Anda di halaman 1dari 48

ASUHAN KEPERAWATAN MATERNITAS PADA Ny.

S
POST NATAL CARE DENGAN KASUS POST SECTIO CAESARIA
INTRA UTERI FETAL DEATH
DI RUANG NIFAS RSUD KOTA MATARAM
TANGGAL 27 – 29 APRIL 2020

OLEH:
RISA ERDIAN

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN MATARAM
JURUSAN KEPERAWATAN MATARAM
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS
TAHUN 2020
LAPORAN PENDAHULUAN
POST SC DENGAN IUFD

I. KONSEP MEDIS
A. Konsep Teori Sectio Caesaria
1. Pengertian
Sectio Caesarea adalah suatu persalinan buatan dimana janin dilahirkan
melalui suatu insisi pada dinding depan perut dan dinding rahim dengan syarat
rahim dalam keadaan utuh serta berat janin di atas 500 gram (Sarwono, 2009).
Sectio Caesarea ialah tindakan untuk melahirkan janin dengan berat badan
diatas 500 gram melalui sayatan pada dinding uterus yang utuh (Gulardi &
Wiknjosastro, 2006).
Sectio Caesarea adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan
membuka dinding perut dan dinding rahim (Mansjoer, 2002).

2. Etiologi
a. Riwayat SC
Uterus yang memiliki jaringan parut dianggap sebagai kontraindikasi untuk
melahirkan karena dikhawatirkan akan terjadi rupture uteri. Risiko ruptur uteri
meningkat seiring dengan jumlah insisi sebelumnya, klien dengan jaringan
perut melintang yang terbatas disegmen uterus bawah, kemungknan
mengalami robekan jaringan parut simtomatik pada kehamilan berikutnya.
Wanita yang mengalami ruptur uteri berisiko mengalami kekambuhan,
sehingga tidak menutup kemungkinan untuk dilakukan persalinan pervaginam
tetapi dengan beresiko ruptur uteri dengan akibat buruk bagi ibu dan janin.
b. Indikasi Ibu:
1) Panggul sempit 4) Plassenta praevia
2) Tumor jalan lahir yang 5) DisproporsI janin panggul
menimbulkan obstruksi 6) Rupture uteri membakat
3) Stenosis serviks uteri atau 7) Partus tak maju
vagina 8) Incordinate uterine action
c. Indikasi Janin
1) Kelainan Letak:
a) Letak lintang
b) Letak sungsang ( janin besar,kepala defleksi)
c) Letak dahi dan letak muka dengan dagu dibelakang
d) Presentasi ganda
e) Kelainan letak pada gemelli anak pertama
2) Gawat Janin
3) Kontra Indikasi (relative)
a) Infeksi intrauterine
b) Janin Mati
c) Syok/anemia berat yang belum diatasi
d) Kelainan kongenital berat

3. Tujuan Sectio Caesarea


Tujuan melakukan sectio caesarea (SC) adalah untuk mempersingkat lamanya
perdarahan dan mencegah terjadinya robekan serviks dan segmen bawah rahim.

4. Jenis - Jenis Operasi Sectio Caesarea (SC)


a. Abdomen (SC Abdominalis)
1) Sectio Caesarea Transperitonealis
a) Sectio caesarea klasik atau corporal: dengan insisi memanjang pada
corpus uteri. Dilakukan dengan membuat sayatan memanjang pada
korpus uteri kira-kira 10cm.
Kelebihan:
1) Mengeluarkan janin lebih memanjang
2) Tidak menyebabkan komplikasi kandung kemih tertarik
3) Sayatan bisa diperpanjang proksimal atau distal
Kekurangan:
1) Infeksi mudah menyebar secara intraabdominal karena tidak ada
reperitonial yang baik.
2) Untuk persalinan berikutnya lebih sering terjadi rupture uteri
spontan.
3) Ruptura uteri karena luka bekas SC klasik lebih sering terjadi
dibandingkan dengan luka SC profunda. Ruptur uteri karena
luka bekas SC klasik sudah dapat terjadi pada akhir kehamilan,
sedangkan pada luka bekas SC profunda biasanya baru terjadi
dalam persalinan.
4) Untuk mengurangi kemungkinan ruptura uteri, dianjurkan
supaya ibu yang telah mengalami SC jangan terlalu lekas hamil
lagi. Sekurang -kurangnya dapat istirahat selama 2 tahun.
Rasionalnya adalah memberikan kesempatan luka sembuh
dengan baik. Untuk tujuan ini maka dipasang akor sebelum
menutup luka rahim.
b) Sectio caesarea profunda (Ismika Profunda): dengan insisi pada
segmen bawah uterus.Dilakukan dengan membuat sayatan
melintang konkaf pada segmen bawah rahim kira-kira 10cm
Kelebihan:
1) Penjahitan luka lebih mudah
2) Penutupan luka dengan reperitonialisasi yang baik
3) Tumpang tindih dari peritoneal flap baik sekali untuk menahan
isi uterus ke rongga perineum
4) Perdarahan kurang
5) Dibandingkan dengan cara klasik kemungkinan ruptur uteri
spontan lebih kecil
Kekurangan:
1) Luka dapat melebar ke kiri, ke kanan dan bawah sehingga dapat
menyebabkan arteri uteri putus yang akan menyebabkan
perdarahan yang banyak.
2) Keluhan utama pada kandung kemih post operatif tinggi.
c) Sectio caesarea ekstraperitonealis.
Merupakan sectio caesarea tanpa membuka peritoneum parietalis
dan dengan demikian tidak membuka kavum abdominalis
d) Vagina (sectio caesarea vaginalis)
Menurut arah sayatan pada rahim, Sectio Caesarea dapat dilakukan
apabila:
1) Sayatan memanjang (longitudinal)
2) Sayatan melintang (tranversal)
3) Sayatan huruf T (T Insisian)

5. Patofisiologi
Adanya beberapa kelainan/hambatan pada proses persalinan yang
menyebabkan bayi tidak dapat lahir secara normal/spontan, misalnya plasenta
previa sentralis dan lateralis, panggul sempit, disproporsi cephalo pelvic, rupture
uteri mengancam, partus lama, partus tidak maju, pre-eklamsia, distosia serviks,
dan malpresentasi janin. Kondisi tersebut menyebabkan perlu adanya suatu
tindakan pembedahan yaitu Sectio Caesarea (SC).
Dalam proses operasinya dilakukan tindakan anestesi yang akan
menyebabkan klien mengalami imobilisasi sehingga akan menimbulkan masalah
intoleransi aktivitas. Adanya kelumpuhan sementara dan kelemahan fisik akan
menyebabkan klien tidak mampu melakukan aktivitas perawatan diri klien secara
mandiri sehingga timbul masalah defisit perawatan diri.
Kurangnya informasi mengenai proses pembedahan, penyembuhan, dan
perawatan post operasi akan menimbulkan masalah ansietas pada klien. Selain
itu, dalam proses pembedahan juga akan dilakukan tindakan insisi pada dinding
abdomen sehingga menyebabkan terputusnya inkontinuitas jaringan, pembuluh
darah, dan saraf - saraf di sekitar daerah insisi. Hal ini akan merangsang
pengeluaran histamin dan prostaglandin yang akan menimbulkan rasa nyeri (nyeri
akut). Setelah proses pembedahan berakhir, daerah insisi akan ditutup dan
menimbulkan luka post op, yang bila tidak dirawat dengan baik akan
menimbulkan masalah risiko infeksi.
6. Pathway

7. Pemeriksaan Penunjang
a. Elektroensefalogram ( EEG )
Untuk membantu menetapkan jenis dan fokus dari kejang.
b. Pemindaian CT
Untuk mendeteksi perbedaan kerapatan jaringan.
c. Magneti resonance imaging (MRI)
Menghasilkan bayangan dengan menggunakan lapangan magnetik dan
gelombang radio, berguna untuk memperlihatkan daerah – daerah otak yang
itdak jelas terliht bila menggunakan pemindaian CT.
d. Pemindaian positron emission tomography ( PET )
Untuk mengevaluasi kejang yang membandel dan membantu menetapkan
lokasi lesi, perubahan metabolik atau alirann darah dalam otak.
e. Uji laboratorium
1) Fungsi lumbal: menganalisis cairan serebrovaskuler
2) Hitung darah lengkap: mengevaluasi trombosit dan hematokrit
3) Panel elektrolit
4) Skrining toksik dari serum dan urin
5) AGD
6) Kadar kalsium darah
7) Kadar natrium darah
8) Kadar magnesium darah

