukaan pada area pemakaian
popok di tandai dengan kulit bercak-barcak kemerahan
b. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan gejala terkait penyakit
c. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan destruksi jaringan,
kerusakan permukaan kulit di tandai dengan kulit nampak melepuh
d. Resiko infeksi berhubungan dengan kurangnya menjaga hygiene
e. Imobilitas berhubungan dengan decubitus

4. Intervensi Keperawatan

Diagnosa
Tujuan Intervensi Rasional
Keperawatan
1 Tujuan : 1. Lakukan pengkajian 1. Mengevaluasi
Nyeri Nyeri dapat nyeri komprehensif dearajat
berhubungan teratasi yang meliputi ketidaknyaman
dengan lecet, Kriteria Hasil : lokasi, karakteristik, an dan untuk
perlukaan pada 1. Nyeri durasi, frekuensi, menentukan
area berkurang/terk kualitas dan perawatan yang
pemakaian ontrol intensitas nyeri serta tepat
popok di 2. Ekspresi faktor pencetus
tandai dengan wajah rileks.
kulit bercak-
barcak 2. Observasi reaksi 2. Mempertahank
kemerahan nonverbal dari an keamanan
ketidaknyamanan dan
kenyamanan
3. Berikan informasi 3. Mengikutsertak
kepada keluarga an keluarga
mengenai nyeri dalam
memberikan
kenyamanan

38
4. Kurangi faktor yang 4. Mencegah
dapat mencetuskan terjadinya
atau meningkatkan trauma
nyeri

5. Pastikan ibu 5. Menghindari


mengganti permukaan
popoknya secara kulit yang
rutin lembab atau
basah

6. Berikan tempat 6. Peninggian


tidur ayunan secara linen dari luka
indikasi membantu
menurunkan
nyeri
7. Basuh pantat bayi 7. Untuk
dan mencegah
mengeringkanya terjadinya
iritasi pada
kulit bayi
8. Lepas popok dan 8. Mempercepat
membiarkan penyembuhan
kulitnya terkena ruam popok
angina
2 Tujuan : 1. Tentukan penyebab 1. Mengetahui
Gangguan Status dari terjadinya penyebab
rasa kenyamanan fisik pruritus ketidaknyaman
nyaman terpenuhi an
berhubunga 2. Lakukan 2. Mengidentifika
n dengan Kriteria Hasil: pemeriksaan fisik si terjadinya
gejala 1. Control kerusakan kulit
terkait terhadap 3. Berikan kompres 3. Mengurangi

39
penyakit gejala dingin iritasi
2. Tidak ada 4. Berikan krim atau 4. Mempercepat
gatal losion yang penyembuhan
3. Nyeri mengandung obat dan mencegah
berkurang sesuai dengan komplikasi
atau hilang kebutuhan nyeri

3 Tujuan: 1. Berikan perawatan 1. Menyiapkan


Kerusakan Integritas ruam popok dengan jaringan baru
integritas kulit jaringan kulit tepat dan tindakan dan
berhubungan dan membran control infeksi menurunkan
dengan mukosa tidak infeksi
destruksi terganggu 2. Tinggikan area graft 2. Mengatasi
jaringan, bila mungkin resiko
kerusakan Kriteria Hasil : pemisahan
permukaan 1. Menunjukan graft
kulit ditandai regenerasi 3. Pantau kondisi luka 3. Memberikan
dengan kulit jaringan yang terjadi akibat informasi
nampak 2. Tidak ada lesi ruam popok dasar tentang
melepuh pada kulit kebutuhan
penanaman
kulit
4. Cuci sisi dengan 4. Kulit graf
sabun ringan lalu baru dan sisi
minyaki dengan donor yang
krim sembuh
memerlukan
perawatan
khusus
4 Tujuan : 1. Pertahankan posisi 1. Meningkatkan
Resiko infeksi Infeksi tidak tubuh tepat dan fungsional pada
berhubungan terjadi dukungan ekstremitas

40
dengan 2. Lakukan 2. Akan lebih
kurangnya Kriteria Hasil : rehabilitasi pada mudah
menjaga Tidak ada tanda penerima membuat
hygiene tanda infeksi partisipasi
(kemerahan, 3. Berikan obat 3. Menurunkan
demam, nyeri sebelum kekuatan otot/
dan bengkak) aktivitas/latihan jaringan
4. Bersihkan daerah 4. Eksisi dini
luka dengan cepat diket untuk
menurunkan
jaringan parut
serta resiko
infeksi
5 Tujuan: 1. Pertahankan posisi 1. Meningkatkan
Imobilitas Dapat melakukan tubuh tepat dan fungsional pada
berhubunga mobilitas fisik dukungan ekstremitas
n dengan 2. Lakukan 2. Akan lebih
decubitus Kriteria Hasil : rehabilitasi pada mudah
1. Menunjukan penerima. membuat
keinginan partisipasi
berpartisipasi 3. Berikan obat 3. Menurunkan
dalam aktifitas. sebelum aktivitas/ kekuatan otot/
2. Mempertahank latihan jaringan
an posisi fungsi 4. Bersihkan daerah 4. Eksisi dini
dibuktikan oleh luka dengan cepat diketahui untuk
tidak menurunkan
adanya kontra jaringan parut
ktus. serta resiko
3. Menunjukan infeksi.
teknik/ perilaku
yang
memampukan

41
melakukan
aktivitas.

5. Implementasi Keperawatan
Dapat dilaksanakan penuh pada masing-masing diagnosa keperawatan.
Meliputi:
1. Monitor tanda-tanda vital,
2. Monitor input-output,
3. Monitor kesadaran,
4. Monitor hipoglikemi,
5. Obserfasi tanda infeksi,
6. Lakukan teknik aseptik perawatan kulit,
7. Jelaskan tentang penyebab, komplikasi dan pengobatan atau terapi
decubitus.
8. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian terapi obat-obatan

6. Evaluasi
Keefektifan tindakan, peran anggota keluarga untuk membantu
mobilisasi pasien, kepatuhan pengobatan dan mengevaluasi masalah
baru yang kemungkinan muncul.

