Anda di halaman 1dari 19

EFEKTIFITAS PERAWATAN KULIT DENGAN MINYAK KELAPA

TERHADAP PENCEGAHAN IRITASI DAERAH PERIANAL


PADA ANAK DENGAN DIARE

Akbarul Rizki (19020003)


Candra Eva Wana (19020011)
M. Alam Kusuma Atmaja (19020046)
Mutiara Dyah Rahmawati (19020055)
Nina Kurnia (19020061)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN dr. SOEBANDI JEMBER
YAYASAN JEMBER INTERNATIONAL SCHOOL
2020
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Diare merupakan masalah kesehatan yang sering terjadi pada masyarakat. Diare
juga menjadi penyebab utama kesakitan dan kematian pada anak di berbagai negara
(Widoyono, 2011). Diare dapat menyerang semua kelompok usia terutama pada anak.
Anak lebih rentan mengalami diare, karena sistem pertahanan tubuh anak belum
sempurna (Soedjas, 2011).
Menurut World Health Organization (WHO) (2012), diare menyebabkan
kematian sebanyak dua juta anak didunia setiap tahun. Menurut hasil Survei
Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) dalam beberapa survei dan Susenas (2014),
penyakit diare masih merupakan penyebab utama kematian balita yaitu dengan
proporsi 13,2% pada balita. Pada tahun 2012 diare merupakan penyakit dengan
frekuensi kejadian luar biasa kelima terbanyak yaitu dari 17 provinsi kejadian diare
sebanyak 1.315 kasus dan 53 diantaranya meninggal dunia (Depkes RI, 2014)
Hasil Rikesdas (2013), menyatakan bahwa insiden diare pada anak di Indonesia
adalah 6,7%. Lima provinsi dengan insiden diare tertinggi adalah Aceh (10,2%),
Papua (9,6%), DKI Jakarta (8,9%), Sulawesi Selatan (8,1%), dan Banten (8,0).
Karakteristik diare pada balita tertinggi terjadi pada kelompok umur 12-23 bulan
(7,6%), laki-laki (5,5%), perempuan (4,9%). Pada tahun 2012 angka kesakitan diare
pada semua umur sebesar 214 per 1.000 penduduk dan angka kesakitan diare pada
balita 900 per 1.000 penduduk (Depkes,2014).
Sebagian besar dari diare akut disebabkan oleh karena infeksi. Banyak dampak
yang dapat terjadi karena infeksi saluran cerna antara lain: pengeluaran toksin yang
dapat menimbulkan gangguan sekresi dan reabsorpsi cairan dan elektrolit yang
menyebabkan dehidrasi, gangguan keseimbangan elektrolit dan gangguan
keseimbangan asam basa. Invasi dan destruksi pada sel epitel, penetrasi ke lamina
propria serta kerusakan mikrovili yang dapat menimbulkan keadaan maldigesti dan
malabsorpsi (Malvern, 2009). Secara fisiologis, gangguan cairan dan elektrolit terjadi
lebih cepat pada bayi dan anak kecil dari pada anak yang lebih tua dan orang dewasa.
Proporsi yang lebih tinggi dari kadar air dan lebih besar luas permukaan tubuh muda
ditambah dengan tuntutan metabolik yang berhubungan dengan infeksi dan demam
meningkatkan risiko dehidrasi. Hipovolemia adalah vasokontriktor fisiologis yang
mengakibatkan penurunan perfusi perifer. Sel-sel kulit yang perfusinya tidak baik
akan hipoksia dan beresiko untuk terjadi iritasi pada perianal karena diare (Malvern,
2009).
Masalah keperawatan yang muncul pada anak dengan diare adalah kekurangan
volume cairan berhubungan dengan dehidrasi, perubahan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual muntah dan intake cairan inadekuat,
hipertermi berhubungan dengan dehidrasi, kerusakan integritas kulit berhubungan
dengan iritasi rectal karena diare, resiko infeksi berhubungan dengan peningkatan
paparan lingkungan terhadap patogen, defisit pengetahuan tentang penyakit dan cara
perawatannya berhubungan dengan kurangnya sumber informasi, ansietas
berhubungan dengan hospitalisasi dan stress (Wilkinston, 2007).
Menurut Chasanah (2011) bahwa perawatan perianal menggunakan baby oil
secara rutin sebelum memakai popok baik setelah BAK dan BAB terbukti efektif
untuk mencegah terjadinya iritasi perianal pada neonatus dapat dilakukan dengan
perawatan perianal mengunakan baby oil secara rutin. Berdasarkan penelitian
Beeckman D et al yang dilakukan pada tahun 2010 menyebutkan bahwa perawatan
kulit yang optimal harus diberikan sesuai dengan program perawatan kulit terstruktur
perineal, termasuk pelembab kulit, pembersih, dan pelindung kulit. Perawatan kulit
perianal dengan menggunakan minyak diduga dapat mengurangi kekeringan dan
mencegah kehilangan air yang berlebihan dari kulit namun pelaksanaannya pada
anak- anak masih rendah, pada umumnya hanya menggunakan air biasa. Dampak
terburuk dari perawatan kulit perianal yang salah selain menggangu kesehatan kulit
juga dapat mengganggu perkembangan bayi dan balita. Anak-anak yang menderita
iritasi pada peianal akan memgalami gangguan seperti rewel dan sulit tidur. Gejala itu
dapat berkembang menjadi granuloma yang dapat terinfeksi jamur jika tidak segera
diatasi. Karena itu, seorang ibu disarankan untuk melakukan perawatan kulit perianal
dengan air hangat dan minyak setiap BAB.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah pada penelitian ini “Adakah efektivitas pemberian minyak kelapa
terhadap iritasi daerah perianal pada anak dengan diare?”
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum Penelitian
Tujuan umum penelitian ini untuk mengetahui efektifitas perawatan kulit
dengan minyak kelapa terhadap pencegahan iritasi daerah perianal pada anak
diare
1.3.2 Tujuan Khusus Penelitian
a. Mengidentifikasi kondisi kulit daerah perianal pada anak dengan diare
b. Menganalisis efektifitas pemberian minyak kelapa terhadap iritasi daerah
perianal pada anak dengan diare
c. Membandingkan kelompok kontrol dengan kelompok intervensi terhadap
iritasi daerah perianal pada anak dengan diare