8. Penatalaksanaan Medis
a. Perawatan awal
1) Letakan klien dalam posisi pemulihan
2) Periksa kondisi klien, cek tanda vital tiap 15 menit selama 1 jam pertama,
kemudian tiap 30 menit jam berikutnya. Periksa tingkat kesadaran tiap 15
menit sampai sadar
3) Yakinkan jalan nafas bersih dan cukup ventilasi
4) Transfusi jika ada indikasi syok hemorarge
5) Jika tanda vital dan hematokrit turun walau diberikan transfusi, segera
kembalikan ke kamar bedah kemungkinan terjadi perdarahan pasca bedah
b. Pemberian cairan
Karena 24 jam pertama penderita puasa pasca operasi, maka pemberian
cairan perintavena harus cukup banyak dan mengandung elektrolit agar tidak
terjadi hipotermi, dehidrasi, atau komplikasi pada organ tubuh lainnya. Cairan
yang biasa diberikan biasanya DS 10%, garam fisiologi dan RL secara
bergantian dan jumlah tetesan tergantung kebutuhan. Bila kadar Hb rendah
diberikan transfusi darah sesuai kebutuhan.
c. Diet
Pemberian cairan perinfus biasanya dihentikan setelah penderita flatus lalu
dimulailah pemberian minuman dan makanan peroral. Pemberian minuman
dengan jumlah yang sedikit sudah boleh dilakukan pada 6 - 10 jam pasca
operasi, berupa air putih dan air teh.
d. Mobilisasi
Mobilisasi dilakukan secara bertahap meliputi :
1) Miring kanan dan kiri dapat dimulai sejak 6 - 10 jam setelah operasi
2) Latihan pernafasan dapat dilakukan penderita sambil tidur telentang sedini
mungkin setelah sadar
3) Hari kedua post operasi, penderita dapat didudukkan selama 5 menit dan
diminta untuk bernafas dalam lalu menghembuskannya.
4) Kemudian posisi tidur telentang dapat diubah menjadi posisi setengah
duduk (semifowler)
5) Selanjutnya selama berturut-turut, hari demi hari, klien dianjurkan belajar
duduk selama sehari, belajar berjalan, dan kemudian berjalan sendiri pada
hari ke-3 sampai hari ke5 pasca operasi.
e. Kateterisasi
Kandung kemih yang penuh menimbulkan rasa nyeri dan tidak enak pada
penderita, menghalangi involusi uterus dan menyebabkan perdarahan. Kateter
biasanya terpasang 24 - 48 jam / lebih lama lagi tergantung jenis operasi dan
keadaan penderita.
f. Pemberian obat-obatan
1) Antibiotik. Cara pemilihan dan pemberian antibiotic sangat berbeda-beda
setiap institusi
2) Analgetik dan obat untuk memperlancar kerja saluran pencernaan
a) Supositoria: ketopropen sup 2x/24 jam
b) Oral: tramadol tiap 6 jam atau paracetamol
c) Injeksi: penitidine 90-75 mg diberikan setiap 6 jam bila perlu
3) Obat-obatan lain
Untuk meningkatkan vitalitas dan keadaan umum penderita dapat diberikan
caboransia seperti neurobian I vit. C
g. Perawatan luka
Kondisi balutan luka dilihat pada 1 hari post operasi, bila basah dan berdarah
harus dibuka dan diganti.
h. Perawatan rutin
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemeriksaan adalah suhu, tekanan
darah, nadi,dan pernafasan.
i. Perawatan payudara
Pemberian ASI dapat dimulai pada hari post operasi jika ibu memutuskan
tidak menyusui, pemasangan pembalut payudara yang mengencangkan
payudara tanpa banyak menimbulkan kompesi, biasanya mengurangi rasa
nyeri. (Manuaba, 1999)
j. Hal – Hal lain yang perlu diperhatikan
1) Paska bedah penderita dirawat dan diobservasi kemungkinan komplikasi
berupa perdarahan dan hematoma pada daerah operasi
2) Pasca operasi perlu dilakukan drainase untuk mencegah terjadinya
hematoma.
3) Klien dibaringkan dengan posisi semi fowler (berbaring dengan lutut
ditekuk) agar diding abdomen tidak tegang.
4) Diusahakan agar penderita tidak batuk atau menangis.
5) Lakukan perawatan luka untuk mencegah terjadinya infeksi.
6) Perhatikan jenis anastesi yang diberikan:
a) Anastesi umum: mempunyai pengaruh pada pusat pernafasan janin
b) Anastesi Spiral: baik buat janin tapi tekanan darah klien dapat menurun
c) Anastesi local: cara yang paling aman tidak mempengaruhi janin dan
klien

9. Komplikasi
a. Infeksi Puerperalis
Komplikasi ini bersifat ringan, seperti kenaikan suhu selama beberapa hari
dalam masa nifas atau dapat juga bersifat berat, misalnya peritonitis, sepsis
dan lain-lain. Infeksi post operasi terjadi apabila sebelum pembedahan sudah
ada gejala - gejala infeksi intrapartum atau ada faktor - faktor yang merupakan
predisposisi terhadap kelainan itu (partus lama khususnya setelah ketuban
pecah, tindakan vaginal sebelumnya). Bahaya infeksi dapat diperkecil dengan
pemberian antibiotika, tetapi tidak dapat dihilangkan sama sekali, terutama SC
klasik dalam hal ini lebih berbahaya daripada SC transperitonealis profunda.
b. Perdarahan
Perdarahan banyak bisa timbul pada waktu pembedahan jika cabang arteria
uterina ikut terbuka atau karena atonia uteri
c. Komplikasi-komplikasi lain seperti :
1) Luka kandung kemih
2) Embolisme paru – paru
d. Suatu komplikasi yang baru kemudian tampak ialah kurang kuatnya perut pada
dinding uterus, sehingga pada kehamilan berikutnya bisa terjadi ruptura uteri.
Kemungkinan hal ini lebih banyak ditemukan sesudah sectio caesarea klasik.

B. Konsep Teori Intra Uteri Fetal Death


1. Definisi
Kematian janin dalam kandungan adalah kematian janin ketika masing-masing
berada dalam rahim yang beratnya 500 gram dan usia kehamilan 20 minggu atau
lebih (Achadiat, 2004).
Kematian janin dalam kandungan adalah kematian hasil konsepsi sebelum
dikeluarkan dengan sempurna dari ibunya tanpa memandang tuanya kehamilan.
Kematian dinilai dengan fakta bahwa sesudah dipisahkan dari ibunya janin tidak
bernafas atau tidak menunjukkan tanda-tanda kehidupan, seperti denyut jantung,
pulsasi tali pusat, atau kontraksi otot (Monintja, 2005)
Sedangkan menurut WHO, kematian janin adalah kematian janin pada waktu
lahir dengan berat badan <1000 gram. Menurut Wiknjosastro (2005) dalam buku
Ilmu Kebidanan, kematian janin dapat dibagi dalam 4 golongan yaitu
a. Golongan I : Kematian sebelum masa kehamilan mencapai 20 minggu penuh.
b. Golongan II : Kematian sesudah ibu hamil 20 hingga 28 minggu.
c. Golongan III : Kematian sesudah masa kehamilan lebih 28 minggu (late foetal
death)
d. Golongan IV : Kematian yang tidak dapat digolongkan pada ketiga golongan
di atas

2. Etiologi
Menurut Norwitz (2008), penyebab kematian janin dalam rahim yaitu :
a. 50 % kematian janin bersifat idiopatik (tidak diketahui penyebabnya).
b. Kondisi medis ibu (hipertensi, pre-eklamsi, diabetes mellitus) berhubungan
dengan peningkatan insidensi kematian janin. Deteksi dini dan tata laksana
yang yang sesuai akan mengurangai risiko IUFD.
c. Komplikasi plasenta (plasenta previa, abruption plasenta) dapat menyebabkan
kematian janin. Peristiwa yang tidak diinginkan akibat tali pusat sulit
diramalkan, tetapi sebagian besar sering ditemukan pada kehamilan kembar
monokorionik/monoamniotik sebelum usia gestasi 32 minggu.
d. Penentuan kariotipe janin harus dipertimbangkan dalam semua kasus kematian
janin untuk mengidentifikasi abnormalitas kromosom, khususnya dalam kasus
ditemukannya abnormalitas struktural janin. Keberhasilan analisis sitogenetik
menurun pada saat periode laten meningkat. Kadang-kadang, amniosentesis
dilakukan untuk mengambil amniosit hidup untuk keperluan analisis sitogenet
e. Perdarahan janin-ibu (aliran sel darah merah transplasental dari janin menuju
ibu) dapat menyebabkan kematian janin. Kondisi ini terjadi pada semua
kehamilan, tetapi biasanya dengan jumlah minimal (<0,1 mL). Pada kondisi
yang jarang, perdarahan janin-ibu mungkin bersifat masif. Uji Kleuhauer-
Betke (elusi asam) memungkinkan perhitungan estimasi volume darah janin
dalam sirkulasi ibu.
f. Sindrom antibodi antifosfolipid. Diagnosis ini memerlukan pengaturan klinis
yang benar (>3 kehilangan pada trimester pertama >1) kehilangan kehamilan
trimester kedua dengan penyebab yang tidak dapat dijelaskan, peristiwa
tromboembolik vena yang tidak dapat dijelaskan.
g. Infeksi intra-amnion yang mengakibatkan kematian janin biasanya jelas
terlihat pada pemeriksaan klinis. Kultur pemeriksaan histology terhadap janin,
plasenta/selaput janin, dan tali pusat akan membantu

