PENDAHULUAN
1.4.2 Klien
Meningkatkan kemampuan klien untuk dapat melakukan perawatan
mandiri di rumah
BAB II
PEMBAHASAN
2.3 Etiologi
PPOK disebabkan oleh faktor lingkungan dan gaya hidup. Yang
sebagian besar bisa dicegah. Merokok diperkirakan menjadi penyebab
timbulnya 80-90% kasus PPOK.. Laki-laki dengan usia antara 30-40 tahun
paling banyak menderita PPOK. Ada beberapa faktor resiko utama
berkembangnya penyakit ini yang dibedakan menjadi faktor paparan
lingkungan dan faktor host. Beberapa faktor paparan lingkungan antara lain
adalah :
1. Merokok
Merokok merupakan penyebab utama terjadinya PPOK, dengan resiko
30 kali lebih besar pada perokok dibanding dengan bukan perokok,
dan merupakan penyebab dari 85-90% kasus PPOK. Kurang lebih 15-
20% perokok akan mmengalami PPOK. Kematian akibat PPOK
terkait dengan banyaknya rokok yang dihisap, umur mulai merokok,
dan status merokok yang terakhir saat PPOK berkembang. Namun
demikian, tidak semua penderita PPOK adalah perokok. 10% orang
yang tidak merokok juga mungkin menderita PPOK. Perokok pasif
(tidak merokok tetapi sering terkena asap rokok) juga berisiko
menderita PPOK.
2. Pekerjaan
Para pekerja tambang emas atau batu bara, industri gelas dan keramik
yang terpapar debu silika, atau pekerja yang terpapar debu katun dan
debu gandum, toluena diisosianat, dan asbes, mempunyai resiko yang
lebih besar daripada yang bekerja ditempat yang selain yang
disebutkan diatas.
3. Polusi Udara
Pasien yang mempunyai gangguan paru akan semakin memburuk
gejalanya dengan adanya polusi udara. Polusi ini bisa berasal dari asap
dapur, asap pabrik, dll.
Sedangkan faktor resiko yang berasal dari host / pasiennya antara lain
adalah :
1. Usia
Semakin bertambah usia semakin besar resiko menderita PPOK.
Pada pasien yang didiagnosa PPOK sebelum usia 40 tahun,
kemungkinan besar dia menderita gangguan genetik berupa
defisiensi α1 antitripsin. Namun kejadian ini hanya dialami 1%
pasien PPOK.
2. Jenis Kelamin
Laki-laki lebih berisiko terkena PPOK daripada wanita, mungkin
ini terkait dengan kebiasaan merokok pada pria. Namun ada
kecenderungan peningkatan prevalensi PPOK pada wanita karena
meningkatnya jumlah wanita yang merokok.
3. Adanya Gangguan Fungsi Paru yang Sudah Terjadi
Adanya gangguan fungsi paru-paru merupaka faktor risiko
terjadinya PPOK, misalnya defisiensi immunoglobulin A
(IgA/hypogammaglobulin) atau infeksi pada masa kanak-kanak
seperti TBC dan bronkiektasis. Individu dengan gangguan fungsi
paru-paru mengalami penurunan fungsi paru-paru lebih besar
sejalan dengan waktu daripada yang fungsi parunya normal,
sehingga lebih berisiko terhadap berkembangnya PPOK. Termasuk
didalamnya adalah orang yang pertumbuhan parunya tidak normal
karena lahir dengan berat badan rendah, ia memiliki risiko lebih
besar untuk mengalami PPOK.
4. Predisposisi Genetik, yaitu Defisiensi α1 Antitripsin (AAT)
Defisiensi AAT ini terutama dikaitkan dengan kejadian emfisema,
yang disebabkan oleh hilangnya elastisitas jaringan di dalam paru-
paru secara progresif karena adanya ketidakseimbangan antara
enzim proteolitik dan faktor protektif. Pada peristiwa inflamasi,
makrofag dan netrofil melepaskan enzim lisosomal yaitu elastase
yang dapat merusak jaringan di paru. Pada individu normal, faktor
protektif AAT akan menghambat enzim proteolitik sehingga
mencegah kerusakan. Karena itu, individu yang mengalami
defisiensi AAT akan lebih rentan terhadap kerusakan paru akibat
berkurangnya faktor proteksi ini. AAT diproduksi oleh gen
inhibitor protease (M). Satu dari 2500 orang adalah homozigot
untuk gen resesif (Z), yang menyebabkan kadar AAT dalam darah
rendah dan berakibat emfisema yang timbul lebih cepat. Orang
yang heterozigot (mempunyai gen MZ) juga berisiko menderita
emfisema, yang makin meningkat kemungkinannya dengan
merokok karena asap rokok juga dapat menginaktivasi AAT.
