Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Diare merupakan gejala umum dari infeksi saluran cerna yang disebabkan oleh
berbagai macam patogen, termasuk bakteri,virus dan protozoa. Diare lebih umum terjadi di
negara yang berkembang karena kurangnya air minum yang aman,sanitasi dan kebersihan
serta status gizi yang lebih buruk. Diare juga mampu membunuh anak-anak terhitung sekitar
8% dari semua kematian diantara anak-anak dibawah usia 5 tahun diseluruh dunia.
(UNICEF,2018).

Diare bisa menyerang manusia dari usia berapapun terutama pada anak. Dimana
untuk usia anak-anak sendiri lebih rentan terhadap infeksi karena sistem imun pada anak
belum sempurna. Apalagi di negara berkembang seperti ini, masih banyak masyarakat yang
kurang peduli akan kebersihan lingkungan disekitar tempat tinggalnya. Pada bayi atau anak
diare akan mengalami buang air besar dimana bentuk fesesnya cair,berlendir,mengandung
darah, dan berubah warna menjadi kehijau-hijauan. Pada keadaan ini banyak asam laktat
yang dihasilkan dari pemecahan laktosa tidak dapat diresap oleh usus, maka jiika feses terus-
terusan keluar dan akan semakin asam akan mengakibatkan anus dan daerah sekitarnya lecet.

Masalah keperawatan yang muncul pada kasus diare salah satunya yaitu: kerusakan
integritas kulit. Menurt ambarawati dan nasution (2015) kerusakann integritas kulit
merupakan dermatitis kontak iritan karena bahan kimia yang terkandung feses. Selain itu bisa
juga karena kontak yang terus-terusan dengan keadaan lingkungan yang tidak baik, sehingga
menimbulkan iritasi.

Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2017, Diare merupakan penyakit
edemis di Indonesia dan merupakan penyakit potensial Kejadian Luar Biasa (KLB) yang
sering disertai dengan kematian. Secara global terjadi peningkatan kejadian diare dan
kematian akibat diare pada bayi,balita dan anak-anak dari tahun 2015-2017. Pada tahun 2015
diare menyebabkan sekitar 688 juta orang sakit dan 499.000 kematian diseluruh dunia terjadi
pada anak di usia balita.

Diare disebabkan karena berbagai faktor, salah satunya karena faktor infeksi saluran
pencernaan yang merupakan penyebab utama diare pada anak. Banyak jenis bakteri dan
parasit seperti bakteri E. Coli, bakteri salmonella enteritis , bakteri campylobacter, bakteri
shigella, parasit giardina,parasit cryptosporidium. Agen infeksius tersebut menyekresikan
toksin yang menyebabkan vili usus gagal mengabsorpsi natrium yang akan menstimulasi
sekresi air dan garam ke dalam lumen usus dan juga peningkatan motilitas. Ini juga bisa
menyebabkan sebagian besar makanan tidak dicerna dan cairan dikeluarkan sehingga
merangsang usus untuk mengeluarkanya dan terjadilah diare (Ratih,2013).

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kejadian diare pada anak, yaitu faktor
lingkungan, faktor sosiodemografi, dan faktor perilaku. Faktor lingkungan yaitu kebersihan
lingkungan,meliputi perumahan, pembuangan kotoran manusia (tinja), penyediaan air bersih,
pembuangansampahdan saluran pembuangan air limbah (SPAL). Faktor sosiodemografi
terdiri dari pendidikan dan pekerjaan orang tua serta umur anak. Faktor perilaku yaitu
pemberian ASI eksklusif, dan kebiasaan mencuci tangan serta mencuci buah dan sayur
sebelum dikonsumsi.

Risiko gangguan integritas kulit merupakan salah satu masalah keperawatan yang
muncul pada anak penderita diare, hal ini disebabkan akibat sering dan lamanya kontak
dengan urine dan feses dengan kadar urea-amonia yang meningkat saat diare menyebabkan
kelembaban dan pH kulit meningkat sehingga mengakibatkan iritasi kulit terutama daerah
sekitar perineal. Asuhan keperawatan yang cepat dan tepat sangatlah diperlukan untuk
mengatasi masalah keperawatan risiko gangguan integritas kulit pada anak diare salah
satunya dengan perawatan integritas kulit.

