Dosen Pengampu :
Oleh :
201813043
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah Subhanahu Wata’ala atas segala karunia nikmat-Nya
sehingga laporan yang berjudul “Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan TB Paru”
ini dapat diselesaikan. Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas magang satu dari stase
Keperawatan Medikal Bedah.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kesalahan dalam penyusunan makalah ini,
baik dari segi EYD, kosa kata, tata bahasa, etika maupun isi. Oleh karenanya penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca sekalian untuk kami jadikan
sebagai bahan evaluasi.
Demikian, semoga makalah ini dapat diterima sebagai ide/gagasan yang menambah
kekayaan intelektual bangsa.
Penulis
DAFTAR ISI
COVER
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1. Secara Teoritis
2. Secara Praktis
LAPORAN PENDAHULUAN
a. Demam
b. Batuk/batuk berdahak
Batuk ini terjadi karena ada iritasi pada bronkus. batuk ini diperlukan untuk
membuang produk-produk radang keluar, karena terlibatnya bronkus pada setiap
penyakit tidak sama. Mungkin saja batuk baru ada setelah penyakit berkembang
dalam jaringan paru yakni setelah berminggu-minggu atau berbulan-bulan
peradangan bermula. Sifat batuk ini dimulai dari batuk kering (non-produktif)
kemudian setelah timbulnya peradangan menjadi produktif (menghasilkan
sputum). keadaan yang lanjut adalah berupa batuk darah karena terdapat pembuluh
darah yang pecah. kebanyakan batuk darah tuberkulosis pada kavitas, tetapi dapat
juga terjadi pada ulkus dindingbronkus.
c. Sesak Napas
Pada penyakit ringan (baru kambuh) belum dirasaka sesak napas. Sesak napas
akan ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut yang infiltrasinya sudah meliputi
sebagian paru-paru
d. Nyeri Dada
Gejala ini agak jarang ditemukan. Nyeri dada timbul bila infiltrasi radang sudah
sampai ke pleura sehingga menimbulkan pleuritis. Terjadi gesekan kedua pleura
sewaktu pasien menarik melepaskan napasnya.
e. Malaise
2.3 Etiologi
Penyakit ini disebabkan oleh bakteri mycobacterium tuberculosis. Bakteri atau
kuman ini berbentuk batang. Sebagian besar kuman berupa lemak atau lipid, sehingga
kuman tahan terhadap asam dan lebih tahan terhadap kimia atau fisik. Sifat lain dari
kuman ini adalah aerob yang menyukai daerah dengan banyak oksigen, dan daerah yang
memiliki kandungan oksigen tinggi yaitu apikal atau apeks paru. Daerah ini menjadi
tempat perkembangan pada penyakit tuberkulosis. Selain itu, faktorpenyebabnya yaitu
herediter, jenis kelamin, usia, stress, meningkatnya sekresisteroid, infeksi berulang
(Somantri, 2009).
d. Fagositosis
Sel fagositosis yang berperan dalam memfagositkan mikroorganisme dan kemudian
menghancurkannya. Makrofag yang mungkin sebagai derivate monosit berperan
sebagai fagositer. Untuk proses ini diperlukan opsonim dan komplemen. Faktor yang
mempengaruhi pembersihan mikroba di dalam alveoli adalah :
1) Gerakan mukosiliar.
2) Faktor humoral lokal.
3) Reaksi sel.
4) Virulensi dari kuman yang masuk.
5) Reaksi imunologis yang terjadi.
2.5 Patofisiologi
Penyakit tuberculosis paru ditularkan melalui udara secara langsung dari penderita
penyakit tuberculosis kepada orang lain. Dengan demikian, penularan penyakit
tuberculosis terjadi melalui hubungan dekat antara penderita dan orang yang tertular
(terinfeksi), misalnya berada di dalam ruangan tidur atau ruang kerja yang sama.
Penyebaran penyakit tuberculosis sering tidak mengetahui bahwa ia menderita sakit
tuberculosis. Droplet yang mengandung basil tuberculosis yang dihasilkan dari batuk
dapat melayang di udara sehingga kurang lebih 1 - 2 jam tergantung ada atau tidaknya
sinar matahari serta kualitas ventilasi ruangan dan kelembaban. Dalam suasana yang
gelap dan lembab kuman dapat bertahan sampai berhari-hari bahkan berbulan-bulan.
Jika droplet terhirup oleh orang lain yang sehat, maka droplet akan masuk ke system
pernapasan dan terdampar pada dinding system pernapasan. Droplet besar akan
terdampar pada saluran pernapasan bagian atas, sedangkan droplet kecil akan masuk ke
dalam alveoli di lobus manapun, tidak ada predileksi lokasi terdamparnya droplet kecil.
