Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut gambaran WHO (World Health Organization), bagi pasangan yang baru
memiliki anak, terlebih anak pertama, urusan merawat bayi mulai dari memandikan hingga
memakaikan popok mungkin akan terasa sangat merepotkan. bingung saat memilih popok untuk
si kecil apakah harus popok kain atau popok sekali pakai (disposable diaper).
Popok dan bayi adalah dua hal yang tak bisa dilepaskan. Namun bagai pedang bermata
dua, popok bisa membuat bayi tenang tapi bisa juga justru jadi sumber kerewelan mereka. Dan
semua itu bergantung pada seberapa jeli kita mendeteksi kehadiran ruam popok. Diantara
sejumlah gangguan kulit pada bayi, ruam popok adalah yang paling sering terjadi pada bayi baru
lahir. Waspada bila kulit di sekitar bokong bayi meradang, berwarna kemerahan. Itu tandanya
bayi terkena ruam popok. Biasanya, ruam kulit ini membuat si kecil merasa gatal. Kenapa
disebut ruam popok ( diaper rash)? Karena, gangguan kulit ini timbul di daerah yang tertutup
popok,

yaitu

sekitar

alat

kelamin,

bokong,

serta

pangkal

paha

bagian

dalam.

(http://www.google.co.id/epochtimes.html).

Ruam popok adalah ruam pada bokong bayi yang tertutup popok. Salah satu
penyebabnya adalah popok yang telah terkotori oleh air kemih atau tinja bayi. Selain itu ruam
popok dapat pula diakibatkan oleh jamur. Tanda-tanda ruam dapat dilihat dengan munculnya
daerah memerah di bagian kulit yang tertutup popok. Daerah merah ini bisa dibarengi dengan
bintil-bintil merah, bisa juga tidak (Anonim, 2008).
Ruam popok ( diaper rash, diaper dermatitis, napkin dermatitis ) masih kerap kita jumpai
dalam keseharian, terutama pada bayi. Para orang tua sudah tidak asing lagi dengan ruam popok,

suatu gangguan kulit berupa bercak merah pada kulit di area yang tertutup popok, yakni: pantat,
perut bagian bawah, pelipatan paha, area kemaluan dan dubur (anogenital). Ruam popok atau
irritant diaper dermatitis (IDD) merupakan bercak merah pada kulit yang tertutup popok karena
iritasi oleh berbagai faktor. (http://www.qonitta/diaper-rash-dermatitis,2008.html)
Ruam popok biasanya mengenai bayi atau anak di bawah usia 2 tahun. Hampir semua
bayi pernah mengalami ruam popok, sekurang-kurangnya sekali dalam 3 tahun pertama
kehidupannya, dengan angka kejadian yang lebih tinggi pada usia 9 12 bulan. Usia ini adalah
dimana bayi mulai belajar duduk dan mulai makan makanan padat sehingga tinjanya menjadi
lebih asam. Ruam Biasa terjadi pada bagian kulit yang tertutup popok. Dipaparkan oleh dr Titi,
hal ini terjadi karena cara pemakaian popok yang salah. Setidaknya 50 persen bayi yang
menggunakan popok mengalami hal ini. Mulai terjadi di usia beberapa minggu hingga 18 bulan
(terbanyak terjadi di usia bayi 6-9 bulan). Biasanya, terjadi karena salah pemakaian popok.
Popok memiliki batas kapasitas tampung urin dan tinja. Jika kotoran sudah melebihi daya
tampung, bisa jadi akan kembali berkontak dengan kulit. Tak bisa diukur secara kasat mata,
memang, namun, sekarang sudah ada beberapa popok yang memiliki pengukur. .( Laila
Andaryani Hadis, 2004).
Dermatitis popok hasil dari kontak berkepanjangan dengan iritasi seperti uap air , zat
kimia, dan gesekan. Amonia Urine, terbentuk dari pemecahan urea oleh tinja bakteri, yang
menyebabkan iritasi pada kulit bayi yang sensitif. Amonia dengan sendirinya tidak menyebabkan
kerusakan kulit. Hanya kulit yang rusak karena jarang mengganti popok dan konstan urin dan
kotoran kontak rentan terhadap kerusakan dari amonia dalam urin. Asupan cairan yang tidak
memadai, panas, dan deterjen di popok memperburuk kondisi. dari diare dengan cepat dapat
menyebabkan ruam pada kebanyakan anak. Ruam popok dimulai dengan eritema di perianal