Menurut Mochtar (2004), lebih dari 50% kasus, etiologi kematian janin dalam
kandungan tidak ditemukan atau belum diketahui penyebabnya dengan pasti.
Beberapa penyebab yang bisa mengakibatkan kematian janin dalam kandungan,
antara lain.
a. Perdarahan : plasenta previa dan solusio plasenta.
b. Preeklampsi dan eklampsia
c. Penyakit-penyakit kelainan darah.
d. Penyakit infeksi dan penyakit menular
e. Penyakit saluran kencing
f. Penyakit endokrin: diabetes mellitus
g. Malnutrisi

3. Predisposisi
Menurut Winkjosastro (2009), Pada 25-60% kasus penyebab kematian janin
tidak jelas. Kematian janin dapat disebabkan oleh faktor maternal, fetal, atau
kelainan patologik plasenta.
a. Factor maternal antara lain adalah post term(>42 minggu), diabetes mellitus
tidak terkontrol, sistemik lupus eritematosus, infeksi hipertensi, pre-eklamsia,
eklamsia, hemoglobinopati, umur ibu tua, penyakit rhesus, rupture uteri,
antifosfolipid sindrom, hipotensi akut ibu, kematian ibu
b. Factor fetal antara lain: hamil kembar, hamil tumbuh terlambat, kelainan
congenital, kelainan genetic, infeksi.
c. Factor plasenta antara lain: kelainan tali pusat, lepasnya plasenta, KPD, vasa
previa.
d. Sedangkan factor resiko terjadinya kematian janin intra uterine meningkat
pada usia >40 tahun, pada ibu infertil, kemokonsentrasi pada ibu, riwayat bayi
dengan berat badan lahir rendah, infeksi ibu (ureplasma urelitikum),
kegemukan, ayah berusia lanjut.

4. Manifestasi Klinis
Menurut Achadiat (2004), criteria diagnostic kematian janin dalam rahim
meliputi :
a. Rahim yang hamil tersebut tidak bertambah besar lagi, bahkan semakin
mengecil.
b. Tidak lagi dirasakan gerakan janin.
c. Tidak ditemukan bunyi jantung janin pada pemeriksaan.
d. Bentuk uterus menjadi tidak tegas sebagaimana suatu kehamilan normal.
e. Bila kematian itu telah berlangsung lama, dapat dirasakan krepitasi, yakni
akibat penimbunan gas dalam tubuh.
5. Menetapkan Kematian Janin dalam Rahim
Menurut Nugroho (2012), menetapkan janin dalam rahim meliputi :
a. Pemeriksaan terhadap detak jantung (dengan menggunakan stetoskop laeneck,
alat dopler )
b. Pemeriksaan terhadap tidak adanya gerak jantung, tulang kepala janin
berhimpit, tulang belakang makin melengkung (dengan menggunakan USG).
c. Pemeriksaan terhadap tulang kepala berhimpit, tulang belakang melengkung,
dalam usus janin dijumpai pembentukkan gas (dengan foto rontgen).

6. Diagnosis IUFD
Menurut Norwitz (2008), diagnosis kematian janin dalam rahim meliputi :
a. Gejala jika kematian janin terjadi terjadi di awal kehamilan, mungkin tidak
akan ditemukan gejala kecuali berhentinya gejala-gejala kehamilan yang biasa
dialami (mual, sering berkemih, kepekaan pada payudara). Di usia kehamilan
selanjutnya, kematian janin harus dicurigai jika janin tidak bergerak dalam
jangka waktu yang cukup lama.
b. Tanda-tanda ketidakmampuan mengidentifikasi denyut jantung janin pada
kunjungan ANC (antenatal care) setelah usia gestasi 12 minggu atau tidak
adanya pertumbuhan uterus dapat menjadi dasar diagnosis.
c. Pada pemeriksaan laboratorium terjadi penurunan kadar gonadotropin korionik
manusia (Human Chorionic Gonadotropin atau HCH) mungkin dapat
membantu diagnosis dini selama kehamilan.
d. Pada pemeriksaan radiologis. Secara historis, foto rontgen abdominal
digunakan untuk mengkonfirmasi IUFD. Tiga temuan sinar X yang dapat
menunjukkan adanya kematian janin meliputi penumpukan tulang tengkorak
janin (tanda spalding), tulang punggung janin melengkung secara berlebihan
dan adanya gas didalam janin. Meskipun demikian, foto rontgen sudah tidak
digunakan lagi. USG saat ini merupakan baku emas untuk mengkonfirmasi
IUFD dengan mendokumentasikan tidak adanya aktifitas jantung janin setelah
usia gestasi 6 minggu. Temuan sonografi lain mencakup edema kulit kepala
dan maserasi janin
7. Patofisiologi
Menurut Sastrowinata (2005), kematian janin dalam pada kehamilan yang telah
lanjut, maka akan mengalami perubahan-perubahan sebagai berikut :
a. Rigor mortis (tegang mati) berlangsung 2,5 jam setelah mati kemudian lemas
kembali.
b. Stadium maserasi I : timbulnya lepuh-lepuh pada kulit. Lepuh ini mula-mula
terisi cairan jernih, tetapi kemudian menjadi merah coklat.
c. Stadium maserasi II : timbul lepuh-lepuh pecah dan mewarnai air ketuban
menjadi merah coklat. Terjadi 48 jam setelah anak mati.
d. Stadium maserasi III : terjadi kira-kira 3 minggu setelah anak mati. Badan
janin sangat lemas dan hubungan antara tulang-tulang sangat longgar edema di
bawah kulit
8. Pathway

9. Komplikasi
Menurut Norwitz (2008), sekitar 20-25% dari ibu yang mempertahankan janin
yang telah mati selama lebih dari 3 minggu maka akan mengalami koagulopati
intravaskuler diseminata (Disseminated Intravascular Coagulopathy atau DIC)
akibat adanya konsumsi faktor-faktor pembekuan darah secara berlebihan
10. Pengelolaan IUFD
Menurut Nugroho (2012), Janin yang mati dalam rahim sebaiknya segera
dikeluarkan secara:
a. Lahir spontan: 75% akan lahir spontan dalam 2 minggu.
b. Persalinan anjuran :
1) Dilatasi serviks dengan batang laminaria
Setelah dipasang 12-24 jam kemudian dilepas dan dilanjutkan dengan
infus oksitosin sampai terjadi pengeluaran janin dan plasenta.
2) Dilatasi serviks dengan kateter folley.
a) Untuk umur kehamilan > 24 minggu.
b) Kateter folley no 18, dimasukan dalam kanalis sevikalis diluar
kantong amnion.
c) Diisi 50 ml aquades steril.
d) Ujung kateter diikat dengan tali, kemudian lewat katrol, ujung tali
diberi beban sebesar 500 gram.
e) Dilanjutkan infus oksitosin 10 u dalam dekstrose 5 % 500 ml, mulai
8 tetes/menit dinaikkan 4 tetes tiap 30 menit sampai his adekuat.
c. Infus oksitosin
1) Keberhasilan sangat tergantung dengan kematangan serviks, dinilai
dengan Bishop Score, bila nilai = 5 akan lebih berhasil.
2) Dipakai oksitosin 5-10 u dalam dekstrose 5 % 500 ml mulai 8 tetes /
menit dinaikan 4 tetes tiap 15 sampaihis adekuat.
d. Induksi prostaglandin
1) Dosis :
 Pg-E 2 diberikan dalam bentuk suppositoria 20 mg, diulang 4-5 jam.
 Pg-E 2 diberikan dalam bentuk suntikan im 400 mg.
 Pg-E 2,5 mg/ml dalam larutan NaCL 0.9 %, dimulai 0,625 mg/ml
dalam infus.
2) Kontra Indikasi: asma, alergi dan penyakit kardiovaskuler

11. Pencegahan
Menurut Winkjosastro (2009), Upaya mencegah kematian janin, khususnya
yang sudah atau mendekati aterm adalah bila ibu merasa gerakan janin menurun,
tidak bergerak atau gerakan janin terlalu keras, perlu dilakukan pemeriksaan
ultrasonografi. Perhatikan adanya solusio plasenta. Pada gemeli dengan TT (twin
to twin transfusion) pencegahan dilakukan dengan koagulasi pembuluh
anastomosis

