Anda di halaman 1dari 56

LAPORAN SEMINAR AKHIR STASE

PADA PASIEN DENGAN POST OPERASI SECTIO CAESAREA


DI RUANG IGD PONEK RSD IDAMAN BANJARBARU

Oleh :

Kelompok 3

Kerin Vera M. P17212215102

M. Rezkiansyah Al Fitri P17212215103

Mira Talitha F. P17212215104

Maulidia Selfianie P17212215105

PRODI PENDIDIKAN PROFESI NERS MALANG


JURUSAN KEPERAWATAN POLITEKNIK
KESEHATAN KEMENKES MALANG
TAHUN AKADEMIK 2021/2022
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Seminar Hasil Stase Maternitas Di Ruang Merpati (Nifas) RSD Idaman
Banjarbaru.
Periode tanggal s/d Bulan Oktober Tahun Akademik 2021/2022

Telah disetujui dan disahkan pada tanggal Bulan Oktober Tahun 2021

Banjarbaru, Oktober 2021

Preceptor Lahan RS Preceptor Akademik

_________________________ _________________________
NIP/NIK. NIP.

Mengetahui,
Kepala Ruang Merpati

_________________________
NIP/NIK.
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas

izin, kuasa dan perlindungan-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan

Akhir Seminar Stase Maternitas. Penulisan laporan ini dimaksudkan untuk memenuhi

tugas mata kuliah Keperawatan Maternitas.

Kami selaku penulis menyadari bahwa dalam penyelesaian laporan ini masih

belum sempurna. Oleh karena itu kami mohon saran dan kritik yang  membangun

untuk perbaikan laporan ini.

.                                 

Banjarbaru, Oktober 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................3
DAFTAR ISI.................................................................................................................4
DAFTAR TABEL.........................................................................................................5
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................4
A. Latar Belakang....................................................................................................4
B. Rumusan Masalah...............................................................................................6
C. Tujuan Penulisan................................................................................................6
D. Manfaat Penulisan..............................................................................................7
BAB II KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN..........................................................9
A. Konsep Sectio Caesarea......................................................................................9
B. Konsep Asuhan Keperawatan...........................................................................15
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN.......................................................................27
BAB IV REVIEW JURNAL DAN PEMBAHASAN.................................................45
A. Review Jurnal...................................................................................................45
B. Pembahasan......................................................................................................49
BAB 5 PENUTUP.......................................................................................................54
A. Kesimpulan.......................................................................................................54
B. Saran.................................................................................................................54
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................55
DAFTAR TABEL
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Nyeri merupakan respon subjektif terhadap stresor fisik dan


psikologis. Setiap individu akan merasakan nyeri pada beberapa bagian
selama kehidupan mereka (Evans, 2012). Nyeri yang dirasakan oleh individu
dapat disebabkan oleh beberapa kondisi seperti proses pembedahan, atau
trauma yang dapat mengakibatkan nyeri akut, atau nyeri kronis yang
diakibatkan oleh beberapa kondisi penyakit seperti kanker, nyeri pinggang
bawah, migrain atau nyeri sendi. Meskipun nyeri terjadi akibat penurunan
kondisi kesehatan, namun dapat berdampak pada disfungsi pola kesehatan
fungsional, baik nyeri akut maupun nyeri kronis (LeMone, Burke, & Bauldoff
2016). Nyeri akut yang disebabkan oleh proses pembedahan merupakan efek
yang tidak dapat dihindari. Apfelbaum et al (2003) mengemukakan bahwa
80% pasien akan mengalami nyeri akut setelah operasi dan dari pasien
tersebut, 86% mengalami nyeri sedang dan berat. Demikian pula nyeri kronis,
pada penderita kanker akan merasakan nyeri yang sangat tinggi.

Nyeri pasca pembedahan seksio sesarea merupakan nyeri akut yang


awitannya tiba-tiba. Menurut Smeltzer (2002) mengatakan bahwa apabila
nyeri tidak diatasi secara adekuat maka akan mempunyai efek yang
membahayakan dan dapat memengaruhi sistem pulmonary, kardiovaskuler,
gastrointestinal, endokrin dan imunologik. Selain itu, bila terjadi kesalahan
tempat irisan, cara-cara penjahitan dan pemilihan bahan jahit (benang) dan
lain-lain akan menimbulkan penyulit-penyulit seperti Hematoma, radang,
abses-abses benang, parut yang jelek, hernia sikatrikalis atau membuka
kembalinya luka operasi (dehiscense) (Wibowo, 2008). Pada dasarnya
terdapat dua cara manajemen nyeri yaitu melalui tindakan farmakologis dan
non-farmakologis. Metode non farmakologis merupukan pengganti obat-
obatan, tindakan ini diperlukan untuk mempersingkat episode nyeri yang
berlangsung hanya beberapa detik atau menit. Mengkombinasikan metode non
farmakologis dengan obat-obatan merupakan cara yang paling efektif untuk
mengontrol nyeri. Pengendalian nyeri nonfarmakologis menjadi lebih murah,
mudah, efektif, dan tanpa efek yang merugikan (Potter dan Perry, 2016).

Salah satu pendekatan nonfarmakologis untuk menurunkan nyeri


adalah terapi relaksasi. Terapi relaksasi berfungsi mengurangi rasa sakit
dengan cara menghambat siklus nyeri pasca operasi, ketegangan otot dan
aktivitas simpatik. Terapi relaksasi dapat dianggap sebagai metode
manajemen nyeri pasca operasi. Pemberian relaksasi bertujuan untuk
mengurangi kecemasan, ketegangan otot dan untuk menghilangkan nyeri.
Teknik relaksasi yang meningkatkan kontrol pasien terhadap beberapa aspek
nyeri dapat menjadi metode untuk manajemen nyeri. Teknik relaksasi yang
diterapkan pada nyeri pasca operasi dapat menurunkan menurunkan input
fisiologis karena kontraksi otot refleks sekunder serta mengubah variabel
psikologis fokus perhatian, kecemasan dan kontrol yang dirasakan. Ketika
pasien diajarkan teknik relaksasi, tekanan otot pada tingkat arteriol akan
berkurang. Dengan sedikit ketegangan, lebih sedikit energi yang dialihkan ke
hipotalamus.

B. Rumusan Masalah

Pada periode awal pasca kelahiran, nyeri pasca operasi dapat


mempengaruhi mobilitas dan juga kemampuannya untuk melakukan
perawatan diri dan perawatan bayinya yang baru lahir. Selain itu, dalam
jangka waktu yang lebih lama, nyeri yang terus-menerus juga dapat
menyebabkan iritabilitas, kelelahan, dan bahkan depresi ibu. Oleh karena itu,
mengurangi nyeri dan meningkatkan rasa nyaman merupakan aspek penting
dari kesehatan ibu. Profesional kesehatan perlu secara aktif mempromosikan
cara-cara untuk membantu perempuan mengelola pengalaman nyeri.
C. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Penulisan ini bertujuan untuk membahas efektivitas


implementasi relaksasi otot progresif terhadap pasien pasca operasi
sectio caesarea pada asuhan keperawatan di ruang nifas (merpati).
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui konsep dasar tindakan sectio caesarea.
b. Mengetahui asuhan keperawatan pada pasien dengan sectio
caesarea.
c. Menganalisis efektivitas intervensi relaksasi otot progresif
terhadap pasien pasca operasi sectio caesarea.

D. Manfaat Penulisan

1. Secara Teoritis

Hasil studi literatur ini di harapkan dapat menjadi bahan


rujukan dan sumber informasi dalam pengembangan ilmu pengetahuan
keperawatan maternitas tentang penanganan rasa nyeri pada pasien
post sectio caesarea dengan cara relaksasi otot progresif.

2. Secara Praktis

a. Bagi Penulis

Hasil penulis laporan ini diharapkan dapat


meningkatkan wawasan dan ilmu pengetahuan serta
pengalaman bagi penulis dalam mengembangkan ilmu
keperawatan tentang penanganan rasa nyeri pada pasien post
sectio caesarea dengan cara relaksasi otot progresif.
b. Bagi Pasien

Manfaat dari penulisan laporan ini bagi pasien yaitu


dapat menurunkan rasa nyeri yang dialami akibat tindakan
sectio caesarea secara non farmakologis dengan pemberian
cara relaksasi otot progresif.

c. Bagi Rumah Sakit Umum


Hasil penulisan laporan ini diharapkan dapat menjadi
bahan masukan bagi rumah sakit, khususnya Ruang nifas
sehingga dapat mempraktikan tindakan relaksasi otot progresif
pada pasien yang mengalami nyeri post sectio caesarea.

d. Bagi Institusi Pendidikan


Dengan adanya penulisan laporan ini diharapkan dapat
menambah pustaka ilmu keperawatan bagi para mahasiswa dan
tenaga pengajar khususnya tentang relaksasi otot progresif
pada pasien yang mengalami nyeri post sectio caesarea.
BAB II
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Konsep Sectio Caesarea

1. Definisi Sectio Caesarea


Sectio Caesarea adalah proses persalinan dengan membuat
sayatan pada dinding uterus untuk mengeluarkan janin dengan syarat
rahim dalam keadaan utuh serta berat janin diatas 500 gram
(Gurusinga, 2015).