wilayah. Waktu diobati, daerah tersebut dapat dengan cepat mengkritik dan kemajuan untuk
makula dan papula, yang merupakan erosi dan kerak .Dalam keadaan tertentu (pada bayi di
bawah usia enam bulan, balita yang telah di antibiotik , dan anak-anak dikompromikan
kekebalan) popok dermatitis dapat menjadi sekunder terinfeksi dengan ablicans Candida.
Kadang-kadang dermatitis popok super berat menjadi terinfeksi dengan bakteri ( streptokokus
atau staphylococcus ). (Muftahah, 2007).
Incidence rate (angka kejadian) Ruam Popok berbeda-beda di setiap negara, bergantung
pada hygiene, pengetahuan orang tua (pengasuh) tentang tata cara penggunaan popok dan
menurut saya mungkin juga berhubungan dengan faktor cuaca. Kimberly A Horii, MD (asisten
profesor spesialis anak Universitas Misouri) dan John Mersch, MD, FAAP menyebutkan bahwa
10-20 % Diaper dermatitis dijumpai pada praktek spesialis anak di Amerika. Sedangkan
prevalensi pada bayi berkisar antara 7-35%, dengan angka terbanyak pada usia 9-12 bulan.
Sementara itu Rania Dib, MD menyebutkan ruam popokk berkisar 4-35 % pada usia 2 tahun
pertama. (http://ykmadira.blogspot.com/2010/02/ruam-di-balik-popok.html)
Kejadian diaper rash ini membuat Peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian
tentang kejadian Diaper Rash pad bayi usia 0-12 bulan di wilayah kerja Puskesmas Kota
Kabupaten Bantaeng.
B. Rumusan Masalah
Dari uraian singkat latar belakang diatas mengenai Diaper Rash yang sering terjadi pada
bayi, maka dalam penelitian ini peneliti merumuskan masalah penelitian yaitu bagaimana
gambaran kejadian Diaper Rash pada bayi 0-12 bulan di wilayah kerja Puskesmas Kota
Bantaeng.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum

Untuk mendapatkan informasi tentang gambaran kejadian Diaper Rash pada bayi di
Puskesmas Kota Kabupaten Bantaeng.
2. Tujuan khusus
a. Untuk memperoleh gambaran kejadian Diaper Rash pada bayi 0-12 bulan di Wilayah kerja
b.

Puskesmas Kota kabupaten Bantaeng.


Untuk memperoleh Informasi berapa lama pemakaian popok pada bayi di wilayah kerja

Puskesmas Kota Kabupaten Bantaeng.


c. Untuk memperoleh informasi bagaimana cara pemakaian popok pada bayi usia 0-12 bulan di
wilayah kerja Puskesmas Kota Kabupaten Bantaeng.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Ilmiah
Hasil penelitian ini dapat menjadi sumber informasi dan memperkaya wawasan ilmu
pengetahuan dan sebagai bahan acuan bagi pembaca dan peneliti selanjutnya.
2. Manfaat institusi
Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai salah satu hasil penemuan dan kajian serta
bahan acuan atau pedoman bagi institusi jurusan keperawatan dalam menentukan perencanaan
dan program selanjutnya.
3. Manfaat bagi peneliti
a. Sebagai salah satu persyaratan dalam menyelesaikan ujian akhir di jenjang pendidikan Diploma
III Akademi Keperawatan Bulukumba
b. Sebagai informasi dan bahan bacaan bagi peneliti yang lain dimasa yang akan datang

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Tentang Diaper Rash
Seiring dengan perkembangan zaman dan peradaban, makin banyak barang-barang yang
diciptakan manusia untuk mempermudah kehidupannya, juga bagi anak-anak, salah satunya
pampers atau dalam bahasa indonesianya dikenal dengan istilah popok. Ada beberapa kerugian
yang akan dialami anak-anak yang orangtuanya sangat terpengaruh dengan iklan popok yang anti