1.4 Manfaat
1.4.1 Bagi Peneliti
Memperkuat peran perawat dalam melakukan perawatan pada pasien yang
mengalami iritasi daerah perianal yaitu dengan melakukan perawatan kulit
dengan minyak kelapa pada anak diare
1.4.2 Bagi Peneliti Berikutnya
Diharapkan dapat mengembangkan lagi penelitian tentang efektifitas
perawatan kulit dengan minyak kelapa terhadap pencegahan iritasi daerah
perianal pada anak diare.
1.4.3 Bagi Institusi Pendidikan
Penelitian ini dapat memperkaya ilmu pengetahuan dalam bidang keperawatan
khususnya terapi non farmakologi untuk dimanfaatkan sebagai sumber belajar
dan diharapkan diterapkan intervensi non farmakologis lainnya atau dengan
variabel yang berbeda.

1.4.4 Bagi Masyarakat


Menjadi bahan informasi dan pembelajaran bagi masyarakat dalam mengatasi
iritasi daerah perianal pada anak yaitu dengan melakukan terapi non
farmakologis untuk mencegah iritasi daerah perianal pada anak.
BAB 2
TINJAUAN TEORI

2.1 Derajat Diaper Dermatitis Anak Diare


A. Pengertian Diaper Dermatitis
Diaper Dermatitis (Ruam popok) adalah kelainan peradangan kulit yang terjadi
pada daerah yang tertutup oleh popok, umunya terjadi pada bayi atau anak-anak
(Juniriana, 2007). Menurut Sholeh (2008) diaper dermatitis ruam popok adalah
infeksi kulit karena terkena paparan urine dan feses yang terus menerus ditambah
dengan gesekan popok yang bersifat disposable (diapers). Sedangkan menurut
Andi (2012) ruam popok adalah iritasi atau peradangan pada bokong bayi yang
ditandaidengan warna kemerahan dan gatal yang umum terjadi bila bayi
mengalami diare. Jadi dapat disimpulkan diaper dermatitis (ruam popok) adalah
iritasi atau peradangan kulit bayi yang terjadi pada daerah yang tertutup popok
yang disebabkan oleh gesekan popok yang bersifat disposable (diapers), paparan
urin dan feses ditandai dengan kemerahan dan rasa gatal.