Pemakaian popok bayi dan balita merupakan cara yang paling praktis,efektif dan
higenis untuk menampung urine dan feses agar tidak menyebar saat BAK maupun
BAB,namun sesungguhnya kulit bayi dan balita tidak siap untuk mengatasi keadaan yang
dapat timbul akibat kontak lama dengan urine dan feses sehinga menyebabkan kerusaka
intergritas kulit di area perianal (Maryunani, 2010).
Ruam popok dapat diartikan sebagai infeksi kulit karena paparan urine dan kotoran
yang berkepanjangan ditambah dengan tekanan dan gesekan popok yang bersifat disposable.
Tanda dan gejala ruam popok bervariasi dari yang ringan sampai yang berat. Pada gejala
awal kelainan derajat ringan seperti kemerahan ringan di kulit pada daerah yang digunakan
popok seperti timbul bintik bintik merah kadang basah dang bengkak pada daerah yang
paling lama berkontak dengan popok seperti paha.

Penanganan risiko gangguan intergritas kulit perianal sangatlah perlu dilakukan


secara cepat dan tepat,penanganan dan tindakan mandiri perawat untuk menghindari iritasi
dan infeksi kulit dengan cara perawatan perianal dan menjaga kebersihan kulit perianal tetap
terjaga dengan cara membersihkan area perianal segera mungkin setelah buang air besar.
Apabila keadaan ini dibiarkan lebih dari 3 hari,maka bagian yang terkena ruam akan
ditumbuhi jamur candida albicans (Ambarawati dan Nasution 2015)

Upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah keperawatan risiko gangguan
intergritas kulit pada anak penderita diare adalah dengan memberikan asuhan keperawatan
secara komperhensif. Penanganan risiko gangguan intergritas kulit menurut SIKI(Standar
Intervensi Keperawatan Indonesia,2018) Adalah dengan melakukan perawatan intergritas
kulit.

Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk melakukan studi literatur mengenai
asuhan keperawatan pada anak penderita diare dengan masalah keperawatan risiko gangguan
intergritas kulit.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah “Bagaimana
asuhan keperawatan pada anak penderita diare dengan masalah keperawatan risiko gangguan
intergritas kulit”

C. Tujuan Penelitian
 Tujuan Umum
Tujuan umum studi literatur ini adalah untuk menganilisis asuhan keperawatan pada
anak penderita diare dengan masalah keperawatan risiko gangguan intergritas
kulit/jaringan.

 Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian asuhan keperawatan anak pada pasien anak diare
b. Mampu menegakkan diagnosa keperawatan pada pasien anak diare
c. Mampu menyusun rencana asuhan keperawatan pada pasien anak dengan diare
d. Mampu melaksanakan intervensi asuhan keperawatan pada pasien anak dengan
diare
e. Mampu mengevaluasi asuhan keperawatan pada pasien anak dengan diare

D. Manfaat Penelitian

 Manfaat Teoritis
Hasil Karya Tulis Ilmiah (KTI) ini secara teoritis diharapkan dapat membeikan
konstribusi dan menambah wawasan asuhan keperawatan khususnya pada anak
penderita diare dengan masalah kepeerawatan risiko gangguan intergritas kulit.
 Manfaat Praktis
1. Bagi orang tua anak
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan infromasi dan pengetahuan
kepada orang tua tentang pentingnya perawatan kulit atau pemeliharaan intergritas
kulit pada anak yang mengalami diare, diharapkan orang tua juga mampu
menerapkan prosedur perawatan ini
2. Bagi Profesi Kesehatan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan mengenai
pentingnya perawatan dan pemeliharaan intergritas kulit pada pasien anak dan
diharapkan perawat dapat mengaplikasikan perawatan kulit pada pasien anak yang
mengalami diare,sehingga akan menekan terjadinya risiko gangguan intergritas
kulit.
3. Bagi Rumah Sakit
Hasil penelitian ini diharapkan bisa menjadi acuan dan solusi untuk lebih
memperhatikan perawatan atau pemeliharaan intergritas kulit yang baik pada
pasien anak yang mengalami diare.
4. Bagi Instusi Pendidikan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan literature dalam keperawatan anak
dan mejadi masukan untuk mengembangkan kurikulum khususnya mata ajar yang
berkaitan keperawatan anak.
5. Bagi Penelti dan Peneliti Selanjutnya
Hasil peenelitian ini diharapkan bisa memberikan manfaat dan menambah
khasanah di bidang penelitian keperawatan anak.

Anda mungkin juga menyukai