2. Etiologi Sectio Caesarea


Indikasi ibu dilakukan sectio caesarea adalah ruptureuteri
iminen, perdarahan antepartum, ketuban pecah dini. Sedangkan
indikasi dari janin adalah fetal distres dan janin besar melebihi
4.000gram. Dari beberapa faktor sectio caesarea diatas dapat diuraikan
beberapapenyebab sectio caesarea sebagai berikut :

a. CPD (Chepalo Pelvik Disproportion)


Chepalo Pelvik Disproportion (CPD) adalah ukuran
lingkar di bagian tulang panggul ibu tidak sama dengan
ukuran pada bagian lingkarkepala janin yang bisa berakibat
ibu tidak bisa melahirkan secara normal. Tulang-tulang
panggul merupakan tempat jalannya yang akan dilewati oleh
janin ketika akan melahirkan secara normal dan merupakan
bagian dari beberapa tulang yang seperti rongga panggul yang
merupakan jalan yang akan dilewati oleh janin ketika akan
lahir secara normal. Bentuk panggul yang menunjukkan
adanya gangguan atau panggul patologis juga bisa berakibat
adanya kesusahan dalam proses melahirkan secara normal
sehingga harus dilakukan tindakan pembedahan. Keadaan
patologis tersebut berakibat besar bidang pada tulang-tulang
panggul menjadi tidaknormal dan bentuk organ tulang
panggul menjadi asimetris.

b. PEB (Pre-Eklamsi Berat)


Pre-eklamsi dan eklamsi merupakan suatu penyakit
yang terjadi pada saat kehamilan, namun faktor penyebabnya
belumpasti untuk diketahui. Setelah perdarahan dan infeksi,
pre-eklamsi dan eklamsi merupakan penyebab kematian
maternal dan perinatal paling penting dalam ilmu kebidanan.
Dan mampu mengetahui agar tidak terus terjadi menjadi
eklamsi karena untuk mengetahui masalah awal sangatlah
penting.

c. KPD (Ketuban Pecah Dini)


Sebagian besar ketuban pecah dini adalah hamil aterm
di atas 37 minggu. Ketuban pecah dini adalah pecahnya
selaput ketuban sebelum tiba waktunya pesalinan tanpa
adanya kontraksi.

d. Bayi Kembar
Tidak semua bayi kembar harus dilahirkan secara
operasi. Hal ini hanyak dilakukan pada kondisi yang memiliki
resiko atau komplikasi tertentu. Selain itu, bayi kembar pun
juga pernah ditemukan letaknya melintang sehingga sulit
dilakukan pada pesalinan normal dan mengalami sungsang.

e. Faktor Hambatan Jalan Lahir


Adanya masalah yang tidak memungkinkan adanya
pembukaan pada jalan lahir karena adanya gangguan atau
masalah seperti adanya tumor dan kelainan bawaan pada jalan
lahir, tali pusat pendek dan ibu sulit bernafas merupakan
gangguan yang dapat terjadi pada jalan lahir.
f. Kelainan Letak Janin
Kelainan pada Letak Kepala
1) Letak Kepala Tengadah
Pada pemeriksaan dalam teraba UUB yang paling
rendah dan bagian terbawah adalah puncak kepala.
Faktor penyebab lainnya adalah kelainan panggul,
kepala bentuknya bundar, anaknya kecil atau mati,
kerusakan dasar panggul.
2) Presentasi Muka
Hal ini jarang terjadi, kira-kira 0,27-0,5 % yaitu
seperti letak kepala tengadah (defleksi), sehingga kepala
bayi terletak di bagian terendah seperti muka.
3) Presentasi Dahi
Posisi kepala antara fleksi dan defleksi, posisi
terendah dan tetap paling depan yaitu dahi. Pada
penempatan dagu, biasanya dengan sendirinya akan
kembali menjadi letak muka atau letak belakang kepala.
4) Letak Sungsang
Keadaan dimana janin terletak memanjang dengan
kepala difundus uteri dan bokong berada di bagian
bawah kavum uteri merupakan letak sungsang yang
dikenal dari beberapa jenis letak sungsang, yakni
presentasi bokong, presentasi bokong kaki, sempurna,
presentasi bokong kaki tidak sempurna (Saifuddin,
2009).
3. Patofisiologi
Plasenta previa sentralis dan lateralis, panggul sempit,
disproporsi cephalo pelvic, rupture uteri mengancam, partus lama,
partus tidak maju, pre-eklamsia, distosia serviks, dan malpresentasi
janin adalah beberapa gangguan atau penghabat dariproses melahirkan
yang berakibat bayi tidak bisa lahir secara normal. Maka dari itu
mengakibatkan haru dilakukannya operasi pembedahan sectio
Caesarea (SC). Dalam hal yang demikian setelah dilakukannya
pembedahan Pasien akan mengalami adanya gangguan pada mobilisasi
seperti adanya ganngguan untuk bisa beraktivitas seperti sebelumnya.
Defisit perawatan diri juga dapat terjadi karena ketidakmampuan
Pasien untuk bisa melakukan perawatan diri secara mandiri. Ansietas
juga dapat terjadi karena setelah dilakukannya pembedahan
Pasien akan merasa takut terjadinya infeksipada luka jahitan operasi
dan
adanya kecemasan tentang bagaimana harus melakukan perawatan
pada bayinya. Hal ini akan merangsang pengeluaran histamin dan
prostaglandin yang akan menimbulkan rasa tidak nyaman pada si ibu.
Setelah proses pembedahan berakhir, masalah risiko infeksi dapat
terjadi pada daerah insisi yang ditutup akibat luka post operasi apabila
tidak dirawat dengan baik.
4. Manifestasi Klinis
Persalinan dengan Sectio Caesaria, memerlukan perawatan yang
lebih koprehensif yaitu: perawatan post operatif dan perawatan post
partum. Manifestasi klinis sectio caesarea, antara lain:
a. Adanya nyeri akibat luka pembedahan
b. Ditemukan adanya luka pembedahan atau operasi pada bagian
abdomen
c. Di umbilicus terletak fundus uterus dengan kontraksi kuat
d. Kehilangan darah kira-kira 600-800ml selama prosedur
pembedahan,
menimbulkan keinginan untuk muntah akibat pengaruh
anestesi
e. Status pulmonary bunyi paru terdengar dan vesikuler

Manifestasi Ketuban Pecah Dini:

a. Keluar sedikit atau banyak ketuban warna putih, keruh, jernih,


kuning, hijau, kecoklatan.
b. Bila sudah terjadi infeksi suhu Pasien akan meningkat.
c. Janin akan mudah teraba.
d. Pada saat memeriksa dalam selaput ketuban tidak ada, air
ketuban
sudah kering.
e. Inspeksikula, tampak air ketuban keluar terus atau selaput
ketuban
tidakada mengeluarkan air-air atau sudah kering.

5. Pemeriksaan Penunjang Sectio Caesarea


a. Elektroensefalogram (EEG)
Untuk melihat dan memastikan adanya terjadi kejang
b. Pemindai CT
Untuk melihat adanya kelainan kerapatan jaringan.
c. Magneti Resonance Imaging (MRI)
Menghasilkan sinaran dengan menggunakan bagian magnetik
dan
gelombang radio, berguna untuk memperhatikan daerah-daerah
otak
yang tidak bisa tampak bila menggunakan pemindaian CT.
d. Pemindaian Pasitron Emission Tomography (PET)
Untuk mencegah terjadinya kejang yang berkelanjutan dan
sebagai
pembantu untuk melihat lokasi lesi, perubahan metabolik atau
aliran
darah ke otak.
e. Uji Laboraturium
1) Fungsi lumbal : Mengalisis cairan serebrovaskuler
2) Hitung darah lengkap : Mengevaluasi trombosit dan
hematocrit
3) Panel elektrolit
4) Skrining toksikdari serum dan urine
5) AGD
6) Kadar kalsium darah
7) Kadar natrium darah
8) Kadar magnesium darah
9) Pemeriksaan laboraturium pada KPD adalah Cairan yang
keluar dari vagina perlu diperiksa: warna, konsentrasi, bau
dan pH nya. Air-air yang keluar dari vagina ini kecuali air
ketuban mungkin juga urine atau sekret vagina. Sekret vagina
ibu hamil pH: 4-5, dengan kertas nitrazin tidak berubah
warna, tetap kuning.
6. Penatalaksanaan Sectio Caesarea
Penatalakanaan yang diberikan pada pasien Post SC diantaranya:
a. Medis
1) Asam Mefenamat, Ketorolak, Tramadol adalah analgesik
yangdiberikan setiap 3-4 jam atau bila diperlukan.
2) bila terjadi pengeluaran darah yang hebat atau banyak
diperlukanpemberian tranfusi darah.
3) Pemberian antibiotik seperti Cefotaxim, Ceftriaxon dan
lain-lain.
4) Ringer Laktat dan NaCl adalah Pemberian cairan secara
parenteral.

b. Keperawatan
1) Tanda-tanda vital setiap 15 menit pada 1 jam pertama dan
30 menit pada 4 jam kemudian harus diperiksa dan catat.
2) Pemantauan secara ketat pada pemeriksaan perdarahan dan
urine.
3) Mobilisasi yaitu pada hari pertama Pasien hanya
diperbolehkan hanya untuk naikturun tempat tidur. Namun
pada hari kedua Pasien sudah dianjurkan untuk bisa berjalan
dengan bantuan. Pada hari ke- 5 yaitu pemulangan jika tidak
terdapat komplikasi penderita setelah operasi.