B. Jenis-jenis Iritasi Pada Kulit Bayi


Pada bayi struktur kulitnya tipis dan ikatan antar selnya lebih lemah dan halus.
Kulit bayi memiliki pigmen yang sedikit, dan tidak bisa mengatur tempertur
seperti anak-anak, atau orang dewasa sehingga kulit rawan terkena mikrobakteria.
Menurut (Utama, 2004) jenis penyakit kulit yang biasanya terjadi pada bayi
adalah:
1) Intertrigo
Merupakan suatu peradangan pada lipatan tubuh. Biasanya terjadi pada bagian
paha dalam, ketiak, dan bagian bawah perut. Kulit tampak merah dan gatal,
yang disebabkan oleh berlebihnya lipatan pada anggota badan bayi yang
jarang mendapatkan udara.
2) Biang Keringat
Biasanya terjadi pada leher, wajah, punggung, dan bokong bayi. Ditandai
dengan kulit kemerahan disertai gatal dengan gelembung-gelembung kecil
berair. Penyebabnya adalah udara panas, cuaca lembab, pakaian bayi yang
lembab, dan aktivitas bayi yang tinggi.
3) Seborrhea
Suatu peradangan kulit bagian atas, yang menimbulkan sisik pada kulit
kepala, wajah, kadang juga terlihat pada telinga, leher, pipi, dan dada.
4) Eksim
Peradangan yang menyebabkan pembentukan lepuh, atau gelembung kecil
(vesikel) pada kulit yang dapat pecah dan mengeluarkan cairan. Penyebabnya
adalah karena iritasi sabun detergen.
5) Dermatitis Kontak
Inflamasi pada kulit yang tejadi karena terpapar oleh bahan iritan yang
menyebakan reaksi alergi.
6) Candidal Diapers Dermatitis
Ruam popok yag disebabkan oleh infeksi jamur candida albicans, yang dapat
memicu terjadinya kolonisasi jamur kandida.
7) Bakterial Diapers Dermatitis
Ruam popok yang disebabkan oleh infeksi kuman (bakteri), terutama
Staphylococcus, Streptococcus, dan Enterobakteriaceae.
8) Granuloma Gluteal Infantum
Ruam popok yang disebabkan oleh terlalu lama terkontak bahan iritan dan
infeksi mikroorganisme yang tidak diobati.

C. Penyebab Diaper Dermatitis


Diaper dermatitis atau yang disebut juga dengan ruam popok merupakan salah
satu masalah kulit anak penyakit ini disebabkan oleh beberapa faktor, seperti
faktor fisik, kimiawi, enzimatik, dan biologik (kuman dalam urine dan feses), dan
juga disebabkan oleh pemakaian popok yang tidak benar diantaranya :
1) Penggunaan popok yang terlalulama
Penggunaan popok bayi terlalu lama dapat beresiko terjadinya ruam popok,
apabila ditambah dengan pemilihan popok yang salah, maka dapat
mempercepat terjadinya ruam. Jenis popok bayi ada dua macam, yaitu :
a) Popok disposable (sekali pakai,atau sering disebut dengan pampersbayi).
Bahan yang digunakan pada popok jenis ini bukan bahan tenunan, tetapi
bahan yang dilapisi dengan lembaran yang tahan air dan lapisan dengan
bahan penyerap, berbentuk popok kertas atau plastik.
b) Popok yang digunakan secara berulang ( popok yang terbuat dari katun).
Ruam popok banyak ditemukan pada bayi yang memakai popok
disposable dari pada popok yang terbuat dari katun. Karena kontak
terjadi kontak secara terus-menerus antara kulit dan popok disposable,
urin dan feses, bakteri dan jamur lebih mudah berkembang biak pada
bahan plastik, atau kertas dari pada bahan katun.
2) Tidak segera mengganti popok setelah bayi, atau balita buang air besar, bila
feses dan urin bercampur dapat membentuk amonia. Amonia ini dapat
meningkatkan keasaman (pH) kulit. Sehingga aktivitas enzim yang
terkandung dalam feses akan meningkat dan dapat mengakibatkan iritasi
pada kulit (Maryunani,2010).