Pada tempat terdamparnya, basil tuberculosis akan membentuk suatu focus infeksi
primer berupa tempat pembiakan basil tuberculosis tersebut dan tubuh penderita akan
memberikan reaksi inflamasi. Setelah itu infeksi tersebut akan menyebar melalui
sirkulasi, yang pertama terangsang adalah limfokinase yaitu akan dibentuk lebih banyak
untuk merangsang macrofage, sehingga berkurang atau tidaknya jumlah kuman
tergantung pada jumlah macrophage. Karena fungsi dari macrofage adalah membunuh
kuman atau basil apabila prosesini berhasil dan macrofage lebih banyak maka klien akan
sembuh dan daya tahan tubuhnya akan meningkat. Apabila kekebalan tubuhnya
menurun pada saat itu maka kuman tersebut akan bersarang di dalam jaringan paru-paru
dengan membentuk tuberkel (biji-biji kecil sebesar kepala jarum). Tuberkel lama-
kelamaan akan bertambah besar dan bergabung menjadi satu dan lama-lama akan timbul
perkejuan di tempat tersebut. Apabila jaringan yang nekrosis tersebut dikeluarkan saat
penderita batuk yang menyebabkan pembuluh darah pecah, maka klien akan batuk darah
(hemaptoe). (Djojodibroto, 2014).
2.6 Pathway
2. Penatalaksanaan Medis
Dalam pengobatan TB Paru dibagi 2 bagian:
a) Jangka pendek
Dengan tata cara pengobatan : setiap hari dengan jangka waktu 1-3 bulan.
b) Jangka Panjang
Tata cara pengobatan : setiap 2x seminggu, selama 13-18 bulan, tetapi setelah
perkembangan pengobatan ditemukan terapi. Terapi TB Paru dapat dilakukan
dengan meminum obat : INH, Rivampicin, Etambutol.
c) Dengan menggunakan obat program TB Paru Combipack bila ditemukan pada
pemeriksaan sputum BTA positif dengan kombinasi obat : Rifampicin, Isoniazid,
Ethambutol, Pyridoxin.
IV. ALERGI
2. Mata
Insspeksi : Sklera tidak ikterik, bentuk simetris kiri dan kanan
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
3. Telinga
Inspeksi : Pendengaran baik, tidak ada serumen
Palpasi : Tidak ada benjolan
4. Mulut
Inspeksi : Mukosa bibir tampak kering, tidak ada gigi palsu
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
5. Hidung
Insspeksi : Bentuk simetris kiri dan kanan
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
7. Paru-paru
Inspeksi : Bentuk simetris, irama pernafasan sedikit cepat
Perkusi :
Palpasi : Focal vermintus normal
Auskultasi :
9. Abdomen
8. Gastrointestinal
Palpasi :
9. Integument
Inspeksi : Kulit tampak kering,
Palpasi : Tidak ada edema dan nyeri tekan
10. Musculoskeletal
Inspeksi :
Palpasi :
11. Neurologi
DO :
- Pasien tampak batuk
berdahak.
- Pasien tampak sulit
mengeluarkan dahak.
- TD : 120/70 mmHg
- S : 36.5 C
- RR : 24x/i
- N : 70 x/i
DS : Factor psikologis Defisit Nutrisi (D.0019)
- Pasien mengatakan (keengganan untuk
badan terasa lemas. makan)
- Pasien mengatakn
nafsu makan
berkurang.
DO :
- Pasien tampak lemas
- Makan ½ porsi
DIAGNOSA KEPERAWATAN (PRIORITAS MASALAH)
1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan hipersekresi jalan nafas
dibuktikan dengan pasien mengatakan batuk berdahak dan sulit mengeluarkan dahak
2. Defisit nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan faktor psikologis (keengganan
untuk makan) dibuktikan dengan pasien mengatakan nafsu makan berkurang
RENCANA KEPERAWATAN INTERVENSI
Terapeutik :
- Sajikan makanan secara
menarik dan suhu yang sesuai
- Berikan makanan tinggi serat
untuk mencegah konstipasi
- Berikan makanan tinggi kalori
dan tinggi protein
- Berikan suplemen maknan jika
perlu
Edukasi :
- Ajarkan posisi duduk jika
mampu
- Ajarkan diet yang di
programkan
Kolaborasi :
- Kolaborasi pemberian medikasi
sebelum makan
- Kolaborasi dengan ahli gizi
untuk menentukan jumlah kalori
dengan jenis nutrien yang
dibutuhkan, jika perlu
CATATAN TINDAKAN KEPERWATAN (IMPLEMENTASI)
Nama Pasien : Tn. N Nama Mahasiswa : Silvania Heidy. F
No. Rekam Medik : 190540 NIM : 201813043