E. Konsep Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian Keperawatan

Pada pengkajian Pasien dengan sectio caesarea, data yang dapat


diperoleh adalah :
a. Identitas atau Biodata Pasien
Biasaya dikaji nama, umur, agama, jenis kelamin,
alamat, sukubangsa, status perkawinan, pekerjaan,
pendidikan, tanggal masuk rumah sakit nomor RM dan
diagnosa keperawatan serta penanggungjawab.
b. Alasan Masuk Pasien
Alasan masuk dikumpulkan untuk menentukan prioritas
intervensikeperawatan dan juga untuk mengkaji bagaimana
tingkat pemahamanPasien tentang kondisi kesehatan.
Biasanya pada kasus KPD akanditemukan keluhan Pasien
bahwa seperti keluar aia-air dari jalan lahirtanpa adanya
kontraksi terlebih dahulu.
c. Riwayat kesehatan
1) Riwayat Kesehatan Sekarang
Biasanya keluhan yang dialami setelah Pasien
operasi SC adalah mengeluh nyeri atau
ketidaknyamanan dari berbagai sumber misalnya trauma
bedah atau insisi, nyeri distensi kantung kemih hal
tersebut meliputi keluhan atau berhubungan dengan
gangguan atau penyakit yang sedang dialami saat ini.
Biasanya Pasien takut bergerak karena takut terjadi
infeksi pada bekas luka post SC dan terkadang tingkat
kecemasan Pasien tinggi terutama pada kesehatan ibu
dan bayinya.

2) Riwayat Kesehatan Dahulu


Biasanya Pasien dengan post SC pernah memiliki
riwayat operasi SC sebelumnya, baik dari faktor ibu
maupun dari faktor janin
3) Riwayat Kesehatan Keluarga
Biasanya Pasien memiliki penyakit keturunan dari
dalam keluarga seperti jantung, diabetes melitus dan
hipertensi
4) Riwayat Mentruasi
Biasanya dikaji usia pertama haid, siklus haid,
lama haid, berapa kali ganti duk dalam 1 hari, dan
masalah selama haid.
5) Riwayat Kehamilan
Biasanya dikaji kapan HPHT, hamil anak ke
berapa, taksiran persalinan dan jenis persalinan.
6) Riwayat Persalinan
Biasanya dikaji jumlah cairan darah yang keluar
saat proses persalinan, janis pesalinan, persalinan ke
berapa, jenis kelamin bayi dan BB/ PB bayi.

7) Riwayat Kontrasepsi
Biasanya dikaji riwayat kontrasepsi apa yang
pernah digunakan Pasien dan apa rencana kontrasepi
yang akan digunakan Pasien.

d. Pemeriksaan Umum
1) Tingkat Kesadaran
Biasanya tingkat kesadaran ibu compos mentis kecuali
pada ibuyang mengalami perdarahan atau komplikasi dari
penyakit lain.
2) Tanda Tanda Vital
Apabila terjadi pengeluaran darah yang berlebihan pada
masanifas tekanan darah akan turun, nadi akan cepat,
pernafasanmeningkat, suhu tubuh akan menurun.
3) Pemeriksaan Fisik
a) Kepala
Rambut
Bagaimana kebersihan rambut Pasien apakah
bersih, berminyak, atau berketombe. Biasanya pada
pasien post SC keadaan rambutkurang bersih atau
berminyak, karna pasien post SC tidak dianjurkan untuk
mandi terlebih dahulu yang tujuannya untuk
menghindari terjadinya luka basah (infeksi) pada luka
post SC pada Pasien. Mata Biasanya mata tampak
simetris kanan kiri, konjungtiva tidak anemis, sklera
tidak ikterik, pupil isokor dan fungsi penglihatan baik.
Kecuali pada Pasien yang terjadi penurunan kesedaran,
maka pasti akan ditemukan hasil pemeriksaan yang
abnormal pada mata Pasien.

Hidung
Biasanya hidung tampak simetris, bersih atau
tidak ada cairan berupa sekret, tidak ada pembengkakan,
tidakditemukan adanya lesi, tidak ada polip dan fungsi
penciuman baik.

Mulut dan Gigi


Biasanya mulut Pasien tampak simetris/ tidak,
mukosa mulut lembab/kering dan apakah gigi tampak
lengkap, bersih atau terkadang ditemukan ada karies/
tidak.
Telinga
Biasanya telinga tampak simetris kanan kiri, tidak
ada serumen, tidak ada oedema, tidak ada lesi dan
fungsi pendengaran baik, kecuali pada Pasien yang
mengalami gangguan pendengaran akan ditemukan
hasil pemeriksaan yang abnormal.
b) Leher

Biasanya leher tampak tidak ada oedema atau


tidak, ada lesi atau tidak dan apakah ada ditemukan
getah bening, kelenjer tyroid saat dilakukan palpasi
dileher Pasien.

c) Thorak
Payudara
Saat nifas biasanya payudara tampak simetris kiri
kanan (kecualiada kelainan), aerola akan bewarna hitam
kecoklatan(Hiperpigmentasi), produksi ASI biasanya
akan banyak pada 2kali 24 jam atau hari kedua setelah
kelahiran bayi melainkansaat bayi lahir hanya ASI pekat
atau kolostrum dapat keluardengan cara memijat
payudara, dan saat ASI sudah banyakpayudara akan
terasa padat, putting akan menonjol di keduapayudara
namun biasanya juga ditemukan Pasien yang putting
payudaranya tidak menonjol/ datar, namun hal tersebut
bisadiatasi dengan (Tahan payudara pada tepi bagian
aerola denganibu jari atau telunjuk, lalu tekan sekitar 1
inci di belakang putting atau juga bisa dengan cara
tekan bagian kulit yang bewarna hitam pada payudara
sebelum memasukkan puting ke mulut bayi).
Paru-paru
I : Pergerakan paru kanan kiri sama
P : Tidak ada rasa sakit saat ditekan dan
pembengkakkan
P : Sonor dikedua lapang paru
A : Suara nafas vesikuler dan tidak ada bunyi
suara nafastambahan (Kecuali pada Pasien yang
menderita gangguandi paru-paru akan ditemukan hasil
pemeriksaan yangabnormal).
Jantung
I : Pergerakan jantung normal
P : Tidak ada rasa sakit saat dilakukan tekanan
P :Suara jantung redup
A : Bunyi jantung normal (Lup Dup)
d) Abdomen
I : Warna kulit abdomen tampak kecoklatan, di
abdomen tampak luka post SC berbentuk horizontal
atau vertical dengan diameter ± 10 cm dan biasanya ada
striae gravidarum ( garis-garis yang tampak di kulit
perut).
A : Biasanya bising usus akan kembali normal 24 jam
setelah post SC, karena sebelum dilakukan SC Pasien
dipuasakan
P : Tympani

e) Ekstremitas
Ekstremitas Atas
Biasanya ekstremitas atas Pasien tampak tidak ada
pembengkakan, tidak ada luka, tidak ada kelemahan
( Kecuali pada Pasien yang ada kelainan akan
ditemukan pemeriksaan yang abnormal) biasanya
Pasien terpasang infus yang tujuannya untuk mengganti
cairan yang hilang, memasukkan obat-obatan,
memasukkan zat makanan dalam bentuk cairan glukosa
dan elektrolit, namun setelah alat pencernaan pulih
semua atau tidak ada gangguan tambahan infus akan
dibuka dalam waktu 24 jam.
Ekstremitas Bawah
Ekstremitas bawah Pasien tampak tidak ada
pembekakan, tidak ada luka, tidak ada nyeri tekan, tidak
ada kelemahan dan apakah Homan signs / Trombosis
Vena (-) atau (+) (Cara pemeriksaan Homan Signs
adalah: Letakan satu tangan pada lutut ibu lakukan
tekanan ringan agar lutut lurus, bila ibu merasakan nyeri
pada betis maka Human Signs (+).
f) Genetalia
Umunya enetalia Pasien tampak ada keluar lochea
dan biasanya Pasien ditemukan terpasang kateter yang
tujuannya untuk melihat atau memantau warna dan
jumlah cairan urine yang keluar, dan kateter akan
dilepas 24 jam post partum atau saat Pasien tidak lagi
terpasang infus dan sudah bisa BAK secara spontan.
Biasanya lochea pada ibu post SC hari 1-2
berjenisrubra, 3-7 hari berjenis (sangiolenta), 7-14 hari
berjenis (serosa), 2 minggu berjenis (alba). Dan
biasanya lochea masih bercampursisa-sisa dari air
ketuban.
Biasanya perinium Pasien tampak bersih, utuh,
tidak ada robek, tidak luka ada episiotomy dan ada tidak
varices (pembengkakan pembuluh darah vena). Dan
perhatikan apakah ada:
 Redness (Kemerahan)
 Edema (Bengkak)
 Ecchymosis (Bercak perdarahan)
 Discharge (Pengeluaran darah dari luka)
 Approximatio (Perekatan/ Jahitan)

2. Diagnosa Keperawatan Dengan SC


Diagnosa yang mungkin muncul:
a. Nyeri akut Berhubungan Dengan agen pencedera fisik.
b. Resiko Infeksi Dibuktikan Dengan efek prosedur invasive
c. Hambatan mobilitas fisik Berhubungan Dengan post SC
3. Intervensi