D. Faktor yang Mempengaruhi Timbulnya Diaper Dermatitis Pada Anak Diare


Pada anak penderita diare mengalami gangguan pencernaan berupa
perubahan bentuk kosistensi tinja dengan frekuensi lebih dari lima kali sehari.
Salah satu penyebab diare antara lain disebabkan oleh infeksi virus, kuman-
kuman patogen dan apatogen seperti shigella, salmonela, E.Coli,golongan
vibrio, B. Cereus, clostridium perfarings, dan stapylococus aureus, infeksi virus
(enteovirus, polimyelitis, virus echo coxsackie) dan infeksi parasit diantaranya,
cacing (ascaris, trihuris, oxyuris, strongxloides), protozoa (entamoeba
histolytica, giardia lamblia, trichomonas homunis), jamur (candida albicous).
Dari beberapa faktor penyebab tersebut dapat mengakibatkan perubahan cairan
di ileum, transport elektrolit, terjadi perangsangan enzim adeni siklase, dan
peningkatan siklik AMP intraseluler, sehingga menyebabkan sekresi cairan dan
diare (Wijayaningsih, 2013).
Perianal higiene berfungsi untuk mencegah terjadinya diaper dermatitis
atau ruam popok, jika tidak segera diatasi dan dilakukan perianal higiene maka
daerah ruam popok akan sering terkontak dengan feses, dimana feses memiliki
sifat iritan terhadap kulit dengan adanya enzim-enzim pencernaan berupa
protease dan lipase serta enzim-enzim lainya yang dihasilkan oleh bakteri dalam
saluran cerna. Iritasi atau peradangan yang disebabkan oleh enzim-enzim
tersebut dapat meningkat ketika fungsi barier kulit rusak dan terjadi peningkatan
pH kulit. Enzim- enzim tersebut bekerja mengurai susunan kulit berupa protein
dan lemak menjadi bersifat iritan, apabila terjadi gangguan fungsi perlindungan
kulit dan pH yang tinggi dapat meningkatkan efek kerja enzim-enzim tersebut.
Disaat kulit telah terganggu fungsinya dan mulai degradasi, maka
mikroorganisme dapat masuk dan mengiritasi kulit (Balentine J, 2010).

E. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala diaper dermatitis atau ruam popok yang timbul
diantaranya kemerahan pada daerah penggunaan popok, lecet, atau luka ringan
pada kulit, berkilap, kadang mirip luka bakar, timbul bintik-bintik merah, kadang
membasah dan bengkak pada daerah yang paling lama berkontak dengan dengan
popok seperti, paha, pantat, bokong. Secara klinis dapat terlihat sebagai berikut :
1) Gejala yang ditimbulkan pada diapers rush karena kontak dengan iritan yaitu
kemerahan yang meluas, berkilat, kadang mirip luka bakar, tibul bintik-
bintik merah, lecet atau luka bersisik, kadang basah, dan bengkak pada
daerah yang paling lama terkontak dengan popok, seperti pada paha bagian
dalam dan lipatanpaha.
2) Gejala yang ditimubulkan akibat gesekan yang terus menerus pada popok
yaitu, bercak kemerahan berbentuk garis batas popok pada paha danperut.
3) Gejala yang ditimbulkan pada diapers rush karena jamur candida albicans
yaitu bercak atau bintik kemerahan berwarna merah terang, basah dengan
lecet-lecet pada selaput lendir anus dan kulit sekitar anus, dan terdapat lesi
(Maryunani, 2010).

F. Klasifikasi Diaper Dermatitis


Klasifikasi derajat ruam popok menurut (Marty O, 2006) sebagai beriku :
1) Derajat Sedikit ruam popok.
a) Terjadi kemerahan samar-samar di daerah popok
b) Terdapat papula dengan jumlah sedikit.
c) Kulit sedikit mengalami kekeringan.
2) Derajat ringan ruam popok
a) Terjadi kemerahan yang kecil pada daerah popok.
b) Tersebar benjolan (papula).
c) Kulit mengalami kekeringan skala sedang.
3) Derajat sedang ruam popok
a) Terjadi kemerahan samar-samar pada daerah popok yang lebih besar.
b) Terjadi kemerahan pada daerah popok dengan luas yang kecil.
c) Terjadi kemerahan yang intens didaerah yang sangat kecil.
d) Kulit mengalami kekeringan dengan skala sedang.
4) Derajat Berat RuamPopok
a) Terjadi kemerahan pada daerah yang lebih besar.
b) Terjadi kemerahan yang intens di daerah yang sangatkecil.
c) Terjadi benjolan (papula) dan beberapa benjolan (0-5) terdapat cairan di
dalamnya (pustules).
d) Kulit mengalami sedikit pengelupasan.
e) Mungkin terjadi pembengkakan (edema).
5) Derajat Sangat Berat Ruam Popok
a) Terjadi kemerahan yang intens di daerah yang lebih besar.
b) Terjadi pengelupasan kulit yang parah.
c) Terjadi pembengkakan (edema) yang parah.
d) Beberapa daerah popok mengalami kehilangan lapisan kulit dan terjadi
perdarahan.
e) Banyak terjadi benjolan (papula) dan tiap benjolan terdapat cairan
(pustula).

