TINJAUAN TEORITIS
A. Konsep Diaper Rash
1. Pengertian
Diapers merupakan alat yang berupa popok sekali pakai berdaya serap
tinggi yang terbuat dari plastik dan campuran bahan kimia untuk menampung
sisa-sisa metabolisme seperti air seni dan feses. Kulit bayi biasanya masih sangat
halus serta masih sangat sensitif bila dipakai produk-produk bayi yang beredar di
pasaran. Kadang dengan kesensitifan kulit bayi seringkali bayi mengalami
berbagai macam penyakit. Gangguan kulit yang sering terjadi pada bayi adalah
biang keringat, iritasi, ruam popok ataupun eksim popok (Lokanaka, 2014)
Ruam popok merupakan peradangan kulit didaerah popok yang paling
sering diderita oleh bayi dan anak. Kelainan ini dapat diderita oleh bayi laki-laki
dan bayi perempuan. (Lokanaka, 2014)
Diaper rash adalah kelainan pada bayi atau balita yang terjadi karena
pemakian popok. Kelainan kulit berupa kelainan pada kulit daerah bokong.pada
kulit yang normal, terdapat jamur candida dalam jumlah sedikit,tetapi saat kulit
lembab maka jamur candida akan menabah lebih cepat, sehingga timbul
peradangan yang mengakibatkan timbulnya diaper rush (putra,2012). Diaper
rush tau ruam popok adalah adanya keluhan bitik merah diareah pada kelamin
atau bokong bayi atau anak dengan pempers diakibatkan oleh gesekan-gesekan
kulit dengan pempers (Marmi dan Raharjo, 2012).
Istilah diaper rash,diaper dermatitis, nappy rash,napkin dermatitis (ruam
popok) disebabkan oleh iritasi pada kulit diarea popok atau disebut dermatitis
popok. Gejala yang kompleks disebabkan oleh berbagai faktor,yang paling sering
kontak yang berkepanjangan dengan urin dan fases, dan pada bayak kasus
dikarenakan infeksi sekunder oleh bakteri atau candida albicans, peningkatan Ph
yang menyebabkan kerusakan epidermis, serta menyebabkan iritasi akibat
kehilangan funsi sawarnay.
2. Penyebab
Beberapa faktor penyebab terjadinya ruam popok antara lain:
1. Iritasi atau gesekan antara popok dengan kulit.
2. Kurangnya menjaga hygiene. popok jarang diganti atau terlalu lama
tidak segera diganti setelah pipis atau BAB (feces).
3. Infeksi mikro-organisme (terutama infeksi jamur dan bakteri)
4. Alergi bahan popok.
5. Gangguan pada kelenjar keringat di area yang tertutup popok.
6. Kebersihan kulit yang tidak terjaga.
7. Jarang ganti popok setelah bayi/anak kencing
8. Udara/suhu lingkungan yang terlalu panas/lembab
3. Mekanisme Terjadinya Diaper Rash
Penyebab utama popok belum diketahui secara pasti akan tetapi maserasi
dan gesekan merupakan faktor utama yang mendasari terjadinya diaper rash.Pada
saat bayi menggunakan popok,urin akan ditampung oleh popok.Hal ini dapat
meningkatkan kelembapan kuliat didaerah yang tertutup popok (menyebabkan
startum korneum dalam keadaan basah).Akibat statum korneum dalam keadaan
basah,permukaan kulit menjadi semakin rapuh dan mudah mengalami
lecet.Apabila stratum korneum terus-menerus dalam keadaan basah,akan
menyebabkan beberapa efek:
a. Menyebabkan permukaan kulit menjadi lunak dan mudah rusak, sehingga
lebih sensitive terhadap gesekan.
b. Kelembaban tinggi mengakibatkan turunnya fungi barier proteksi peningkatan
dari kelembaban diketahui dapat meningkatkan degradasi kulit sebayak empat
kali lipat.Akibat degradasi dari kulit ini substansi iritan mudah menembus
kedalam lapisan dibawah stratum korneum, meningkatkan paparan lapisan
sel-sel akan udara yang memiliki efek mengeringkan, serta memudahkan
masuknya mikroorganisme yang berbahaya.Selain itu menurut Zaviera, F
(2015) penyebab yang sering terjadi dikarenakan terlalu lembab, luka atau
gesekan, urine atau feses, Reaksi alergi bahan popok, terpapar bahan kimia
(sabun atau deterjen) yang ada di dalam diaper, diare, riwayat alergi, infeksi
bakteri, dan infeksi jamur.