42
D. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN IMPETIGO
1. Pengkajian
a. Identitas Penderita Dan Identita Orang Tua (Mencakup: Nama,
Jenis Kelamin, Umur, Suku, Agama, Pekerjaan, Alamat)
b. Keluhan Utama. Misalnya Luka garukan di regio lumbal posterior
dekstra
c. Riwayat Penyakit Sekarang. Misalnya : Menurut Ibu pasien
mulai 10 hari yang lalu pasien mengeluhkan gatal pada regio
lumbal posterior dekstra, tanpa adanya keluhan gatal di daerah lain.
Awalnya muncul vesikel, karena gatal, lalu digaruk oleh pasien
kemudian vesikel pecah dan menimbulkan kerak. Vesikel-vesikel
semakin lama semakin bertambah banyak dan menyebar. Pasien
sudah dibawa berobat ke dokter, diberi salep dan tablet namun
keluhan tidak berkurang. Akhirnya pasien berobat ke RSUD.
d. Riwayat Penyakit Dahulu. Misalnya : Pasien tidak pernah
menderita penyakit seperti ini sebelumnya.
e. Riwayat Penyakit Keluarga. Ada atau tidak yang menderita
penyakit yang sama dengan pasien.
f. Riwayat Pengobatan. Tanyakan, apakah Pernah berobat ke dokter
umum? Apakah keluhan berkurang setelah diberi obat?
g. Riwayat Alergi. Kaji apakah ada riwayat alergi makanan atau obat
atau jenis alergi lainnya.
h. Pemeriksaan fisik
1) Status Generalis
Kesadaran : Komposmentis
Keadaan Umum : Baik
Kepala/Leher : Dalam batas normal
Jantung : S1S2 tunggal, lain-lain dalam batas normal
Paru-paru : Vesikuler, Rh-/-, Wh -/-, lain-lain dalam
batas normal
Abdomen : Soepel, bising usus (+), lain-lain dalam
batas normal

43
Ekstremitas : dalam batas normal
Genitalia : dalam batas normal
2) Status Lokalis
Lokasi : Regio lumbal dekstra bagian posterior
Efloresensi : Pada pemeriksaan didapatkan lesi kulit
berupa papula berisi cairan keruh, tidak
dikelilingi daerah eritematus, selain itu juga
ditemukan bekas bula yang pecah berupa
kulit yang eritematus dengan krusta tipis
kecoklatan pada bagian tepi.

2. Diagnosa Keperawatan
a. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan lesi dan cedera
mekanik (garukan pada kulit yang gatal)
b. Resiko penyebaran infeksi berhubungan dengan Daya tahan tubuh
menurun, malnutrisi, proses inflamasi, dan prosedur infasif
c. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan dalam
penampilan sekunder
d. Cemas berhubungan dengan perubahan status kesehatan

3. Rencana Tindakan

Diagnosa
Tujuan Intervensi Rasional
Keperawatan
1 Tujuan : 1. Anjurkan pasien 1. Baju yang
Kerusakan Lapisan kulit menggunakan longgar akan
integritas kulit klien terlihat pakaian yang mengurangi
berhubungan normal longgar gesekan baju
dengan lesi Kriteria Hasil : pada kulit yang
dan cedera 1. Integritas kulit mengalami lesi

44
mekanik yang bak dapat 2. Potong kuku dan 2. Kuku yang
(garukan pada dipetahankan jaga kebersihan pendek akan
kulit yang (sensasi, tangan klien mengurangi
gatal) elastisitas, garukan pada
temperatur) impetigo dan
2. Tidak ada luka menghindari
atau lesi pada keparahan
kulit terjadinya lesi
3. Mampu 3. Jaga kebersihan 3. Kulit yang
melindungi kulit agar tetap bersih dan
kulit dan bersih dan kering kering akan
mempertahanka mengurangi
n kelembapan penyebaran
kulit serta atau
perawatan perkembangbia
alami kan dari bakteri
4. Perfusi jaringan 4. Monitor kulit akan 4. Untuk
baik adanya kemerahan mengetahui
perkembangan
penyakit dan
keefektifan
tindakan yang
telah dilakukan
5. Mandikan pasien 5. Air hangat akan
dengan air hangat mengurangi
dan sabun ruam dan
(antiseptic) membunuh
bakteri. Sabun
anti septic
dapat
mengurangi
atau membunuh

45
bakteri pada
kulit.
6. Berikan 6. Pengetahuan
pengetahuan pada pasien pada
klien agar jangan proses
menggaruk pengobatan
lukanya dapat
mempercepat
keberhasilan
proses
keperawatan
7. Kolaborasi untuk 7. Antibiotic
pemberian topical dapat
antibiotic topical memtus atau
pada klien menghambat
dari
pertumbuhan
bakteri stap dan
kolaborasi
dapat
mmempercepat
proses
pemulihan
2 Tujuan : 1. Monitor tanda dan 1. Mengetahui
Resiko Tidak terjadi gejala infeksi status keadaan
penyebaran resiko infeksi klien
infeksi Kriteria Hasil: 2. Monitor kerentanan 2. Antisipasi
berhubungan 1. Klien bebas dari terhadap infeksi terjadinya
dengan Daya tanda dan gejala infeksi
tahan tubuh infeksi 3. Batasi pengunjung 3. Meminimalkan
menurun 2. Menunjukan bila perlu resiko
kemampuan penyebaran

46
untuk mencegah infeksi
timbulnya infeksi 4. Intruksikan pada 4. Mengurangi
3. Menunjukkan pengunjung untuk terjadinya
perilaku hidup mencuci tangan saat peningkatan
sehat berkunjung dan dan penularan
4. Mendeskripsikan setelah infeksi
proses penularan meninggalkan
penyakit, factor pasien
yang 5. Pertahankan 5. Tidak terjadi
mempengaruhi lingkngan aseptic penularan baik
penularan selama pengobatan dari pasien ke
berlangsung perawat
maupun dari
perawat ke
pasien
6. Berikan perawatan 6. Menjaga
kulit pada area kebersihan kulit
epidema
7. Inspeksi kulit dan 7. Mengetahui
membrane mukosa keadaan kulit
terhadap klien
kemerahan, panas
8. Inspeksi kondisi 8. Mengevaluasi
luka perkembangan
9. Berikan terapi 9. Mempercepat
anibiotik bila perlu penyembuhan
3 Tujuan: 1. Dorong individu 1. Mengetahui
Gangguan Klien tidak untuk kondisi
citra tubuh mengalami mengekspresian konsep diri
berhubunga gangguan dalam perasaan khususnya klien
n dengan cara penerapan mengenai pikiran,
perubahan citra diri pandangan dirinya

47
dalam Kriteria Hasil : 2. Dorong individu 2. Membantu
penampilan 1. Mengungkapa untuk bertanya klien dalam
sekunder n penerimaan mengenai masalah mempertah
atas penyakit penanganan, ankan
yang di perkembangan konsep diri
alaminya kesehatan yang
2. Mengakui dan positif
memantapkan
kembali
system
dukungan
yang ada
4 Tujuan : 1. Identifiasi 1. Mengetahui
Cemas Klien tidak kecemasan keadaan pasien
berhubungan cemas 2. Gunakan pendekatan 2. Membuat klien
dengan Kriteria Hasil : yang menenangan percaya dan
perubahan 1. Klien tidak merasa aman
status resah 3. Temani pasien untuk 3. Mencegah
kesehatan 2. Klien tampak memberian peningkatan
tenang dan keamanan dan kecemasan
mampu mengurangi takut
menerima 4. Bantu pasien 4. Klien tidak
kenyaataan mengenal situasi merasakan
3. Klien mampu yang menimbulkan kaget
mengidentifiasi kecemasan
dan 5. Berikan informasi 5. Klien
mengungkapkan faktual tentang mengetahui
gejala cemas diagnosis, tindakan kondisi dirinya
4. Postur tubuh prognosis
ekspresi wajah, 6. Berikan obat untuk 6. Memberikan
bahasa tubuh dan mengurangi ketenangan
tingkat aktivitas kecamasan

48
menunjukkan be
kurangnya
kecemasan

4. Implementasi Keperawan
Menurut Doenges (2000) implementasi adalah perawat
mengimplementasikan intervensi-intervensi yang terdapat dalam
rencana perawatan. Menurut Allen (1998) komponen dalam tahap
implementasi meliputi tindakan keperawatann mandiri, kolaboratif,
dokumentasi, dan respon pasien terhadap asuhan keperawatan.

