PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
dapat menyebar dari satu orang ke orang lain melalui tranmisi udara (droplet
batuk, bersin, atau berbicara. Orang yang menghirup basil kuman TB tersebut
menular di dunia setelah HIV. Pada tahun 2014, diperkirakan 9,6 juta kasus TB
baru yaitu 5,4 juta adalah laki-laki, 3,2 juta di kalangan perempuan dan 1,0 juta
anak-anak. Penyebab kematian akibat TB Paru pada tahun 2014 sangat tinggi
Menurut WHO dalam global Tuberculosis Paru (TB Paru) tahun 2017,
sebaran kasus TB pada tahun 2016 banyak terjadi di wilayah asia tenggara (45%),
Afrika (25%), timur mediaternia (7%), eropa (3%), dan yang terakhir adalah
wilayah Amerika (3%), laporan dari WHO juga menatakan bahwa terdapat 30
kasus insiden TB Paru tertinggi pada tahun 2016 yaitu india, china, filipina,
pakistan, nigeria, dan afrika selatan. Global Tuberculosis Paru tahun 2017 juga
menyatakan bahwa dari 10,4 juta kasus hanya 6,1 juta yang diobati dan 49% yang
yang buruk seperti kepadatan, urbanisasi dan ketiadaan tempat tinggal, pengguna
rendah, akses kesehatan yang buruk, nutrisi yang jelek dan status imun yang
kependudukan (sosial ekonomi, umur, jenis kelamin dan status gizi) serta
pelayanan kesehatan baik dari segi fasilitas ataupun dari segi tenaga kesehatannya
(Achmad, 2017).
yaitu sebanyak 10% dari total global kasus Tuberculosis paru di dunia.
(TB Paru) yang cukup tinggi dari salah satu provinsi di indonesia. Yaitu angka
kejadiannya 10,2% dimana angka kejadian Tuberculosis Paru setiap tahun nya
menigkat. Dari data yang didapatkan jumlah kasus perderita Tuberculosis Paru
pada tahun 2016 sebanyak 6,706 kasus, 2017 Tuberculosa Paru sebanyak 7,277
rekam medic RS Islam Ibnu Sina Padamg, Tuberculosis Paru TB Paru yang
terjadi pada tahun 2017 sebanyak 950 orang. pada tahun 2018 terjadi sebanyak
yang termanifestasi baik secara fisik, psikologis, dan perilaku karena kondisi
pengobatan yang lama dengan jumlah obat yang banyak, gangguan aktivitas
pasien Tuberculosis Paru sebesar 90%, bervariasi sedang sampai berat. Stres
yang tidak dapat diatasi dengan baik dapat mengakibatkan mudah marah, cemas,
berfikir negatif, dan putus asa. Karena penyakit Tuberculosis Paru ini penyakit
penderita Tuberculosis Paru (TB Paru) secara fisik akan mengalami seperti
Paru) dan prevelensinya berkisar 16-94%, ini terjadi karena aktivitas respon imun
selama infeksi akan meningkatkan konsumsi energi, dimana asam amino tidak
seseorang merasa terasingkan dari keluarganya karena anggota keluarga yang lain
dengan orang lain, karna penyakit Tuberculosis Paru ini penyakit menular dan
Peran perawat salah satu tenaga kesehatan yang bertanggung jawab dalam
(konsultan) adalah peran disini sebagai tempat konsultasi terhadap masalah yang
berkaitan dengan kesehatan. Peran ini dilakukan atas permintaan klien terhadap
informasi tentang tujuan pelayanan yang di berikan. pendidik (edukator ) peran
sebagai peneliti dan pengembang dan ilmu keperawatan proses perawatan tidak
hanya sekedar sembuh dari penyakit tertentu namun dengan keterampilan yang
meringankan sesak nafas pada pasien TB Paru dan mengatur posisi semi fowler
pada pasien supaya meringankan sesak nafas yang dirasakan oleh pasien.
oksigen tambahan dari luar Paru melalui saluran pernafasan (Bachtiar, 2018)
B. Rumusan Masalah
tuberculosisi paru.
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada pasien dengan
tuberculosis paru.
D. Manfaat
1. Bagi penulis
Hasil studi kasus ini diharapkan dapat berguna dan dapat memperoleh
tuberculosis paru.
