Anda di halaman 1dari 43

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN TB PARU

Dosen Pengampu :

Ns. Oktaviani Dwi Lestari, S. Kep

Laporan ini disusun untuk memenuhi persyaratan

Mata Kuliah Kerja Praktik

Pada Program Studi Sarjana Keperawatan

Oleh :

Silvania Heidy Faturachman

201813043

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

WIJAYA HUSADA BOGOR

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Subhanahu Wata’ala atas segala karunia nikmat-Nya
sehingga laporan yang berjudul “Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan TB Paru”
ini dapat diselesaikan. Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas magang satu dari stase
Keperawatan Medikal Bedah.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kesalahan dalam penyusunan makalah ini,
baik dari segi EYD, kosa kata, tata bahasa, etika maupun isi. Oleh karenanya penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca sekalian untuk kami jadikan
sebagai bahan evaluasi.

Demikian, semoga makalah ini dapat diterima sebagai ide/gagasan yang menambah
kekayaan intelektual bangsa.

Bogor, 17 Oktober 2021

Penulis
DAFTAR ISI

COVER

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan Penulisan
1.4 Manfaat Penulisan

BAB II LAPORAN PENDAHULUAN

2.1 Definisi Penyakit


2.2 Manifestasi Klinis
2.3 Etiologi
2.4 Anatomi Fisiologi
2.5 Patofisiologi
2.6 Pathway
2.7 Kemungkinan Data Fokus
a. Anamnesa
b. Pemeriksaan Fisik
c. Pemeriksan Diagnostik
2.8 Penatalaksanaan Medis
2.9 Kemungkinan Diagnossa Keperawatan
2.10 Perencanaan

BAB III LAPORAN KASUS ASUHAN KEPERAWATAN


A. Pengkajian Keperawatan
B. Diagnosa Keperawatan
C. Intervensi Keperawatan
D. Implementasi Keperawatan
E. Evaluasi Keperawatan

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan
B. Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tuberculosis Paru (TB paru) merupakan suatu penyakit yang disebabkan oleh
bakteri Mycobacterium tuberkulosis yang menyerang paru-paru sehingga pada bagian
dalam alveolus terdapat bintil-bintil atau peradangan pada dinding alveolus dan akan
mengecil (Nugroho, 2017).
Berdasarkan data World Health Organization(WHO) dari Global Tuberculosis
Report 2015, pada tahun 2014 angka kejadian TB di seluruh dunia sebesar 9.6 juta
dengan kematian akibat TB sebanyak 1,5 juta orang. TB merupakan penyebab mortalitas
tertinggi untuk kasus kematian karena penyakit infeksi dan telah menginfeksi hampir
sepertiga penduduk dunia sehingga, WHO mendeklarasikan TB sebagai Global Health
Emergency (Amin, 2014). Pada tahun 2014, jumlah kasus TB paru terbanyak berada
pada wilayah Afrika (37%), wilayah Asia Tenggara (28%), dan wilayah Mediterania
Timur (17%) (WHO, 2016).
Penyakit Tuberkulosis (TB) Paru masih merupakan masalah kesehatan bagi
masyarakat dunia dan Indonesia. Pemerintah Indonesia telah melakukan upaya
pengendalian penyakit tuberkolosis (TB) Paru sejak 1995 dengan strategi
DOTs(Kemenkes RI, 2016).

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah, maka penulis berniat membuat laporan tugas
akhir tentang asuhan keperawatan pasien dengan TB Paru. Untuk itu penulis
merumuskan masalah sebagai berikut “ Bagaimanakah Asuhan Keperawatan pada Klien
dengan TB Paru? “
1.3 Tujuan Penulisan
a) Melakukan pengkajian pada klien yang mengalami TB Paru.
b) Mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada klien yang mengalami TB Paru.
c) Mampu menyusun rencana tindakan keperawatan pada klien yang mengalami TB
Paru.
d) Mampu melakukan implementasi tindakan keperawatan pada klien yang
mengalami TB Paru.
e) Mampu melaksanakan evaluasi tindakan keperawatan pada klien yang mengalami
TB Paru.

1.4 Manfaat Penulisan

1. Secara Teoritis

Menambah wawasan dalam ilmu keperawatan mengenai peran perawat dalam


upaya memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan TB Paru.

2. Secara Praktis

a) Bagi Rumah Sakit


Dapat sebagai masukan untuk menyusun kebijakan atau pedoman
pelaksanaan pelaksanaan asuhan keperawatan pada pasien dengan TB Paru
sehingga penatalaksanaan dini bisa dilakukan dan dapat menghasilkan
keluaran klinis yang baik bagi pasien yang mendapatkan asuhan keperawatan
di rumah sakit yang bersangkutan.
b) Bagi Instansi Pendidikan
Dapat digunakan dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi serta meningkatkan kualitas asuhan keperawatan pada pasien TB
Paru dan meningkatkan pengembangan profesi keperawatan.
c) Bagi klien dan keluarga
Sebagai bahan bacaan kepada keluarga tentang penyakit TB Paru.
Selain itu agar keluarga mampu melakukan perawatan terhadap anggota
keluarga yang sakit.
BAB II