5. Evaluasi
Evaluasi didasarkan pada kemajuan pasien dalam mencapai hasil akhir
yang ditetapkan yaitu meliputi ; kesejahteraan fisik ibu dan bayi akan
dipertahankan. Ibu dan keluarga akan mengembangkan koping yang
efektif. Setiap anggota keluarga akan melanjutkan pertumbuhan dan
perkembangan yang sehat. Perawat dapat yakin bahwa perawatan
berlangsung efektif jika kesejahteraan fisik ibu dan bayi dapat
dipertahankan, ibu dan keluarganya dapat mengatasi masalahnya secara
efektif, dan setiap anggota keluarga dapat meneruskan pola
pertumbuhan dan perkembangan yang sehat.

49
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA BY. B DENGAN DIAPER RASH – IMPETIGO

DI RSU BHAKTI RAHAYU

TANGGAL 6 JANUARI 2019 S.D 8 JANUARI 2019

A. PENGKAJIAN
1. Identitas Klien
a. Nama : By. B
b. Tempat Tanggal Lahir : Bogor, 10 Juni 2018
c. Usia : 6 bulan 26 hari
d. Jenis Kelamin : Perempuan
e. Suku Bangsa : Sunda/Indonesia
f. Agama : Islam
g. Alamat : Jalan Pasawahan No. 114 Desa Hejo Kec.
Sukajaya Kab. Bogor
h. No. Register : 009876
i. Tanggal Masuk : 6 Januari 2019 pukul 07.30 WIB
j. Tanggal pengkajian : 6 Januari 2019 pukul 08.00 WIB
k. Diagnosa Medis : Diaper rash – Impetigo
2. Identitas Penanggung Jawab
Ayah :
a. Nama : Tn. T
b. Usia : 30 tahun
c. Jenis Kelamin : Laki-laki
d. Suku Bangsa : Sunda/Indonesia
e. Agama : Islam
f. Pekerjaan : Wiraswasta
g. Pendidikan : SMA
h. Alamat : Jalan Pasawahan No. 114 Desa Hejo Kec.
Sukajaya Kab. Bogor

50
i. Hubungan dengan klien : Ayah
Ibu :
a. Nama : Ny. Y
b. Usia : 25 tahun
c. Jenis Kelamin : Perempuan
d. Suku Bangsa : Sunda/Indonesia
e. Agama : Islam
f. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
g. Pendidikan : SMA
h. Alamat : Jalan Pasawahan No. 114 Desa Hejo Kec.
Sukajaya Kab. Bogor
i. Hubungan dengan klien : Ibu

3. Keluhan Utama
Terdapat lepuhan-lepuhan kecil pada pantan dan perut bagian bawah
klien.

4. Riwayat Kesehatan Sekarang


Klien dibawa ke RSU Bhakti Rahayu oleh ibunya pada hari Minggu, 6
Januari 2018 pukul 07.30 WIB dengan keluhan lepuh-lepuh yang berisi
cairan pada area pantat dan perut bagian bawah klien sejak 3 hari yang
lalu. Awalnya adanya kemerahan lalu timbul bintik kecil berisi cairan
yang kemudian membesar. Beberapa gelembung sudah pecah dengan
sendirinya dan mengeluarkan cairan kekuningan. Bekas pecahan
gelembung tersebut mengering dan timbul sisik tipis di sekitar bekas luka.
Sejak 3 hari ini klien menderita demam dan sangat rewel. Untuk
mengobati keluhan tersebut ibu klien memberikan bedak gatal namun
tidak kunjung membaik.

51
5. Riwayat Kesehatan Dahulu
Klien tidak pernah sakit seperti ini sebelumnya, hanya kemerahan pada
daerah pantat karena pemakaian diaper yang terlalu lama, namun 2
sampai 3 hari keadaan kulit kembali membaik.
a) Penyakit waktu kecil : Demam, ruam popok
b) Pernah di rawat di RS : Tidak pernah
c) Obat-obatan yang digunakan : Paracetamol, Caladine (bedak gatal)
d) Tindakan (operasi) : Tidak pernah
e) Alergi : Tidak ada alergi
f) Kecelakaan : Tidak pernah
g) Imunisasi : Lengkap

Waktu Jumlah
No Jenis Imunisasi
Pemberian Pemberian
1 BCG 0 bulan 1x
2 DPT (I,II,III) 2-4-6 bulan 3x
3 Hepatitis B 0-1-6 bulan 3x
4 Polio (I,II,III,IV) 1-2-3-4 bulan 4x
Di usia 6 bulan 26 hari klien telah melakukan imunisasi lengkap
6. Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan
a) Pertumbuhan
1) Berat Badan : 8,5 kg (61,5–70 kg)
2) Tinggi Badan : 67,5 cm (P = 6 - 9,5 cm; L= 6,5 – 10cm)
3) Lingkar Kepala : 44 cm (40-45 cm)
4) Lingkar Lengan Atas: 14,75 (normal)
5) Lingkar Dada : 42 cm (normal)
b) Perkembangan
1) Kemandirian dan Pergaulan :
Klien sudah dapat tersenyum, tertawa, menanggapi orang lain,
dan mengajak bermain.
2) Motorik Halus :
Mampu merasakan berbagai tekstur dan menerima rangsangan
taktil atau sentuhan