3. Bagi rumah sakit
tuberculosis paru.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
1. Defenisi
mikrobakteria patogen, tetapi hanya strain bovin dan human yang patogenik
terhadap manusia. Basil tuberkel ini berukuran 0,3x2 sampai 4, ukuran ini
kebagian tubuh lainnya. Termasuk meninges, ginjal, tulang dan nodus limfe.
tahan asam yang tumbuh dengan lambat dan sensitif terhadap panas dan
sinar ultraviolet. M.bovis dan M.Avium pernah pada kejadian yang jarang,
dapat menyebar dari Paru kebagian tubuh lain melalui system peredaran
darah, system saluran limfe, melalui saluran pernafasan (bronchus) atau
2. Anatomi fisiologi
( Syaifuddin, 2017)
1.) Hidung
Organ ini terletak tulang tenggorokan dan tersusun dari tulang rawan,
tulang otot, dan kulit. Di dalam hidung, terdapat rongga hidung yang
2.) Faring
dan bronkus.
3.) Laring
untuk faring dan trakea. Di bagian ini, terdapat pita suara dan katup
4.) Trakea
bagi udara dari leher ke bagian dada. Bentuknya seperti pipa. Fungsi
utamanya sebagai jalur udara untuk masuk dan keluar dari paru-paru.
Organ ini tersusun atas cincin tulang rawan dan terdapat di depan
kerongkongan.
5.) Bronkus
juga berfungsi untuk mengontrol jumlah udara yang masuk dan keluar
7.) Alveoli
oksigen dan karbon dioksida . pada alveoli juga ada kapiler pembuluh
8.) Paru-paru
9.) Pleura
Situasi fatal pada seseorang dikatakan normal jika hasil kerja proses
persial gas darah arteri (PaO2 dan PaCO2) yang normal.yang dimaksud dengan
keadaan santai adalah keadaan ketika jantung dan paru-paru tampa beban kerja
berat .
oksigen yang berbeda-beda. Yaitu saat tidur kebutuhan oksigen 100 ml/menit
adalah suatu proses pertukaran gas antara organisme dengan lingkungan , yaitu
pertukaran gas (O2 dan CO2 ) antara darah sirkulasi dan sel jaringan.
3. Etiologi
1-4/um, dan dan tebal 0,3-0,6/um, termasuk golongan bakteri aerob gram positif
4um, dan tebal 0,3-0,6um. Sebagian besar kuman berupa lemah/lipit , sehingga
kuman tahan terhadap asam dan lebih tahan terhadap kimia atau fisik .sifat lain
dari kuman ini Adalah aerob yang menyukai daerah dengan banyak oksigen, dan
daerah yang memiliki kandungan oksigen tinggi yaitu apikal/apeks paru .daerah
a. Umur
b. jenis kelamin
c. Tingkat pendidikan
d. Sosial ekonomi
Kejadian Tuberculosis Paru biasanya berkaitan dengan faktor sosisl
e. Kepadatan (crowding)
4. Manifestasi Klinis
dada dan batuk menetap.batuk pada awalnya mungkin non produktif,tetapi dapat
dan penurunan BB.basil TB dapat bertahan lebih dari 50 tahun dalam keadaan
5. Patofisiologi
suatu unit yang terdiri sari satu sampai tiga basil karena gumpalan yang lebih
(biasanya di bagian bawah lobus atas di bagian atas lobus bawah )basil
tampak pada tempat pada tempat tersebut dan mefagosit bakteri tetapi tidak
sendirinya tampa menimbulkan kerusakan jaringan paru atau proses dapat berjalan
terus dan bakteri terus difagosit atau berkembang biak di dalam sel . basil juga
selama 10-20 hari.Nekrosis bagian sentral lesi memberikan gambaran yang relatih
padat seperti keju, lesi nekrosis ini disebut nekrosis kaseosa. Daerah yang
mengalami nekrosis kaseosa dan jaringan granulasi disekitarnya yang terdiri dari
kelenjer limfe regional dan lesi primer dinamakan kompleks ghon .kompleks ghon
yang mengalami perkapuran ini dapat di lihat pada orang sehat yang kebetulan
menjalani pemeriksaan radiogram rutin. Respon lain yang terjadi pada daerah
nekrosis adalah pencairan dimana bahan cair lepas ke dalam bronkus dan
pada bagian lain dari paru atau basil dapat terbawa ke laring,telingah tengah atau
jaringan parut fibrosa. Bila peradangan merada lumen bronkus dapat menyempit
saluran yang ada dan lesi mirip dengan lesi berkapsul yang tidak terlepas .
keadaan ini dapat tidak menimbulkan gejala dalam waktu lama atau membentuk
darah dalam jumlah yang lebih kecil yang kadang-kadang dapat menimbulkan lesi
bila fokus nekrotik merusak pembuluh darah sehingga banyak organisme masuk
(Wijaya, 2013)
6. WOC
7. Klasifikasi
klasifikasi ini penting karena merupakan salah satu faktor determinan untuk
berikut :
7. Gejala klinik tidak ada atau gejala sisa akibat kelainan paru.
(Wijaya, 2013)
8. Komplikasi
a. Malnutrisi
b. Empiema
c. Efusi pleura
d. Hepatitis
e. Pneumothorak
(Muttaqin, 2012)
9. Penatalaksanaan
(2-3 bulan ) dan fase lanjutan 4-7 bulan, panduan obat yang di gunakan
A) Rifampisin
Atau
BB>60 kg: mg
BB 40-60 kg:450 mg
BB<40 kg : 300 mg
untuk dewasa.