bocor ini. Yang pertama adalah masalah iritasi pada kulit anak tersebut dan juga sebuah sikap
ketergantungan yang terbentuk lebih awal dan menyesatkan. anak-anak yang telah terbiasa
dengan memakai ini akan mengalami ketergantungan yang sangat mungkin untuk mengarah
menjadi hal yang patologis dalam perkembangan mereka selanjutnya (Meyzian, 2010).
Ibu-ibu yang masih punya anak bayi sering mengeluh, Baru juga kencing sudah kencing
lagi. Maka cepat-cepat si Ibu menggantikan celana bayinya yang basah selain itu tidur bayipun
jadi terganggu. Karena itu, banyak ibu yang memutuskan untuk memakai popok sekali pakai atau
sering dikenal dengan diapers. Tentu saja ini sangat praktis, bayi dapat tidur dengan tenang dan
cucian tidak menumpuk lagi karena popok tersebut hanya sekali pakai dan langsung dibuang.
(Trezna dan Ricky, 2005).
Hingga kini memakai popok adalah cara yang dianggap paling higienis dan praktis untuk
menampung air seni dan tinja. Dahulu, popok terbuat dari kain, setelah digunakan popok kain
dapat dicuci dan digunakan kembali. Namun sekarang popok lebih modern dan sekali pakai.
Popok masa kini lebih banyak menampung air seni dan tidak mudah bocor sehingga aman untuk
bepergian. Lebih dari itu, banyak sekali produk popok sekali pakai yang terjual sehingga orang
tua dapat memilihnya sesuai selera (Nagita, 2009).
Menurut dr Gede Utomo SpA, agar tidak memberikan efek samping, perlu dipilih diapers
yang permukaannya tetap kering meskipun terkena kencing. Pemilihan bentuk diapers serupa
celana dan lepasan tak masalah. Asalkan diapers tersebut tidak menimbulkan iritasi, lembab,
serta bahannya tidak menimbulkan alergi. Ada hal lain yang tidak kalah penting, diaper hanya
digunakan untuk cairan, bukan kotoran padat. Anak yang memakai popok cenderung malas
untuk bab/bak di wc (Nia,2008).

Sebuah seminar tentang Pendidikan Anak Usia Dini mengemukakan bahwa pemakaian
diapers secara terus menerus akan berdampak psikologis yang kurang baik bagi balita
(Ramadhan, 2008).
Alergi pada merk popok tertentu juga bisa menjadi penyebab ruam pada bayi. Karena ada
merk tertentu yang memiliki kualitas bahan yang memiliki daya serap rendah, sehingga
penggunaan popok sering melebihi daya tampung popok rendah kualitas tersebut maka air seni
bayi yang tidak terikat pada serat popok akan diserap dan mengendap di kulit bayi dan
menimbulkan ruam. Kalau ruam popok sudah terlanjur terjadi, sebaiknya dihindari dulu
penggunaan popok sekali pakai tersebut hingga kulit bayi benar-benar sudah sembuh.
( MayoClinic, 2007).
Tentu saja tidak semua anak yang memakai popok akan menderita ruam popok ini,
namun memang memiliki kerentanan akan mengalaminya. Banyak hal yang mempengaruhi
timbulnya ruam popok ini, namun sebenarnya hal utama yang mendasarinya adalah faktor
iritasi. Iritasi ini terjadi terutama karena adanya kontak dengan urin/ air seni dalam jangka
waktu lama akibat pemakaian sebuah popok yang berkepanjangan. Selain itu, iritasi juga
disebabkan oleh:
- Gesekan kulit dengan bahan popok. Hal ini akan semakin berat pada bayi/ anak yang gemuk
apalagi bila ukuran popok yang digunakan tidak sesuai dengan yang seharusnya (terlalu kecil).
- Enzim yang terdapat di feses ( tinja/ kotoran ) bayi/ anak
- Pemakaian deterjen dan pelembut pakaian ( jika kurang bersih saat melakukan pembilasan waktu
mencuci popok kain).

Perlu diketahui juga, ternyata angka kejadian ruam popok akan meningkat jika bayi atau anak
menderita diare. Penggunaan susu kaleng ( pengganti air susu ibu) juga mempertinggi resiko
terjadinya ruam popok. (dr. Tina Wardhani Wisesa, SpKK (K)).
Diaper Rash merupakan ruam pada bokong bayi yang tertutup popok. Salah satu
penyebabnya adalah popok yang telah terkotori oleh air kemih atau tinja bayi. Selain itu ruam
popok dapat pula diakibatkan oleh jamur. Tanda-tanda ruam dapat dilihat dengan munculnya
daerah memerah di bagian kulit yang tertutup popok. Daerah merah ini bisa dibarengi dengan
bintil-bintil merah, bisa juga tidak (Anonim, 2008).
1. Lama Pemakaian Popok
Setelah disposable diaper dibuat pertama kali oleh Victor Miller di tahun 1950, nama
Pampers langsung melejit dan menjadi populer di seluruh dunia. Orangtua merasa senang dengan
inovasi popok modern ini. Bagi mereka, disposable diaper adalah solusi yang tepat untuk
masalah pipis dan berak para bayi. Selain bayi bisa tidur tenang karena tidak terganggu basah,
orangtua pun senang karena tidak perlu mendengar tangis bayi karena ngompol. Tapi beberapa
waktu lalu, sebuah penelitian memaparkan kalau disposable diaper sangat tidak aman bagi bayi.
Selain masalah ruam popok, disposable diaper disebut-sebut sebagai salah satu pemicu
munculnya kanker dan kemandulan(http://www.google.co.id/pospak-popokkain.html).
Procter & Gamble melaporkan kalau rata-rata konsumen produk mereka mengganti
diaper 5 kali sehari. Tapi beberapa peneliti dan ahli medis menyarankan agar mengganti diaper
setiap 2 jam sekali. Jika masalahnya hanya ruam popok mungkin masih bisa dianggap enteng,
orangtua hanya perlu membayar lebih mahal (dengan sering mengganti diaper) supaya bayinya
bebas ruam popok. (http://id.google.com/popoksekalipakai.html)