12. Pemeriksaan penunjang


a. Ultrasonografi
Tidak ditemukan DJJ (Denyut Jantung Janin) maupun gerakan janin,
seringkali tulang-tulang letaknya tidak teratur, khususnya tulang tengkorak
sering dijumpai overlapping cairan ketuban berkurang.
b. Rontgen foto abdomen
1) Tanda Spalding
Tanda Spalding menunjukkan adanya tulang tengkorak yang saling
tumpang tindih (overlapping) karena otak bayi yang sudah mencair, hal
ini terjadi setelah bayi meninggal beberapa hari dalam kandungan.
2) Tanda Nojosk Tanda ini menunjukkan tulang belakang janin yang saling
melenting (hiperpleksi).
3) Tampak gambaran gas pada jantung dan pembuluh darah.
4) Tampak udema di sekitar tulang kepala
c. Pemeriksaan darah lengkap, jika dimungkinkan kadar fibrinogen (Achadiat
2004)
II. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
Proses keperawatan adalah kegiatan yang dilakukan secara sistematis untuk
menentukan masalah klien, membuat perencanaan, untuk mengatasi, serta pelaksanaan
dan evaluasi keberhasilan secara efektif, terhadap masalah yang diatasinya (Effedi,
Nasrul,1995: 3).
1. Pengkajian
Pengkajian adalah pemikiran dasar dari proses keperawatan yang bertujuan untuk
mengumpulkan informasi atau data tentang pasien, agar dapat mengidentifikasi,
mengenali masalah-masalah, kebutuhan kesehatan dan keperawatan klien, baik fisik,
mental, sosial dan lingkungan (Effendy, 1995 : 18).
a. Pengumpulan Data
1) Identitas
a) Identitas klien
b) Identitas penanggung jawab.
2) Status Kesehatan
a) Keluhan Utama
b) Riwayat Kesehatan Sekarang
c) Riwayat Kesehatan Yang Lalu
d) Riwayat Kesehatan Keluarga
e) Riwayat Obstetri dan Ginekologi
(1) Riwayat ginekologi
(a) Riwayat menstruasi
(b) Riwayat perkawinan
(c) Riwayat keluarga berencana
(2) Riwayat obstetri
(a) Riwayat kehamilan, persalinan, nifas yang lalu
(b) Riwayat kehamilan sekarang
(c) Riwayat persalinan sekarang
3) Pemeriksaan Fisik
a) Pemeriksaan ibu
(1) Keadaan Umum
(2) Sistem Respirasi
(3) Sistem Kardiovaskuler
(4) Sistem Saraf
(5) Sistem Pencernaan
(6) Sistem Urinaria
(7) Sistem Reproduksi
(8) Sistem Integumen
(9) Sistem Muskuloskletal
(10) Sistem Endokrin
4) Pola Aktivitas Sehari-hari
a) Nutrisi
b) Eliminasi
c) Pola tidur dan istirahat
d) Personal hygiene
e) Ketergantungan fisik
5) Aspek Psikososial
a) Pola pikir dan persepsi
b) Persepsi diri
c) Konsep diri
d) Hubungan komunikasi
e) Kebiasaan seksual
f) Sistem nilai dan kpercayaan
g) Pemeriksaan penunjang
h) Therapi

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan memberikan gambaran tentang masalah atau status kesehatan
klien yang nyata (actual) dan kemungkinan akan terjadi (resiko) dimana
pemecahannya dalam batas wewenang perawat.
a. Nyeri Akut berhubungan dengan uterus berkontraksi arena hasil konsepsi dan
uterus
b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual
muntah dan depresi gastrointestinal
c. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan pusing dan depresi SSP
d. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan pemenuhan ADL
karena kelemahan.
e. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan perlukaan endometrium
menyebabkan perdarahan
f. Resiko ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan penurunan ekspansi
paru
3. Intervensi
·  Nyeri Akut NOC : ·  NIC :
Batasan karakteristik :  paint level Pain Management
 Perubahan selera makan  pain control - Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi,
 Perubahan tekanan darah  comfort level karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi
 Perubahan frekuensi jantung kriteria hasil : - Observasi reaksi non verbal dari ketidaknyamanan
 Perubahan frekuensi pernafasan  Mampu mengontrol - Gunakan tehnik komunikasi terapeutik untuk mengetahui
 Diaforesis nyeri (tahu penyebab pengalaman nyeri pasien
nyeri, mampu - Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri
 Perilaku distraksi
menggunakan tehnik - Evalusi pengalaman nyeri
 Mengekspresikan perilaku (mis. Gelisah)
nonfarmakologi untuk - Evaluasi bersama nyari dan tim kesehatan lain tentang
 Melaporkan nyeri secara verbal
mengurangi nyeri, ketidakefektifan control nyeri masa lampau
mencari bantuan) - Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan
 Melaporkan bahwa dukungan
nyeri berkurang - Control lingkungan yang dapat mempengaruhi nyaeri seperti
dengan menggunakan suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan
manajemen nyeri - Kurangi faktor presipitasi nyeri
 Mampu mengenali - Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi, non
nyeri farmakologi dan interpersonal)
 Menyatakan rasa - Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi
nyaman setelah nyeri - Ajarkan tentang tehnik non farmakologi
berkurang - Berikan analgesic untuk mengurangi nyeri
- Evaluasi keefektifan control nyeri
- Tingkatkan istirahat
- Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan
nyeri tidak berhasil
- Monitor penerimaan pasien tentang manajemen nyeri
Analgesic administration
- Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas dan derajat nyeri
sebelum pemberian obat
- Cek instruksi dokter tentang jenis obat, dosis, dan frekuensi
- Cek riwayat alergi
- Pilih analgesic yang diperlukan atau kombinasi dari analgesic
ketika pemberian lebih dari satu
- Tentukan pilihan analgesic pilihan, rute pemberian, dan dosis
optimal
- Pilih rute pemberian obat secara IV, IM untuk pengobatan nyeri
secara teratur
- Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesic
pertama kali
- Berikan analgesic tepat waktu terutama saat nyeri hebat
- Evaluasi efektivitas analgesic, tanda dan gejala
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari NOC NIC
kebutuhan tubuh  Nutritional Status : Nutrition management
Definisi : asupan nutrisi tidak cukup untuk  Nutritional Status: - Kaji adanya alergi makanan
memenuhi kebutuhan metabolic. food and - Kolaborasi ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang
Batasan karateristik :  Fluid Intake dibuthkan pasien
 Kram abdomen  Nutritional Status : - Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake Fe
 Nyeri abdomen nutrient - Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan vitamin C
 Menghindari makanan  Intake - Berikan substansi gula
 Berat badan 20% atau lebih dibawah berat badan  Weight control - Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serta untuk
ideal Kriteria Hasil mencegah konstipasi
 Kerapuhan kapiler  Adanya peningkatan - Berikan makanan yang terpilih (sudah dikonsultasikan dengan ahli
berat badan sesuai gizi)
 Diare
dengan tujuan - Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan makanan harian
 Kehilangan rambut berlebih
 Berat badan ideal - Monitor jumlah nutrisis dan kandungan kalori
 Bising usus hiperaktf
sesuai dengan tinggi - Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi
 Kurang makanan
badan - Kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan
 Kurang informasi  Mampu Nutrition monitoring
 Kurang minta pada makanan mengidenitifikasi - BB pasien dalam batas normal
 Penurunan berat badan dengan asupan makanan kebutuhan nutrisi - Monitor adanya penurunan berat badan
adekuat  Tidak ada tanda-tabda - Monitor tipe dan jumlah aktivitas yang biasa dilakukan
 Kesalahan konsepesi malnutrisi - Monitor interaksi anak atau orangtua selama makan
 Kesalahan informasi  Menunjukkan - Monitor lingkungan selama makan
 Membrane mukosa pucat peningkatan fungsi - Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak selama jam makan
 Ketidakmampuan memakan makanan pengecapan dari - Monitor kulit kering dan perubahan pigemntasi
 Tonus otot menurun menelan - Monitor turgor kulit
 Tidak terjadi peurunan - Monitor kekeringan, rambut kusam dan mudah patah
 Mengeluh gangguan sensasi rasa
berat badan yang - Monitor mula dan muntah
 Mengeluh asupan makanan kurang dari RDA
berarti - Monitor kadar albumin, total protein, Hb dan kadar Ht
(recommended daily allowance)
- Monitor pertumbuhan dan perkembangan
 Cepat kenyang setelah makan
- Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan jaringan konjugtiva
 Sariawan rongga mulut
- Monitor kalori dan intake nutrien
 Steatorea
 Kelemahan otot pengunyah
 Kelemahan otot untuk menelan
Factor-faktor yang berhubungan :
 Factor biologis
 Factor ekonomi
 Ketidakmampuan mengabsorbsi nutrien
 Ketidakmampuan untuk mencerna makanan
 Ketidakmampuan menelan makanan
Factor psikologis
Gangguan rasa nyaman NOC NIC
Definisi : Merasa kurang senang, lega, dan Ansiety Anxiety Reduction (penurunan kecemasan)
sempurna dalam dimensi fisik, psikospiritual, Fear level Gunakan pendekatan yang menenangkan
lingkungan, dan social. Sleep Deprivation Nyatakan dengan jelas harapan terhadap pelaku pasien
Comfort, Readines for Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan selama prosedur
Batasan Karakteristik : Enchanced Pahami prespektif pasien terhadap situasi stres
 Ansietas Kriteria Hasil : Temani pasien untuk memberikan keamanan dan mengurangi takut
Mampu mengontrol Dorong keluarga untuk menemani anak
 Menangis kecemasan Lakukan back/neck rub
 Ganguan pola tidur Status lingkungan yang Dengarkan dengan penuh perhatian
 Takut nyaman Identifikasi tingkat kecemasan
 Ketidakmampuan untuk rileks Mengontrol nyeri Bantu pasien mengenal situasi yang menimbulkan kecemasan
 Iritabilitas Kualitas tidur dan istirahat Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan, ketakutan, persepsi
 Merintih adekuat Instruksikan pasien menggunakan teknik relaksasi
 Melaporkan merasa dingin Agresi pengendalian diri Berikan obat untuk mengurangi kecemasan
 Melaporkan merasa panas Respon terhadap Environment Management Confort
 Melaporkan perasaan tidak nyaman pengobatan Pain Management
 Melaporkan gejala distress Control gejala
 Melaporkan rasa lapar Status kenyamanan
 Melaporkan rasa gatal meningkat
Dapat mengontrol
 Melaporkan kurang puas dengan keadaan
ketakutan
 Melaporkan kurang senang dengan situasi tersebut
Support social
 Gelisah
         Keinginan untuk
 Berkeluh kesah
hidup
Faktor Yang Berhubungan :
 Gejala terkait penyakit
 Sumber yang tidak adekuat
 Kurang pengendalian Iingkungan
 Kurang privasi
 Kurang kontrol situasional
 Stimulasi lingkungan yang mengganggu
 Efek samping terkait terapi (mis.medikasi, radiasi)