52
3) Motorik Kasar :
Mampu menyangga tubuhnya, duduk tanpa disengaja dan mampu
berguling dari posisi tengkurap ke terlentang
7. Riwayat Kelahiran dan kehamilan
a) Prenatal care
Saat adanya tanda-tanda kehamilan ibu klien menggunakan tes pack
untuk mengetahui adanya kehamilan. Kehamilan diketahui ketika usia
kandungan 1 minggu. Ibu klien memeriksa kehamilan secara rutin 2
minggu sekali di 4 bulan pertama dan 1 bulan sekali dibulan-bulan
berikutnya, ibu klien memeriksa kehamilannya ke bidan terdekat. Ini
merupakan kehamilan pertama ibu klien dan kehadiran sang buah hati
yang di nanti-nanti. HPHT ibu klien 10 juni 2017, dan kenaikan berat
badan selama kehamilan yaitu 13 kg. Ibu tidak memliki penyakit
selama kehamilan, tidak pernah mengonsumsi obat selain suplemen
Fe dan vitaman (D, B6,C), diberi imunisasi TT sebanyak 2 kali, serta
ibu klien tidak pernah di rawat.
b) Intranatal care
Klien lahir secara spontan di usia kehamilan 37 minggu ditandai
dengan ketuban pecah sebelum persalinan. Lama persalinan 2 jam
tanpa ada komplikasi dan pemberian obat (persalinan normal). Klien
lahir pada tanggal 10 Juni 2018 pukul 19.00 WIB. Golongan darah ibu
klien B dan ibu klien tidak memiliki riwayat penyakit menular seperti
rubella, hepatitis, herves, HIV dll.
c) Postnatal care
Setelah kelahiran klien langsung menangis dan keadaan umum bayi
baik dengan nilai APGAR 7/10. Panjang lahir 48 cm dan berat lahir
2615 gram. Klien dirawat dengan ibu klien secara rooming in selama
1 hari.
8. Riwayat Kesehatan Keluarga
Keluarga tidak memiliki penyakit keturunan seperti hypertensi, diabetes
melitus, jantung dan lain-lain. Keluarga juga tidak memiliki penyakit kulit
dan tidak ada riwayat alergi.

53
9. Genogram

Keterangan :

= Laki-laki = Pasien

= Perempuan ----- = Tinggal serumah

10. Data Psikosial


a) Yang mengasuh : Ibu dan nenek
b) Hubungan klien :
Klien berinteraksi dengan anggota keluarga terutama ibu dan nenek,
klien sering tersenyum ketika berada di dekat mereka dan menangis
ketika lapar, haus, merasa tidak nyaman, nyeri dan takut. Klien
disukai dan disayangi semua anggota keluarga. Klien sering diajak
berbicara dan ia merespon dengan senyum atau tawa.
Di rumah sakit klien tidak mau ditinggal ibunya dan menangis ketika
melihat orang asing. Klien tampak murung dan rewel. Klien sering
dipeluk dan dielus oleh keluarganya.
c) Pembawaan secara umum:
Klien mudah senyum dan mudah sedih, diri klien menyesuaikan
dengan keadaan lingkungan sekitar. Ketidaknyamanan klien mampu
dan mudah dialihkan namun dalam waktu yang sangat singkat.
d) Lingkungan klien :
Rumah orangtua klien permanen, klien tinggal bersama kedua
orangtuanya dengan kebersihan lingkungan yang cukup baik namun

54
sedikit berantakan; ventilasi udara cukup; dan pencahayaan optimal.
Kamar klien tampak ramai dipenuhi gambar, mainan bayi serta
keperluan bayi.
Di rumah sakit klien tampak bingun dengan lingkungan barunya,
namun klien dapat menyesuaikan karena terdapat gambar-gambar
pada dinding kamar rawatnya.
11. Kebutuhan Dasar
No Aktivitas Sebelum Sakit Saat Sakit
1 Nutrisi Makan : Makan :
(makan dan Klien diberi ASI esklusif Klien tampak tidak mau
minum) selama 6 bulan pertama makan karena rewel
dengan frekuensi dan sering menangis.
maksimal 2 jam sekali Klien hanya meminum
atau ketika klien ASI dan tidak mau
menangis. Klien makan makanan yang
menghisap dengan kuat disediakan dirumah
dan cukup lama. Minat sakit maupun makan
klien terhadap ASI mulai makanan pendamping
menurun ketika klien yang sudah dibuatkan
diberi makanan dirumah oleh
pendamping seperti sayur keluarganya.
dan buah yang
dihaluskan. Klien tampak
lahap jika diberi
makanan pendamping.
Minum : Minum :
Klien diberi minum Klien mau minum
sebanyak 400 ml setelah ketika diberikan oleh
makan makanan ibunya. Ibunya
pendamping. Klien juga memberikan minum
terkadang ingin minum sedikit-sedikit melalui
ASI untuk mengatasi rasa sendok ketika klien

55
hausnya. tampak lelah karena
sering menangis.
2 Eliminasi BAB : BAB :
(BAB dan Klien BAB 3-4 kali Klien BAB 1 kali sehari
BAK) sehari dengan konsistensi dengan konsistensi
lembek berwarna kuning lembek agak cair
tua. Setiap BAB diaper berwarna kuning tua.
klien tampak penuh atau Klien BAB dalam
setengah penuh. jumlah sedikit yang
hanya mengenai pantat
bagian bawahnya saja.
BAK BAK :
Klien BAK sekitar 4-6 Klien BAK sekitar 2
kali sehari sebanyak kali sehari sebanyak ±
±204 ml/hari berwarna 90 ml/hari berwarna
jernih kekuningan. kuning jernih. Klien
Diapers klien sering tampak menahan BAK
sampai penuh bahkan karena rasa tidak
basah keluar karena tidak nyaman pada area
dapat tertampung lagi. genetalia dan pantatnya.
3 Personal Klien mandi 2 kali sehari Klien mandi 1 kali
Hygiene dengan sabun dan sampo sehari dan di basuh
untuk daerah kepalanya. memakai lap basah
Klien ganti pakaian ±4-5 ketika klien tampak
kali sehari setelah mandi kotor. Pakaian klien
dan bila pakaiannya diganti ±3-4 kali sehari
basah atau kotor. setelah mandi dan
Klien memakai diaper ketika pakaiannya kotor
dan diganti setelah Klien memakai diaper
tampak penuh. dan diganti setelah
setengah penuh.
4 Istirahat Klien tidur sekitar ±14 Klien tidur sekitar ±11

56
Tidur jam, 10 jam tidur di jam per hari. Klien
malam hari dan 4 jam sangat rewel karena
tidur di siang hari. Klien merasa tidak nyaman
tidur pada pukul 19.00 dan nyeri pada
WIB dan sering pantatnya. Klien tidur
terbangun ketika lapar, tidak teratur dan sering
haus, BAB atau BAK. terbangun.
Pada pukul 08.00, 11.00,
16.00 klien sering tidur.
5 Aktivitas Klien sering diajak Klien tampak lesu dan
Bermain bermain dan bicara oleh rewel, klien hanya
orangtuanya. Nenek dan ingin bersama ibunya.
kakek klien sering Klien belum mau
mengunjungi klien setiap bermain dan
hari. Klien sering tertawa tersenyum.
dan merasa senang.
Klien sering diajak
keluar dan mengelilingi
rumah tetangga.