Sebagian besar Ibu yang memiliki bayi berusia 0-12 bulan menggunakan popok sekali
pakai. Para Ibu biasanya mengganti popok bayinya 3-4 jam, tetapi terkadang jg mereka
menunda-nunda untuk menggantinya dan bahkan lupa, apalagi bila mereka sedang berpergian
atau sibuk dengan pekerjaannya masing-masing. Dan hal ini dapat memicu terjadinya ruam pada
bayi (Farida,2009).
2. Cara Pemakaian Popok
Siapa sih yang tidak merasa kasihan jika bayinya terkena ruam popok? Karena terlalu
lama memakai popok sehingga daerah pantat menjadi lembab, memang bisa menimbulkan ruam
popok pada bayi. Tak perlu panik, ada cara untuk mencegahnya.
a. Pilih popok berbahan dasar lembut dan punya daya serap tinggi
b. Ganti popok setiap 3 jam dan setiap selesai buang air besar
c. Hindari pemakaian popok terlalu ketat, agar kulit bayi masih bisa bernafas. Popok yang dipakai
longgar, khususnya pada malam hari, akan meminimalkan kontak antara bagian yang basah
terkena air atau tinja dengan kulit bayi.
d. Bersihkan daerah popok dengan air, keringkan, lalu oleskan pelembab krim atau lotion yang
mengandung zinc secara tipis-tipis.
e. Hindari menaburkan bedak, karena bisa menggumpal (bila kulit basah) dan akhirnya malah
mendatangkan jamur atau bakteri.
f. Hindari membersihkan tubuh bayi menggunakan bahan yang mengeringkan kulit, misalnya
alkohol, karena bisa mengiritasi kulit bayi.
g. Biarkan tubuh bayi tanpa popok selama 2-3 jam sehari, agar kulit bokong bayi bernafas.

Pemakaian popok pada bayi hendaknya hindari memasang popok terlalu kuat. Usahakan
ada ruang antara popok dengan kulit bayi. Hal ini dikarenakan agar kulir bayi dapat bernafas
sehingga tidak lembab. (MayoClinic (2007).
3. Jenis Popok
Popok yang biasa digunakan untuk bayi secara umum terdiri dari 2 macam, yaitu : popok
sekali pakai dan popok kain. Popok tersebut sudah banyak beredar di toko-toko atau di
supermarket yang berada di Indonesia. Jenis popok tersebut antara lain :
a. Popok Sekali Pakai
Keberadaan popok sekali pakai,memudahkan kita membersihkan si kecil setelah buang
air kecil atau buang air besar. Anda tinggal membuka perekat, ganti dengan popok yang baru dan
merekatkannya kembali. Namun, seperti juga alat bantu perawatan si kecil yang lain, popok
sekali pakai memiliki kelebih dan kekurangan yang perlu disiasati, agar penggunaannya optimal
serta tidak merugikan kesehatan si kecil. Menampung hingga 3 kali bayi berkemih. Kondisi ini
disebabkan karena popok sekali pakai dilengkapi teknologi gel penyerap. Kenyamanan:
Teknologi pembuatan popok sekali pakai berkembang sangat pesat saat ini. Popok telah dibuat
berpori sehingga tidak menghalangi sirkulasi udara pada kulit bayi. Jenis popok ini terasa
nyaman bagi kulit bayi dan tidak melembapkan kulit. Kepraktisan: Popok sekali pakai tidak
perlu dibersihkan. Dapat langsung dibuang setelah dipakai. Dilengkapi pita perekat, sehingga
lebih mudah digunakan.
Dampak lingkungan: Karena tidak dapat dipakai lagi, popok sekali pakai menimbulkan
tumpukan limbah. Pada 1955, 100 persen bayi Amerika mengenakan popok katun. Namun pada
1991, hanya 10 persen. Perkiraan terbaru mengklaim bahwa 27.4 milyar popok sekali pakai
digunakan setiap tahunnya di Amerika Serikat, menghasilkan kira-kira 3.4 juta ton sampah padat