LAPORAN PENDAHULUAN

2.1 Definisi Penyakit


Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksius, yang terutama menyerang parenkim
paru Tuberkulosis dapat juga ditularkan ke bagian tubuh lainnya, termasuk meningens,
ginjal, tulang, dan nodus limfe. (Suzanne C. Smeltzer & Brenda G. Bare, 2002 ).
Tuberkulosis (TB) paru merupakan penyakit infeksi yang masih menjadi masalah
kesehatan Indonesia, bahkan menjadi penyebab kematian utama dari golongan penyakit
infeksi (Arsin, 2016).
Tuberculosis adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis. Kuman batang tahan aerobic dan tahap asam ini dapat
merupakan organisme patogen maupun saprofit (Price, 2015). Tuberculosis adalah
penyakit yang disebabkan Mycobacterium tuberculosis yang sebagian besar menyerang
paru-paru, dan dapat juga menyerang organ tubuh lain (Depkes, 2016).
Menurut Tabrani (2010) Tuberkulosis Paru adalah penyakit yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis, yakni kuman aerob yang dapat hidup terutama di paru
atau diberbagai organ tubuh yang lainnya yang mempunyai tekanan parsial oksigen
yang tinggi. Kuman ini juga mempunyai kandungan lemak yang tinggi pada
membran selnya sehingga menyebabkan bakteri ini menjadi tahan terhadap asam dan
pertumbuhan dari kumannya berlangsung dengan lambat. Bakteri ini tidak tahan
terhadap ultraviolet, karena itu penularannya terutama terjadi pada malam hari.
Tuberkulosis Paru atau TB adalah penyakit radang parenkim paru karena infeksi
kuman Mycobacterium Tuberculosis. Tuberkulosis Paru adalah suatu penyakit
menular yang disebabkan oleh basil mikrobacterium tuberculosis masuk ke dalam
jaringan paru melalui airbone infection dan selanjutnya mengalami proses yang
dikenal sebagai focus primer dari ghon. (Andra S.F & Yessie M.P,2013).
Penularan tuberkulosis yaitu pasien TB BTA (bakteri tahan asam) positif melalui
percik renik dahak yang dikeluarkan nya. TB dengan BTA negatif juga masih
memiliki kemungkinan menularkan penyakit TB meskipun dengan tingkat penularan
yang kecil (kemenkes RI,2015).

2.2 Manifestassi Klinis


Menurut Zulkifli Amin & Asril Bahar (2009), keluhan yang dirasakan pasien
tuberkulosis dapat bermacam-macam atau malah banyak ditemukan pasien TB Paru
tanpa keluhan sama sekali dalam pemeriksaan kesehatan. Keluhan yang terbanyak
adalah :

a. Demam

Biasanya subfebris menyerupai demam influenza, tetapi kadang- kadang panas


badan dapat mencapai 40-41oC. serangan demam pertama dapat sembuh sebentar
tetapi kemudian dapat timbul kembali. Begitulah seterusnya hilang timbulnya
demam influenza ini, sehingga pasien merasa tidak pernah terbebas dari serangan
demam influenza. keadaan ini sangat dipengaruhi oleh daya tahan tubuh pasien
dan berat ringannya infeksi tuberkulosis yang masuk.

b. Batuk/batuk berdahak

Batuk ini terjadi karena ada iritasi pada bronkus. batuk ini diperlukan untuk
membuang produk-produk radang keluar, karena terlibatnya bronkus pada setiap
penyakit tidak sama. Mungkin saja batuk baru ada setelah penyakit berkembang
dalam jaringan paru yakni setelah berminggu-minggu atau berbulan-bulan
peradangan bermula. Sifat batuk ini dimulai dari batuk kering (non-produktif)
kemudian setelah timbulnya peradangan menjadi produktif (menghasilkan
sputum). keadaan yang lanjut adalah berupa batuk darah karena terdapat pembuluh
darah yang pecah. kebanyakan batuk darah tuberkulosis pada kavitas, tetapi dapat
juga terjadi pada ulkus dindingbronkus.
c. Sesak Napas

Pada penyakit ringan (baru kambuh) belum dirasaka sesak napas. Sesak napas
akan ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut yang infiltrasinya sudah meliputi
sebagian paru-paru

d. Nyeri Dada

Gejala ini agak jarang ditemukan. Nyeri dada timbul bila infiltrasi radang sudah
sampai ke pleura sehingga menimbulkan pleuritis. Terjadi gesekan kedua pleura
sewaktu pasien menarik melepaskan napasnya.

e. Malaise

Penyakit tuberkulosis bersifat radang yang menahun. Gejala malaise sering


ditemukan berupa anoreksia, tidak ada nafsu makan, badan makin kurus (berat
badan turun), sakit kepala, meriang, nyeri otot, keluar keringat malam, dll. Gejala
malaise ini makin lama makin berat dan terjadi hilang timbul secara tidak teratur.

2.3 Etiologi
Penyakit ini disebabkan oleh bakteri mycobacterium tuberculosis. Bakteri atau
kuman ini berbentuk batang. Sebagian besar kuman berupa lemak atau lipid, sehingga
kuman tahan terhadap asam dan lebih tahan terhadap kimia atau fisik. Sifat lain dari
kuman ini adalah aerob yang menyukai daerah dengan banyak oksigen, dan daerah yang
memiliki kandungan oksigen tinggi yaitu apikal atau apeks paru. Daerah ini menjadi
tempat perkembangan pada penyakit tuberkulosis. Selain itu, faktorpenyebabnya yaitu
herediter, jenis kelamin, usia, stress, meningkatnya sekresisteroid, infeksi berulang
(Somantri, 2009).

Faktor predisposisi penyebab penyakit tuberkulosis antara lain :


a. Mereka yang kontak dekat dengan seorang yang mempunyai TB aktif..
b. Individu imunosupresif (termasuk lansia, pasien kanker, individu dalam terapi
kortikosteroid atau terinfeksi HIV).
c. Pengguna obat-obat IV dan alkoholik.
d. Individu tanpa perawatan yang adekuat.
e. Individu dengan gangguan medis seperti : Diabetes Mellitus, Gagal Ginjal Kronik,
penyimpanan gizi.
f. Individu yang tinggal di daerah kumuh (Elizabeth, 2001).