Wanita mempunyai kemungkinan perlindungan oleh estrogen yang
akan menstimulasi sintesis inhibitor protease seperti AAT.
Karenanya, faktor risiko pada wanita lebih rendah daripada pria
2.4 Patofisiologi
Patofisiologi PPOK adalah sangat komplek dan komprehensif
sehingga mempengaruhi semua sistem tubuh artinya sama juga dengan
mempengaruhi gaya hidup manusia dalam prosesnya, penyakit ini bisa
menimbulkan kerusakan pada alveolar sehingga bisa mengubah fisiologi
pernapasan, kemudian mempengaruhi oksigenasi tubuh secara keseluruhan.
Faktor-faktor risiko tersebut diatas akan mendatangkan proses
inflamasi bronkus dan juga menimbulkan kerusakan pada dinding bronkiolus
terminalis. Akibat dari kerusakan akan terjadi obstruksi bronkus kecil
(bronkiolus terminalis), yang mengalami penutupan atau obstruksi awal fase
ekspirasi. Udara yang mudah masuk ke alveoli pada saat inspirasi, pada saat
ekspirasi banyak terjebak dalam alveolus dan terjadilah penumpukan udara
(air trapping).
Hal inilah yang menyebabkan adanya keluhan sesak napas dengan
segala akibatnya. Adanya obstruksi pada awal ekspirasi akan menimbulkan
kesulitan ekspirasi dan menimbulkan pemanjangan fase ekspirasi. Fungsi-
fungsi paru: ventilasi, distribusi gas, difusi gas, maupun perfusi darah akan
mengalami gangguan (Brannon, et al, 1993).
2.6 Komplikasi
Hipoxemia
Hipoxemia didefinisikan sebagai penurunan nilai PaO2 kurang dari 55
mmHg, dengan nilai saturasi Oksigen <85%. Pada awalnya klien akan
mengalami perubahan mood, penurunan konsentrasi dan pelupa. Pada
tahap lanjut timbul cyanosis.
Asidosis Respiratory
Timbul akibat dari peningkatan nilai PaCO2 (hiperkapnia). Tanda yang
muncul antara lain : nyeri kepala, fatique, lethargi, dizzines, tachipnea.
Infeksi Respiratory
Infeksi pernafasan akut disebabkan karena peningkatan produksi mukus,
peningkatan rangsangan otot polos bronchial dan edema mukosa.
Terbatasnya aliran udara akan meningkatkan kerja nafas dan timbulnya
dyspnea.
Gagal jantung
Terutama kor-pulmonal (gagal jantung kanan akibat penyakit paru),
harus diobservasi terutama pada klien dengan dyspnea berat. Komplikasi
ini sering kali berhubungan dengan bronchitis kronis, tetapi klien dengan
emfisema berat juga dapat mengalami masalah ini.
Cardiac Disritmia
Timbul akibat dari hipoxemia, penyakit jantung lain, efek obat atau
asidosis respiratory.
Status Asmatikus
Merupakan komplikasi mayor yang berhubungan dengan asthma
bronchial. Penyakit ini sangat berat, potensial mengancam kehidupan dan
seringkali tidak berespon terhadap therapi yang biasa diberikan.
Penggunaan otot bantu pernafasan dan distensi vena leher seringkali
terlihat.
2.11 Pencegahan
Untuk mencegah terjadinya PPOK dapat dilakukan dengan beberapa cara,
yaitu:
1. Merubah pola hidup : Mencegah kebiasaan merokok, infeksi dan
polusi udara.
2. Pencegahan Penyakit Paru Pada Usia Lanjut.
Proses penuaan pada seseorang tidak bisa dihindari. Perubahan
struktur anatomik maupun fisiologik alami juga tidak dapat dihindari.
