Anda di halaman 1dari 4

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tuberkulosis (TB) merupakan salah satu infeksi menular disebabkan


oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis yang menginfeksi berbagai organ
terutama pada paru-paru.. Perkembangan TB secara global dalam hal
kemajuan dan pengendalian dimulai sejak 2 abad terakhir (Kemenkes, 2015).
Tuberculosis Paru adalah penyakit radang perenkim paru karena infeksi
kuman mycobacterium tuberculosis. Tuberculosis Paru termasuk suatu
pneumonia, yaitu pneumonia yang disebabkan mycobacterium tuberculosis.
Tuberculosis Paru mencakup 80% dari keseluruhan kejadian penyakit
tuberculosis, sedangkan 20% selebinya merupakan tuberculosis ekstra
pulmonar. Diperkirakan bahwa sepertiga penduduk dunia pernah terinfeksi
kuman mycobacterium tuberculosis (Djojodibroto, 2009).
Resiko infeksi berhubungan dengan lama dan kulaitas paparan
terhadap sumber infeksi dan tidak berhubungan dengan faktor genetik dan
faktor genetik dan faktor penjamu lainya. Resiko tinggi dan perkembangan
penyakit yaitu anak berusia dibawah 3 tahun, resiko rendah pada anak-anak
dan meningkat lagi ketika remaja, dewasa muda dan lanjut usia.Bakteri
termasuk kedalam tubuh melalui seluran pernafasan dan bisa menyebar
kebagian tubuh manusia melalui peredaran darah pembuluh limfe atau organ
terdekat (Kunoli, 2013).
Penyebab penyakit tuberculosis adalah bakteri mycobacterium
tuberculosis dan mycobacterium bovis.Kuman tersebut mempunyai ukuran
0,5-4 mikro x 0,3-0,6 mikro dengan bentuk batang tipis, lurus atau tegak
berbengkok, bergranula atau tidak mempunyai selubang tetapi mempunyai
lapisan luar tebal, dan terdari dari lipoid (terutama asam mikolat). Penularan
terjadi melalui udara yang mengandung TB dalam percikan ludah yang
dikeluarkan oleh penderita tuberculosis paru pada waktu mereka batuk, bersin
atau bernyayi (Muttagin, 2008).
Bila penyakit ini semakin progresif maka bakteri yang aktif akan
merusak jaringan paru-paru dan berbentuk rongga (lubang) pada paru-paru
penderita, maka sipenderita akan batuk-batuk dan memproduksi sputum
(dahak) yang bercampur darah. Bila tidak segera dilakukan tindakan
penanganan maka akan dapat menubulkan kematian pada sipenderita
(Andareto,2015).
Untuk mencegah penyebaran penyakit agar tidak berkembang secara
progresif, penderita harus minum obat sesuai dengan petunjuk dan waktu yang
telah ditentukan (6-12 bulan) berturut-turut tanoa putus serta mengkonsumsi
makanan-makanan yang bergizi. Selain petugas kesehatan yang memantau
dan mengawasi, keluarga juga diajak turut serta dalam mengawasi dan
memastikan sipenderita TB meminum obat yang telah diberikan. Jika
penderita tidak disiplin dan teratur dalam minum obat dapat mengakibatkan
kuman-kuman yang ada dalam tubuh akan menjadi kebal terhadap obat
tersebut. Dan apabila sipenderita berhenti minum obat sebelum waktunya
maka batuk yang sudah hilang akan timbul kembali dan kemungkinan kuman
akan kebal dan TB akan sulit untuk disembuhkan (Andareto,2015).
World Healt Organization (WHO) 2014 menyatakan bahwa penyakit
tuberculosis paru saat ini menjadi ancaman global, hamper sepertiga
penduduk dunia telah terinfeksi TB. Pada tahun 2015, ada 9,6 jutah kasus
baru dengan 1,5 jutah kematian secara global. Sebagian kematian terdapat
pada Negara berkembang yang memiliki keterbatasan sumber daya. Tiga
Negara yang dinyatakan sebagai Negara dengan disease berden tertinggi,
yaitu Cina,india, dan salah satunya adalah Indonesia. Di Indonesia angka
prevalensi TB Paru pada tahun 2014 menjadi sebesar 647/100.000 penduduk,
meningkat dari 272/100.000 penduduk pada tahun sebelumnya (Kemenkes RI,
2015).
Di Indonesia angka tertinggi penderita TB Paru pada tahun 2012
Sulawesi Tengah mencapai 94% dan prevalensi kedua berada di Sulawesi
Utara mencapai 92%. Angka ini menunjukan kasus paling tertinggi diseluruh
provinsi Indonesia (Kemenkes RI, 2013).
Data Dinas Kesehatan Provinsi Bengkulu tahun 2014 jumlah kasus TB
Paru sebayak 1.423 kasus dan terjadi peningkatan pada tahun 2015 sebayak
1.1951 kasus (DinKes Provinsi Bengkulu, 2015).
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah studi kasus adalah “ Bagaimana asuhan
keperawatan pada klien dengan kasus TB Paru di RS.Kota Kota Bengkulu”

C. Tinjauan Penelitian
1. Tujuan Umum
Menggambarkan asuhan keperawatan pada pasien dengan kasus TB
Paru di RS.Kota Kota Bengkulu
2. Tujuan Khusus
a. Menggambarkan pengkajian keperawatan pada pasien dengan
kasus TB Paru di RS.Kota Kota Bengkulu
b. Menggambarkan diagnosis keperawatan pada pasien dengan kasus
TB Paru di RS.Kota Kota Bengkulu
c. Menggambarkan perencanaan keperawatan pada pasien dengan
kasus TB Paru di RS.Kota Kota Bengkulu
d. Menggambarkan tindakan keperawatan pada pasien dengan TB
Paru di RS.Kota Kota Bengkulu
e. Menggambarkan evaluasi keperawatan pada pada pasein dengan
kasu TB Paru di RS.Kota Kota Bengkulu
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Hasil dari terapan di tunjukan untuk pengembangan ilmu keperawatan
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Rumah Sakit
Diharapkan hasil darai asuhan keperawatan ini penulis dapat
memnerikan gambaran tentang asuhan keperawatan sehingga dapat
dijadikan acuan dan masukan untuk membuat kebijakan pimpinan
dalam pemberian asuhan keperawatan pada pasien dengan kasus TB
Paru di RS.Kota Kota Bengkulu
b. Bagi Institusi Pendidikan (Akademi Keperawatan Poltekkes
Kemenkes Bengkulu)
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai refensi dalam
proses belajar mengajar dan dapat menambah daftar kepustakaan
Akademi.
c. Bagi Peneliti
Sebagai pengembangan kemampuan dan menambah wawasan ilmu
pengetahuan. Sehingga dapat mengaplikasikan ilmu yang dapat di
bangku perkuliahan.
d. Bagi Klien
Diharapkan dari penelitian ini dapat meningkatkan pengetahuan klien
tentang penyakitnya sehingga dapat meningkatkan derajat kesehatan
klien.

Anda mungkin juga menyukai