2.4 Anatomi Fisiologi


a. Anatomi Paru-Paru
Paru merupakan salah satu organ vital yang memiliki fungsi utama sebagai
alat respirasi dalam tubuh manusia, paru secara spesifik memiliki peran untuk
terjadinya pertukaran oksigen (O2) dengan karbon dioksida (CO2). Pertukaran ini
terjadi pada alveolus – alveolus di paru melalui sistem kapiler (Wherdhani,
2017). Paru terdiri atas 3 lobus pada paru sebelah kanan, dan 2 lobus pada paru
sebelah kiri. Pada paru kanan lobus – lobusnya antara lain yakni lobus superior,
lobus medius dan lobus inferior. Sementara pada paru kiri hanya terdapat lobus
superior dan lobus inferior.
Namun pada paru kiri terdapat satu bagian di lobus superior paru kiri yang
analog dengan lobus medius paru kanan, yakni disebut sebagai lingula pulmonis. Di
antara lobus – lobus paru kanan terdapat dua fissura, yakni fissura horizontalis
dan fissura obliqua, sementara di antara lobus superior dan lobus inferior paru kiri
terdapat fissura obliqua (Mukty, 2017).
Paru sendiri memiliki kemampuan recoil , yakni kemampuan untuk
mengembang dan mengempis dengan sendirinya. Elastisitas paru untuk
mengembang dan mengempis ini di sebabkan karena adanya surfactan yang
dihasilkan oleh sel alveolar tipe 2. Namun selain itu mengembang dan
mengempisnya paru juga sangat dibantu oleh otot – otot dinding thoraks dan
otot pernafasan lainnya, serta tekanan negatif yang teradapat di dalam cavum
pleura. Paru manusia terbentuk setelah embrio mempunyai panjang 3 mm.
Pembentukan paru di mulai dari sebuah Groove yang berasal dari Foregut.
Selanjutnya pada Groove ini terbentuk dua kantung yang dilapisi oleh
suatu jaringan yang disebut Primary Lung Bud. Bagian proksimal foregut
membagi diri menjadi 2 yaitu esophagus dan trakea . Pada perkembangan
selanjutnya trakea akan bergabung dengan primary lung bud. Primary lung bud
merupakan cikal bakal bronchi dancabang-cabangnya. Bronchial-tree terbentuk
setelah embrio berumur 16 minggu, sedangkan alveoli baru berkembang setelah
bayi lahir dan jumlahnya terus meningkat hingga anak berumur 8 tahun. Ukuran
alveol bertambah besar sesuai dengan perkembangan dinding toraks. Jadi,
pertumbuhan dan perkembangan paru berjalan terus menerus tanpa terputus
sampai pertumbuhan somatic berhenti (John B.west, 2016).
Saluran pernafasan terdiri dari rongga hidung, rongga mulut, faring,
laring, trakea, dan paru. Laring membagi saluran pernafasan menjadi 2 bagian,
yakni saluran pernafasan atas dan saluran pernafasan bawah. Pada pernafasan
melalui paru-paru atau pernafasan external, oksigen di pungut melalui hidung dan
mulut. Pada waktu bernafas, oksigen masuk melalui trakea dan pipa bronchial ke
alveoli dan dapat erat hubungan dengan darah didalam kapiler pulmunaris (John
B.West,2015).
Hanya satu lapis membran yaitu membran alveoli, memisahkan oksigen
dandarah oksigen menembus membran ini dan dipungut oleh hemoglobin sel darah
merah dan dibawa ke jantung. Dari sini dipompa didalam arteri kesemua
bagian tubuh. Darah meninggalkan paru-paru pada tekanan oksigen 100 mm hg dan
tingkat ini hemoglobinnya 95%. Di dalam paru-paru, karbon dioksida, salah satu
hasil buangan. Metabolisme menembus membran alveoli, kapiler dari kapiler darah
ke alveoli dan setelah melalui pipa bronchial, trakea, dinafaskan keluar melalui
hidung dan mulut ( Wartonah & dkk,2016).
b. Fisiologi Paru-Paru
Udara bergerak masuk dan keluar paru-paru karena ada selisih tekanan yang
terdapat antara atmosfir dan alveolus akibat kerja mekanik otot-otot. Seperti yang
telah diketahui, dinding toraks berfungsi sebagai penembus. Selama inspirasi,
volume toraks bertambah besar karena diafragma turun dan iga terangkat akibat
kontraksi beberapa otot yaitu sternokleidomastoideus mengangkat sternum ke atas
dan otot seratus, skalenus dan interkostalis eksternus mengangkat iga-iga
(Price,2015).
Selama pernapasan tenang, ekspirasi merupakan gerakan pasif akibat elastisitas
dinding dada dan paru-paru. Pada waktu otot interkostalis eksternus relaksasi,
dinding dada turun dan lengkung diafragma naik ke atas ke dalam rongga
toraks, menyebabkan volume toraks berkurang. Pengurangan volume toraks ini
meningkatkan tekanan intrapleura maupun tekanan intrapulmonal. Selisih tekanan
antara saluran udara dan atmosfir menjadi terbalik, sehingga udara mengalir
keluar dari paru-paru sampai udara dan tekanan atmosfir menjadi sama kembali
pada akhir ekspirasi (Price, 2015).
Tahap kedua dari proses pernapasan mencakup proses difusi gas-gas
melintasi membrane alveolus kapiler yang tipis (tebalnya kurang dari 0,5
μm). Kekuatan pendorong untuk pemindahan ini adalah selisih tekanan parsial
antara darah dan fase gas. Tekanan parsial oksigen dalam atmosfir pada permukaan
laut besarnya sekitar 149 mmHg. Pada waktu oksigen diinspirasi dan sampai di
alveolus maka tekanan parsial ini akan mengalami penurunan sampai sekiktar 103
mmHg. Penurunan tekanan parsial ini terjadi berdasarkan fakta bahwa udara
inspirasi tercampur dengan udara dalam ruangan sepi anatomic saluran udara
dan dengan uap air. Perbedaan tekanan karbondioksida antara darah dan
alveolus yang jauh lebih rendah menyebabkan karbondioksida berdifusi kedalam
alveolus. Karbondioksida ini kemudian dikeluarkan ke atmosfir (Price,2015).
Dalam keadaan beristirahat normal, difusi dan keseimbangan oksigen di
kapiler darah paru-paru dan alveolus berlangsung kira-kira 0,25 detik dari total
waktu kontak selama 0,75 detik. Hal ini menimbulkan kesan bahwa paru-paru
normal memiliki cukup cadangan waktu difusi. Pada beberapa penyakit misal;
fibrosis paru, udara dapat menebal dan difusi melambat sehingga ekuilibrium
mungkin tidak lengkap, terutama sewaktu berolahraga dimana waktu kontak total
berkurang. Jadi, blok difusi dapat mendukung terjadinya hipoksemia, tetapi tidak
diakui sebagai faktor utama (Rab,2016).