Hambatan mobilitas fisik NOC NIC


Definisi : Keterbatasan pada pergerakan fisik tubuh Joint Movement : Active Exercise therapy : ambulation
atau satu atau lebih Mobility level  Monitoring vital sign sebelum/sesudah latihan dan lihat respon
ekstremitas secara mandiri dan terarah. Self care : ADLs pasien saat latihan
Transfer performance  Konsultasikan dengan terapi fisik tentang rencana ambulasi sesuai
Batasan Karakteristik : dengan kebutuhan
 Penurunan waktu reaksi Kriteria Hasil:  Bantu klien untuk menggunakan tongkat saat berjalan dan cegah
 Kesulitan membolak-balik posisi  Klien meningkat dalam terhadap cedera
 Melakukan aktivitas lain sebagai pengganti aktivitas fisik  Ajarkan pasien atau tenaga kesehatan lain tentang teknik ambulasi
pergerakan (mis.,meningkatkan perhatian pada  Mengerti tujuan dan  Kaji kemampuan pasien dalam mobilisasi
aktivitas orang lain, mengendalikan perilaku, peningkatan mobilitas  Latih pasien dalam pemenuhan kebutuhan ADLs secara mandiri
focus pada ketunadayaan/aktivitas sebelum  Memverbalisasikan sesuai kemampuan
sakit) perasaan dalam  Dampingi dan Bantu pasien saat mobilisasi dan bantu penuhi
 Dispnea setelah beraktivitas meningkatkan kebutuhan ADLs pasien.
 Perubahan cara berjalan kekuatan dan  Berikan alat bantu jika klien memerlukan.
 Gerakan bergetar kemampuan berpindah  Ajarkan pasien bagaimana merubah posisi dan berikan bantuan jika
 Keterbatasan kemampuan melakukan  Memperagakan diperlukan.
keterampilan motorik halus penggunaan alat 
 Keterbatasan kemampuan melakukan  Bantu untuk mobilisasi
keterampilan motorik kasar (walker)
 Keterbatasan rentang pergerakan sendi
 Tremor akibat pergerakan
 Ketidakstabilan postur
 Pergerakan lambat
 Pergerakan tidak terkoordinasi

Faktor Yang Berhubungan :


 Intoleransi aktivitas
 Perubahan metabolisme selular
 Ansietas
 Indeks masa tubuh diatas perentil ke 75 sesuai
usia
 Gangguan kognitif
 Konstraktur
 Kepercayaan budaya tentang aktivitas sesuai
usia
 Fisik tidak bugar
 Penurunan ketahanan tubuh
 Penurunan kendali otot
 Penurunan massa otot
 Malnutrisi
 Gangguan muskuloskeletal
 Gangguan neuromuskular, Nyeri
 Agens obat
 Penurunan kekuatan otot
 Kurang pengetahuan tentang aktvitas fisik
 Keadaan mood depresif
 Keterlambatan perkembangan
 Ketidaknyamanan
 Disuse, Kaku sendi
 Kurang dukungan Iingkungan (mis, fisik atau
sosiaI)
 Keterbatasan ketahanan kardiovaskular
 Kerusakan integritas struktur tulang
 Program pembatasan gerak
 Keengganan memulai pergerakan
 Gaya hidup monoton
 Gangguan sensori perseptual

Resiko Kekurangan Volume Cairan NOC NIC


Definisi : Berisiko mengalami dehidrasi vascular,  Fluid balance Fluid management
selular, atau intraselular  Hydration - Timbang popok/pembalut jika diperlukan
Factor risiko  Nutritional status : - Pertahankan catatan intake output yang akurat
 Kehilangan volume cairan aktif Food and - Monitor status hidrasi (kelembaban membrane mukosa, nadi adekuat,
 Kurang pengetahuan  Fluid Intake tekanan darah ortostatik) jika diperlukan
 Penyimpangan yang mempengaruhi absorbs Kriteria Hasil - Monitor vital sign
cairan  Mempertahankan - Monitor masukan makanan / cairan dan hitung intake kalori harian
 Penyimpangan yang mempengaruhi asuoan urine output sesuai - Kolaborasikan pemberian cairan IV
cairan dengan usia dan BB, - Monitor status nutrisi
 Kehilangan berlebihan melalui rute normal (mis., BJ, urine normal, HT - Berikan cairan IV pada suhu ruangan
diare) normal - Dorong masukan oral
 Usia lanjut  Tekanan darah, nadi, - Berikan pernggantian nasgatrik sesuai output
suhu, tubuh dakam - Dorong keluarga untuk membantu pasien makan
 Berat badan ekstrim
batas normal - Tawarkan snack (jus buah, buah segar)
 Factor yang mempengaruhi kebutuhan cairan
 Tidak ada tanda tanda - Kolaborasi dengan dokter
(mis., status hipermetabolik)
dehidrasi, elastisitas - Atur kemungkinan transfusi
 Kegagalan fungsi regulator
turgor kulit baik, - Persiapan untuk transfusi
 Kehilangan cairan melalui rute abnormal (mis., membrane mukosa Hypovolemia Management
slang menetap) lembab, tidak ada rasa - Monitor status cairan termasuk intake dan output cairan
 Agens fermasutikal (mis., diuretik) haus yang berlebihan - Pelihara IV line
- Monitor tingkat Hb dan hematocrit
- Monitor tanda vital
- Monitor respon pasien terhadap penambahan cairan
- Monitor berat badan
- Dorong pasien untuk menambah intake oral
- Pemberian cairan iv monitor adanta tanda dan gejala kelebihan
volume cairan
- Monitor adanya tanda gagal ginjal
Ketidakefektifan pola nafas NOC NIC
Definisi : inspirasi dan / atau ekspirasi yang tidak  Respiratory status : Airway management
memberi ventilasi Ventilation - Buka jalan nafas, gunakan teknik chin lif atau jaw thrust bila perlu
Batasan karateristik :  Respiratory status : - Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
 Perubahan kedalaman perrnafasan Airway Patience - Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan nafas buatan
 Perubahan ekskursi dada  Vital sign status - Pasang mayo bila perlu
 Mengambil posisi tiga titik Kriteria Hasil - Lakukan fisioterapi dada jika perlu
 Bradipnea  Mendemonstrasikan - Keluaran secret dengan batuk atau suction
 Penurunan tekanan ekspirasi batuk efektif dan suara - Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan
nafas bersih, tidak ada - Lakukan suction pada mayo
 Penurunan ventilasi semenit
sianosi dan dyspnea - Berikan bronkodilator bila perlu
 Penurunan kapasitas vital
(mampu - Berikan pelembab udara kassa basah NaCl lembab
 Dipnea
mengeluarkan sputum, - Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan
 Peningkatan diameter ante-poste
mampu bernafas - Monitor respirasi dan status O2
 Pernafasan cuping hidung dengan mudah, tidak Oxygen Therapy
 Otrphnea ada pursed lips) - Bersihkan mulut, hidung dan secret trakea
 Fase ekspirasi memanjang  Menunjukkan jalan - Pertahankan jalan nafas yang paten
 Pernafasan bibir nafas yang paten - Atur peralatan oksigen
 Takipnea (klien tidak merasa - Moitor aliran oksigen
 Penggunaan otot aksesorius untuk bernafas tercekik, irama nafas, - Pertahankan posisi px
Factor-faktor yang berhubungan : frekuensi pernafasan - Observasi adanya tanda-tanda hipoventilasi
 Ansietas dalam rentang normal, - Monitor adanya kecemasan px tehadap oksigen
 Posisi tubuh tidak ada suara nafas Vital sign MOnitoring
 Deformitas tulang abnormal) - Monitor TD, nadi, suhu dan RR
 Deformitas dinding dada  Tanda-tanda vital - Catat adanya fluktuasi tekanan darah
 Keletihan dalam rentang normal - Monitas VS saat px berbaring, duduk, atau berdiri
(tekanan darah, nadi, - Monitor TD, nadi, RR, sebelum, selama, dan setelah aktivitas
 Hiperventilasi
pernafasan) - Monitor kualitas dari nadi
 Sindrom hipoventilasi
- Monitor frekuensi dan irama pernafasan
 Gangguan musculoskeletal
- Monitor suara paru
 Kerusakan neurologis - Monitor pola pernafasan abnormal
 Disfungsi neuromuscular - Monitor suhu, warna, dan kelembaban kulit
 Obesitas - Monitor sianosis perifer
 Nyeri - Monitor adanya crushing triad ( tekanan nadi yan melebar, bradikardi,
 Keletihan otot pernafasan cedera medulla spinalis peningkatan sistolik)
- Identifikasi penyebab dari perubahan vital sign.
DAFTAR PUSTAKA