Pencegahan terhadap timbulnya penyakit-penyakit paru pada usia
lanjut dilakukan pada prinsipnya dengan meningkatkan daya tahan
tubuhnya dengan memperbaiki keadaan gizi, menghilangkan hal-hal
yang dapat menurunkan daya tahan tubuh, misalnya menghentikan
kebiasaan merokok, minum alkohol dan sebagainya.
3. Pencegahan terhadap timbulnya beberapa macam penyakit dilakukan
dengan cara yang lazim, diantaranya:
a. Usaha pencegahan infeksi paru / saluran nafas
Usaha untuk mencegahnya dilakukan dengan jalan menghambat,
mengurangi atau meniadakan faktor-faktor yang mempengaruhi
timbulnya infeksi. Hal positif yang dapat dilakukan misalnya
dengan melakukan vaksinasi dengan vaksin pneumokok untuk
menghindari timbulnya pneumoni, tetapi sayangnya pada usia
lanjut vaksinasi ini kurang berefek (Mangunegoro, 1992).
b. Usaha pencegahan timbulnya PPOM atau karsinoma paru
Sejak usia muda, bagi orang-orang yang beresiko tinggi terhadap
timbulnya kelainan paru (PPOM dan karsinoma paru), perlu
dilakukan pemantauan secara berkala:
Pemeriksaan foto rontgen toraks
Pemeriksaan faal paru, paling tidak setahun sekali. Sangat
dianjurkan bagi mereka yang beresiko tinggi tadi (perokok
berat dan laki-laki) menghindari atau segera berhenti
merokok.
ASUHAN KEPERAWATAN
2.12 Pengkajian
A. Identitas Klien
Nama:
Tempat Tanggal Lahir:
Umur:
jenis Kelamin:
Agama/Suku:
Warga Negara:
Bahasa Yang Digunakan:
Penanggung Jawap Meliputi : Nama, Alamat, Hubungan dengan klien:
B. Keluhan Utama
Keluhan yang dirasakan klien pada saat pertama kali masuk Rumah Sakit.
C. Riwayat Kesehatan
1. Riwayat Penyakit Sekarang: Klien masuk melalui IGD dengan
keluhan sesak, sering kambuh, nyeri, tidur harus ½ duduk.
2. Riwayat Penyakit Dahulu: Klien mengatakan bahwa klien
mempunyai riwayat asma sejak kecil.
3. Riwayat Penyakit Keluarga: Orang tua dan saudarah dari klien
ada juga yang menderita penyakit seperti yang diderita klien saat
ini
4. Riwayat Psikososial – Spiritual:
Psikologis: perasaan yang dirasakan oleh klien, apakah
cemas/ sedih ?
Sosial: bagaimana hubungan klien dengan orang lain
maupun orang terdekat klien dan lingkungannya ?
Spiritual: apakah klien tetap menjalankan ibadah selama
perawatan di rumah sakit ?
D. Genogram
Bagan penyakit keturunan yang diturunkan oleh keluarga klien
G.Psikososial
Klien biasanya cemas dengan keadaan sakitnya
BAB III
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn.Z DENGAN PENYAKIT PARU
OBSTRUKSI KRONIK DI RUANG PARU RSUD. DR SOETOMO
SURABAYA
3.1 Pengkajian
Tgl Masuk Rumah Sakit: 20 September 2013 Jam 16.00 WIB
Tgl Kaji: 22 September 2013 Jam 12.15 WIB
1. Identitas Klien
Nama: Tn.Z
Umur: 49 thn
Jenis Kelamin: Laki-Laki
Alamat: Gedangan, Probolingo
Agama: Islam
Pendidikan: SMA
Pekerjaan: Karyawan Pabrik
No Tlpn: 085700013900
Dx Medis: PPOK
4. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum : Lemah
Kesadaran : Compos Mentis
Tekanan Darah : 110/70 mmhg
Suhu : 37 derajat celcius
Respiratory Rate : 29 x/menit
b. Pernafasan (B1: Breathing)
1. Inspeksi
Pola Nafas : Tidak teratur
Jenis : dispnea
RR : 29x/menit
Batuk : ya (Tidak Efektif)
Adanya retreksi otot bantu nafas, reflek batuk (+)
2. Palpasi
Ekspansi meningkat dan taktil fremitus menurun
3. Perkusi
Sonor dan diafragma menurun
4. Auskultasi
Bunyi nafas wheezing
MK: Ketidak efektifan bersihan jalan nafas
c. Kardiovaskuler (B2:Blood)
1. inspeksi
Tidak ada pembesaran jantung. Kepala dan wajah tidak
ada sianosi.