Kulit pada bayi lebih tipis dari pada kulit orang dewasa (40-60%) dan
memiliki perlekatan antara epidermis dan dermis yang lamah.Bayi memiliki
resiko terjadinya luka pada kulit,absorpsi perkutaneus, dan infeksi pada kulit
yang lebih tinggi.Bayi prematus lahir pada kisaran usia kehamilan 32-34 minggu
memiliki masalah yang berhubungan dengan startum korneum yang
imatur,termasuk peningkatan transepidermal water loss (TEWL).Peningkatan
TEWL dapat menyebabkan kecacatan akibat dehidrasi,ketidak seimbangan
elektrolit,dan instabilitas thermal.Penggunaan Occulusive dressings atau emolien
topical dapat memperbaiki fungsi barier yabg rusak akibat menigkatanya TEWL
(Paller dan Mancini 2011).
Kulit bayi (3-12 bulan) secara struktur dan fungsi berbeda dari bayi (>12
bulan),dan perbedaan itu dapat mempengaruhi dermatitis popok iritan.Seacara
khusus,jaringan garis microrelief lebih padat distartum korneum (SC) dari bayi
muda(lahir hingga 6 bulan) dengan bayi dewasa (7-12 bulan).Bayi muda
memiliki permukaan volume ratio kulit yang lebih luas,daya serap dari kulit
dapat mengakibatkan maserasi dan berpotensi mengakumulasi alergi pada
epidermis.Lapisan kolagen bundalan dibawah kulit bayi mudah dengan SC dan
epidermis sekitar 30% dan 20% dari bayi dewasa membuat kulit rentan terhadap
penggunaan popok.Dibandingkan dengan kulit bayi dewasa kulit bayi muda lebih
rentan dan tidak mampu mengatur keseimbangan air kerena belum matang dan
mudah pecah secara alami,bayi muda memerlukan kepedulian extra selama bulan
pertamasetelah kelahiran dibandingkan bayi dewasa.
4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Diaper Rash
Menurut Boediardja (2010) beberapa factor yang berperan dalam
timbulnya ruam popok yaitu:
a. Kelembapan Kulit
Popok menutup kulit sehingga menghambat penguapan dan
menyebabakan kulit menjadi lembab.Kulit yang lembab akan lebih mudah
rentan terhadap gesekan sehingga kulit mudah lecet yang akan mempermudah
iritasi. Kulit yang mengalami iritasi akan lebih mudah terinfeksi jamur
maupun kuman. Selain itu, Kelembapan kulit dapat meningkat oleh
pemakaian popok yang ketat, serta berulang kali terpapar air dari urin dan
feses.
Keasaman kulit didaerah yang tertutup popok secara signifikan lebih
tinggi dari pada kulit tanpa popok. Pada uji Klinik mengenai pH kulit,
kelembaban dan skor raum kulit dari totol 1.6001 bayi dalam empat uji klinis
ditemukan bahwa kelembaban pada pH kulit secara signifikan lebih tinggi
pada kulit dengan popok dari pada tanpa popok.Bakterial yang berasal dari
mikroba fases dan urin dapat meningkatkan Ph kulit yang tertutup (pH kulit
normal 5-6) (Stamatas, et al,2010).
b. Urin dan feses
Urin akan menambah kelembaban kulit yang tertutup popok sehingga
meningkatkan kerentanan kulit.Amonia yang berbentuk dari urin dan enzim
yang berasal dari feses akan meningkatkan pH kulit sehingga kulit menjadi
lebih rentan terhadap bahan iritan. Jenis makanan dan minuman yang
dikonsumsi oleh si bayi dan anak juga berpengaruh terhadap pH feses
sehingga bayi yang minum air susu ibu lebih sedikit yang menderita ruam
popok dibandingkan dengan yang minum susu formula.
Asupan susu pada bayi 8-12 kali dalam sehari sehingga produksi dan
frekuensi urin yang normal pada bayi berkisar 1-2ml/kg berat badan/jam, jika
berat badan bayi sebesar 6 kg, maka volume urin perhari sekitar 144-288.