G. Pencegah dan Pengobatan Diaper Dermatitis


Pengobatan atau pencegahan yang dapat diberikan untuk mengurangi diaper
dermatitis atau yang disebut ruam popok pada anak, diantaranya dengan cara
farmakologi misalnya pemberian salep seng oksida (zinc oxide) (Handy,2011).
Sedangkan menurut Indivara (2009), cara mengatasi ruam popok sebagai berikut:
1) Ganti popok bayi sesering mungkin, baik itu popok kain atau diapers, begitu
popok sudah basah segera ganti.
2) Bersihkan daerah popok secara lembut dengan air hangat, keringkan dengan
handuk lembut, angin-anginkan sebentar. Jika sudah terjadi ruam popok
oleskan krim bayi yang kerna dengan ruampopok.
3) Pilih popok bayi yang berbahan lembut dan berdaya seraptinggi.
4) Biarkan sekali-kali si bayi tidak memakaipopok.
5) Ganti merk popok si kecil, mungkin dia alergi dengan jenis popok tertentu.
6) Oleskan minyak zaitun pada area ruam popok untuk menjaga kelembaban
kulit. Dengan sifat minyak zaitun sebagai antiseptik oil dapat mengurangi
kemerahan pada ruam popok dan dapat mencegah air berkontak langsung
dengan kulit yang terjadi ruam popok (Jelita, 2014).
7) Bisamenggunakan baby oil yang bertujuan untuk melembabkan kulit,
mencegah amonia menempel pada kulit daerah perianal, dan mempermudah
pengangkatan mekonium (Hartini,2014)