Paru-paru mempunyai pertahanan khusus dalam mengatasi berbagai


kemungkinan terjadinya kontak dengan aerogen dalam mempertahankan tubuh.
Sebagaimana mekanisme tubuh pada umumnya, maka paru-paru mempunyai
pertahanan seluler dan humoral. Beberapa mekanisme pertahanan tubuh yang
penting pada paru-paru dibagi atas:
a. Filtrasi udara
Partikel debu yang masuk melalui organ hidung akan :
1) Yang berdiameter 5-7 μ akan tertahan di orofaring.
2) Yang berdiameter 0,5-5 μ akan masuk sampai ke paru-paru
3) Yang berdiameter 0,5 μ dapat masuk sampai ke alveoli, akan tetapi dapat pula di
keluarkan bersama sekresi.
b. Mukosilia
Baik mucus maupun partikel yang terbungkus di dalam mucus akan digerakkan
oleh silia keluar menuju laring. Keberhasilan dalam
mengeluarkan mucus ini tergantung pada kekentalan mucus, luas
permukaan bronkus dan aktivitas silia yang mungkin terganggu oleh iritasi, baik
oleh asap rokok, hipoksemia maupun hiperkapnia.
c. Sekresi Humoral Lokal
Zat-zat yang melapisi permukaan bronkus antara lain, terdiri dari :
1. Lisozim, dimana dapat melisis bakteri
2. Laktoferon, suatu zat yang dapat mengikat ferrum dan bersifat bakteriostatik.
3. Interferon, protein dengan berat molekul rendah mempunyai kemampuan dalam
membunuh virus. Ig A yang dikeluarkan oleh sel plasma berperan dalam
mencegah terjadinya infeksi virus. Kekurangan Ig A akan memudahkan terjadinya
infeksi paru yang berulang.

d. Fagositosis
Sel fagositosis yang berperan dalam memfagositkan mikroorganisme dan kemudian
menghancurkannya. Makrofag yang mungkin sebagai derivate monosit berperan
sebagai fagositer. Untuk proses ini diperlukan opsonim dan komplemen. Faktor yang
mempengaruhi pembersihan mikroba di dalam alveoli adalah :
1) Gerakan mukosiliar.
2) Faktor humoral lokal.
3) Reaksi sel.
4) Virulensi dari kuman yang masuk.
5) Reaksi imunologis yang terjadi.

2.5 Patofisiologi
Penyakit tuberculosis paru ditularkan melalui udara secara langsung dari penderita
penyakit tuberculosis kepada orang lain. Dengan demikian, penularan penyakit
tuberculosis terjadi melalui hubungan dekat antara penderita dan orang yang tertular
(terinfeksi), misalnya berada di dalam ruangan tidur atau ruang kerja yang sama.
Penyebaran penyakit tuberculosis sering tidak mengetahui bahwa ia menderita sakit
tuberculosis. Droplet yang mengandung basil tuberculosis yang dihasilkan dari batuk
dapat melayang di udara sehingga kurang lebih 1 - 2 jam tergantung ada atau tidaknya
sinar matahari serta kualitas ventilasi ruangan dan kelembaban. Dalam suasana yang
gelap dan lembab kuman dapat bertahan sampai berhari-hari bahkan berbulan-bulan.
Jika droplet terhirup oleh orang lain yang sehat, maka droplet akan masuk ke system
pernapasan dan terdampar pada dinding system pernapasan. Droplet besar akan
terdampar pada saluran pernapasan bagian atas, sedangkan droplet kecil akan masuk ke
dalam alveoli di lobus manapun, tidak ada predileksi lokasi terdamparnya droplet kecil.
Pada tempat terdamparnya, basil tuberculosis akan membentuk suatu focus infeksi
primer berupa tempat pembiakan basil tuberculosis tersebut dan tubuh penderita akan
memberikan reaksi inflamasi. Setelah itu infeksi tersebut akan menyebar melalui
sirkulasi, yang pertama terangsang adalah limfokinase yaitu akan dibentuk lebih banyak
untuk merangsang macrofage, sehingga berkurang atau tidaknya jumlah kuman
tergantung pada jumlah macrophage. Karena fungsi dari macrofage adalah membunuh
kuman atau basil apabila prosesini berhasil dan macrofage lebih banyak maka klien akan
sembuh dan daya tahan tubuhnya akan meningkat. Apabila kekebalan tubuhnya
menurun pada saat itu maka kuman tersebut akan bersarang di dalam jaringan paru-paru
dengan membentuk tuberkel (biji-biji kecil sebesar kepala jarum). Tuberkel lama-
kelamaan akan bertambah besar dan bergabung menjadi satu dan lama-lama akan timbul
perkejuan di tempat tersebut. Apabila jaringan yang nekrosis tersebut dikeluarkan saat
penderita batuk yang menyebabkan pembuluh darah pecah, maka klien akan batuk darah
(hemaptoe). (Djojodibroto, 2014).
2.6 Pathway