No Diagnosa Luaran Intervensi


1 Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan Manajement Nyeri
Berhubungan Dengan keperawatan selama 1x24 Observasi
agen pencedera fisik diharapkan tingkat nyeri - Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
menurun intensitas nyeri
Kriteria Hasil : - Identifikasi skala nyeri
- Tingkat nyeri menurun Terapeutik
- Kontrol nyeri meningkat - Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri
- Penyembuhan luka - Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri
membaik Edukasi
- Jelaskan penyebab, periode dan pemicu nyeri
- Anjurkan menggunakan analgetik
secara tepat
Kolaborasi
- Kalaborasi pemberian analgetik

Pemberian Analgesik
Observasi
- Identifikasi riwayat alergi obat
- Monitor TTV sebelum dan sesudah pemberian analgesic
Terapeutik
- Tetapkan target efektifitas analgesic untuk mengoptimalkan
respons Pasien
Edukasi
- Jelaskan efek terapi dan efek samping obat
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian dosis dan jenis analgesik sesuai indikasi

Pemantauan Nyeri
Observasi
- Identifikasi faktor pencetus dan pereda nyeri
- Monitor lokasi dan penyebaran nyeri
Terapeutik
- Dokumentasi hasil pemantauan
Edukasi
- Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
2 Resiko infeksi Setelah dilakukan tindakan Pencegahan Infeksi
Dibuktikan keperawatan selama 1x24 Observasi
Dengan efek prosedur diharapkan kemerahan dan - Perhatikan tanda dan gejala infeksi lokal dan sistemik
invasif tingkat infeksi menurun Terapeutik
Kriteria Hasil : - Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan
- Tingkat infeksi menurun lingkungan Pasien
- Integritas kulit dan jaringan - Pertahankan teknik aseptik pada
membaik pasien beresiko infeksi
- Kontrol resiko meningkat Edukasi
- Jelaskan tanda dan gejala infeksi
- Ajarkan cara memeriksa kondisi luka dan luka operasi
- Anjurkan meningkatkan asupan
nutrisi
Manajemen Nutrisi
Observasi
- Identifikasi status nutrisi
- Monitor asupan makanan
Terapeutik
- Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah kontipasi
Edukasi
- Ajarkan diet yang diprogramkan
Kolaborasi
- Kalaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori
dan jenis nutrien yang dibutuhkan jika perlu

Perawatan Luka
Observasi
- Monitor karakteristik luka
- Monitor tanda-tanda infeksi
Terapeutik
- Bersihkan dengan cairan NaCl atau pembersih nontoksik
- Pertahankan teknik steril saat melakukan perawatan luka
Edukasi
- Jelaskan tanda dan gejala infeksi
- Ajarkan prosedurperawatan luka secara mandiri
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian antibiotik
3 Gangguan mobilitas Setelah dilakukan tindakan Dukungan Ambulasi
fisik Berhubungan keperawatan selama 1x24 Observasi
Dengan post SC diharapkan pergerakan - Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya
ekstremitas meningkat - Monitor kondisi umum selama melakukan ambulasi
Kriteria Hasil : Terapeutik
- Keseimbangan meningkat - Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam
- Pergerakan sendi meningkat meningkatkan ambulasi
- Toleransi aktivitas meningkat Edukasi
- Jelaskan tujuan dan prosedur ambulasi
- Anjurkan ambulasi dini

Dukungan Mobilisasi
Observasi
- Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik
- Identifikasi toleransi fisik melakukan pergerakan
Terapeutik
- Fasilitasi aktivitas mobilisasidengan alat bantu
- Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam
meningkatkan pergerakan
Edukasi
- Jelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi
- Anjurkan melakukan mobilisasi dini
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU NIFAS

Tanggal Masuk : 20 Oktober 2021 Tanggal Pengkajian: 20 Oktober 2021


Jam Masuk : 10:40 Jam.......................... Pengkajian :13:00 WITA
Tempat : Ruang Nifas (Merpati)

I. PENGKAJIAN
A. Data Subjektif
1. Biodata
IBU ................................................. PENANGGUNG JAWAB
Nama : Ny. B ......................................Nama : Tn. A
Umur : 26 tahun...................................Umur : 28 tahun
Agama : Islam........................................Agama : Islam
Suku/Bangsa : Banjar......................................Suku/Bangsa : Banjar
Pendidikan : S1.............................................Pendidikan : S1
Pekerjaan : IRT ..............................Pekerjaan : Swasta
Alamat : Komp.Wengga Blok C ...........Alamat : Komp.Wengga
BlokC

2. Alasan Utama/Alasan Masuk:


- Alasan Masuk
Pasien datang bersama suami jam 11:40 mengaku hamil 9 bulan
Mengeluh Kencang-kencang,Keluar lender darah melalui vagina, keluar
air-air 1 jam sebelum masuk Rumah sakit .Pasien mengatakan Positif
HbsAg sejak kehamilan usia 11minggu
- Saat Pengkajian
Pasien dengan diagnose P1A0 post SC + KPD + HbsAg (+).Pasien
mengatakan nyeri dibagian luka jahitan operasi.

3. Riwayat Menstruasi
 Menarche : 13 tahun
 Siklus : 28 hari dan teratur
 Lama menstruasi : 7 hari
 Banyaknya ganti pembalut : 2 – 3 kali/hari
 Dismenorea/tidak : Nyeri dan Kram saat Haid

4. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu


Anak Tanggal U Jenis Tempat Komplikas Bayi Nifas
Ke- Lahir/Umur K Persalin Persalinan Penolong i
an Bayi Ibu PB/BB Keadaan Keadaan laktasi
1 20-10- 39-40 SC Rumah Dokter - - 53/31 Normal Normal +/+
2021 mg sakit 70
5. Riwayat Persalinan Sekarang
 Tanggal/Jam Persalinan : 20 Oktober 2021/ 09.00 WITA 16:24
 Tempat Persalinan : Rumah Sakit
 Penolong Persalinan : Dokter
 Jenis Persalinan : Sectio Caesarea
 Komplikasi Persalinan : -
 Keadaan Plasenta : Baik keluar seutuhnya
 Tali Pusat : Tampak basah, bersih, dan tidak bau
 Lama Persalinan : Kala 1 - Kala II - Kala III -Kala IV:lochea rubra,
TFU 1 jari dibawah pusat
 Jumlah Perdarahan : 2 kali ganti pembalut full ±200 cc
 Bayi : BB: 3170....PB: 53........... Apgar Score: 8 9 10
Cacat Bawaan: - Masa Gestasi: 39 – 40
minggu

6. Riwayat Kehamilan Sekarang


 G1 P0 A0
 HPHT : 17 Januari 2021
 Usia Kehamilan : 39-40 minggu
 Kunjungan ANC: teratur/tidak, frekuensi: 6 kali
 Tempat ANC : Klinik & Puskesmas
 Obat yang biasa dikonsumsi selama hamil : -Vitamin FE,Vitamin C
 Gerakan Janin : 4kali/hari
 Pergerakan janin pertama 2 kali pada usia kehamilan 16 minggu
 Imunisasi Toxoid Tetanus sebanyak 1 kali yaitu:
TT 1 : 20 mei 2021
TT I : -
 Tanda-tanda bahaya : -
7. Tanda-tanda persalinan : Kencang-kencang,Keluar lendir
darah melalui vagina, keluar air-air

8. Riwayat Kesehatan Sekarang/yang Lalu


Pasien mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit apapun sebelumnya.

9. Riwayat Operasi Abdomen/SC


Pasien mengatakan tidak pernah melakukan operasi abdomen/sc sebelumnya, ini
adalah pertama kalinya.

10. Riwayat Penyakit Keluarga:


Pasien mengatakan ibunya memiliki riwayat darah tinggi

11. Riwayat KB
Pasien mengatakan tidak melakukan KB sebelumnya
12. Riwayat Sosial Ekonomi & Psikologis
 Status Perkawinan : Kawin Kawin: 1kali
 Lama menikah 11 bulan
 Umur menikah pertama kali; 25tahun
 Kehamilan ini direncanakan/Tidak direncanakan
 Perasaan ibu dan keluarga terhadap kehamilan :
Persepsi pasien tentang keadaannya merasa ini merupakan anugrah Tuhan dia
dapat memiliki anak pertama.Pasien dan keluarga ingin melakukan perawatan
yang terbaik untuk bayinya dan ingin mnejadi orang tua yang baik bagi
bayinya.
 Pengambilan keputusan dalam keluarga : Suami