2.2 Perianal Higiene Baby Oil dengan Minyak Kelapa


A. Pengertian Perianal Higiene
Perianal higiene adalah perawatan pada daerah yang tertutup oleh popok,
meliputi genetalia, sekitar anus, lipatan paha, serta pantat bayi yang berfungsi
untuk menjaga kulit agar terhindar dari masalah kulit seperti, ruam popok
(Manulang, 2010). Perawatan perianal dapat dilakukan dengan mengganti popok,
membersihkan dengan menggunakan air dan sabun khusus, mengusahakan kulit
daerah perianal tetap kering, dan melonggarkan popok (Mueser,2008).
B. Indikasi Perianal Higiene
Adapun indikasi untuk dilakukan perianal higiene menurut (Perry,dkk. 2005)
yaitu :
1) Pasien yang mengalami luka pada daerah perianal.
2) Pasien tirah baring lama.
3) Sebelum pengambilan spesimenurin.
4) Setelah BAK dan BAB
C. Prosedur Perawatan PerianalHigiene
Adapun prosedur perawatan perianal higiene menurut (Perry, dkk. 2005) adalah
sebagai berikut. Adapun peralatan yang diperlukan yaitu :
1) Baskom
2) Kapas
3) Waslap
4) Handuk
5) Sarung tangan
6) Perlak pengalas
7) Tissu
8) Air hangat
Langkah-langkah untuk melakukan perianal higiene sebagai berikut :
1) Cuci tangan.
2) Pasang pengalas pada bagian bawah darah perianal.
3) Menggunakan sarung tangan.
4) Bila ada feses pada daerah perianal bersihkan menggunakan kapas yang
sudah dibasahi dengan air, dan cuci dengan sekali usap dengan menggunakan
waslap.
5) Gunakan kapas dengan air hangat untuk membersihkan daerah perianal bayi
dengan lembut.
6) Mengusap dari arah depan kebelakang saat membersihkan, untuk
menjauhkan dari daerah kemaluan dan infeksi. Ulangi berulang kali sampai
bagian parianal terbersihkan semua.
7) Gunakan waslap dan mengeringkan bagian diantara lipatan-lipatan secara
seksama.
8) Jika terdapat kemerahan berikan krim atau salep, dan biarkan terbuka
beberapa saat.
9) Jika terdapat kemerahan banyak dan parah, sebisa mungkin biarkan bayi
tanpa popok.
10) Membereskan alat dan cuci tangan.
D. Perianal Higiene dengan babyoil
Baby oil digunakan untuk mengangkat kotoran-kotoran yang mengering atau
mengeras. Misalnya dibagian lipatan-lipatan paha bayi, pantat dan genitalia si
bayi. Salah satu upaya dalam mengatasi diaper dermatitis anak diare yaitu dengan
membersihkan sebaik mungkin di daerah perianal dengan air yang bersih
kemudian dikeringkan bahkan ke setiap lipatan paha, perianal hingga pantat bayi
setelah itu sebelum di pakaikan popok dapat dioleskan dengan baby oil. Tujuan
diberikannya baby oil dimaksudkan agar mencegah amonia menempel dikulit si
bayi dan mempermudah mengangkat mekonium, kandungan minyak yang
terdapat pada baby oil mempermudah proses pengangkatan kotoran- kotoran di
tubuh bayi. Baby oil memiliki kandungan, seperti mineral oil. Minyak jenis ini di
dapat dari pertoleum yang sangat aman untuk kulit. Pretolleum bekerja melapisi
kulit sehigga kadar air di dalam kulit tidak cepat menguap (Qatrunnadia, 2016).
E. Perianal Hiegiene dengan Minyak Kelapa
Minyak kelapa sendiri merupakan pelembab alami karena mencegah
kerusakan jaringan dan memberikan perlindungan terhadap kulit, bahkan minyak
kelapa (Cocos nucefira L) dapat memperbaiki kulit yang rusak atau sakit.
Kandungan dari minyak kelapa sendiri anatara lain asam lemak rantai sedang
(MCT) yang terkandung dalam minyak kelapa bersifat anti mikrobial karena
dapat menghambat pertumbuhan berbagai jasa drenik berupa bakteri, ragi, jamur
dan virus. Sifat-sifat anti mikroba dari minyak kelapa sendiri berasal dari
komposisi MCT yang dikandungnya karena ketika diubah menjadi asam lemak
bebas seperti yang terkandung dalam sebum, MCT akan menunjukkan sifat
sebagai anti mikroba. Hal inilah yang menyebabkan minyak kelapa efektif dan
aman digunakan pada kulit dengan cara meningkatkan hidrasi kulit dan
mempercepat penyembuhan padakulit.
Menurut penelitian (Chasanah,2013) bahwa perawatan-perawatan perianal
dengan baby oil dapat menurunkan kejadian diaper dermatitis, karena baby oil
dapat memiliki efek perawatan yang baik. Kandungan didalam baby oil terdapat
porposi asam lemak tak jenuh yang tinggi dan didalam mengandung bahan-bahan
diantaranya gliserin,tocapherylacetate (vitamin E) dan zink oxid. Pencegahan
diaper dermatitis denagan cara membersihkan sebaik mungkin daerah yang
tertutup oleh popok setelah bayi kencing atau buang air besar degan baby oil.
Dari penelitian (Kusumaningrum, 2015) pengujian minyak kelapa
terhadap penyembuhan ruam popok pada bayi menunjukan skor penurunan
setelah diberikan olesan minyak kelapa. untuk pemakaian minyak kelapa sendiri
bisa dengan dioleskan pada daerah perianal yaitu pada bagian pantat, lipatan paha,
dan anus. Minyak kelapa (Cocos NucefiraL) diberikan dengan frekuensi dua kali
sehari setelah mandi yaitu pada pagi dan sore hari dan berturut-turut. Dikarenakan