tambahan di tempat pembuangan sampah. Sekarang, 3 persen sampah dari tempat pembuangan
sampah di negara bagian Amerika Serikat berisi popok sekali-pakai.
Itu berarti membutuhkan 3.5 milyar galon minyak, 82,000 ton plastik, dan 1.3 juta ton
bubur kayu (250,000 pohon) untuk membuat 18 juta popok. Dan setelah menggunakannya hanya
satu kali, popok itu lantas dibuang dan diangkut ke tempat pembuangan sampah, di mana mereka
membutuhkan waktu 500 tahun untuk menguraikannya.Hal ini berarti menyebabkan masalah
lingkungan yang sangat serius bagi planet kita, karena popok sekali pakai digunakan secara
meluas. Usaha untuk mendaur ulang popok sekali pakai dan menjadikannya pupuk kompos
belum berhasil dan tidak hemat biaya. Popok kain merupakan alternatif yang bagus untuk
digunakan. Popok tersebut dapat digunakan kembali beratus-ratus kali dan dapat diuraikan oleh
alam (biodegradable).
Semua orang membuang popok sekali-pakai bersama dengan sampah rumah tangga
reguler, namun hampir tidak ada orang yang menyadari bahwa hal ini merupakan praktek illegal
di beberapa negara bagian. Hukum tidak dilaksanakan ketika berhadapan dengan popok sekalipakai. Membuang kotoran ke dalam sampah reguler dapat berpotensi menyebarkan penyakit
dan menciptakan resiko kesehatan masyarakat. Carl Lehrburger menjelaskan dalam artikel
tentang popok "Out of Sight, Out of Mind" (ungkapan yang berarti 'sesuatu hal yang mudah dilupakan') "air lindi (air kotor dan bau yang berasal dari sampah) yang berisi virus dari tinja
manusia (termasuk vaksin hidup dari imunisasi rutin masa kanak-kanak) dapat merembes ke
dalam bumi dan mencemari persediaan air bawah tanah. Virus-virus ini termasuk hepatitis A,
virus Norwalk dan virus Rota (penyebab diare akut)."
Kebanyakan popok sekali pakai melewati proses pemutihan. Proses ini jelas menambah
kadar gas dioksida yang beracun. Pun, tercatat 250.000 pohon ditebang setiap tahun untuk

memproduksi popok bayi. Data itu adalah untuk bayi di Amerika, bukan untuk untuk seluruh
dunia. Setelah dipakai, popok itu akan berakhir di daratan, bersamaan dengan sampah-sampah
lain. Popok itu pun merusak tanah, meracuni air tanah, dan menjadi medium penyebaran parasit,
virus, dan bakteri. Pun, selain dari faktor lingkungan, popok sekali pakai dapat berakibat buruk
bagi kesehatan bayi Anda.
Popok biasanya mengandung super absorbent polymer (SAP). SAP merupakan jenis
polimer yang mampu menyerap air hingga 8 kali beratnya, berubah menjadi jel ketika basah
sehingga mampu membuat bayi tetap kering dan tidak mengalami ruam-ruam. Efek buruknya
adalah bila popok robek saat dipakai, walau sekecil apa pun robekan itu. SAP bisa tertinggal di
kulit bayi dan menyebabkan iritasi kulit dan saluran pencernaan, bila SAP itu tanpa sengaja
tertinggal di mulut bayi.
Selain itu, penggunaan popok akan mempersulit latihan buang air yang seharusnya
dijalani oleh setiap bayi. Penelitian menemukan, bayi yang menggunakan popok kain memulai
latihan menggunakan toilet hingga setahun lebih cepat daripada bayi yang menggunakan popok
sekali pakai.(http://www.andriewongso.com/artikel/iewarticleprint.php?idartikel=1360).
b. Popok Kain
Kehadiran bayi tentu sangat menyenangkan hati semua orang, terutama ibunya. Namun
itu juga berarti tugas baru dimulai. Mengganti popok adalah kegiatan yang akan sering dilakukan
terutama di awal bulan kelahirannya. Apalagi jika sang bayi mendapatkan ASI eksklusif.
Bayi ASI awalnya akan lebih sering pup, sekitar 10-15 kali sehari. Namun menginjak usia
2 atau 3 bulan, pupnya justru menjadi jarang karena ASI yang dikonsumsinya banyak terserap
oleh tubuh. Sedangkan pup bayi susu formula bervariasi, sekitar 2-6 kali sehari.