2. Palpasi
N: 103 x/mnt
Irama tidak teratur
Akral: hangat, kering, merah
CRT: 1 detik
3. Auskultasi
Tekanan Darah :110/70 mmhg
MK: tidak ada masalah kesehatan
d. Persyarafan (B3: Brain)
GCS : 456
Kesadaran : Compos Mentis
MK : tidak ada masalah keperawatan
e. Perkemihan ( B4: Blader)
Klien minum 7-8 gelas perhari, BAK lancer produksi urin
kurang lebih 1800cc/24 jam dan tidak ada keluhan pada
system perkemihan
MK: tidak ada masalah kesehatan
f. Bowel (B5: Pencernaan)
Makan 3x/hari. Porsi makan tidak habis, makan hanya 1-2
sendok makan. Klien mual (+), muntah (-), dan tidak nafsu
makan, BB turun dari 56 kg menjadi 53 kg. Selama di rumah
sakit belum pernah BAB.
MK: Gangguan Pemenuhan kebutuhan nutrisi
g. Tulang, otot dan integument (B6: Bone)
Klien mampu melakukan aktivitas dengan baik, klien terlihat
kelelahan. Tidak ada edema
MK: tidak ada masalah kesehatan
h. Psikososial
Klien mengatakan dirinya adalah seorang yang sering sakit.
Orang – orang terdekatnya sanagat perhatian dengan klien.
Jika ada masalah klien selalu memusyawarakan dengan
keluarga. Klien juga mengatakan sudah terbiasa dengan
sakitnya.
MK: tidak ada masalah kesehatan
5. Pemeriksaan Diagnostik
Elektrolit
Na : 138.1 (135-147 mEq)
K : 3.9 (3.5-5.5 mEq)
Cl : 98.2 (100-106 mEq)
6. Terapi Pengobatan
Oksigen Masker 6 lpm
RL: D5 = 1:2
Cefotaxim 3 x lg
Antrain 3 x lg
Ranitidin 3 x 50 mg
Bronkodilator :fenoterol HBr O,1% solution
Mulokitik : ventolin 2,5 mg
Kortikosteroid
Ketidakefektifan
S: klien mengatakan bersihan jalan nafas
sesak di dada
dan nafas terasa berat Obstruksi pada
pertukaran O2 dan
O:
RR: 29 x/ menit CO2 akibat kerusakan Gangguan Pertukaran
Nadi: 103 dinding alveoli
Gas
x/menit
Gangguan pergerakan
Dispnea saat
udara dari dalam ke
aktivitas
Warna kulit luar paru
normal:
Peningkatan usaha dan
sianosis(-)
frekuensi pernafasan
Ph: 7.40
Pco2: 68 mmHg penggunaan otot bantu
Po2: 43 mmHg pernafasan
Peningkatan kerja
pernafasan hipoksemia
secara reversible
S: Klien mengatakan Gangguan pertukaran
tidak nafsu makan. gas Gangguan pemenuhan
Belum pernah BAB kebutuhan nutrisi:
selama di rumah sakit kurang dari kebutuhan
PPOK
tubuh
O: Respon sistemik dan
Porsi makan
psikologis
tidak habis (1-2
sendok) Keluhan sistemik,
Mual (+) mual, intake nutrisi
BB turun: 56 kg
53 kg tidak adekuat, malaise,
KU: lemah kelemahan, dan
3.3 Diagnosa Keperawatan
N Diagnosa Keperawatan
O
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
PPOK merupakan kondisi ireversibel yang berkaitan dengan dispnea saat
aktivitas dan penurunan aliran masuk dan keluar udara paru-paru. ( Penyakit Paru
Obstruksi Kronis) adalah klasifikasi luas dari gangguan, yang mencangkup bronkitis
kronis, bronkiestasis, emfisema, dan asma. PPOK disebabkan oleh factor lingkungan dan
gaya hidup. Perkembangan gejala-gejala yang merupakan ciri dari PPOM adalah
malfungsi kronis pada sistem pernafasan yang manifestasi awalnya yaitu sesak napas.