12. Pemeriksaan Fisik


a) Keadaan umum : Baik
b) Kesadaran : Composmetris
c) GCS : 15 (E=4; M=6; V=5)
d) Tanda-tanda Vital :
1) Tekanan darah : 96/65 mmHg
2) Nadi : 115 kali/menit
3) Suhu : 38°C
4) Pernafasan : 30x/menit
e) Kepala :
1) Inspeksi : Kepala tampak bersih, bentuk kepala mesosepal,
simetris, rambut hitam, distribusi merata, kulit

57
kepala bersih, wajah tampak simetris, ubun-ubun
belum menutup.
2) Palpasi : Fontanela anterior tegas, sutura sagitalis tepat, tidak
ada benjolan, tidak ada nyeri tekan.
f) Mata :
1) Inspeksi : Mata tampak bersih, tidak ada radang, sklera putih,
konjungtiva merah muda, pupil normal, gerak bola
mata normal.
2) Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada udem
g) Hidung :
1) Inspeksi : Hidung tampak simetris, besih, tidak ada cuping
hidung, tidak ada peradangan, tidak ada perdarahan,
tidak ada deviasi septum, tidak ada sekret, tidak
terjadi discharge.
2) Palpasi : Tidak ada massa, tidak ada nyeri tekan pada sinus,
tidak ada polip.
h) Telinga :
1) Inspeksi : Telinga tampak simetris, bersih, tidak ada sekret,
tidak ada peradangan, tidak terjadi discharge
2) Palpasi : Tidak ada massa, tidak ada nyeri tekan
i) Mulut :
1) Inspeksi : Mulut bersih, lidah bersih, fungsi pengecap ada,
mukosa bibir lembab, bibir berwarna merah muda,
tidak terjadi sianosis.
2) Palpasi : Palatum keras, tidak ada nyeri tekan, tidak ada
gangguan menelan, reflek menelan ada
j) Leher :
1) Inspeksi : Leher tampak bersih, tidak ada luka dan kemerahan.
2) Palpasi : Vena jugularis teraba, arteri karotis teraba, tidak ada
pembesaran tiroid, paratiroid, parotis, limfe, dan
vena jugulari, tidak ada nyeri tekan
k) Dada :

58
1) Inspeksi : Bentuk dada simetris, payudara sejajar, tidak ada
benjolan, puting tidak menonjol, puting pada tiap
payudara hanya berjumlah satu.
2) Palpasi : Tidak ada retraksi dinding dada, tidak ada getaran.
3) Auskultasi : Bunyi nafas vesikular, tidak ada bunyi nafas
tambahan
4) Perkusi : Bunyi sonor pada daerah paru, bunyi dullness pada
bagian jantung, bunyi timpany pada bagian atas
perut.
l) Jantung :
1) Inspeksi : Tidak terjadi ictus cordis, tidak ada kemerahan
2) Palpasi : Tidak ada getaran pada ictus dan tidak ada nyeri
tekan, nadi apeks teraba di interkosta ke lima tanpa
kardiomegali
3) Perkusi : bunyi dullness/redup, letak jantung dalam batas
normal (batas kiri jantung atas SIC II kiri di linea
parastenalis kiri (pinggang jantung); batas kiri
jantung bawah SIC V kiri agak ke medial linea
midklavikularis kiri ( t4 iktus); batas kanan jantung
bawah SIC III-IV kanan dan di linea parasentalis
kanan; batas kanan jantung atas SIC II kanan linea
parasternalis kanan.
4) Auskultasi : Bunyi S1 dan S2 tunggal, tidak tersengar bunyi
tambahan (S3), reguler, tidak ada murmur.

m) Abdomen :
1) Inspeksi : Terdapat bercak kecil kasar kemerahan berisi cairan
yang kemudian membesar pada perut bagian bawah,
bentuk simetris, bulat, tidak kembung
2) Auskultasi : Bising usus 3x/menit
3) Perkusi : Bunyi thympani kecuali pada hati, limpa dan ginjal

59
4) Palpasi : Tidak ada masa, tidak ada nyeri tekan, hati dan
limpa tidak teraba.
n) Genitalia :
1) Inspeksi : Terdapat bercak kecil kasar kemerahan berisi cairan
yang kemudian membesar pada area pantat dan perut
bagian bawah, beberapa gelembung sudah pecah
dengan sendirinya dan mengeluarkan cairan
kekuningan. Bekas pecahan gelembung tersebut
mengering dan timbul sisik tipis di sekitar bekas
luka.
2) Palpasi : Tidak ada pembesaran kelenjar bartolini dan skene

o) Ekstermitas Atas dan Bawah :


1) Inspeksi : Tampak simetris, bersih, tidak ada luka dan
kemerahan
2) Palpasi : Akral panas, CRT < 2 detik, klavikula tanpa fraktur,
tidak ada nyeri tekan

p) Kulit :
1) Inspeksi : Kulit tampak baik kecuali pada daerah pantat dan
abdomen bagian bawah adanya bercak kecil kasar
kemerahan berisi cairan yang kemudian membesar.
beberapa gelembung sudah pecah dengan sendirinya
dan mengeluarkan cairan kekuningan. Bekas
pecahan gelembung tersebut mengering dan timbul
sisik tipis di sekitar bekas luka.
2) Palpasi : Turgor kulit baik, kulit lembab, struktur lembut.

q) Refleks : Ada refleks suckling, swallowing dan graps.

60
13. Pemeriksaan Penunjang
a) Pewarnaan Gram: terdapat bakteri S. Aureus, tampak kuman coccus
berkelompok seperti anggur, berwarna kebiruan yang menandakan
bakteri gram positif.
b) Kultur cairan: adanya Staphylococcus beta hemolyticus grup
c) Histopatologi: tampak vesikel formasi subkorneum atau stratum
granulosum, sel akantolisis, edema papila dermis, serta infiltrat
limfosit dan neutrofil di sekitar pembuluh darah pada plexus
superfisial.

61
B. ANALISA DATA

No Masalah
Data Etiologi
Keperawatan
1. Ds : Pemakaian popok Kerusakan
Ibu klien menyatakan pada ↓ integritas
area popok anaknya lecet Popok basah
akibat pecahnya lepuhan- menimbulkan bakteri
lepuhan yang berisi cairan ↓
kekuningan Respon Inflamasi
lokal
Do : ↓
 Tampak bercak kecil Kerusakan kulit/kulit
kasar kemerahan berisi nampak melepuh
cairan kekuningan ↓
 Tampak adanya bekas Kerusakan integritas
pecahan berupa cairan kulit
kuning pada beberapa
permukaan pantat dan
perut bagian bawah
 Tampak sisik tipis di
sekitar bekas luka
 Adanya nyeri tekan pada
daerah pemakaian popok
2. Ds : Pemakaian popok Nyeri
Ibu klien mengatakan ↓
anaknya rewel dan sering Popok basah
menangis menimbulkan bakteri

Do : Respon Inflamasi
 Klien nampak rewel dan lokal
gelisah ↓

62
 Area pemakain popok Lecet
nampak kemerahan dan ↓
lecet Nyeri
 Klien nampak menahan
BAB dan BAK
(BAB 1x sehari; BAK 2x
sehari)
Klien sering terbangun
pada malam hari.
 Pergerakan pada daerah
pantat dan perut klien
tampak kaku/terbatas
 Klien hanya ingin
bersama orang-ornag
terdekatnya
3. Ds : Ibu klien mengatakan Pemakaian popok Hipertermia
anaknya demam ↓
Popok basah
Do : menimbulkan bakteri
 Suhu tubuh 38°C ↓
 Akral teraba panas Malnutrisi