memberikan minyak kelapa (Cocos Nucefira L) setelah mandi akan membuat
menjadi segar karena minyak kelapa cepat membangun hambatan mikrobakterial
sehingga meningkatkan mempertahankan toleransi jaringan.
BAB 3
PICO
JURNAL P I C O
(PROBLEM) (INTERVENTION) (COMPARE) (OUTCOME)
Judul : Standar kebersihan dapat Kriteria inklusi agar memenuhi Perawatan perianal 1. Peneliti berpendapat
Efektifitas mempengaruhi status syarat untuk berpartisipasi pasien dengan minyak bahwa minyak kelapa
perawatan kulit kesehatan individu. harus memenuhi kedua syarat kelapa ini dapat terbukti mengandung zat
dengan minyak Permasalahan kesehatan yang berikut : diaplikasikan dalam – zat yang dapat
kelapa sering dijumpai pada balita 1. Pasien mengalami tanda dan tatanan pelayanan mempertahankan tingkat
Terhadap yaitu penyakit infeksi. gejala yang sama keperawatan keasaman , membunuh
pencegahan iritasi Penyakit infeksi yang masih 2. Keberadaan pasien selama terutama pada area flora abnormal pada kulit
daerah perianal perlu diwaspadai menyerang minimal 1 minggu keperawatan anak. dan sebagai pelapis alami
pada balita adalah diare atau 3. Pasien dengan diare Dengan pemberian (kelembapan) untuk
Infant dengan diare gastroenteritis. Anak perawatan perianal mencegah terjadinya
di ruang aster rs dr. Indonesia yang menderita Intervensi : dengan minyak iritasi kulit.
Soebandi diare lebih dari 12 kali per Setelah bayi selesai BAB/BAK kelapa pada infant 2. Minyak kelapa memiliki
Jember tahun dan hal ini yang perlu segera dibersihkan, dengan diare dapat efek perawatan yang baik
menjadi penyebab kematian dikeringkan dan mencegah karena terdapat proporsi
Author : sebesar 15-34% dari semua diberi minyak kelapa untuk komplikasi dan asam lemak tak jenuh
penyebab kematian (Depkes, mencegah iritasi kulit perianal dan lama perawatan di yang tinggi yang di
Tinuk Tri Lestari 2010). mencegah agar amonium dan rumah sakit dalamnya terdapat
Diare adalah enzim-enzim fecal tidak mudah sehingga dapat mengandung bahan-bahan
Tahun : peningkatan pengeluaran tinja meresap ke dalam kulit . meningkatkan diantaranya :gliserin,
2012 dengan konsistensi derajat kesehatan tocopherylacetate
lebih lunak atau lebih cair anak. (vitamin E), chamomile
Tujuan : dari biasanya, dan terjadi extract dan zink oxid.
Mengidentifikasi paling sedikit 3 kali dalam 24 Glyserin mengandung
efek perawatan jam. Sementara untuk mineral oil yang tinggi,
perianal dengan bayi dan anak-anak, diare memiliki sifat mudah
minyak kelapa didefinisikan sebagai diabsorbsi. Reaksi
untuk pengeluaran tinja >10 g/kg/24 hygroscopisnya dapat
mencegahnya jam, sedangkan menambah kelembapan.
iritasi pada bayi 0- rata-rata pengeluaran tinja Chamomile extract
1 tahun dengan normal bayi sebesar 5-10 berfungsi sebagai zat anti
diare di Aster g/kg/ 24 jam (Juffrie, 2010). inflamasi, yang dapat
bangsal dr. Diare membuat PH kulit digunakan sebagai
Soebandi Rumah meningkat dapat pencegahan iritasi.
Sakit Umum menyebabkannya menjadi 3. Kejadian iritasi pada
Jember. lebih alkalis, meningkatkan kelompok yang tidak
risiko kolonisasi bakteri dan dilakukan perawatan
Metode : jamur. Hal ini dapat perianal dengan minyak
Eksperimen Quasy menyebabkan pertumbuhan kelapa (kelompok
bakteri yang berlebihan yang kontrol) Pada hasil
Sampel dapat menyebabkan infeksi penelitian ini didapatkan
penelitian : kulit. Organisme yang paling bahwa kejadian iritasi
Sampel adalah 30 umum adalah Candida pada kelompok kontrol
subjek yang dibagi albicans (dari saluran yang tidak dilakukan
menjadi dua pencernaan) dan perawatan perianal
kelompok. Staphylococcus (dari kulit dengan minyak kelapa
Ini adalah 15 perineum). sebagian besar terjadi
subjek sebagai Menurut Chasanah iritasi.
tretment dan yang (2011) bahwa perawatan 4. Perawatan perianal
lainnya sebagai perianal menggunakan baby dengan minyak kelapa
kelompok kontrol. oil secara rutin sebelum efektif terhadap
memakai popok baik setelah pencegahan iritasi daerah
BAK dan BAB terbukti perianal pada infant
Hasil : efektif untuk usia 0 – 1 thn dengan
Hasilnya mencegah terjadinya iritasi diare
menunjukkan perianal pada neonatus dapat
bahwa kelompok dilakukan dengan perawatan
perlakuan 80% perianal mengunakan baby oil
tidak memiliki
iritasi perianal, secara rutin.
sementara Perawatan kulit perianal
kelompok kontrol dengan menggunakan minyak
sebagian besar diduga dapat mengurangi
jengkel 60%. kekeringan dan mencegah
Efektivitas kehilangan air yang
pengobatan dengan berlebihan dari kulit namun
iritasi perianal pelaksanaannya pada anak–
minyak kelapa anak masih rendah,
dalam pencegahan
bayi dengan 0-1
tahun
Diare dengan nilai
yang diperoleh uji
Chi Square nilai P
0,025 adalah
signifikan.
BAB 5
PEMBAHASAN