Atau
BB >60 kg : 1500 mg
BB 40-60 kg : 100 mg
BB<40 kg : 750 mg
d) Streptomisin
Dosis 15 mg/kg BB
Atau
BB >60 kg : 1000 mg
BB 40-60 : 750 mg
BB <40 kg : sesuai BB
e) Etambutol
Atau
BB 40-60 : 1000 mg
BB <40 kg : 750 mg/kg BB / kali
mg.
Untuk menakkan diagnosa TB Paru yang sering dilakukan pada klien adalah:
4) Terdapat klasifikasi
posterior lobus atas serta segmen apikel lobus bawah. Umumnya lesi
infiltrate.
b. Pemeriksaan laboratorium
1) Darah
2) Sputum BTA
atas lengan bawah sebelah kiri bagian depan. Penelitian test tuberculosis
Test tuberculin negatif berarti bahwa secara klinis tidak ada infeksi
Biopsi jarum pada jaringan paru : positif untuk granula TB : adanya sel
misalnya :
luas, GDA dapat tidak normal tergantung lokasi, berat dan kerusakan sisa
pada paru.
ruang mati, peningkatan rasio udara resido dan kapasitas paru total dan
1. Pengkajian
A. Identitas pasien
jenis kelamin, umur , alamt, tanggal lahir, pekerjaan ,NO MR , dan lain –
lain .
B Riwayat kesehatan
bila sudah ada kerusakan jaringan, sesak nafas dan nyeri pada dada.
Serta demam pada sore hari dan malam hari dengan gejala hilang
timbul.
oleh pasien pada masa lalu yaitu OAT , dan pernah kontak dengan
rumah
C. Pemeriksaan fisik
atau koma .
hipertensi.
secara signifikan.
3) Kepala
hitam
benjolan
4) Mata
mata
5) Telinga
serumen
yang berkepanjang.
6) Hidung
Inspeksi : lobang hidung simetris kiri dan
sesak
7) Mulut
a) Bibir
b) Gigi
Tidak ada caries pada gigi, dan gigi lengkap tergantung pada
usia
c) Lidah
8) Leher
menelan baik
9) Dada / thoraks
lateral
yang sakit
10) jantung
iga ke-2
kiri kemedial
11) Abdomen
12) Genitalia
kesadarannya menurun
13) Kulit/integumen
menelan
khas, konsisten
lembek
berwarna kuning
berbau khas.
tidak dapat layak memenuhi syarat-syarat kesehatan. Dan juga tidak dapat
Zat besi dan lain-lainnya. Akan mempengaruhi daya tahan tubuh seseorang
g. Data psikososial
h. Data spritual
dalam melakukan ibadah karna adanya nyeri dan kelemahan fisik yang
alveolar kapiler
tertahan
(NANDA 2013)
3. Intervensi keperawatan
akhir oksigen
peninggalankan
untuk memastikan
bahwa konsentrasi
( yang telah
di berikan)
9. Monitor efektivitas
10. Terapi
oksigen(misalnya,
tekanan oksimetri,
ABGS) dengan tepat
11. Pastikan
penggantianmasker
oksigen/kanul nasal
diganti
pasien untuk
mentolerir
pengangkatan
oksigen ketika
makan
pemberian oksigen
saat makan
hipoventilasi oksigen
tanda keracunan
atelectasis
memastikan bahwa
alat tersebut
menggangu upaya
pasien untuk
bernafas
pasien berkaitan
dengan kebutuhan
mendapat trapi
oksigen
kulit berkaitan
dengan geseran
perangkat oksigen
pindah
untuk mendapat
oksigen tambahan
sebelum perjalanan
tenaga kesehatan
lainnya mengeanai
penggunaan oksigen
tambahan selama
kegiatan
keluarga mengenai
penggunaan oksigen
dirumah
4. (040326) nafas
Skala : 4 mestinya
6. (040310) lendir
Pernafasan 8. Instruksikan
Skala : 2 efektif
suara tambahan
11. Lakukan
penyedotan
endotrakea atau
nasotrakea
bagaimana
semestinya
bronkodilator
menggunakan
inhaler sesuai
resep, sebagaimana
mestinya
ultrasonik atau
sebagaimana
mestinya
oksigen yang
dilembabkan
cairan untuk
mengoptimalkan
keseimbangan
cairan
meringankan sesak
nafas
pernafasan dan
oksigenasi
sebagaimana
mestinya
yang mengalami
gangguan respirasi
(seperti pasien
dengan terapi
opoid)
dengan
menggunakan
maneuverchin lift
dengan tepat.