 Klien nampak rewel dan ↓

sering menangis Imun menurun

 Klien nampak tidak ↓

nafsu makan Respon inflamasi

 Klien hanya makan ASI sistemik

dan menolak diberi ↓

makanan pendamping Suhu tubuh


meningkat

Hipertermia

63
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan kerusakan kulit
2. Nyeri berhubungan dengan lecet
3. Hipertermia berhubungan dengan respon inflamasi sistemik

D. INTERVENSI KEPERAWATAN
Diagnosa Perencanaan
Tanggal No Tujuan Rasional
Keperawatan Kriteria Hasil Intervensi
06-01- 1 Kerusakan Tupan : Setelah 1. Berikan 1. Menyiapkan
2019 integritas Lapisan dilakukan perawatan ruam jaringan baru
kulit kulit klien tindakan popok dengan dan
berhubunga terlihat keperawatan tepat dan menurunkan
n dengan normal selama 2x24 tindakan control infeksi.
kerusakan jam diharapkan infeksi
kulit Tupen : hasil : 2. Pantau kondisi 2. Memberikan
Kulit tidak 1. Tidak ada luka yang terjadi informasi dasar
rusak dan bercak kecil akibat ruam tentang
membaik kasar popok kebutuhan
kemerahan penanaman kulit
berisi cairan 3. Cuci sisi dengan 3. Memberikan
kekuningan sabun ringan lalu informasi
2. Bekas minyaki dengan dasar tentang
pecahan krim kebutuhan
hilang penanaman
3. Sisik tipis di1. kulit
sekitar bekas
luka hilang
4. Tidak ada
nyeri tekan
pada daerah
pemakaian
popok

64
06-01- 2 Nyeri Tupan : Setelah 1. Lakukan
1. Mengevaluasi
2019 berhubun Nyeri dilakukan pengkajian nyeri
dearajat
gan teratasi tindakan komprehensif
ketidaknyaman
dengan keperawatan
an dan untuk
lecet Tupen : selama 1x24
menentukan
Tidak ada jam diharapkan
perawatan yang
lecet hasil :
tepat
1. Klien merasa
tenang dan
gembira
2. Tidak ada
kemerahan
2. Mempertahank
dan lecet 2. Observasi reaksi
an keamanan
3. Klien BAB nonverbal dari
dan
3-4 kali ketidaknyamanan
kenyamanan
sehari dan
3. Mengikutsertak
BAK 4-6 3. Berikan informasi
an keluarga
kali sehari. kepada keluarga
dalam
4. Klien dapat mengenai nyeri
memberikan
tidur
kenyamanan
nyenyak 14
4. Mencegah
jam 4. Kurangi faktor
terjadinya
5. Klien dapat yang dapat
trauma
bergerak mencetuskan atau
aktif meningkatkan
6. Klien dapat nyeri
menerima 5. Pastikan ibu 5. Menghindari
orang mengganti permukaan
disekitanya popoknya secara kulit yang
rutin lembab atau
basah

65
6. Berikan tempat 6. Peninggian
tidur ayunan linen dari luka
secara indikasi membantu
menurunkan
nyeri

7. Basuh pantat bayi 7. Untuk


dan mencegah
mengeringkanya terjadinya
iritasi pada
kulit bayi

8. Lepas popok dan 8. Mempercepat


membiarkan penyembuhan
kulitnya terkena ruam popok
angin

06-01- 3 Hipertermia Tupan : Setelah 1. Observasi 1. Mengetahui


2019 berhubunga Suhu tubuh dilakukan keadaan umum perkembangan
n dengan normal tindakan klien keadaan umum
respon (36,2 - keperawatan klien
inflamasi 36,8°C) selama 1x24 2. Observasi tanda- 2. Mengetahui
sistemik jam diharapkan tanda vital perubahan
Tupen : hasil : tanda-tanda
Tidak 1. Suhu tubuh vital dari klien
ada 36,2-36,8°C 3. Anjurkan klien 3. Membantu
inflamasi 2. Akral teraba memakai pakaian mempermudah
hangat tipis penguapan
3. Klien merasa 4. Anjurkan klien 4. Mencegah
tenang banyak minum terjadinya
4. Nafsu makan dehidrasi ketika
klien panas

66
bertambah 5. Anjurkan klien 5. Meminimalisir
5. Klien mau banyak istirahat produksi panas
makan oleh tubuh
makanan 6. Beri kompres 6. Mempercepat
pendamping hangat dibagian dalam
beberapa tubuh, penurunan
seperti ketiak, produksi panas
lipatan paha,
leher bagian
belakang

E. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
No.
Tanggal Jam Implementasi Evaluasi TTD
DP
06-01- 09.00 1 1. Memberikan S:
2019 perawatan ruam Ibu klien mengatakan lecet pada area
popok dengan popok anaknya tidak bertambah dan tidak
tepat dan menyebar
tindakan control O:
infeksi 1. Tampak bercak kecil kasar
2. Memantau kemerahan berisi cairan kekuningan
kondisi luka 2. Luka tampak sedikit kering
yang terjadi 3. Adanya nyeri tekan pada daerah
akibat ruam pemakaian popok
popok A : Masalah teratasi sebagian
3. Mencuci sisi P : Lanjutkan intervensi
dengan sabun 1. Berikan perawatan ruam popok dengan
ringan lalu tepat dan tindakan control infeksi
minyaki dengan 2. Pantau kondisi luka yang terjadi akibat
krim ruam popok
3. Cuci sisi dengan sabun ringan lalu
minyaki dengan krim

67
06-01- 12.00 2 1. Melakukan S:
2019 pengkajian nyeri Ibu klien mengatakan anaknya masih rewel
komprehensif dan sering menangis
2. Mengobservasi O:
reaksi nonverbal  Klien nampak rewel dan gelisah
dari  Area pemakain popok nampak kemerahan
ketidaknyamanan dan lecet
3. Memberikan  Klien nampak menahan BAB dan BAK
informasi kepada (BAB 1x sehari; BAK 2x sehari)
keluarga Klien sering terbangun pada malam hari.
mengenai nyeri  Pergerakan pada daerah pantat dan perut
4. Mengurangi klien tampak kaku/terbatas
faktor yang dapat  Klien hanya ingin bersama orang-orang
mencetuskan terdekatnya
atau A : Masalah belum teratasi
meningkatkan P : Lanjutkan Intervensi
nyeri 1. Lakukan pengkajian nyeri komprehensif
5. Memastikan ibu 2. Observasi reaksi nonverbal dari
mengganti ketidaknyamanan
popoknya secara 3. Berikan informasi kepada keluarga
rutin mengenai nyeri
6. Memberikan 4. Kurangi faktor yang dapat mencetuskan
tempat tidur atau meningkatkan nyeri
ayunan secara 5. Pastikan ibu mengganti popoknya secara
indikasi rutin
7. Membasuh 6. Berikan tempat tidur ayunan secara
pantat bayi dan indikasi
mengeringkanya 7. Basuh pantat bayi dan mengeringkanya
8. Melepas popok 8. Lepas popok dan membiarkan kulitnya
dan membiarkan terkena angin
kulitnya terkena
angin