2.7 Kemungkinan Data Fokus


a. Anamnesa
1. Demam
Biasanya subfebril menyerupai demam influenza, tetapi kadang-kadang panas badan
dapat mencapai 40-41ºC. Serangan demam pertama dapat sembuh kembali.
Bagitulah seterusnya hilang timbulnya demam influenza ini, sehingga penderita
merasa tidak pernah terbebas dari serangan demam influenza. Keadaan ini sangat
dipengaruhi daya tahan tubuh penderita dan berat ringannya infeksi kuman
tuberculosis yang masuk.
2. Batuk
Batuk dapat terjadi karena adanya iritasi pada bronkus. Batuk ini diperlukan untuk
membuang produk-produk radang keluar. Sifat batuk mulai dari ulai dari kering (non
produktif) kering (non produktif) kemudian setelah timbul peradangan menjadi
produktif (menghasilkan sputum). Keadaan yang lebih lanjut adalah berupa batuk
darah (hemoptoe) karena terdapat pembuluh darah
yang pecah. Kebanyakan batuk darah pada tuberculosis terjadi pada kavitas, tetapi
dapat juga terjadi pada ulkus dinding bronchu juga terjadi pada ulkus dinding
bronchus.
3. Sesak nafas
Pada penyakit yang ringan (baru tumbuh) belum dirasakan sesak nafas. Sesak nafas
akan ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut, dimana infiltrasinya sudah
setengah bagian paru-paru.
4. Nyeri dada
Gejala ini agak jarang ditemukan. Nyeri dada timbul apabila infiltrasi radang sudah
sampai ke pleura sehingga menimbulkan pleuritis.
5. Malaise
Penyakit tuberculosis bersifat radang yang menahun. Gejala malaise sering
ditemukan berupa: anoreksia, tidak ada nafsu makan, badan makin kurus (berat
badan turun), sakit rus (berat badan turun), sakit kepala, meriang, nyeri otot, keringat
malam, dll. Gajala malaise ini makin lama makin berat dan terjadi hilang timbul
secara tidak teratur
b. Pemeriksaan Fisik
 Keadaan umum: biasanya KU sedang atau buruk
 TD : Normal ( kadang rendah karena kurang istirahat)
 Nadi : Pada umumnya nadi pasien meningkat
 Pernafasan : biasanya nafas pasien meningkat (normal : 16-20x/i)
 Suhu : Biasanya kenaikan suhu ringan pada malam hari. Suhu mungkin
tinggi atau tidak teratur. Seiring kali tidak ada demam
1) Kepala
Inspeksi : Biasanya wajah tampak pucat, wajah tampak meringis, konjungtiva
anemis, skelra tidak ikterik, hidung tidak sianosis, mukosa bibir kering, biasanya
adanya pergeseran trakea.
2) Thorak
Inpeksi : Kadang terlihat retraksi interkosta dan tarikan dinding dada, biasanya
pasien kesulitan saat inspirasi
Palpasi : Fremitus paru yang terinfeksi biasanya lemah
Perkusi : Biasanya saat diperkusi terdapat suara pekak
Auskultasi : Biasanya terdapat bronki
3) Abdomen
Inspeksi : biasanya tampak simetris
Palpasi : biasanya tidak ada pembesaran hepar
Perkusi : biasanya terdapat suara tympani
Auskultasi : biasanya bising usus pasien tidak terdengar
4) Ekremitas atas
Biasanya CRT>3 detik, akral teraba dingin, tampak pucat, tidak ada edema
5) Ekremitas bawah
Biasanya CRT>3 detik, akral teraba dingin, tampak pucat, tidak ada edema
c. Pemeriksaan Diagnostik
a) Kultur sputum: Mikobakterium TB positif pada tahap akhir penyakit.
b) Tes Tuberkulin: Mantoux test reaksi positif (area indurasi 10-15 mm terjadi 48-
72 jam).
c) Poto torak: Infiltnasi lesi awal pada area paru atas; pada tahap dini tampak
gambaran bercak-bercak seperti awan dengan batas tidak jelas; pada kavitas
bayangan, berupa cincin; pada klasifikasi tampak bayangan bercak-bercak padat
dengan densitas tinggi.
d) Bronchografi: untuk melihat kerusakan bronkus atatu kerusakan paru karena TB
paru.
e) Darah: peningkatan leukosit dan Laju Endap Darah (LED).
f) Spirometri: penurunan fungsi paru dengan kapasitas vital menurun.