13. Riwayat Psikososial


 Taking In : Pasien mengatakan merasa lelah karena tidak bisa bergerak
dan nyeri sehabis operasi mulai terasa
 Taking Hold : Pasien mengatakan sudah mulai bisa menyusui pasiennya
walau ASInya masih sedikit
 Letting Go : Pasien mengatakan sudah menerima perannya sebagai seorang
ibu dan sadar mengenai tanggung jawabnya
14. ACTIVITY DAILY LIVING
a. Pola makan & minum
Frekuensi : 3 kali sehari
Jenis : Pasien mengatakan tidak membatasi namun selama
hamil lebih rutin mengkonsumsi sayur buah dan lauk pauk
Porsi : 1 porsi per waktu makan
Keluhan/Pantangan : Pasien mengatakan tidak ada pantangan atau keluhan
selama kehamilan
b. Pola Istirahat
Tidur siang : Pasien mengatakan jarang tidur siang
Tidur malam : 4 – 6jam
Keluhan : Pasien mengatakan selama hamil pola tidurnya kurang
baik terutama saat menjelang kelahiran, setelah bayi lahir pasien sering
terbangun saat malam hari
c. Pola eliminasi
BAK 3-5 kali/hari, konsistensi cair, warna kuning
BAB 1- 2 kali/hari, warna Cokelat, lendir darah -
d. Personal Hygiene
Mandi : 1 - 2 kali sehari
Ganti pakaian dan pakaian dalam : 1 – 3 kali sehari
e. Mobilisasi
Pasien mengatakan masih sulit bergerak karena nyeri yang dirasakan setelah
operasi, pasien masih tampak kurang bergerak.
f. Aktifitas
Pekerjaan sehari-hari : Pasien mengatakan sehari-hari melakukan aktivitas
sebagai ibu rumah tangga
Keluhan : Pasien mengatakan tidak ada keluhan
g. Menyusui
Keluhan : Pasien mengatakan ASInya masih belum banyak
keluar
h. Kebiasaan hidup
Pasien mengatakan tidak pernah mengkonsumsi alkohol, merokok, ataupun
obat terlarang maupun berbahaya saat mengandung
.
B. Data Objektif
1. Keadaan Umum : Lemah, Compos Mentis
Tingkat Kesadaran : E4V5M6

2. Tanda-tanda vital:
Tekanan darah : 111 / 85mmHg
Nadi : 87kali/menit
Suhu : 35,9℃
Respirasi : 21kali/menit
Tinggi badan : 155 cm
Berat badan : 65kg
Kenaikan BB selama hamil : 20 kg
LILA : 22,5cm

3. Pemeriksaan Fisik
Inspeksi : Tidak terdapat masalah pada fisik pasien
Postur Tubuh : Postur pasien tidak terdapat masalah pasien
Kepala : Kepala simetris tidak terdapat lesi ataupun
bengkak, Kepala cukup bersih, tidak berketombe,
tidak ada lesi bentuk kepala simetris kanan dan
kiri
Rambut : Rambut Pasien panjang terikat,Pertumbuhan
rambut merata
Muka: Bersih cloasma: Tidak ada oedeme: tidak ada
Mata: Bersih conjungtiva: Ananemis
sklera: Putih bersih
Mata simetris antara kiri dan kanan, pergerakan
mata normal, reflek pupil terhadap cahayanormal
(bila diberi cahaya), konjungtiva tampak pucat
dan anemis, sclera kemerahan dan pasien tidak
memakai alat bantu (kaca mata
Hidung:Hidung bersih, bentuk hidung simetris kanan dankiri, tidak ada polip
pada hidung, tidak ada sinus pada hidung dan
tidak ada peradangan pada hidung, fungsi
penciuman pasien bisa membedakan wangi-
wangian
Gigi dan mulut : Mulut bersih, gigi lengkap, tidak terdapat
masalah menelan, bicara tidak
jelas,fungsimenelan baik, pasien mampu
mengecap rasa asin, manis,asam dan pahit.

4. Leher
Pembesaran kelenjar tyroid : Tidak terdapat pembesaran kelenjar typoid

5. Payudara
Bentuk simetris : Bentuk simetris
Keadaan putting susu : Menonjol
Aerola mamae : Kecokelatan
Colostrum : Colostrum belum keluar

6. Abdomen
Pembesaran perut sesuai dengan usia kehamilan/tidak
Linea nigra : terdapat linea nigra
Bekas luka/operasi : Membujur dibawah perut

7. Genetalia
Varises :Tidak terdapat varises
Odema :Tidak terdapat oedema
Pembesaran Kelenjar bartholini
Pengeluaran pervaginam :Ada perdarahan Lochea: Rubra
Bekas luka/jahitan perineum :tidak ada
Bau :Darah Nifas
Anus :tidak terdapat robekan
Haemoroid/tidak :Tidak terdapat haemoroid

8. Tangan dan Kaki


Simetris/tidak : Tangan dan kaki pasien simetris kiri dan kanan
Terpasang infus RL di tangan kanan
Odeme pada tungkai bawah :Terdapat oedema pada kedua kaki kiri dan kanan
pasien
Varises : Tidak Ada terdapat varises pada paha pasien
Pergerakan : Secara keseluruhan tidak ada masalah namun
pasien merasa sulit bergerak karena nyeri yang
dirasa
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tanggal : 20 Oktober 2021
Jenis Pemeriksaan: Lab Darah
Hasil

Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan


HEMATOLOGI
Hemoglobin (Hb) 10,5 g/dl 11,7 – 15,5
Leukosit 16.610 /mm3 3.600 – 11.000
Trombosit 185.000 /mm3 150.000 –
Hematokrit (Ht) 31,7 % 440.000
Hitung Jenis Leukosit : 35 – 47
- Basofil 0 %
0 % 0–1
- Eosinofil 0 % 2–4
89 % 2–6
- Stab/Batang
5 % 50 – 70
- Segmen 6 % 25 – 40
18,14 2–8
- Limfosit O
A, B, AB, O
- Monosit NEGATIF
NLR Negatif
Golongan Darah 8,6 Detik
IMUNOLOGI 0.75 11 – 15
Antigen SARS-COV-2 27.2 Detik 0,81 – 1,21
KOAGULASI== 25 - 35
Thrombintime (PT) NON REAKTIF
NON REAKTIF Non Reaktif
Activated ) Partial Non Reaktif
IMUNOLOGI== 96 mg/Dl
Anti HIV Rapid Test 22 mg/dL <200
Step 1 0.80 mg/dL P : 15 – 40
HBsAg 25 U/L P : < 0,9
KIMIA DARAH== 18 U/L P : 0 – 35
Gula Darah Sewaktu P : 0 – 35
Ureum Keruh
Kreatinin Kuning
SPOT
SPGT
URINALISIS==
Kekeruhan
Warna

II. ANALISA DATA


Hari/
Tgl/J DATA ETIOLOGI MASALAH
am
Rabu, 20- S : - Pasien mengeluh nyeri Agen Pencedera Fisik Nyeri Akut
10-21 pada abdomen pada luka
jahitan
- Pasien mengatakan
belum banyak bergerak
dan hanya miring kanan
dan kiri
P : Nyeri bertambah saat
bergerak
Q : Menusuk-nusuk
R : Abdomen sekitar area
operasi
S : Skala 4
T : Hilang Timbul
O:

- Pasien tampak meringis


- Pasien tampak menghindari
bagian nyeri saat ditekan
- Pasien tampak bergerak
secara perlahan
- Tampak ada luka operasi
dibagian abdomen bawah
tertutup kassa steril
- TTV
TD : 94/72 mmHg
S : 36,2℃
Nadi : 113 x/menit
RR : 20 x/menit
SPO2 : 98%

Rabu, 20- S: Nyeri Luka Operasi Gangguan Mobilitas


10-21 Fisik
-Pasien mengatakan takut
bergerak saat disuruh untuk
miring ke kanan dan ke kiri
-Pasien mengatakan tidak dapat
melakukan aktivitas secara
mandiri, dan dibantu oleh
keluarga juga perawatkarena
abdomen masih terasa nyeri
O:
-Pasien tampak sulit untuk
mika-miki dan Pasien nampak
bergerak pelan
-Aktivitas Pasien di atas tempat
tidur
- Pasien terbaring di tempat
tidur dan saat ini masih
terpasang kateter
-Post operasi hari ke-1 terdapat
luka post SC pada abdomen
±10cm
- TTV
TD : 94/72 mmHg
S : 36,2℃
Nadi : 113 x/menit
RR : 20 x/menit
SPO2 : 98%
III. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. D.0077 Nyeri Akut b.d Agen Cedera Fisik
2. D.0054 Gangguan Mobilitas Fisik b.d Nyeri
IV. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
Hari/
DIAGNOSIS
No. Tgl/ KRITERIA HASIL INTERVENSI
KEPERAWATA
Jam
N
1. Rabu,20- D.0077 Nyeri Akut b.d Agen Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nyeri
10-21 Cedera Fisik keperawatan 2x24 jam
diharapkan tingkat nyeri Observasi:
menurun. Dengan kriteria hasil :
1. Frekuensi nadi membaik  Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
2. Pola nafas membaik intensitas nyeri
3. Keluhan nyeri menurun  Identifikasi skala nyeri
4. Meringis menurun  Identifikasi respons nyeri non verbal
5. Gelisah Pasien menurun  Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
6. Kesulitan tidur Pasien  Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
menurun  Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
 Monitor efek samping penggunaan analgetik
Terapeutik:

 Berikan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi rasa nyeri


(Teknik Relaksasi otot progresif)
 Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri
 Fasilitasi istirahat dan tidur
 Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri
Edukasi

 Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri


 Jelaskan strategi meredakan nyeri
 Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
(Teknik Relaksasi otot progresif)
Kolaborasi

 Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu


2. Rabu,20- Gangguan Mobilitas Fisikb.d SetelahdilakukantindakanKepe Dukungan mobilisasi
10-21 Nyeri rawatan 2 x24 jam
diharapkanmobilitas fisik Observasi:
pasien meningkat dengan
kriteria hasil:  Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya
 Identifikasi toleransi fisik melakukan pergerakan
a) Pergerakan ekstremitas  Monitor frekuensi jantung dan tekanan darah sebelum memulai
meningkat mobilisasi
 Monitor kondisi umum selama melakukan mobilisasi
b) Kekuatan otot meningkat Terapeutik:

c) Nyeri menurun  Fasilitasi aktivitas mobilisasi dengan alat bantu


 Fasilitasi melakukan pergerakan, jika perlu
d) Kaku sendi menurun  Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam meningkatkan
pergerakan
e) Gerakan terbatas menurun Edukasi
f) Kelemahan fisik menurun  Jelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi
 Anjurkan melakukan mobilisasi dini
 Ajarkan mobilisasi sederhana yang harus dilakukan (mis. Duduk di
tempat tidur)
V. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
Hari Ke - 1
Hari/Tanggal Diagnosa Implementasi Evaluasi Paraf
Rabu, 20-10- D.0077 Nyeri Akut b.d Observasi: S:
Agen Cedera Fisik  Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi, - Pasien mengeluh nyeri
2021
frekuensi, kualitas, intensitas nyeri - Pasien mengatakan belum
 Mengidentifikasi skala nyeri banyak bergerak karna nyeri
 Mengidentifikasi respons nyeri non verbal luka operasi
 Mengidentifikasi faktor yang memperberat dan - P : Nyeri bertambah saat
bergerak
memperingan nyeri
Q : Menusuk-nusuk
 Mengidentifikasi pengetahuan dan keyakinan
R : Abdomen sekitar area
tentang nyeri operasi
 Mengidentifikasi pengaruh nyeri pada kualitas S : Skala 4
hidup T : Hilang Timbul
 Memonitor efek samping penggunaan analgetik
O:
Terapeutik:
 Mengontrol lingkungan yang memperberat rasa - Pasien tampak meringis saat
nyeri bergerak
 Memfasilitasi istirahat dan tidur
 Mempertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam - Pasien tampak bergerak secara
pemilihan strategi meredakan nyeri perlahan
Edukasi - Tampak ada luka operasi
 Menjelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri dibagian abdomen bawah
 Menjelaskan strategi meredakan nyeri tertutup kassa steril
Kolaborasi - TTV
 Melakukan kolaborasi pemberian analgetik injeksi TD : 94/72 mmHg
IV keterolac 30 mg/ 8 jam S : 36,2℃
Nadi : 113 x/menit
RR : 21 x/menit
SPO2 : 97%
A: Masalah belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan

Rabu,20-10-21 D.0054 Observasi: S:


Gangguan Mobilitas Fisik  Mengidentifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik - Pasien mengatakan kesulitan
b.d Nyeri lainnya bergerak saat nyeri datang
 Mengidentifikasi toleransi fisik melakukan O:
pergerakan
 Memonitor frekuensi jantung dan tekanan darah - Gerakan pasien tampak terbatas
sebelum memulai mobilisasi
 Memonitor kondisi umum selama melakukan - Pasien tampak bergerak secara
mobilisasi pelan pelan
Terapeutik:
- Pasien tampak gelisah dan cemas
 Memfasilitasi aktivitas mobilisasi dengan alat bantu
saat bergerak
 Memfasilitasi melakukan pergerakan, jika perlu
 Melibatkan keluarga untuk membantu pasien dalam - Pasien tampak kesulitan untuk
meningkatkan pergerakan mika-miki dan Pasien nampak
Edukasi
bergerak pelan
 Menjelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi
 Menganjurkan melakukan mobilisasi dini - Aktivitas Pasien di atas tempat
 Mengajarkan mobilisasi sederhana yang harus tidur
dilakukan (mis. Duduk di tempat tidur)
- Pasien terbarig di tempat tidur
dan saat ini masih terpasang
kateter
- Post operasi hari ke-1 terdapat
luka post SC pada abdomen
±10cm
- TTV
TD : 94/72 mmHg
S : 36,2℃
Nadi : 113 x/menit
RR : 21 x/menit
SPO2 : 97%
A:Masalah sebagian teratasi
P: Intervensi dilanjutkan

Hari Ke - 2
Hari/Tanggal Diagnosa Implementasi Evaluasi Paraf
Kamis D.0077 Nyeri Akut b.d Observasi: S:
Agen Cedera Fisik  Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi, - Pasien mengeluh nyeri masih
21-10-21
frekuensi, kualitas, intensitas nyeri terasa namun telah berkurang
 Mengidentifikasi skala nyeri P : Nyeri bertambah saat
 Mengidentifikasi respons nyeri non verbal bergerak
 Mengidentifikasi faktor yang memperberat dan Q : Ditusuk-tusuk
R : Abdomen pada area
memperingan nyeri
operasi
 Mengidentifikasi pengetahuan dan keyakinan
S : Skala 2
tentang nyeri T : Hilang timbul
 Mengidentifikasi pengaruh nyeri pada kualitas
hidup O:
 Memonitor efek samping penggunaan analgetik - Pasien tampak bergerak secara
Terapeutik: perlahan untuk mengurangi rasa
 Memberikan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri yang dialami
rasa nyeri (Teknik Relaksasi Otot Progresif :
- Mendemonstrasikan gerakan ke-1 yaitu genggam - Pasien mengatakan setelah
tangan dengan membuat kepalan selama 5-7 detik, dilakukan relaksasi otot
dan rasakan ketegangan yang terjadi kemudian progresif tingkat nyeri
dilepaskan sleama 10 detik. Melakukan gerakan berkurang menjadi skala 2
sebanyak 2 kali - TTV
- Mendemonstrasikan gerakan ke-2 yaitu menekuk TD: 117/77 mmHg
kebelakang pergelangan tangan sehingga otot-otot S:36,0℃
ditangan bagian belakang dan bagian bawah
Nadi: 102 x/menit
menegang ke langit-langit selama 5 detik, dan
dilepaskan selama 10 detik. Kemudian ulangi RR: 20 x/menit
sekali lagi. SPO2 : 99%
- Mendemonstrasikan gerkan ke-3yaitu
menggenggam tangan sehingga menjadi A: Masalah teratasi sebagian
kepalan kepundak selama 5 detik. Rasakan P: Intervensi dilanjutkan
ketagannya kemudian lepaskan selama10
detik. Ulangi sekali lagi.
- Melatih gerakan ke-4 yaitu mengangkat kedua
bahu setinggi-tingginya seakan-akan bahu akan
dibawa hingga menyentuh kedua telinga
selama 5 detik, kemuadian lepaskan selama10
detik. Ulangi sekali lagi).
 Mengontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri
 Memfasilitasi istirahat dan tidur
 Mempertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam
pemilihan strategi meredakan nyeri
Edukasi
 Menjelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
 Menjelaskan strategi meredakan nyeri
 Mengajarkan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri (Teknik Relaksasi Otot
Progresif)
Kolaborasi
 Melakukan kolaborasi pemberian analgetik injeksi IV
keterolac 30 mg/ 8 jam
Kamis D.0054 Observasi: S:
Gangguan Mobilitas Fisik  Mengidentifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik - Pasien mengatakan mulai bisa
21-10-2021
b.d Nyeri lainnya bergerak secara lebih aktif.
 Mengidentifikasi toleransi fisik melakukan - Pasien mengatakan nyeri luka
pergerakan operasi masih terasa namun
 Memonitor frekuensi jantung dan tekanan darah mulai berkurang
sebelum memulai mobilisasi O:
 Memonitor kondisi umum selama melakukan
mobilisasi - Pasien tampak bergerak secara
Terapeutik: pelan pelan
 Memfasilitasi aktivitas mobilisasi dengan alat bantu - Pasien tampak mulai bisa mika-
 Memfasilitasi melakukan pergerakan, jika perlu
 Melibatkan keluarga untuk membantu pasien dalam miki sendiri
meningkatkan pergerakan - Post operasi hari ke-2 terdapat
Edukasi luka post SC pada abdomen
 Menjelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi ±10cm
 Menganjurkan melakukan mobilisasi dini
- TFU 2 jari dibawah pusat
 Mengajarkan mobilisasi sederhana yang harus
dilakukan (mis. Duduk di tempat tidur) - TTV
TD : 117/77 mmHg
S :36,0℃
Nadi : 102 x/menit
RR : 20 x/menit
SPO2 : 99%

A:Masalah teratasi sebagian


P: Intervensi dilanjutkan
BAB IV
REVIEW JURNAL DAN PEMBAHASAN

A. Review Jurnal
Tabel Review Jurnal 4.1

Authors Study design, sample,


No Title Source Outcome of Analysis Factors Summary of Results
and years Instrument, Analysis
Divya Effectiveness of Indian Desain : randomised Bedasarkan hasil penelitian Latihan PMR dilakukan
Devmurari Jacobson’s Journal of controlled study PMR menunjukkan bahwa ada selama 5 hari berturut-turut
, Sanket progressive muscle Obstetrics Sampel : 34 wanita perbedaan yang signifikan pada pasien post op SC dapat
Nagrale relaxation and dengan Post SC dalam menurunkan nyeri menurunkan tingkat nyeri
technique for
(2018) Gynecolog mengikuti penelitian ditunjukan dengan nilai skor pasien.
painmanagement
y ini VAS.
in post-cesaerean Research Instrument :
1 women April- Progressive Muscle
June, 2018 Relaxation
Analisa : uji wilcoxon