Sedangkan frekuensi pipis bayi tergantung jumlah cairan yang masuk. Semakin banyak ia
minum, semakin banyak dan sering pipisnya. Biasanya bayi akan pipis saat bangun tidur dan
sesudah minum.
Di pasaran, tersedia berbagai jenis popok untuk membantu ibu. Ada beberapa macam
popok kain, antara lain :
1)

Popok-tali
Di sebut juga popok ikat. Ini yang paling awam, semua sudah tahu pemakaiannya dengan

mengikatkan kedua utas tali mengelilingi pinggang bayi (menahan agar popoknya tidak terlepas).
Biasanya dibuat dari kain katun atau bahan kaus; beberapa merk ada yang menambah ekstra
lapisan kain di bagian tengah popok (agak tebal di bagian yang banyak terkena pipis). Cocok
dipakaikan pada bayi baru lahir yang masih sering pipis-poop dan belum banyak aktif bergerak.
Tapi karena bahannya tipis, tetap rawan tembus. Bagusnya, bahan tipis ini cukup breathable dan
saat bayinya pipis-poop bisa langsung ketahuan.
2)

Flat-Diaper
Di kenal juga sebagai popok kain persegi yang lebar itu. Tahu kan, model popok jaman-

dahulu-kala yang harus dilipat-lipat sebelum dipakaikan ke bayi, lalu disemat dengan peniti
raksasa supaya nggak lepas dan terpasang rapi? Ukuran standar popok kain ini adalah 7070 cm,
tapi ada juga yang membuat ukuran 8080 cm. Flat diapers ini dibuat dari bahan muslin (muslin
squares), katun, atau tetra (anyaman benangnya agak jarang/semi transparent). Daya serapnya
bagus, apalagi setelah dicuci-pakai berkali-kali sampai jadi mengembang dan crisp. Tapi kalau
kena ompol relatif cepat merembes dan lembap-berat oleh air pipis. Kalau memilih memakai
popok model ini, siapkan area jemuran yang cukup luas agar muat untuk menjemur popok-

popok ini (bahannya lebar, jadi lumayan makan-tempat). Keunggulan lainnya yaitu mudah
dibersihkan dan cepat kering (bahkan kalau dijemur dengan cara diangin-anginkan kipas angin).
3)

Prefold
Popok segi empat yang dibuat dengan menumpuk/melipat terlebih dahulu beberapa

lembar popok kain sekaligus, lalu dijahit-tindas dan di-neci sehingga menghasilkan selembar
popok yang tebal di bagian tengahnya (sebagai lapisan-penyerap). Lapisan penyerap prefold
terdiri antara 6-8 lapis kain sehingga daya serap ompolnya tinggi dan tahan dipakai agak lama
(dibandingkan dengan flat diaper). Akan menyerap lebih bagus setelah beberapa kali dicucipakai sehingga bahannya mengembang dan fluffy. Untuk pemakaiannya tidak perlu banyak
dilipat-lipat. Kalau jenuh oleh ompol, tetap akan merembes. Juga karena tebal, saat dijemur
butuh waktu agak lama untuk kering (lumayan bikin panik kalau dipakai saat musim hujan).
4)

Diaper Cover
Ada yang menyebutnya sebagai shell, atau popok plastik. Diaper cover adalah popok

penutup ekstra yang dipakai diluar flat diaper/popok tali/prefolds. Dipakai untuk mencegah
merembesnya ompol keluar dan kena ke seprai, kasur, baju, sofa, kain gendongan, dkk. Kalau
popok kainnya basah, cukup popok kainnya yang diganti, sementara diaper cover bisa dipakai
lagi

(kecuali

kalau

terkena

poop).

Bentuk diaper-cover menyerupai celana semi-popok dengan perekat velcro, kancing jepret
(snaps) atau waistband karet. Umumnya dibuat dari bahan yang menolak-air seperti PUL atau
kain wool. Karena bersifat menolak-air, diaper-cover cukup diganti setiap dua-tiga kali
pemakaian popok kain. Meskipun begitu, kejenuhan popok kain dibalik cover ini tetap harus
rajin-rajin diperiksa. Cara pemakaian diaper cover bisa dengan memakaikannya diluar popok
kain yang sudah dipakaikan (didobel), atau mengisi diaper-cover dengan flat diaper/prefold.

5)

One-Size Pocket Diaper


Berupa popok dengan kantung (pocket) di bagian belakang/tengah untuk diisi sumpalan

kain penyerap ompol. Popok jenis ini yang sering disebut CLODI (= Cloth Diaper) oleh para
urban mama masa kini. Bagian dalam pocket-diaper dibuat dari bahan lembut (fleece atau
microfleece) yang bisa dilalui air pipis namun permukaannya tetap kering; sementara bagian luar
popok dibuat dari bahan yang bersifat menolak-air (bahan PUL biasa atau minky velour). Disebut
one-size karena popok ini memiliki setting kancing dan lipatan yang bisa diatur sedemikian rupa
sehingga rentang waktu pemakaian popok ini relatif lebih lama (dipakai dari baru lahir sampai
saat anak lulus toilet training, atau dari berat 3,5 18 kg). Daya serap popok dan daya tampung
ompolnya ditentukan dari jumlah dan jenis kain penyerap ompol didalam kantungnya. Sebelum
dicuci, kain penyerap ompol harus dikeluarkan dari kantong-popok. Relatif cepat kering karena
dicuci dan dijemur terpisah.
Durasi pemakaian pocket diaper ini bervariasi bisa sekitar 2-3 jam, tapi ada juga yang
tahan lebih lama lagi. Pastinya, ada rupa-ada harga. Untuk mencegah timbulnya ruam-popok,
pocket diaper tetap harus rajin-rajin diperiksa seberapa jenuhnya sudah menyerap ompol. Kalau
tidak, sama saja seperti pakai pospak atau popok sekali pakai.
6)