Abdul bari, Saifuddin. 2002. Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal.YBPSP. Jakarta
Achadiat, C.M. 2004. Prosedur Tetap Obstetri dan Ginekologi. Jakarta : EGC
Aria wibawa dept obstetri dan ginekologi FKUI-RSUPN CM
Bobak. 2000. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta : EGC
Chandranita Manuaba, Ida Ayu, dkk. 2009. Buku Ajar Patologi Obstetri . Jakarta. EGC
Cunningham, F.G., Et all. 2005. William Obstetrics, 22nd edition. Chapter 21 Disorders of
Aminic Fluid Volume. Pages 525-533. USA: McGRAW-HILL
Doengoes, M E, 2000, Rencana Askep pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian
perawatan pasien, Jakarta : EGC
Effendi. 1995. Pengantar Proses Keperawatan. EGC : Jakarta.
Mochtar, R. 2004. Sinopsis Obstetri Fisiologi Patologi. Edisi III. Jakarta: EGC
Monintja, H.E. 2005. Penyakit-Penyakit Dalam Masa Neonatal, dalam Ilmu Kebidanan.
Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Prawirohardjo, Sarwono. 2008. . Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT.Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
Saifuddin, Abdul Bari. 2006. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal . Jakarta: YBP-SP
Wiknjosastro, Hanifa. 2005. Ilmu Kebidanan. Edisi Ketiga Cetakan ketujuh. Jakarta:
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Wiknjosastro, Hanifa. 2008. Ilmu Kebidanan. Edisi Keempat Cetakan Pertama. Jakarta:
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Wiknjosastro. Hanifa. Prof. Dr. 1992. Ilmu Kebidanan, Edisi III..Jakarta :Yayasan Bina
Pustaka

14 post partum form .erp


LAPORAN KASUS PRAKTIK
KEPERAWATAN MATERNITAS (POST NATAL CARE)
PRODI PROFESI NERS
KEPERAWATAN JURUSAN KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN MATARAM

Nama Mahasiswa : Risa Erdian


NIM : P071201904003N

A. PENGKAJIAN
Tanggal masuk : 26 April 2020 Jam masuk : 08.15 WITA
Ruang / kelas : Nifas Kamar no. :-
Tgl. Pengkajian : 27 April 2020 Jam Pengkajian : 10.00 WITA

A. IDENTITAS
Nama pasien : Ny. S Nama suami : Tn. H
Umur : 23 Tahun Umur : 25 Tahun
Suku bangsa : Sasak / Indonesia Suku bangsa : Sasak / Indonesia
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Bertais Daye Alamat : Bertais Daye
Status kawin : Sudah Menikah Status kawin : Sudah menikah

B. RIWAYAT KEPERAWATAN
 Keluhan Utama (alasan masuk RS) :
Pasien mengatakan datang karena nyeri pada perut dan tidak ada pergerakan pada
bayinya sudah 1 minggu
 Keluhan Saat dikaji :
Pasien mengatakan nyeri pada perut, susah bergerak dan mengatakan sangat
sedih dengan keadaan bayinya saat ini

1.RIWAYAT OBSTETRI
a. Riwayat Menstruasi
- Menarche,umur : 13 Tahun Siklus :Teratur ( V ) Tidak ( )
- Banyaknya : 3 x ganti dalam Lamanya : 8 – 9 hari
- HPHT sehari Keluhan : Nyeri saat pertama menstruasi

b. Riwayat Kehamilan , Persalinan ,Nifas Yang Lalu

15 post partum form .erp


Anak Ke Kehamilan Persalinan Komplikasi Nifas Anak
Umur
N Ta P
Keha Penyulit Jenis Penolong Penyulit Laserasi Infeksi Perdarahan Jenis BB
o hun j
milan
- - - - - - - - - - - - -

c. Genogram

c = Laki - Laki
= Permpuan
= Garis Perkawinan
= Garis Keturunan
= Pasien
= Tinggal Serumah

d. Post Partum Sekarang


 Riwayat Persalinan Sekarang
Pasien mengatakan sudah hamil masuk 32 minggu dan pada saat minggu ke
30 janin yang ada dalam kandungannya tidak ada pergerakan, namun pasien
mengabaikan karena sebelumnya pergerakan janin kurang aktif

 Tipe Persalinan : ( ) Spontan ( V ) Bantuan

 Lama Persalinan :
Kala I : 0 menit
Kala II : 15 menit
Kala III : 15 Menit
Kala IV : 2 Jam

Rencana Perawatan Bayi : ( V ) Sendiri ( ) Orang Tua ( ) Lain Lain


Kesanggupan Dan Pengetahuan Dalam Merawat Bayi
o Breast Care : Pasien mengatakan mengetahui sedikit tentang bagaiamana
cara perawatan payudara
o Perineal : Pasien mengatakan belum pernah mendapatkan informasi
tentang perawatan perineal
o Nutrisi : Pasien mengatakan mengetahui sedikit informasi tentang
nutrisi selama kehamilan
o Senam Nifas : Pasien mengatakan belum pernah mendapatkan informasi
tentang senam nifas hanya tentang senam hamil saja
o KB : Pasien mengatakan telah merencanakan KB yang akan
digunakan setelah melahirkan yaitu menggunakan IUVD
o Menyusui : Pasien mengatakan mengetahui sedikit informasi tentang cara

16 post partum form .erp


menyusui yang baik dan benar

2. Riwayat lingkungan
 Kebersihan : Pasien mengatakan pasien selalu memberisihkan
rumahnya 2 kali sehari pagi dan sore hari
 Bahaya : Pasien mengatakan tidak ada bahaya di sekitar
lingkungan pasien
 Lainnya sebut :-

3. Aspek psikososial
a. Persepsi ibu setelah bersalin
Pasien mengatakan merasa sedih dengan apa yang terjadi pada janinnya
b. Apakah keadaan ini menimbulkan perubahan terhadap kehidupan sehari-
hari? Bila ya bagaimana
Ya, Karena pasien mengatakan bayi yang dinantikannya bersama suami
harus meninggal di dalam kandungannya dan membuat pasien berduka
cukup mendalam.
c. Ibu tinggal dengan siapa ?
Pasien mengatakan tinggal denga suami
d. Siapa orang yang terpenting bagi ibu ?
Pasien mengatakan bahwa orang yang terpenting adalah suami dan
keluarganya
e. Sikap anggota keluarga terhadap keadaan saat ini ?
Pasien mengatan saat ini keluarganya sangat terpukul dengan keadaan
pasien saat ini dan akan selalu mendukung pasien dan akan memberikan
bantuan apabila dibutuhkan
f. Kesiapan mental menjadi ibu ?
Pasien mengatakan sangat siap menjadi ibu walaupun dengan pengalaman
yang sedikit namun pasien tetap akan berusaha menjadi ibu yang terbaik
untuk anaknya.