Frekuensi BAK normal pada bayi adalah 6 kali dalam sehari dan bias lebih
tergantung dengan asupan cairan yang diperoleh bayi.
c. Mikroorganisme
Jamur candida albicans adalah jamur yang normal terdapat dikulit
dalam jumlah sedikit. Pada keadaan kulit yang hangat dan lembab karena
pemakaian popok, Jamur tersebut akan tumbuh lebih cepat menjadi lebih
banyak sehingga dapat menyebabkan radang (Ruam popok). Keadaan kulit
yang hangat dan lembab juga memudahkan timbulnya kuman,yang paling
sering adalah staphylococcus aureus.
d. Jenis Popok
Menurut Maryunani (2010), penyebab diaper disebabkan oleh
berbagai macam factor ,fisik,kimiawi,enzimatik dan biogenik ( kuman dalam
urin dan feses), tetapi penyebab diaper rash /eksim popok terutama
disebabakan oleh iritasi terhadap kulit yang tertutup oleh popok oleh karena
cara pemakaian popok yang tidak benar seperti:
1. Penggunaan popok yang terlalu lama
Penggunaan popok yang terlalu lama dapat beresiko terjadinya ruam
popok, apabila ditambah dengan pemilihan popok yang salah, maka dapat
mempercepat terjadinya ruam popok , perlu diketahui bahwa jenis popok
bayi ada dua macam, yaitu:
a) Popok yang disposibel (sekali pakai buang, atau sering juga disebut
pampers bayi). Bahan yang digunakan pada popok ini bukan bahan
tenunan tetapi bahan yang dilapisi dengan lembaran yang tahan air dan
lapisan dengan bahan penyerap, berbentuk popok kertas maupun
plastic,popok sekali pakai umumnya disusun menjadi tiga lapisan
yaitu lapisan dalam,lapisan inti yang mengandung bahan absorben,
dan lapisan luar. Lapisan dalam berpori untuk mengurangi gesekan
kulit dan ditambah dengan formula khusus, seperti zinc oxide,olive oil
dan petroleum untuk menjaga agar kulit tetap kering.Absorbent
lapisan inti yang sering digunakan adalah cellulose dan absorbent
gelling material (AGM) atau superabsorbent yang terbuat dari sodium
poliakrilat yang dapat memisahkan cairan urin dari feses dengan cepat
dan menjaga kesetabilan PH. Lapisan luar popok bersifat kedap air
tetapi dapat terbuat dari bahan yang berpori. Masih bias dipastikan
hingga saat ini tentunya adaptasi kulit bayi, Perawatan dan
penggantian yang tepat memegang peranan penting dalam penggunaan
popok.
b) Popok yang dapat digunakan secara berulang (seperti popok yang
terbuat dari katun). Diaper rash banyak ditemui pada bayi yang
memakai popok disposibel (kertas atau plastik) dari pada popok yang
terbuat dari bahan katun karena kotak yang terus-menerus antara
popok kertas dengan kulit bayi serta dengan urin dan feses, kontak
bahan kimia yang terdapat dalam kandungan bahan popok itu sendiri,
diudara panas, bakteri dan jamur lebih mudah berkembang baik pada
bahan plastik /kertas dari pada bahan katun.
2. Tidak segera mengganti popok setelah bayi atau belita buang air besar
dapat menyebabkan pembentukan ammonia. Feses yang tidak segera
dibuang, bila bercampur dengan urun akan membantuk amonia. Amonia
akan meningkatkan keasaman (PH) kulit sehingga aktivitas enzim yang
ada pada feses akan meningkat dan akhirnya menyebabkan iritasi pada
kulit.
5. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala ruam popok bervariasi dari yang ringan sampai yang
berat. Pada gejala awal kelainan derajat ringan seperti kemerahan ringan di kulit
pada daerah sekitar penggunaan popok yang bersifat terbatas, disertai dengan
lecet atau luka ringan pada kulit, berkilat, kadang mirip luka bakar, timbul
bintik-bintik merah kadang membasah dan beng kak pada daerah yang paling
lama berkontak dengan popok seperti paha. Kelainan yang meliputi daerah
kulit yang luas (Maryunani, 2011). Reaksi alergi bahan popok bisa menjadi
penyebab ruam pada bayi, karena ada merek tertentu yang memiliki kualitas
bahan yang memiliki daya serap rendah,sehingga penggunaan popok sering
melebihi daya tamping, kualitas popok yang juga dapat mengakibatkan ruam
popok karena air seni bayi yang tidak terikat pada serat popok akan diserap dan
mengendapdi kulit bayi dan menimbulkan ruam. Kalau ruam popok sudah
terlanjur terjadi, sebaiknya dihin dari dulu penggunaan popok sekali pakai hingga
kulit bayi benar-benar sudah sembuh (Mayo,2008). Diapers juga membuat
pekerjaaan ibu menjadi lebih ringan karena tidak perlu mencuci, menjemur,
menyetrika setumpuk popok. Pada sisi buruknya penggunaan diapers dapat
menyebabkan terjadinya ruam popok. Kesalahan dalam pemakaian popok bisa
menjadi ancaman terhadap bayi. Dampak terburuk dari pemakaian popok yang
salah selain
mengganggu kesehatan kulit juga dapat mengganggu perkembangan dan
pertumbuhan bayi. Bayi yang mengalami ruam popok akan mengalami gangguan
seperti rewel dan sulit tidur, selain itu proses menyusui menjadi terganggu karena
bayi merasa tidak nyaman sehingga berat badan tidak meningkat (Handy, 2011)
Dermatitis iritan ini terjadi pada orang yang menggunakan popok, tanpa
memperhatikan usia. Dermatitis popik iritan muncul muncul dengan gambaran
Makula Eritematosa, lembab, dan terkadang plak berskuama pada daerah
konveks genitalia dan bokong, diawali pada daerah yang terdekat kontak dengan
popok. Sedangkan dermatitis popok candida merupakan jenis dermatitis popok
kedua tersering dan muncul sebagai macula eritematosa terang, papul, postal dan
plak yang cenderung mengenai lipatan tubuh.Kemungkinan DP kandida dapat
dapat terjadi berkaitan dengan riwayat penggunaaan obat-obatan antibiotic
(Chang, 2012).
Menurut Matyunani (2010) gejala diaper rash bervariasi mulai dari yang
ringan sampai yang sedang dengan yang berat. Secara klinis dapat terlihat
sebagai berikut:
a) Gejala-gejala yang biasa ditemukan pada diaper rash oleh kontak dengan
iritan yaitu kemerahan yang meluas, berkilat, kadang mirip luka bakar, timbul
bintil-bintil merah, lecet atau luka bersisik, kadang badah dan bengkak pada
daerah yang paling lama kontak dengan popok, seperti pada paha bagian
dalam dan lipatan paha.
b) Gejala yang terjadi akibat gesekan yang berulang pada tepi popok, yaitu
bercak kemerahan yang membentuk garis batas popok pada paha dan perut.
c) Gejala diaper rash oleh karena jamur kandida albicans ditandai dengan bercak
atau bintik kemerahan berwarna merah terang,basah dengan lecet-lecet pada
selaput lender anus dan kulit sekitar anus, lesi berbatas tegas dan terdapat lesi
lainya disekitar anus.
6. Klasifikasi Ruam Popok
Klasifikasi derajat ruam popok menurut (Marty, 2006) sebagai berikut:
a. Derajat sangat ringan ruam popok
Terjadi kemerahan samar-samar di daerah popok, terdapat papula
dengan jumlah sedikit, kulit sedikit mengalami kekeringan.
b. Derajat ringan ruam popk
Terjadi kemerahan yang kecil pada daerah popok, tersebut benjolan
papula, kulit mengalami kekeringan dalam skala sedang
c. Derajat ringan-sedang ruam popok
Terjadi kemerahan samar-samar pada daerah popok yang lebih besar,
terjadi kemerahan pada daerah popok dengan luas yang kecil, terjadi
kemerahan pada daerah yang intens didaerah yang sangat kecil.Serta kulit
mengalami kekeringan dalam skala sedang
d. Derajat sedang / berat ruam popok
Arvin, dkk. 1999. Ilmu Kesehatan Anak Nelson. Vol 1. Edisi 15. Jakarta: EGC.
Doenges, E Marilynn, dkk. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC.
Posted by Defka Blog. Askep Ruam Popok. (Tanggal Posting 11 februari 2013/
Online; Diakses tanggal 11 februari 2013).