2 Ismail, N. The effect of Internation Desain : Randomized Bedasarkan hasil penelitian Latihan ProgressiveMuscle
I. A. A., & progressive al Journal controlled clinical trial PMR dapat mengurangi rasa Relaxation dapat dilakukan
Elgzar, W. muscle relaxation of Studies Sampel : Sampel sakit, meningkatkan aktivitas untuk mengatasi masalah
T. I. on post cesarean in purposive dari 80 fisik dan kualitas tidur pada pada pasien post op
(2018). section pain, Nursing, wanita yang menjalani pasien dengan post section sectioncaesaria diantaranya
quality of sleep post SCdirekrut 40 caesarea nyeri meningkatkan aktivitas
and physical wanita untuk fisik dan kualitas tidur
activities kelompok studi dan 40
limitation. untuk kelompok
kontrol.
Instrument :
Progressive Muscle
Relaxation
Analisa : uji wilcoxon
Marwati, Pengaruh Jurnal Desain : quasi Berdasarkan hasil penelitian Pengaruh Progressive Muscle
A. W., Progressive Ilmu experiment yang telah dilakukan kepada 34 Relaxation pada pasien post
Rokayah, Muscle Keperawat Sampel :34 pasien responden selama 6 kali section caesaria dapat
C., & Relaxation an Jiwa, dibagi menjadi dua pertemuan selama 2 minggu dilakukan untuk mengurangi
Herawati, Terhadap Skala 3(1), 59- kelompok yaitu yang dilakukan oleh peneliti nyeri pada pasien.
Y. (2020).. Nyeri pada Pasien 64 kelompok kontrol dan mengenai “Pengaruh
Post Sectio intervensi masing- Progressive Muscle Relaxation
Caesaria masing 17 pasien. pada pasien Post Sectio
3
Instrument : Caesaria di RSKIA Kota
Progressive Muscle Bandung” terdapat kesimpulan
Relaxation yaitu terdapat pengaruh
Analisa : uji wilcoxon Progressive Muscle Relaxation
pada pasien post section
caesaria di RSKIA Kota
Bandung

4 Nurastam, EFEKTIFITAS Jurnal Desain : quasy- Bedasarkan hasil penelitian Teknik teknik relaksasi otot
S. N. M. TEKNIK Keperawat experiment with two Ada pengaruh teknik relaksasi progresif terhadap tingkat
(2019). RELAKSASI an group pre test and otot progresif terhadap tingkat nyeri pada pasien post operasi
OTOT Terapan post test design nyeri pada pasien post operasi dan teknik relaksasi
PROGRESIF (e- Sampel : Sampelnya seksio caesarea di Ruang autogenik terhadap tingkat
DAN Journal), adalah 34 orang yang Cempaka RSUD Ngudi nyeri pada pasien post operasi
RELAKSASI 5(2), 145- menyimpang dalam Waluyo.dan ada pengaruh seksio caesarea kedua teknik
AUTOGENIK 154. dua kelompok teknik relaksasi autogenik ini dapat dilakukan untuk
TERHADAP menggunakan teknik terhadap tingkat nyeri pada mengurangi nyeri pada pasien
TINGKAT purposive sampling. pasien post operasi seksio post op section caesarea
NYERI PADA Instrument : caesarea di Ruang Cempaka
PASIEN POST Progressive Muscle RSUD Ngudi Waluyo. Hasil
OPERASI Relaxation analisis menunjukkan kedua
SEKSIO Analisa : T-TEST teknik relaksasi efektif dalam
CAESAREA DI menurunkan tingkat nyeri. Ada
RUANG selisih pembeda pada hasil
CEMPAKA penurunan tingkat nyeri
RSUD NGUDI dimana teknik relaksasi otot
WALUYO. progresif lebih besar
menurunkan tingkat nyeri
daripada relaksasi autogenik.
5 Andria PENGARUH Jurnal Desain : pre Berdasarkan hasil penelitian Pemberian latihan teknik
Pragholap TEKNIK Kesehatan experimental study yang dilakukan terhadap 20 ibu relaksasi otot progresif dapat
ati, Heni RELAKSASI dr. with one group pre post sectio caesarea di RSUD menurunkan skala nyeri
Tresnawat OTOT Soebandi test post test design Kota Bandung dapat sedang
i, Inggrid PROGRESIF Sampel : 20 orang disimpulkan sebelum diberikan
Dirgahayu TERHADAP dipilih dalam teknik latihan teknik relaksasi otot
(2020) NYERI PADA purposive sampling progresif skala nyeri dalam
PASIEN POST Instrument : skala nyeri sedang dengan nilai
SECTIO Progressive Muscle 5-6 dimana rasa nyeri ini
CAESAREA Relaxation menggangu, tidak nyaman,
Analisa : T-TEST merepotkan dan dapat
melakukan sebagian aktivitas
dengan waktu istirahat, adapun
sesudah diberikan latihan
teknik relaksasi otot progresif
skala nyeri responden
mengalami penurunan dengan
skala nyeri 2-5 yang termasuk
kategori nyeri ringan dan
sedang. Teknik relaksasi otot
progresif berpengaruh terhadap
nyeri akibat luka post sectio
caesarea berkurangnya nyeri
yang dialami ibu post sectio
caesarea.
F. Pembahasan

Sectio caesareaadalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat


sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut atau vagina atau
sectio caesarea adalah suatu histerotomia untuk melahirkan janin dari dalam
rahim (Mochtar, 2012). Salah satu dampak positif Sectio caesareaadalah
terjadinya penurunan morbiditas dan mortalitas ibu dan janin (Karjatin, 2016).
Sedangkan sectio caesarea juga mempunyai dampak negatif diantaranya
adanya rasa nyeri, kelemahan, gangguan integritas kulit, nutrisi kurang dari
kebutuhan, resiko infeksi dan sulit tidur, tetapi dampak yang paling sering
muncul dirasakan oleh Pasien post sectio caesarea adalah rasa nyeri akibat
efek pembedahan (Solehati & Kosasih, 2015)

Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak


menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan yang aktual atau potensial
(Rustianawati, 2013). Nyeri berdampak sangat komplek bagi perawatan ibu
post partum, antara lain mobilisasi ibu menjadi terbatas, Activity of Daily
Living (ADL) terganggu, bounding attachment (ikatan kasih sayang) dan
Inisiasi Menyusui Dini (IMD) tidak terpenuhi karena adanya peningkatan
tingkat nyeri apabila ibu bergerak (Nurhayati, 20 15)

Pengendalian nyeri dapat dilakukan secara farmakologi dan non


farmakologi (Potter &Perry, 2010). Teknik farmakologi adalah cara yang
paling efektif untuk menghilangkan nyeri terutama untuk nyeri yang sangat
hebat yang berlangsung selama berjam-jam atau bahkan berhari-hari
(Smeltzer, 2010). Metode non farmakologi bukan merupakan pengganti
diperlukan untuk mempersingkat episode nyeri yang berlangsung hanya
beberapa detik atau menit. Saat terjadi nyeri hebat mengkombinasikan metode
non farmakologi dengan obat-obatan merupakan cara yang paling efektif
untuk mengontrol nyeri. Pengendalian nyeri non-farmakologi menjadi lebih
murah, simpel, efektif dan tanpa efek yang merugikan (Potter & Perry, 2010).

Ada beberapa teknik relaksasi untuk mengurangi nyeri yaitu relaksasi


nafas dalam, relaksasi genggam jari dan teknik progressive muscle
relaxation.PMR bermanfaat untuk menurunkan resistensi perifer dan
menaikkan elastisitas pembuluh darah.otot-otot dan peredaran darah akan
lebih sempurna dalam mengambil dan mengedarkan oksigen serta relaksasi
otot progresif dapat bersifat vasodilator yang efeknya memperlebar pembuluh
darah dan dapat menurunkan tekanan darah secara langsung serta dapat
mengurangi rasa nyeri. PMR ini menjadi metode relaksasi termurah, tidak
memerlukan imajinasi, tidak ada efek samping, mudah dilakukan, membuat
tubuh dan pikiran terasa tenang dan rileks (Maryam, 2010).Salah satu
pendekatan nonfarmakologis untuk menurunkan nyeri adalah terapi
relaksasi.Ketrampilan dalam melepaskan ketegangan atau nyeri pada bagian
tubuh lokal dapat memiliki efek langsung pada seluruh tubuh yang
menurunkan gairah simpatis dan menurunkan tonus otot. Mekanisme ini
membantu menghilangkan rasa sakit dan kesusahan Jadi penting untuk
memiliki terapi tambahan seperti relaksasi untuk mengurangi rasa sakit
dengan mengganggu siklus nyeri pasca operasi, ketegangan otot dan aktivitas
simpatik.