2.8 Penatalaksanaan Medis


1. Penatalaksanaan Keperawatan
a. Promotif , terbagi antara lain :
- Penyuluhan kepada masyarakat apa itu TBC.
- Pemberitahuan baik melalui spanduk atau iklan tentang bahaya TBC, cara
penularan, cara pencegahan, dan faktor resiko.
- Mensosialisasikan BCG dimasyarakat
b. Preventif, terbagi antara lain:
- Vaksinasi BCG
- Menggunakan Isoniazid
- Membersihkan lingkungan dari tempat kotor dan lembab.
- Bila ada gejala TBC segera ke Puskesmas atau Rumah Sakit

2. Penatalaksanaan Medis
Dalam pengobatan TB Paru dibagi 2 bagian:
a) Jangka pendek
Dengan tata cara pengobatan : setiap hari dengan jangka waktu 1-3 bulan.
b) Jangka Panjang
Tata cara pengobatan : setiap 2x seminggu, selama 13-18 bulan, tetapi setelah
perkembangan pengobatan ditemukan terapi. Terapi TB Paru dapat dilakukan
dengan meminum obat : INH, Rivampicin, Etambutol.
c) Dengan menggunakan obat program TB Paru Combipack bila ditemukan pada
pemeriksaan sputum BTA positif dengan kombinasi obat : Rifampicin, Isoniazid,
Ethambutol, Pyridoxin.

2.9 Kemungkinan Diagnosa Keperawatan


a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan bronkospasme
b. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kongesti paru
c. Hipertermi berhubungan dengan reaksi inflamasi
d. Deficit pengetahuan keluarga tentang kondisi, pengobatan, pencegahan,
berhubungan dengan tidak ada yang menerangkan
2.10 Perencanaan

NO. Tujuan Intervensi


1. Setelah diberikan asuhan 1. Dukungan kepatuhan program
keperawatan selama 5 kali pengobatan
kunjungan dalam 45 menit a. Observasi
diharapkantingkatkepatuhan 1) Identifikasi kepatuhan menjalani
pasien meningkat dengan program pengobatan
kriteria hasil : b. Terapeutik
Perilaku patuh : 1) Buatkan jadwal pendamping
pengobatan yang disarankan keluarga untuk menemani klien dalam
a.Partisipasidalam keputusan menjalani program pengobatan
perawatan kesehatan 2) Libatkan keluarga untuk
b. Klien mengonsumsi obat mendukung program pengobatan yang
sesuai interval yang sudah di jalani
ditentukan 3) Awasi jumlah dan penggunaan obat
c.Klien patuh dalam c. Edukasi
pengobatan sesuai dengan 1)Informasikan program pengobatan
yang diresepkan yang harus dijalani
d. Menggunakan layanan 2) Informasikan manfaat yang akan
kesehatan sesuai dengan diperoleh jika teratur menjalani
kebutuhan program pengobatan
3) Ajarkan klien dan keluarga
melakukan konsultasi ke pelayanan
kesehatan terdekat
2. Edukasi penyakit
a. Berikan pendidikan kesehatan
mengenai penyakit tuberculosis
Ajarkan pencegahan penularan
penyakit tuberculosis dengan
menggunakan masker untuk menutupi
mulut dan hidung dan ingatkan klien
untuk berludah pada tempatnya
3. Edukasi efek samping obat
a. Jelaskan tujuan obat yang diberikan
pemberian obat yang sudah
diresepkan
b. Jelaskan dosis, cara pemakaian,
waktu dan lamanya pemberian obat
c. Jelaskan indokasi dan
kontraindikasi obat yang dikonsumsi
LAPORAN KASUS ASUHAN KEPERAWATAN

Pada Klien Tn. N dengan TB Paru


A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
I. IDENTITAS
A. Identitas Klien
No. RM : 190540
Inisial Klien : Tn. N
Usia : 63 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Agama : Islam
Suku :-
Alamat : Jl. Sukamulya RT 03 RW 03 Kel. Sukasari Kec. Kota
Bogor Barat
Tanggal Masuk : 20 – 11 – 2021 Jam 16.00
Tanggal Pengkajian : 23 – 11 – 2021 Jam 06.00

B. Identitas Keluarga Yang Bertanggung Jawab


Inisial Klien : Tn. A
Usia :
Hubungan dengan klien : Anak
Alamat : Jl. Sukamulya RT 03 RW 03 Kel. Sukasari
Kec. Kota Bogor Barat

II. KELUHAN UTAMA


Batuk, Sesak
III. RIWAYAT KESEHATAN
A. Riwayat Kesehatan Sekarang :
Pasien dating ke RS dengan keluhan batuk berdahak sejak 2 minggu, disertai
sesak. Demam hilang timbul, sering berkeringat saat malam, dan mengalami
penurunan berat badan.
B. Riwayat Kesehatan Dahulu :

C. Riwayat Kesehatan Keluarga :

IV. ALERGI

V. PROFIL LIFE SYSTEM


A. Activities Of Daily Living

NO ADL Sebelum Sakit Di Rumah Sakit


.
1. Nutrisi Makanan
Jenis
Frekuensi
Porsi
Makanan Kesukaan
Makanan Pantangan
Nafsu Makan
Cara makan sendiri/dibantu
Kesulitan Makan
Masalah
Minum
Jenis
Frekuensi
Jenis cc
Cara minum dibantu/sendiri
Masalah
2. Eliminasi BAB
Frekuensi
Waktu
Warna
Konsistensi
Obstipasi
Pengunaan pencahar
Diare
Stoma
Cara pengeluaran
Masalah
BAK
Frekuensi
Jumlah
Warna
Bau, darah, lender
Kesulitan
Inkontenensia
Hematuria
Penggunaan kateter
Cara pengeluaran
Masalah
3. Istirahat dan tidur
Waktu tidur malam
Waktu tidur siang
Lamanya
Kebiasaan pengantar tidur
Ada tidaknya masalah tidur
Kebiasaan yang dilakukan saat
istirahat
Masalah
4. Personal Hygiene
Mandi
Frekuensi
Penggunaan sabun/tidak
Cara melakukan sendiri /
dibantu
Masalah
Oral Hygiene
Frekuensi
Penggunaan sikat gigi/tidak
Penggunaan pasta gigi atau
tidak
Cara melakukan
5. Aktivitas/Latihan
Olahraga
Kegiatan diwaktu luang
Cara melakukan sendiri /
dibantu
Masalah