68
06-01- 13.00 3 1. Mengobservasi S:
2019 keadaan umum Ibu klien mengatakan badan anaknya
klien sudah tidak terlalu panas
2. Mengobservasi O:
tanda-tanda vital 1. Suhu tubuh 37,6°C
3. Menganjurkan 2. Akral teraba agak panas
klien memakai 3. Klien nampak rewel dan sering
pakaian tipis menangis
4. Menganjurkan 4. Klien nampak masih tidak nafsu
klien banyak makan
minum 5. Klien 1 sampai 2 kali sudah mau
5. Menganjurkan makan makanan pendamping
klien banyak A : Masalah teratasi sebagian
istirahat P : Lanjutkan Intervensi
6. Memberi 1. Observasi keadaan umum klien
kompres hangat 2. Observasi tanda-tanda vital
dibagian 3. Anjurkan klien memakai pakaian tipis
beberapa tubuh, 4. Anjurkan klien banyak minum
seperti ketiak, 5. Anjurkan klien banyak istirahat
lipatan paha, 6. Beri kompres hangat dibagian
leher bagian beberapa tubuh, seperti ketiak,
belakang lipatan paha, leher bagian belakang

F. CATATAN PERKEMBANGAN
No
Tanggal Perkembangan TTD
DP
06-01- 1 S:
2019 Ibu klien mengatakan lecet pada area popok anaknya tidak bertambah
dan tidak menyebar
O:
 Tampak bercak kecil kasar kemerahan berisi cairan kekuningan

69
 Luka tampak sedikit kering
 Adanya nyeri tekan pada daerah pemakaian popok
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
I:
1. Berikan perawatan ruam popok dengan tepat dan tindakan control
infeksi
2. Pantau kondisi luka yang terjadi akibat ruam popok
3. Cuci sisi dengan sabun ringan lalu minyaki dengan krim
E : Kulit klien sedikit membaik namun lapisan kulit klien belum terlihat
normal
06-01- 2 S:
2019 Ibu klien mengatakan anaknya masih rewel dan sering menangis
O:
 Klien nampak rewel dan gelisah
 Area pemakain popok nampak kemerahan dan lecet
 Klien nampak menahan BAB dan BAK
(BAB 1x sehari; BAK 2x sehari)
 Klien sering terbangun pada malam hari
 Pergerakan pada daerah pantat dan perut klien tampak kaku/terbatas
 Klien hanya ingin bersama orang-orang terdekatnya
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan Intervensi
I:
1. Lakukan pengkajian nyeri komprehensif
2. Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
3. Berikan informasi kepada keluarga mengenai nyeri
4. Kurangi faktor yang dapat mencetuskan atau meningkatkan nyeri
5. Pastikan ibu mengganti popoknya secara rutin
6. Berikan tempat tidur ayunan secara indikasi
7. Basuh pantat bayi dan mengeringkanya
8. Lepas popok dan membiarkan kulitnya terkena angin

70
E : Masih ada lecet dan nyeri belum teratasi
06-01- 3 S:
2019 Ibu klien mengatakan badan anaknya sudah tidak terlalu panas
O:
 Suhu tubuh 37,6°C
 Akral teraba agak panas
 Klien nampak rewel dan sering menangis
 Klien nampak masih tidak nafsu makan
 Klien sudah mau makan makanan pendamping 1-2 kali sehari
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan Intervensi
I:
1. Observasi keadaan umum klien
2. Observasi tanda-tanda vital
3. Anjurkan klien memakai pakaian tipis
4. Anjurkan klien banyak minum
5. Anjurkan klien banyak istirahat
6. Beri kompres hangat dibagian beberapa tubuh, seperti ketiak,
lipatan paha, leher bagian belakang

E : Masih ada inflamasi namun suhu tubuh klien sudah mulai turun (∆T = -
0,4°C)
07-01- 1 S:
2019 Ibu klien mengatakan lecet pada anaknya sudah mulai kering dan sedikit
berkurang
O:
 Tampak bercak kecil kasar kemerahan
 Cairan kekuningan pada lepuhan berkurang
 Luka tampak mulai kering
 Nyeri tekan pada daerah pemakaian popok berkurang
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi

71
I:
1. Berikan perawatan ruam popok dengan tepat dan tindakan control
infeksi
2. Pantau kondisi luka yang terjadi akibat ruam popok
3. Cuci sisi dengan sabun ringan lalu minyaki dengan krim
E : Kulit klien mulai membaik namun lapisan kulit klien belum terlihat
normal
07-01- 2 S:
2019 Ibu klien mengatakan anaknya tidak terlalu rewel dan sudah tidak sering
menangis
O:
 Klien nampak mulai nyaman dan tidak rewel
 Anak tidak mudah menangis
 Kemerahan dan lecet pada area pemakain popok nampak agak kering dan
berkurang
 Klien BAB dan BAK dengan lancar dan tidak ada tahanan
 Klien tidur ±12 jam perhari dan tidak terlalu sering terbangun pada
malam hari
 Klien mudah dialihkan saat merasa nyeri atau tidak nyaman
 Pergerakan pada daerah pantat dan perut klien tidak terhambat
 Klien mulai menerima orang-orang yang ada disekitarnya
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan Intervensi
I:
1. Lakukan pengkajian nyeri komprehensif
2. Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
3. Berikan informasi kepada keluarga mengenai nyeri
4. Kurangi faktor yang dapat mencetuskan atau meningkatkan nyeri
5. Pastikan ibu mengganti popoknya secara rutin
6. Berikan tempat tidur ayunan secara indikasi
7. Basuh pantat bayi dan mengeringkanya
8. Lepas popok dan membiarkan kulitnya terkena angin

72
E : Lecet dan kemerahan sudah mulai berkurang dan nyeri teratasi sebagian
07-01- 3 S:
2019 Ibu klien mengatakan suhu badan anaknya sudah mulai menurun
O:
 Suhu tubuh 37,2°C
 Akral teraba agak hangat
 Klien tidak rewel dan jarang menangis
 Klien nampak sudah mulai nafsu makan
 Klien sudah mau makan makanan pendamping 3-4 kali perhari
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan Intervensi
I:
1. Observasi keadaan umum klien
2. Observasi tanda-tanda vital
3. Anjurkan klien memakai pakaian tipis
4. Anjurkan klien banyak minum
5. Anjurkan klien banyak istirahat
6. Beri kompres hangat dibagian beberapa tubuh, seperti ketiak,
lipatan paha, leher bagian belakang