Insert
Ini dia pasangan-sejatinya one-size pocket diaper. Insert adalah lembaran kain penyerap

ompol yang dimasukkan (inserted) kedalam kantong pocket-diaper. Dibuat dari bahan-bahan
berdaya serap tinggi seperti katun, microfiber, terry (sejenis handuk), bamboo-fibre, atau hemp
(ini yang dayaserapnya paling bagus). Biasanya kalau beli satu one-size pocket diaper sudah
termasuk dikasih dua lembar inserts. Biarpun selembar insert ini tampaknya tipis, tetapi
dayaserap dan daya-tampung cairannya besar. Bisa untuk pemakaian antara 3-8 jam. Untuk

menambah daya tampung ompol, tinggal tambahkan jumlah insert ke dalam kantung popok. Flat
diaper, prefolds maupun kain alas ompol yang dilipat-lipat bisa juga dimanfaatkan sebagai insert,
tapi popok akan tampak terlalu tebal di daerah sekitar bokong.
Ada beberapa jenis penyerap ompol serupa insert yang pemakaiannya cukup diletakkan
di atas diaper-cover atau shell; ini biasanya disebut sebagai soaker. Untuk menambah daya
serapnya, diatas soaker tinggal ditambahkan lapisan booster. Soaker dan booster dibuat
sedemikian rupa sehingga kalaupun jenuh menyerap air pipis, permukaannya akan relatif tetap
kering (atau, paling-paling sedikiit lembap), sehingga aman saat bersentuhan dengan kulit bayi.
Berbeda dengan insert, permukaan insert yang sudah banyak menyerap air pipis akan terasa
basah-kuyup, sehingga sebaiknya tidak bersentuhan langsung dengan kulit bayi karena bisa
menimbulkan ruam popok. Sedangkan pada insert yang belum banyak menyerap air pipis, saat
kontak dengan kulit bayi bisa menyerap kelembapan kulit sehingga membuat kulit jadi kering.
7)

Fitted-diaper
Popok yang sudah dibuat dengan pola, bentuk dan size yang pas (fitted) dan ukurannya

dibuat berbeda untuk setiap rentang usia bayi (petite-newborn, infant, toddler). Jadi ada ukuran
newborn, S, M, L, XL. Biasanya tetap harus didobel dengan diaper-cover.
8)

All-in-One Diaper (AIO diaper)


Berupa popok kain yang lapisan luar (cover) dan lapisan-penyerap-ompol didalamnya

sudah dijahit menyatu, sehingga lebih praktis saat digunakan. Tidak perlu memasukkan
sumpalan inserts, origami-melipat-popok, pasang peniti disana-sini, ataupun bolak-balik
memasangkan diaper-cover, tinggal gunakan saja. Kancingnya bisa berupa perekat velcro atau
kancing snaps. Hanya saja karena dijahit menyatu, popok ini cukup tebal dan butuh waktu lebih
lama untuk kering setelah dicuci. Beberapa produsen ada yang membuat AIO diapers dengan

berbagai ukuran (S,M,L, XL), tapi sekarang ada juga AIO diapers yang dibuat one-sized (untuk
dipakai dari berat badan 3-15 kg).
9)

Nappy-liner
Selembar kertas atau kain tipis yang diletakkan di atas popok kain untuk menangkap

ampas kotoran bayi. Nappy liner dijual dalam bentuk gulungan, kotakan seperti tissue atau
lembaran kain tipis. Bahannya tidak mudah koyak oleh air, sehingga air pipis tetap mudah
terserap sekaligus menahan poop supaya tidak menempel langsung ke kain popok. Poop yang
tertahan di nappy liner harus tetap disiram ke toilet dan nappy liner-nya dibuang terpisah. Tetapi
ada juga nappy liner yang dibuat biodegradable sehingga nappy liner+poopnya tinggal dibuang
semua ke kloset. Untuk nappy-liner dari kain, bisa dicuci dan dipakai-ulang (dibuat dari bahan
fleece atau voile). Nappy liner bisa dipakai pada semua jenis popok kain. Dengan nappy-liner
ini, popok jadi lebih mudah dibersihkan.
10)

Nappy-fastener
Dipakai sebagai penggantinya peniti-raksasa; untuk menyematkan flat diaper dan prefold.