VI. PROFIL PSIKOSOSIAL


Pola Nilai/Kepercayaan

A. Kegiatan Keagamaan Yang Dijalani : Shalat & Mengaji


B. Nilai/ Kepercayaan Yang Bertentangan Dengan Kesehatan : Tidak ada
C. Lain-lain

VII. KEADAAN UMUM


GCS Tingkat Kesadaran : CM
Eye (E) : 4 Verbal (V) : 5 Motorik (M) : 6

VIII. VITAL SIGN


Tekanan Darah (TD) : 120/70 mmHg
Suhu : 36.7 C
Frek. Nadi : 70x/i
Frek. Nafas (RR) : 24x/i

IX. PEMERIKSAAN FISIK


1. Kepala
Inspeksi : Kulit kepala tampak bersih, wajah tampak pucat, bentuk
simetris
Palpasi : Tidak ada benjolan dan nyeri tekan

2. Mata
Insspeksi : Sklera tidak ikterik, bentuk simetris kiri dan kanan
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan

3. Telinga
Inspeksi : Pendengaran baik, tidak ada serumen
Palpasi : Tidak ada benjolan

4. Mulut
Inspeksi : Mukosa bibir tampak kering, tidak ada gigi palsu
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan

5. Hidung
Insspeksi : Bentuk simetris kiri dan kanan
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan

6. Leher dan Tenggorokan


Inspeksi : Tidak ada kesulitan menelan
Palpasi : Tidak ada benjolan

7. Paru-paru
Inspeksi : Bentuk simetris, irama pernafasan sedikit cepat
Perkusi :
Palpasi : Focal vermintus normal
Auskultasi :

8. Payudara (untuk laki-laku atau perempuan)


Inspeksi : Bentuk simetris kiri dan kanan, tidak ada kelainan
Palpasi : Tidak ada benjolan dan nyeri tekan

9. Abdomen

Inspeksi : Bentuk simetris, tidak ada lesi


Palpasi : Ada nyeri tekan
Perkusi :
Auskultasi :

8. Gastrointestinal
Palpasi :

9. Integument
Inspeksi : Kulit tampak kering,
Palpasi : Tidak ada edema dan nyeri tekan

10. Musculoskeletal
Inspeksi :
Palpasi :

11. Neurologi

Pemeriksaan Laboratorium dan Diagnostik

No. Tanggal Jenis Pemeriksaan Hasil


20-11-21 Laboratorium :
Pemeriksaan Diagnostik :
 Leukosit 14,94
13,5
 Hemoglobin

Terapi Saat Ini


No. Jenis Terapi Obat Indikasi/kegunaan Dosis
1. Omeprazol Untuk mengatasi gangguan 1x40mg
lambung
2. Paracetamol Untuk menurunkan demam 3x1gr
3. Ceftriaxon Antibiotik yang berguna 1x2gr
untuk pengobatan sejumlah
infeksi bakteri
4. B complex Untuk membantu 2x1
memenuhi kebutuhan
vitamin B complex
5. B6 Vitamin generic yang 1x1
bermanfaat untuk
mencegah defisiensi
vitamin B6
ANALISA DATA

Nama Pasien : Tn. N Nama Mahasiswa : Silvania Heidy. F


No. Rekam Medik : 190540 NIM : 201813043
Ruang Rawat : Jasmin 1

DATA ETIOLOGI MASALAH


DS : Penumpukan secret Bersihan Jalan Napas
- Pasien mengatakan berlebih. Tidak Efektif. (D.0001)
batuk berdahak.
- Pasien mengatakan
dahak berwarna
kuning dan kental.
- Pasien mengatakan
susah untuk
mengeluarkan dahak.
- Pasien mengatakan
sesak napas.

DO :
- Pasien tampak batuk
berdahak.
- Pasien tampak sulit
mengeluarkan dahak.
- TD : 120/70 mmHg
- S : 36.5 C
- RR : 24x/i
- N : 70 x/i
DS : Factor psikologis Defisit Nutrisi (D.0019)
- Pasien mengatakan (keengganan untuk
badan terasa lemas. makan)
- Pasien mengatakn
nafsu makan
berkurang.
DO :
- Pasien tampak lemas
- Makan ½ porsi
DIAGNOSA KEPERAWATAN (PRIORITAS MASALAH)

1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan hipersekresi jalan nafas
dibuktikan dengan pasien mengatakan batuk berdahak dan sulit mengeluarkan dahak
2. Defisit nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan faktor psikologis (keengganan
untuk makan) dibuktikan dengan pasien mengatakan nafsu makan berkurang
RENCANA KEPERAWATAN INTERVENSI