E : Inflamasi sudah mulai menghilang dan suhu tubuh klien menurun (∆T =
-0,4°C)
08-01- 1 S:
2019 Ibu klien mengatakan lecet pada anaknya kering dan sudah tidak ada
kemerahan
O:
 Bercak kecil kasar kemerahan tampak kering dan tampak tinggal
sedikit
 Tidak ada lepuhan
 Tampak adanya bekas luka yang kering
 Tidak ada nyeri tekan pada daerah pemakaian popok
A : Masalah teratasi sebagian

73
P : Lanjutkan intervensi
I:
Berikan edukasi kepada keluarga tentang perawatan ruam popok dengan
tepat dan tindakan control infeksi (menjaga personal hygiene klien), cuci
sisi dengan sabun ringan lalu minyaki dengan krim.
E : Klien sudah boleh pulang, kulit klien sudah baik, lapisan kulit klien sudah
terlihat normal, intervensi dilanjutkan dirumah
08-01- 2 S:
2019 Ibu klien mengatakan anaknya sudah tidak rewel, menangis hanya ketika
sedang lapar dan sudah mulai tersenyum
O:
 Klien nampak nyaman, tidak rewel dan tersenyum
 Masih ada sedikit kemerahan dan lecet, namun sudah mengering
 Klien BAB dan BAK dengan frekuensi BAB 3x sehari dan BAK 5x
perhari tanpa ada tahanan
 Klien tidur ±14 jam perhari dan terbangun ketika merasa lapar dan haus
 Klien tampak sering tersenyum
 Pergerakan klien mulai aktif dan tidak ada hambatan
 Klien dapat menerima orang-orang yang ada disekitarnya
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan
I:-
E : Klien sudah boleh pulang, lecet sudah kering, kemerahan hanya tinggal
sedikit, dan nyeri sudah teratasi.
08-01- 3 S:
2019 Ibu klien mengatakan suhu badan anaknya tidak panas lagi
O:
 Suhu tubuh 36,6°C
 Klien tidak rewel, sering tersenyum dan merasa nyaman
 Klien nampak nafsu makan
 Klien makan makanan pendamping dengan lahap dan dengan takaran

74
yang sesuai seperti biasanya
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan
I:-
E : Klien sudah boleh pulang, tidak terjadi inflamasi dan suhu tubuh klien
normal (∆T = 36,6°C)

G. EVALUASI
By. B usia 6 bulan 26 hari dirawat selama 2 hari di RSU Bhakti Rahayu
dengan diagnosa medis diaper rash-impetigo. Selama di rumah sakit klien di
rawat dengan ibu klien. Setiap hari saudara klien mengunjungi klien.
Awalnya klien tampak tidak koopratif karena kondisi dirinya dan lingkungan
baru yang membuatnya merasa tidak nyaman. Namun, dengan berjalannya
waktu klien mulai dapat menerima kondisi dan lingkungan klien yang
ditandai dengan kondisinya yang semakin hari semakin membaik serta
dukungan keluarganya yang turut serta dalam proses perawatan klien di
rumah sakit. Klien dirawat dengan tindakan yang efektif dibantu dengan
kepatuhan klien dan keluarga dalam pengobatan. Setelah dua hari, klien
sudah boleh pulang karena klien tampak membaik. Keluarga tampak senang
saat diberi tahu bahwa klien sudah boleh pulang. Namun perawatan masih
diperlukan selama klien dirumah. Perawat memberikan edukasi dan
pengajaran kepada keluarga selama dua hari klien di rawat. Masalah utama
dari diagnosa medis klien adalah penundaan pergantian popok secara terus
menerus sehingga area pemakaian popok bayi menjadi lembab dan tergesek-
gesek, keadaan seperti itu dapat menimbulkan ruam popok. Ruam popok
yang dibiarkan dan tidak ditangani dapat menimbulkan infeksi, infeksi itulah
yang dinamankan impetigo bolusca yaitu adanya lepuhan-lepuhan berisi
cairan berwarna kuning. Oleh karena itu, perawatn memberikan edukasi
kepada keluarga tentang perawatan by. B yang efektif selama dirumah agar
keluarga serta by. B tidak ada masalah selama pertumbuhan dan
perkembangan yang sehat. Klien dan keluarga dapat mempertahankan
kesejahteraan dan mengembangkan koping yang efektif.

75
BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Diaper rash atau ruam popok adalah iritasi atau peradangan kulit bayi yang
terjadi pada daerah yang tertutup popok yang disebabkan oleh gesekan popok
yang bersifat disposable (diapers), paparan urine dan feses ditandai dengan
kemerahan dan rasa gatal. Ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya
keadaan diaper rash yaitu maserasi air, gesekan, urin, feses, perawatan kulit yang
salah, mikroorganisme, antibiotik dan diare.

Diaper rash sendiri dapat diakibatkan oleh beberapa keadaan, misalnya pada
infeksi S. Aureus memberikan manifestasi berupa impetigo bullosa dengan
gambaran vesikel yang tersebar dan bulla, Pada Infeksi Streptococcus grup A
muncul eritema perianal, disuria, gatal pada vagina, dan inflamasi vulva. Apabila
glans penis mengalami erupsi yang berat, maka dapat timbul gejala retensi urin.

Impetigo adalah penyakit infeksi menular pada kulit yang superfisial yaitu
hanya menyerang epidermis kulit, yang menyebabkan terbentuknya lepuhan-
lepuhan kecil berisi nanah (pustula) seperti tersundut rokok/api.

Diaper rassh maupun impetigo merupakan peradangan pada kulit yang


biasanya menimbulkan masalah yang memerlukan tindakan atau perawatan yang
tepat untuk dapat menyembuhkannya kembali. Masalah-masalah yang biasanya
timbul yaitu kerusakan integritas kulit, nyeri, gangguan rasa nyaman, hipertermi,
resiko tinggi infeksi, dan imobilitas kulit. Dari masing-masing masalah tersebut
memerlukan tindakan keperawatan yang sesuai dan efektif agar mendapat
kesejahteraan, baik fisik, psiko, sosial, spiritual maupun kultural.

B. SARAN

Ruam popok maupun impetigo merupakan masalah yang dapat menganggu


pertumbuhan dan perkembangan anak. Oleh karena itu, sebagai mahasiswa

76
perawat maupun tenaga kesehatan lain harus dapat melakukan pencegahan dengan
melakukan promosi kessehatan bagaimana melakukan perawatan bayi atau anak
di rumah. Selain itu, perawat atau tenaga kesehatan lain harus melakukan
pelayanan terhadap penderita yang didiagnosa medis diaper rash-impetigo agar
dapat melakukan pertumbuhan dan perkembangan secara efektif dengan merawat
dan mengambil tindakan dengan tepat untuk kepuasan dan kesejahteraan anak,
keluarga maupun tenaga kesehatan.

77

Anda mungkin juga menyukai