Penelitian dariDivya Devmurari, Sanket Nagrale (2018) dalam artikel


Effectiveness of Jacobson’s progressive muscle relaxation technique for pain
management in post-cesaerean womenmengatakan Terapi relaksasi dapat
dianggap sebagai metodemanajemen nyeri pasca operasi. Relaksasi
memberikan atau bertujuan untuk mengurangi kecemasan, ketegangan otot
dan untuk menghilangkan rasa sakit.Teknik relaksasi yang meningkatkan
kontrol pasien terhadap beberapa aspek nyeri dapat menjadi metode untuk
manajemen nyeri. Teknik relaksasi yang diterapkan pada nyeri pasca operasi
dapat menurunkan input fisiologis karena kontraksi otot refleks sekunder serta
mengubah variabel psikologis.Salah satu teknik relaksasi yang dapat dipelajari
dalam waktu singkat adalah teknik Jacobson.Latihan dilakukan 5x dalam satu
sesi pada kelompok eksperimental dengan pengawasan terapis selanjutnya
dilakukan pengukuran kembali dengan Visual analogue scale dan didapatkan
hasil Hasil penelitian menyimpulkan bahwa rasa sakit lebih berkurang.Teknik
relaksasi otot progresif Jacobson dapat digunakan sebagai terapi tambahan
bersama dengan obat nyeri sebagai pengobatan yang efektif untuk manajemen
nyeripada wanita pasca operasi caesar untuk meningkatkan aktivitas
fungsional dan untuk mempromosikan pemulihan awal pascaoperasi

Penelitian Ismail, N. I. A. A., & Elgzar, W. T. I. (2018) dalam artikel


The effect of progressive muscle relaxation on post cesarean section pain,
quality of sleep and physical activities limitation mengatakan PMR dapat
mengurangi nyeri pada pasien post SC dimana PMR dapat menghambat
simpatik dan merangsang saraf parasimpatis dengan memblokir jalur umpan
balik dari pikiran ke otot dan akibatnya mencegah respons biologis terhadap
rasa sakit Jadi, dapat menurunkan tekanan darah, detak jantung, tingkat
metabolisme serta PMR dapat membantu sekresi endorfin endogen,
mengurangi sekresi hormon adrenal, dan meningkatkan sirkulasi darah. Dalam
penelitian ini menemukan bahwa Pasien post SC melakukan PMR dapat
menurunkan nyeri pasca operasi, menurunkan keterbatasan aktivitas fisik dan
meningkatkan kualitas tidur daripada pasien post SC yang tidak diberikan
PMR.

Penelitian dari Nurastam, S. N. M. (2019). Efektifitas Teknik Relaksasi


Otot Progresif Dan Relaksasi Autogenik Terhadap Tingkat Nyeri Pada Pasien
Post Operasi Seksio Caesarea Di Ruang Cempaka Rsud Ngudi Waluyo
Instrumen yang digunakan adalah SOP Relaksasi Otot Progresif dan
Autogenik serta lembar observasi mendapatkan hasil bahwa Teknik teknik
relaksasi otot progresif terhadap tingkat nyeri pada pasien post operasi dan
teknik relaksasi autogenik terhadap tingkat nyeri pada pasien post operasi
seksio caesarea kedua teknik ini dapat dilakukan untuk mengurangi nyeri pada
pasien post op section caesarea.Hasil analisis menunjukkan kedua teknik
relaksasi efektif dalam menurunkan tingkat nyeri. Ada selisih pembeda pada
hasil penurunan tingkat nyeri dimana teknik relaksasi otot progresif lebih
besar menurunkan tingkat nyeri daripada relaksasi autogenik

Penelitian lain oleh Marwati, A. W., Rokayah, C., & Herawati, Y.


(2020) dengan topic yang sama yaitu bagaimana Pengaruh Progressive
Muscle Relaxation Terhadap Skala Nyeri pada Pasien Post Sectio Caesaria
hasil penelitian ini mengatakan bahwa setelah dilakukan PMR selama 2
minggu pada pasien skala nyeri sebelum dilakukan teknik PMR pada
kelompok kontrol berada pada tingkat nyeri sedang sebanyak 7 responden
(41.2%) sedangkan pada kelompok kontrol berada pada tingkat sedang
sebanyak 14 orang (82.4%). Skala nyeri sesudah dilakukan teknik PMR pada
kelompok kontrol berada pada tingkat nyeri sedang sebanyak 10 orang
(58.8%) daan pada kelompok intervensi pada tingkat sedang sebanyak 11
orang (64.7%) sehingga dapat disimpulkan bahwa adanya pengaruh PMR
dalam menurunkan tingkat nyeri pasien.

Penelitian yang dilakukan Pragholapati dkk (2020) juga mengatakan hal


yang sama dengan judul penelitian Pengaruh Teknik Relaksasi Otot Progresif
Terhadap Nyeri Pada Pasien Post Sectio Caesarea, Relaksasi otot progresif
adalah suatu metode yang terdiri atas peregangan dan relaksasi sekelompok
otot serta memfokuskan pada perasaan rileks (Solehati, 2015). Tujuan dari
relaksasi otot progresif menurut Fitria (2014) yaitu membantu pasien
menurunkan nyeri tanpa farmakologi, memberikan dan meningkatkan
pengalaman subjektif bahwa ketegangan fisiologis bisa direlaksasikan
sehingga relaksasi akan menjadi kebiasaan berespon pada keadaan-keadaan
tertentu ketika otot tegang dan menurunkan stess pada individu, relaksasi
dalam dapat mencegah manifestasi psikologis maupun fisiologis yang
diakibatkan stress. hasil penelitian tentang pengaruh teknik relaksasi otot
progresif terhadap nyeri dengan responden 20 ibu post sectio cesarea yang
diberikan selama 15-20 menit didapatkan nilai p–value 0.000 (nilai p < nilai
alpha 0.05). Hal ini menunjukkan adanya pengaruh yang bermakna pemberian
teknik relaksasi otot progresif terhadap nyeri pada Pasien post sectio caesarea,
Metode non farmakologis berupa teknik relaksai otot progresif diharapkan
dapat menjadi komplementer bagi ibu post sectio caesarea untuk dapat
mengontrol nyeri. Metode non farmakologis berupa teknik relaksai otot
progresif diharapkan dapat menjadi komplementer bagi ibu post sectio
caesarea untuk dapat mengontrol nyeri.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan

Sectio Caesarea merupakan suatu proses persalinan dengan membuat


sayatan pada dinding uterus untuk mengeluarkan janin dengan syarat rahim
dalam keadaan utuh serta berat janin diatas 500 gram. Salah satu indikasi
operasi adalah terjadinya KPD (Ketuban Pecah Dini).Umumnya pada Ibu Post
Partum dengan Sectio Caesarea ini akan muncul keluhan utama yaitu rasa
nyeri dari luka inisisi pembedahan. Rasa nyeri pada ibu post partum ini
memiliki dampak yang kompleks diantaranya pada mobilisasi, ADL yang
terganggu, bahkan IMD (inisiasi menyusui dini) yang tidak terpenuhi ketika
terjadi peningkatan nyeri. Untuk mengatasi rasa nyeri tersebut perawat dapat
mengimplementasikan teknik PMR (Progressive Muscle Relaxation), cara
kerja teknik PMR ini yaitu dengan menghambat saraf simpatik dan
merangsang saraf parasimpatik dengan memblokir jalur umpan balik dari
pikiran ke otot dan akibatnya mencegah respon biologis terhadap terjadinya
rasa sakit.

A. Saran

Diharapakan setelah membaca laporan seminar kasus ini pembaca


dapat mengetahui pengaruh pemberian teknik PMR (Progressive Muscle
Relaxation)sebagai evidence based practice dan dapat menerapkan intervensi
saat melakukan perawatan pada pasien post partum dengan Sectio Caesarea,
untuk memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif.
Selanjutnya sebagai bagian dari prosespembelajaran praktik klinik
Keperawatan Maternitas besar harapankami kepada seluruh pembaca untuk
bisa memberikan kritikan dan saran yangbersifat membangun agar laporan
dan pembelajaran praktik klinik dapat menjadi lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA

Aziz Ismail, N. I. A., & Elgzar, W. T. I. (2018). The Effect of Progressive Muscle
Relaxation on Post Cesarean Section Pain, Quality of Sleep and Physical
Activities Limitation. International Journal of Studies in Nursing, 3(3), 14.
https://doi.org/10.20849/ijsn.v3i3.461
Devmurari, D., & Nagrale, S. (2020). Effectiveness of Jacobson†TMs progressive
muscle relaxation technique for pain management in post-cesaerean women.
Indian Journal of Obstetrics and Gynecology Research, 5(2), 228–232.
https://doi.org/10.18231/2394-2754.2018.0051
Fitriani, Erika A.K, & Syahrul. (2019). Progressive Muscle Relaxation dalam
Menurunkan Nyeri. Jurnal Keperawatan Muhammadiyah, 36–40.
Marwati, A. W., Rokayah, C., & Herawati, Y. (2020). Pengaruh Progressive Muscle
Relaxation Terhadap Skala Nyeri pada Pasien Post Sectio Caesaria. Jurnal Ilmu
Keperawatan Jiwa, 3(1), 59. https://doi.org/10.32584/jikj.v3i1.472
Nevy, S., & Nurastam, M. (2019). Teknik Relaksasi Otot Progresif dan Relaksasi
Autogenik Terhadap Tingkat Nyeri pada Pasien Post Operasi Seksio Caesarea.
Jurnal Keperawatan Terapan Vol. 05 No. 02, 2019 Poltekkes Kemenkes Malang,
05(02), 145–154.
Pragholapati, A. (2020). Effect Of Progressive Muscle Relaxation Technique On Pain
In Post Sectio caesarea. Jurnal Kesehatan Dr. Soebandi, 8(2), 112–122.
https://doi.org/10.36858/jkds.v8i2.216

Anda mungkin juga menyukai