Nama Pasien : Tn. N Nama Mahasiswa : Silvania heidy.F

No. Rekam Medik : 190540 NIM : 201813043

Diagnosa Medik : TB Paru

No. DIAGNOSA TUJUAN & KRITERIA HASIL INTERVENSI


1. Bersihan jalan napas tidak SLKI : Bersihan Jalan Nafas SIKI
efektif berhubungan dengan (L.01001) Latihan Batuk Efektif (I. 01006)
hipersekresi jalan nafas Setelah dilakukan Observasi :
dibuktikan dengan pasien perawatan/intervensi selama 1x7 jam, - Identifikasi kemampuan batuk.
mengatakan batuk berdahak diharapkan bersihan jalan napas - Monitor adanya retensi
dan sulit mengeluarkan meningkat dengan kriteria hasil : sputum.
dahak - Batuk efektif meningkat.
- Produksi sputum menurun. Terapeutik :
- Atur posisi semi fowler/fowler.
- Pasang perlak dan bengkok di
pangkuan pasien.
- Buang secret pada tempat
sputum.
Edukasi :
- Jelaskan tujuan dan prosedur
batuk efektif.
- Anjurkan Tarik napas dalam
melalui hidung selama 4 detik,
ditahan selama 2 detik,
kemudian keluarkan dari mulut
dengan bibir dibulatkan selama
8 detik.
- Anjurkan mengulangi Tarik
napas dalam hingga 3 kali.
- Anjurkan batuk dengan kuat
langsung setelah Tarik napas
dalam yang ke 3.
2. Defisit nutrisi kurang dari SLKI : Nafsu Makan (L.03024) SIKI
kebutuhan berhubungan Setelah dilakukan Manajemen Nutrisi (I.03119)
dengan faktor psikologis perawatan/intervensi selama 1x7 jam, Observasi :
(keengganan untuk makan) diharapkan nafsu makan meningkat - Identifikasi status nutrisi
dibuktikan dengan pasien dengan kriteria hasil : - Identifikasi makanan yang
mengatakan nafsu makan - Keinginan makan meningkat disukai
berkurang - Asupan makanan meningkat - Monitor asupan makanan
- Asupan nutrisi meningkat - Monitor berat badan

Terapeutik :
- Sajikan makanan secara
menarik dan suhu yang sesuai
- Berikan makanan tinggi serat
untuk mencegah konstipasi
- Berikan makanan tinggi kalori
dan tinggi protein
- Berikan suplemen maknan jika
perlu

Edukasi :
- Ajarkan posisi duduk jika
mampu
- Ajarkan diet yang di
programkan
Kolaborasi :
- Kolaborasi pemberian medikasi
sebelum makan
- Kolaborasi dengan ahli gizi
untuk menentukan jumlah kalori
dengan jenis nutrien yang
dibutuhkan, jika perlu
CATATAN TINDAKAN KEPERWATAN (IMPLEMENTASI)
Nama Pasien : Tn. N Nama Mahasiswa : Silvania Heidy. F
No. Rekam Medik : 190540 NIM : 201813043

No. HARI / TANGGAL DIAGNOSA IMPLEMENTASI TTD


PERAWAT
1. Selasa/23 November Bersihan jalan nafas Latihan Batuk Efektif (I. 01006)
2021 tidak efektif - Mengidentifikasi kemampuan batuk.
Hasil :
S : Pasien mengatakan sesaknya
sudah sedikit berkurang
O : Pasien tampak kooperatif
- Memonitor adanya retensi sputum.
Hasil :
S : Pasien mengatakan dahaknya
sedikit bisa dikeluarkan
O : Pasien tampak kooperatif
2. Selasa/23 November Defisit Nutrisi Manajemen Nutrisi (I.03119)
2021
- Mengidentifikasi status nutrisi
S : Pasien mengatakan sudah mau
makan sedikit-sedikit
O : Pasien tampak memakan
makanannya
- Mengidentifikasi makanan yang
disukai
S : Pasien mengatakan sudah mau
makan
O : Pasien tampak makan ½ porsi
- Memonitor asupan makanan
S : Pasien mengatakan nafsu makan
sudah membaik
O : Pasien tampak sudah tidak pucat
- Memonitor berat badan
S : Pasien mengatakan berat
badannya masih belum bertambah
O : Pasien tampak tidak lemas
EVALUASI KEPERAWATAN

Nama Pasien : Tn. N Nama Mahasiswa : Silvania Heidy. F

No. Rekam Medik : 190540 NIM : 201813043

Ruang Rawat : Jasmin 1

No. HARI/TANGGAL DIAGNOSA EVALUASI


1. Selasa, 23 November 2021 1. Bersihan jalan napas tidak S :
efektif berhubungan dengan - Pasien mengatakan
hipersekresi jalan nafas batuk, sesak
2. Defisit nutrisi kurang dari O :
kebutuhan berhubungan - KU : Sedang
dengan faktor psikologis - Kesadaran : CM
- TD : 120/80
- RR : 24x/i
- S : 36.2
- N : 102
- ADL dibantu
- IVFD RR/8 jam
- Posisi semi fowler
- Makan habis ½ poris
A:
- DxI : Bersihan jalan
nafas tidak efektif
- DxII : DEfisit Nutrisi
P:
- Setelah dilakukan
Tindakan keperawatan
1x10 jam diharapkan
masalah teratasi
- Intervensi dilanjutkan
2. Selasa, 25 November 2021 1. Bersihan jalan napas tidak S :
efektif berhubungan dengan - Pasien mengatakan
hipersekresi jalan nafas batuk sesak berkurang
2. Defisit nutrisi kurang dari O :
kebutuhan berhubungan - KU : Sedang
dengan faktor psikologis - Kesadaran : CM
- TD : 110/80
- RR : 22x/i
- S : 36.5 C
- N : 83x/i
- SPO : 96%
- IVFD : RL/8jam
- Makan habis ½ porsi
- Skala nyeri 0/10
A:
- DxI : Bersihan jalan
nafas tidak efektif
- DxII : Defisit Nutrisi
P:
- Setelah dilakukan
Tindakan keperawatan
selama 1x10 jam
diharapkan masalah
teratasi

Anda mungkin juga menyukai