4. Kebutuhan Dasar Khusus


1. Pola Nutrisi
 Frekwensi Makan : 3 x / Hari
 Nafsu Makan
Pasien mengatakan bahwa terkadang saat hamil dirinya mengalami
mual muntah pada saat trimester 1 namun memasuki trimester 2 mual
muntahnya berkurang. Saat ini pasien mengatakan masih puasa karena
operasi.
 Jenis Makanan Rumah

17 post partum form .erp


Pasien mengatakan jenis makanan dirumahnya yaitu berupa nasi, lauk
pauk serta sayuran
 Makanan Yang Tidak Disukai / Alergi / Pantangan
Pasien mengatakan tidak menyukai pare dan alergi terhadap makanan
laut

2. Pola Eliminasi
Sebelum Sakit Saat Sakit
BAK : BAK :
 Frekwensi : 3 – 4 kali sehari  Frekwensi : Pasien
 Warna : Kuning Jernih menggunakan katetr dengan volume
 Keluhan :- 200 cc
BAB  Warna : Kuning Jernih
 Frekwensi: 1 – 2 kali sehari  Keluhan :-
 Warna : Kuning Kecoklatan BAB
 Konsistensi : Lembek  Frekwensi: Pasien mengatakan belum
 Bau : Bau khas feses BAB
 Keluhan :-  Warna :-
 Konsistensi :-
 Bau :-
 Keluhan :-

3. Pola Personal Hygiene


Sebelum Sakit Saat Sakit
a. Mandi a. Mandi
Frekwensi : 3 x / Hari Pasien mengatakan mandi saat akan
Sabun : ( V ) Ya ( ) Tidak dioperasi
b. Oral Hygiene b. Oral Hygiene
Frekwensi : 3 x / Hari Frekwensi : 3 x / Hari
Waktu : Waktu :
(V) Pagi (V) Siang (V) Setelah (V) Pagi (V) Siang (V) Setelah
Makan Makan
c. Cuci Rambut c. Cuci Rambut
Frekwensi: 3 x / Seminggu Pasien mengatakan belum mencuci
Shampoo : ( V ) Ya ( ) Tidak rambut selama di rumah sakit

4. Pola Istirahat Tidur


Sebelum Sakit Saat Sakit
 Lama tidur : 6 – 8 Jam / hari  Lama tidur : 3 – 5 Jam / hari
 Kebiasaan Sebelum Tidur :  Kebiasaan Sebelum Tidur :
Pasien mengatakan harus mencuci Pasien mengatakan harus mencuci muka
muka sebelum tidur sebelum tidur
 Keluhan :  Keluhan :
Pasien mengatakan terkadang susah Pasien mengatakan susah tidur karena
tidur dimalam hari karena sering sangat terpukul dengan keadaan yang
kencing di malam hari dideritanya saat ini

18 post partum form .erp


5. Pola Aktivitas Dan Latihan
Sebelum Sakit Saat Sakit
 Kegiatan dalam pekerjaan :  Kegiatan dalam pekerjaan :
Pasien mengatakan kegiatannya selama Pasien mengatakan saat sakit tidak
dirumah yaitu membersihkan rumah, melakukan pekerjaan yang biasanya ia
memasak dan mengerjaka pekerjaan kerjakan dirumah
rumah tangga lainnya  Waktu bekerja: Tidak Ada
 Waktu bekerja: Tidak Ada  Olah raga :
 Olah raga : Pasien mengatakan tidak pernah
Pasien megatakan selang 2 hari pasien olahrga selam di rumah sakit
dan suami berjalan jalan di sekitar  Frekwensi: -
taman rumah  Kegiatan waktu luang :
 Frekwensi: 2 hari sekali Pasien mengatakan mengisi luang
 Kegiatan waktu luang : waktunya dengan istirahat
Pasien mengatakan mengisi luang  Keluhan dalam aktifitas :
waktunya dengan berjalan jalan atau -
istirahat
 Keluhan dalam aktifitas :
Pasien mengatakan cepat lelah jika
terlalu sering beraktivitas

6. Pola Kebiasaan Yang Mempengaruhi Kesehatan


Merokok : Tidak ada
Minuman keras : Tidak ada
Ketergantungan obat : Tidak ada

5. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : Baik Kesadaran : Compos Mentis
Tekanan darah : 120 / 80 mmHg Nadi : 88 x / menit
Respirasi : 24 x / menit Suhu : 36,5 oC
Berat badan : 55 kg Tinggi badan : 155 cm

Kepala : Bentuk kepala simetris tidaka benjolan maupun nyeri tekan


Keluhan : Tidak ada

Mata
 Kelopak mata : Normal
 Gerakan mata : Normal
 Konjungtiva : Tidak Anemis
 Sclera : Tidak Ikterik
 Akomodasi : Normal
 Lainnya sebut :-

19 post partum form .erp


Hidung
 Reaksi alergi : Tidak ada
 Sinus : Tidak ada
 Lainnya sebut :-

Mulut Dan Tenggorokan


 Gigi Geligi : Tidak ada
 Kesulitan Menelan : Tidak ada
 Lainnya Sebut :-

Dada Dan Axila


 Mammae Membesar : ( V ) Ya ( ) Tidak
 Areola Mammae : Tidak Inversi
 Papilla Mammae : Normal
 Colostrums : Belum ada
 Dilatasi Vena : Tidak Ada Nyeri Tekan : Tidak Ada
 Tegang : Iya Puting : Normal
 Kebersihan Payudara : Bersih
 Nodul : Tidak Ada

Pernafasan
 Jalan Nafas : Paten
 Suara Nafas: Normal
 Mengguanakan Otot Bantu Nafas : Tidak
 Lainnya Sebut : Terpasang O2 Nasal Kanul 3 lpm

Sirkulasi Jantung
 Kecepatan Denyut Apical : Normal
 Irama : Normal
 Kelainan Bunyi Jantung : Tidak ada
 Sakit Dada : Tidak ada
 Lainnya Sebut :-

Abdomen
 Bentuk Abdomen : Normal
 Mengecil : Ya
 Linea & Striae : Linea Alba Dan Striae Livida
 Luka Bekas Operasi : Terdapat Luka Bekas Operasi di Simfisi pubis
dengan panjang 12 cm horizontal
 TFU : 2 jari di bawah pusat

20 post partum form .erp


 Kontraksi :-
 Fundus Teraba : Teraba
 Nyeri Tekan Abdomen : Nyeri
Penilaian Nyeri
P : Terdapat bekas luka operasi
Q : Seperti di tusuk tusuk
R : di bagian perut bawah
S:5
T : saat bergerak
 Distensi Vesika Urinaria : Tidak Ada
 Kebersihan : Bersih
 Distensi Abdomen : Tidak Ada
 Peristaltik Usus : 12 x / menit

Genitourinary
 Perineum : Normal
 Episiotomy : Tidak Ada
 Edema : Tidak Ada
 Lochea : Terdapat Lochea Rubra
 Vesica urinaria : Terpasang kateter dengan volume 200 cc
 Perdarahan : Terpasag pembalut dengan perdarahan normal
 Kebersihan : Bersih
 Lain sebutkan : Tidak ada

Ekstemitas (Integumen / Muskuloskeletal)


 Turgor Kulit : Normal
 Warna Kulit : Kuning Langsat
 Kontraktur Ekstremitas : Tidak ada
 Kesulitan Pergerakan : Tidak ada
 CRT : < 2 detik
 Tanda Homan : Normal
 Denyut Nadi Distal : 72 x / Menit
 Rabaan/Akral : Hangat
 Refleks Patella : Normal
 Refleks Babinsky : Normal
 Lain Sebutkan : Terpasang infus NaCl 20 tpm di tangan kanan
pasien

Data Penunjang
1. Laboratorium :

21 post partum form .erp


 HB : 7,5 gr %
 DDR : (-) Negative
 Leokosit : 3,8 103/mm3
 Trombosit : 386 103/mm3
2. USG :
Gravid tunggal, presentasi kepala, punggung kanan, perkiraan umur
kehamilan 32-34 minggu 2300 gram, denyut jantung janin(-), plasenta
anterior posterior cairan amnion (+) dengan kesan intra uterine fetal death
(IUFD)
3. Rontgen :-
4. Terapi Yang Didapat :-

Data Tambahan
Tidak ada data tambahan

Pemeriksa

(Risa Erdian)

II. DIAGNOSA KEPERAWATAN


A. ANALISA DATA
N
DATA PENUNJANG ETIOLOGI MASALAH
O
1 DS : Luka post operasi Nyeri Akut
Pasien mengatakan nteri
pada bagian perut bawah Jaringan Terbuka
akibat operasi
DO : Merangsang Reseptor Nyeri
 Penilaian Nyeri
P : Terdapat bekas luka Nyeri
operasi
Q : Seperti di tusuk tusuk Nyeri Akut
R : di bagian perut
bawah
S:5

22 post partum form .erp


T : saat bergerak
 Terdapat bekas luka
operasi pada simfisis
pubis sepanjang 13 cm
horizontal
 Pasien tampak meringis
 HR : 88 x/menit
 RR : 24 x/menit
 S : 36,5 oC

2 DS : Kematian janin dalam Kehilangan dan berduka


Pasien mengatakan sangat kandungan
terpukul dengan keadaan
bayinya yang ternyata sudah Keluarga atau ibu mengetahui
meninggal di dalam kematian janinya
kandungan
DO : Kehilangan Berduka
 Pasien tampak sedih
 Pasien tampak sering
menangis
 Pasien tampak sering
melamun

B. RUMUSAN DIAGNOSA KEPERAWATAN (BERDASARKAN PRIORITAS)


1 Nyeri akut berhubungan dengan luka operasi yang menyebabkan jaringan terbuka
dan putusnya kontinuitas jaringan ditandai dengan Pasien mengatakan nyeri pada
bagian perut bawah akibat operasi Penilaian Nyeri P : Terdapat bekas luka
operasiq : Seperti di tusuk tusuk R : di bagian perut bawah S : 5 T : saat
bergerak , Terdapat bekas luka operasi pada simfisis pubis sepanjang 13 cm
horizontal, Pasien tampak meringis, HR : 88 x/menit, RR : 24 x/menit, S : 36,5 oc
2 Kehilangan atau berduka berhubungan dengan keamtian janin dalam Rahim
ditandai dengan Pasien mengatakan sangat terpukul dengan keadaan bayinya
yang ternyata sudah meninggal di dalam kandungan, Pasien tampak sedih, Pasien
tampak sering menangis, Pasien tampak sering melamun