Kejadian iritasi pada kelompok yang dilakukan perawatan perianal dengan


minyak kelapa. Pada hasil penelitian ini didapatkan bahwa kejadian iritasi pada kelompok
intervensi yang dilakukan perawatan perianal dengan minyak kelapa sebagian besar
terjadi iritasi yakni sejumlah 6 responden (66,7%). Hal ini sesuai infeksi, bau dan iritasi.
Oleh karena itu jika melakukan perawatan perianal dengan pernyataan Khumar (2008)
bahwa perawatan perianal dapat mencegah setelah buang air besar (diare) maka dapat
mencegah infeksi kulit di daerah anus yang meradan dan juga infeksi dari anus ke saluran
kencing dapat dicegah karena sebagian besar infeksi saluran kemih disebabkan oleh
organisme hadir dalam kotoran.
Kejadian iritasi pada kelompok yang tidak dilakukan perawatan perianal dengan
minyak kelapa (kelompok kontrol). Pada hasil penelitian ini didapatkan bahwa kejadian
iritasi pada kelompok kontrol yang tidak dilakukan perawatan perianal dengan minyak
kelapa sebagian besar terjadi iritasi yakni sejumlah 5 responden (55,6%). Peneliti
berpendapat anak dengan diare sangat rentan terjadi iritasi pada daerah perianal, hal ini
dikarenakan adanya peradangan pada daerah perianal akibat frekuensi BAB yang
berlebihan terjadi penekanan dan gesekan pada daerah perianal sehingga kulit perianal
menjadi iritasi.
Efektifitas perawatan perianal dengan minyak kelapa terhadap pencegahan iritasi
pada infant usia 1 bulan - 3 tahun dengan diare. Hasil uji analisis chi square dengan spss
17 yaitu perbandingan P value 0,058 lebih kecil dari tingkat signifikansi α= 0,05 (0,000<
0,05), maka H1 diterima yang berarti Perawatan perianal dengan minyak kelapa efektif
terhadap pencegahan iritasi daerah perianal pada infant usia 1 bulan – 3 tahun dengan
diare. Perawatan perianal dengan minyak kelapa dianggap memiliki efek perawatan yang
baik adalah minyak dengan proporsi asam lemak tak jenuh yang tinggi yang didalamnya
mengandung gliserin, tocopherylacetate, vitamin E, chamomile extract dan zink oxid
sehingga dapat mencegah iritasi (Kathleen P,2002).
Perawatan perianal dengan minyak kelapa ini dapat diaplikasikan dalam tatanan
pelayanan keperawatan terutama pada area keperawatan anak. Dengan pemberian
perawatan perianal dengan minyak kelapa pada infant dengan diare dapat mencegah
komplikasi dan lama perawatan di rumah sakit sehingga dapat meningkatkan derajat
kesehatan anak dan juga minyak kelapa efektif mengurangi iritasi pada daerah perianal
dari iritasi berat menjadi ringan. Dari iritasi ringan menjadi tidak ada.
BAB 4
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Kejadian iritasi pada usia 1 bulan - 3 tahun dengan diare pada kelompok
perlakuan yang diberikan perawatan perianal dengan minyak kelapa
menunjukkan bahwa sebagian besar terjadi iritasi yakni sejumlah 6 responden
(66,7%). Sedangkan pada kelompok kontrol yang tidak diberikan perawatan
perianal menunjukkan bahwa pada sebagian besar terjadi iritasi yakni
sejumlah 5 responden (55,6%).
Ada perbedaan antara kejadian iritasi pada kelompok perlakuan dan
kelompok kontrol sehingga dapat diartikan bahwa Perawatan perianal dengan
minyak kelapa efektif terhadap pencegahan iritasi daerah perianal pada usia 1
bulan - 3 tahun dengan diare.

A. SARAN
Perawatan perianal dengan minyak kelapa ini dapat diaplikasikan dalam
tatanan pelayanan keperawatan terutama pada area keperawatan anak. Dengan
pemberian perawatan perianal dengan minyak kelapa pada anak dengan diare
dapat mencegah komplikasi dan lama perawatan di rumah sakit sehingga
dapat meningkatkan derajat kesehatan anak.

Anda mungkin juga menyukai