Nappy-fastener ini terbuat dari karet elastik yang pada ujung-ujungnya ada semacam kait
bergerigi (hook) dari plastik, untuk dikaitkan pada anyaman bahan flat diaper/prefolds. Untuk
pemakaiannya, cukup ditarik, dan dikaitkan pada kain popok. Untuk frekuensi pemakaian yang
kerap, sebaiknya nappy fastener diganti setiap 3 bulan sekali.
Sepertinya itu saja istilah-istilah yang bisa dikumpulkan. Dari pengamatan pribadi,
meskipun berbagai merk mengeluarkan berbagai jenis popok dengan nama dan istilah yang baru,
ujung-ujungnya tetap merujuk kembali ke satu-dua pernak-pernik yang sudah dijelaskan di atas.
Dari ulasan di atas juga, silakan deh urban Mama menentukan tipe popok kain mana yang cocok
dikenakan pada anak masing-masing. Beberapa bayi ada yang jadi lebih nyaman dan less-rewel

saat dipakaikan fitted diapers, beberapa urban Mama ada yang merasa sangat terbantu oleh
pocket diapers untuk pemakaian overnight, ada juga urban Mama yang merasa lebih mudah
memakaikan flat diapers (yang juga lebih cepat kering saat dijemur).
B. Kerangka Konsep
Bersadarkan landasan teoritis yang telah diuraikan pada tinjauan pustaka maka disusun
kerangka konsep sebagai berikut :
Variabel Independen

Variabel Dependen

Keterangan :
: Variabel yang diteliti
: Penghubung antar variable
C. Definisi Operasional
Defenisi operasional adalah mendefinisikan variable secara operasional berdasarkan
karaktaeristik yang diamati, sehingga memungkinkan peneliti untuk melakukan observasi atau
pengukuran secara cermat terhadap suatu objek atau fenomena (A. Azis alimul Hidayat,2007).

BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan jenis penelitian deskriptif. Penelitian


deskriptif merupakan penelitian yang di dalamnya tidak ada analisis hubungan antar variabel,
tidak ada variabel bebas dan terikat, bersifat umum yang membutuhkan jawaban dimana, kapan,
berapa banyak, siapa, yang digunakan adalah deskripttif.
B. Populasi Dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas : objek / subjek yang mempunyai
kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian
di tarik kesimpulannya (sugiono,2004).
Populasi dari penelitian ini adalah semua bayi yang berumur 0-12 bulan yang berkunjung
bersama Ibu/Keluarganya di wilayah kerja Puskesmas Kota Kabupaten Bantaeng.
2. Sampel
Sampel merupakan bagian dari populasi yang akan di teliti atau sebagian jumlah dari
karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Dalam penelitian keperawatan, kriteria sampel meliputi
kriteria inklusi dan eksklusi, dimana kriteria tersebut menentukan dapat tidaknya sampel tersebut
digunakan (Hidayat,2007).
Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian dari suatu populasi target
yang terjangkau yang akan diteliti. Pertimbangan ilmiah harus menjadi pedoman dalam
menentukan kriterian inklusi (Nursalam, 2007).
Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah :
a. Ibu dan bayi yang berusia 0-12 bulan yang berkunjung ke Puskesmas
b. Bersedia menjadi responden

c. Bisa baca tulis


Kriteria eksklusi adalah menghilangkan / mengeluarkan subjek yang tidak memenuhi
criteria inklusi dari studi karena berbagai sebab (Nursalam, 2003).
Kriteria aksklusi pada penelitian ini adalah :
a. Tidak berkunjung ke Puskesmas
b. Tidak bersedia menjadi responden
c. Tidak bisa baca tulis (buta huruf)
Tekhnik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan cara

Sampel dari penelitian ini bayi yang berkunjung bersama Ibunya di wilayah kerja
Puskesmas Kota Kabupaten Bantaeng.
C. Lokasi Dan Waktu Penelitian
1. Lokasi Penelitian bertempat di Puskesmas Kota Kabupaten Bantaeng
2. Waktu pelaksanaan penelitian dimulai pada bulan Januari 2011.
D. Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik..
E. Pengolahan Data
Pada penelitian ini peneliti nmenggunakan tahap-tahap pengolahan data yang dimulai dari
editing yaitu upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang diperoleh atau dikumpulkan.
Editing pada penelitian ini setelah data terkumpul, kemudian .
F. Etika Penelitian
Kegiatan penelitian dilaksanakan dengan memperhatikan prinsip-prinsip etika antara
lain :

Anda mungkin juga menyukai