Batuk-batuk dan produksi dahak khusunya yang makin menjadi di saat pagi hari.
Kehilangan berat badan yang cukup drastis. Pasien mudah sekali merasa lelah dan secara
fisik banyak yang tidak mampu melakukan kegiatan sehari-hari. Hilangnya nafsu makan
karena produksi dahak yang makin melimpah.Penurunan daya kekuatan tubuh.
4.2 Saran
Di dalam masalah PPOK, sebaiknya terlebih dahulu mencegah faktor pencetus
seperti asap rokok, polusi udara dan lain-lain agar tidak terkena PPOK. Karena mengingat
penderita akan mengalami sakit yang berkepanjangan dan hal ini sangat merugikan
penderita.
1. Untuk Penderita PPOK
Menghindari faktor resiko :
Anjurkan klien untuk tidak merokok
Anjurkan klien untuk cukup istirahat
Anjurkan klien untuk menghindari allergen
Anjurkan klien untuk mengurangi aktifitas
Anjurkan klien untuk mendapatkan asupan gizi yang cukup
2. Untuk Keluarga
Memberikan dukungan: Anjurkan keluarga untuk memberi perhatian pada klien
Anjurkan keluarga untuk memantau kondisi klien
Anjurkan keluarga untuk menciptakan lingkungan yang kondusif
DAFTAR PUSTAKA
Meschan : Analysis of Rontgen Signs in General Radiology, Volume II, page : 954,990-993.
Danu Santoso Halim,Dr.SpP : Ilmu Penyakit Paru, Jakarta 1998, hal :169-192.
Gofton, Douglas : Respiratory Disease, 3rd edition, PG Publishing Pte Ltd, 1984, page : 346-
379.
Harrison : Prinsip Prinsip Ilmu Penyakit Dalam, edisi 13, volume ketiga, Jakarta 20003, hal :
1347-1353.
Lothar, Wicke, Atlas Radiologi, edisi 3, Penerbit Buku Kedokteran 1985, page: 157.
Kapita Selekta Kedokteran, edisi ketiga, Media Aesculapius 1999, Jakarta, hal : 480-482.
Smeltzer, Suzanne C. (2001) Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth, alih
bahasa: Agung Waluyo (et. al.), vol. 1, edisi 8, Jakarta: EGC
Long Barbara C. (1996) Perawatan medical Bedah Suatu pendekatan Proses keperawatan, alih
bahasa: Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Padjajaran Bandung,
Bandung.
Darmojo; Martono (1999) Buku Ajar Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut), Jakarta: Balai
penerbit FKUI
Price Sylvia Anderson (1997) Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, alih bahasa:
Peter Anugerah, Buku Kedua, edisi 4, Jakarta: EGC
Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (2001) Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam Jilid II, edisi ketiga, Jakarta: balai Penerbit FKUI
Carpenito, Lynda Juall (1997) Buku Saku Diagnosa Keperawatan, alih bahasa: Yasmin Asih,
edisi 6, Jakarta: EGC
MAKALAH
PENYAKIT PARU OBSTRUKSI KRONIS (PPOK)
KELOMPOK I
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK)”.
Adapun harapan kami kepada para pembaca atau semua kalangan yang telah
membaca makalah ini yaitu dapat menambah wawasan / pengetahuan dalam
kehidurpan sehari-hari
Namun kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan yang disebabkan karena terbatasnya kemampuan yang kami
miliki. Oleh karena itu, kami mengharapkan partisipasi dalam penyempurnaannya
dengan memberikan kritik dan saran agar makalah ini dapat lebih terkonsep dengan
baik.
Kami sangat mengharapkan makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Kritik &
saran anda sangat kami harapkan dalam penyempurnaan makalah ini. Sekian & terima
kasih.
KATA PENGANTAR……………………………………………………… i
DAFTAR ISI………………………………………………………………... ii
BAB I. PENDAHULUAN………………………………………………….. 1
1.1 LatarBelakang………………………………………………… 1
………
1.2 Rumusan Masalah………………………………………….. 2
4.1 Kesimpulan……………………………………………… … 29
4.2 Saran………………………………………………………... 29
DAFTAR PUSTAKA