23 post partum form .erp


III. RENCANA TINDAKAN :
N DX TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
O KEP
1 1 Setelah dilakukan tindakan keperawaatan  
selama 2 x 24 jam di harapkan nyeri akut keadaan umum tindakan
pasien dapat teratasi dengan kriteria hasil pasien selanjutnya
:
 Pasien mampu menoleransi nyeri  
 Tanda-tanda vital normal
dan intensitas nyeri, indikasi kemajuan
 Skala nyeri berkurang
 Pasien mampu mengungkapka rasa pantua tekanan atau penyimpangan
nyeri darah, nadi dan dari hasil yang
pernafasan setiap 4 diharapkan.
jam.

 
untuk menggunakan dalam dapat
teknik relaksasi dan mengurangi
nafas dalam serta ketegangan otot
teknik distraksi dan menghambat
(untuk nyeri ringan rangsang nyeri
dan sedang). serta menambah
pemasukan
oksigen. Distraksi
mengganggu
stimulus nyeri
tetapi tidak
mengubah
intensitas nyeri,
paling baik untuk
periode pendek.

 
miring pengeluaran gas

 
yang nyaman mempengaruhi
Nyeri


menurunkan dan
mengalih perhatian

14 post partum form .erp


terhadap nyeri

2 2 Setelah dilakaukan tindakan keperawatan  Tentukan pada tahap  Pengkajian data


2 x 24 jam diharapkan kehilangan atau mana pasien dasar yang akurat
berduka pasien dapat teratasi dengan terfiksasi dalam adalah penting
kriteria hasil : tahap berduka. untuk perencanaan
 Pasien mampu menyatakan secara Identifikasi keperawatan yang
verbal perilaku-perilaku yang perilaku-perilaku efektif bagi pasien
berhubungan dengan tahap-tahap yang berhubungan yang berduka.
berduka dengan tahap ini.
 Pasien mampu mengakui posisinya
sendiri dalam proses berduka  Kembangkan  Rasa percaya
 Pasien mampu secara mandiri hubungan saling merupakan dasar
menentukan pemecahan masalah percaya dengan untuk suatu
berhubungan dengan kehilangan yang kebutuhan yang
pasien. Perlihatkan
dialaminya
empati dan terapeutik antara
 Pasien tidak terlalu lama perawat dan pasien.
perhatian. Jujur dan
mengekspresikan emosi-emosi dan
tepati semua janji
perilaku-perilaku yang berlebihan
berhubungan dengan disfungsi berduka
 Perlihatkan sikap  Sikap menerima
dan mampu melaksanakan aktivitas
menerima dan menunjukan pada
kehidupannya sehari-hari secara
membolehkan pasien bahwa ia
mandiri
pasien untuk adalah seorang

mengekspresikan pribadi yang

perasaannya secara bermakna sehingga

terbuka. rasa percaya diri


pasien akan
meningkat.

 Dorong pasien untuk  Pengungkapan


mengekspresikan perasaan secara

rasa marah. Jangan verbal dalam suatu

defensif jika lingkungan yang

permulaan ekspresi tidak mengancam

kemarahan dapat membantu

dipindahkan kepada pasien sampai

perawat. Bantu kepada hubungan

pasien dengan persoalan-

mengeksplorasi persoalan yang

perasaan marahnya. belum terpecahkan.

15 post partum form .erp


 Ajarkan pasien
tentang tahap-tahap  Pengetahuan tentang
berduka yang perasaan-perasaan
normal dan perilaku yang wajar yang
yang berhubungan berhubungan
dengan seriap tahap. dengan berduka
yang normal dapat
menolong
mengurangi
beberapa perasaan
bersalah yang
menyebabkan
timbulnya respon-
respon negatif dari
berduka.

16 post partum form .erp


IV. TINDAKAN KEPERAWATAN :
TANGGAL JAM TINDAKAN KEPERAWATAN PARAF
28 April 2020 08.00  RISA ERDIAN
pasien

08.10  RISA ERDIAN


nyeri, pantua tekanan darah, nadi dan
pernafasan setiap 4 jam.

08.20  RISA ERDIAN


teknik relaksasi dan nafas dalam serta
teknik distraksi (untuk nyeri ringan dan
sedang).

08.25  RISA ERDIAN

08.30  RISA ERDIAN

08.35 RISA ERDIAN


08.40 RISA ERDIAN


 Menentukan pada tahap mana pasien
terfiksasi dalam tahap berduka.
Identifikasi perilaku-perilaku yang
berhubungan dengan tahap ini.

08.50 RISA ERDIAN


 Mengembangkan hubungan saling percaya
dengan pasien. Perlihatkan empati dan
perhatian. Jujur dan tepati semua janji

09.00 RISA ERDIAN


 Memperlihatkan sikap menerima dan
membolehkan pasien untuk
mengekspresikan perasaannya secara
terbuka.

09.10 RISA ERDIAN


 Mendorong pasien untuk
mengekspresikan rasa marah. Jangan
defensif jika permulaan ekspresi
kemarahan dipindahkan kepada perawat.
Bantu pasien mengeksplorasi perasaan
marahnya.
09.20 RISA ERDIAN

14 post partum form .erp


 Ajarkan pasien tentang tahap-tahap
berduka yang normal dan perilaku yang
berhubungan dengan seriap tahap.

29 April 2020 08.00  RISA ERDIAN


pasien

08.10  RISA ERDIAN


nyeri, pantua tekanan darah, nadi dan
pernafasan setiap 4 jam.

08.20  RISA ERDIAN


teknik relaksasi dan nafas dalam serta
teknik distraksi (untuk nyeri ringan dan
sedang).

08.25  RISA ERDIAN

08.30  RISA ERDIAN

08.35 RISA ERDIAN


08.40 RISA ERDIAN


 Menentukan pada tahap mana pasien
terfiksasi dalam tahap berduka.
Identifikasi perilaku-perilaku yang
berhubungan dengan tahap ini.

08.50 RISA ERDIAN


 Mengembangkan hubungan saling percaya
dengan pasien. Perlihatkan empati dan
perhatian. Jujur dan tepati semua janji

09.00 RISA ERDIAN


 Memperlihatkan sikap menerima dan
membolehkan pasien untuk
mengekspresikan perasaannya secara
terbuka.

09.10
 Mendorong pasien untuk
RISA ERDIAN
mengekspresikan rasa marah. Jangan
defensif jika permulaan ekspresi
kemarahan dipindahkan kepada perawat.
Bantu pasien mengeksplorasi perasaan

15 post partum form .erp


marahnya.

09.20  Ajarkan pasien tentang tahap-tahap RISA ERDIAN


berduka yang normal dan perilaku yang
berhubungan dengan seriap tahap.

16 post partum form .erp


V. EVALUASI :
TGL DX JAM EVALUASI PARAF
29 1 12.0 S: RISA ERDIAN
Apri 0 Pasien mengatakan nyerinya berkurang dan
l mampu untuk miring kiri dan miring kanan
2020

O:
 Pasien tampak meringisnya berkurang
 pasien tampak mampu mengontorl nyei
dengan tekik nafas dalam
 pasien tampak mampu miring kanan mirirng
kiri
 pasien mampu berjalan dan kekamar mandi
Skala nyeri : P : bekas operasi Q : Seperto
ditusuk – tusuk R : di bagian bawah abdomen
S : 3 T : setiap bergerak
 HR : 70 x / menit
 RR : 20 x / menit
 S : 36, 5 oC

A : Masalah Teratasi Sebagian

P : Intervensi dilanjutkan
 Anjurkan pasien untuk menggunakan teknik
relaksasi dan nafas dalam serta teknik
distraksi (untuk nyeri ringan dan sedang
 Anjurkan posisi tidur miring
 Ciptakan lingkungan yang nyaman
 Tingkatkan istirahat

17 post partum form .erp


29 2 13.0 S: RISA ERDIAN
Apri 0 Pasien mengatakan masih sangat terpukul dengan
l keadaanna bayinya dan masih menyalahkan drinya
2020 atas apa yang terjadi pada anaknya

O:
 Pasien masih tampak sedih
 Pasien tampak selalu menyalahkan dirinya
 Pasien tampak sering melamun

A : Masalah teratsi sebagian

P : Intervensi dilanjutkan
 Kembangkan hubungan saling percaya
dengan pasien. Perlihatkan empati dan
perhatian. Jujur dan tepati semua janji
 Perlihatkan sikap menerima dan
membolehkan pasien untuk
mengekspresikan perasaannya secara
terbuka.
 Dorong pasien untuk mengekspresikan rasa
marah. Jangan defensif jika permulaan
ekspresi kemarahan dipindahkan kepada
perawat. Bantu pasien mengeksplorasi
perasaan marahnya.

18 post partum form .erp


(_RISA ERDIAN_)

19 post partum form .erp

Anda mungkin juga menyukai