Energi membahas
Skala : 3 menentukan
Asupan menawarkan
2) (010802) 7. Ciptakan
3) (010803) santai
4) (010804) makan
Skala : 4 tertentu
5) (010805) berdasarkan
Asupan perkembangan
nutrisi misalnya,
parenteral peningkatan
dan kalori
gizi
asupan makanan
berat badan
untuk memantau
makanan
megakses program-
benar.
Aktivitas-aktivitas :
1. Jika diperlukan
lakukan
pemeriksaan
diagnostic untuk
mengetahui
penyebab penurunan
berat badan
2. Timbang pasien
setiap hari
3. Diskusikan
kemungkinan
penyebab berat
badan berkurang
4. Monitor
mual ,muntah
dengan tepat
6. Berikan obat-obatan
untuk merendahkan
sebelum makan
7. Monitor asupan
8. Dukung
peningkatan asupan
kalori
9. Instruksikan cara
meningkatkan
asupan kalori
makanan yang
bernutrisi tinggi
pencegahan mengenai
Skala : 3 ketidaknyamanan
tindakan berkomunikasi
Skala : 3 nyeri
6. (160509) 5. Pertimbangkan
Melaporkan pengaruh budaya
terkontrol nyeri
pengalaman nyeri
terhadap kualitas
hidup
faktor penyebab
nyeri
8. Evaluasi pengalaman
yang meliputi
memberi dukungan
10.Gunakan metode
penelitian untuk
menentukan tahap
perkembangan yang
memungkinkan akan
perubahan nyeri
11.Tentukan kebutuhan
frekuensi untuk
melakukan
pengkajian
ketidaknyamanan
pasien
12.Berikan informasi
mengenai nyeri
13.Kendalikan faktor
lingkungan yang
dapat menyebabkan
nyeri
14.Kurangi atau
eliminasi faktor
pencetus atau
penyebab nyeri
15.Pertimbangkan
keinginan pasien
untuk melakukan
kegiatan
16.Pilih dan
implementasikan
misalnya ,
farmakologi, non
farmakologi, untuk
memfasilitasi
penurunan nyeri
17.Ajarkan prinsip-
prinsip manajemen
nyeri
18.Pertimbangkan tipe
ketika memilih
strategi penurunan
nyeri
menangani nyeri
dengan tepat
20.Ajarkan metode
farmakologi untuk
menurunkan nyeri
menggunakan nyeri
22.Kolaborasikan
untuk menurunkan
nyeri
23.Pastikan pemberian
analgetik atau
strateginon
farmakologi sebelum
melakukan prosedur
yang menimbulkan
nyeri
24.Pemeriksaan tingkat
kenyamanan bersama
pasien
Meremas- klien
Perasaan prosedur
5. (121110) klien
menunjukkan
perasaan aman
8. Puji/kuatkan perilaku
tepat
9. Dorong verbalisasi
perasaan, persepsi
dari ketakutan
saat terjadi
perubahan tingkat
kecemasan
pengganti yang
bertujuan untuk
mengurangi tekanan
mengidentifikasi
untuk kebutuhan
14. Dukung
penggunaan
mekanisme koping
yang sesuai
untuk
mengartikulasikan
deskripsi yang
realistis mengenai
datang
16. Pertimbangkan
kemampuan klien
dalam mengambil
keputusan
17. Instruksikan
klien untuk
menggunakan teknik
relaksasi
18. Atur penggunaan
obat-obatan untuk
mengurangi
kecemasan
verbal kecemasan
4. Implementasi
kegiatan yang nyata dan terpadu guna memenuhi kebutuhan dan mencapai
5. Evaluasi
fisik
A : Analisa merupakan data yang terkumpul kemudian dibuat kesimpulan
6. Dokumentasi keperawatan
dan benar, dalam status klien sebagai pertanggung jawaban atau tindakan
pengetahuan selanjutnya.
BAB III
TINJAUAN KASUS
I. Pengkajian
1. Identitas
Indonesia. Pasien adalah anak pertama dari Tn. E usia 40 tahun dan Ny.
Pasien tinggal bersama orang tuanya di daerah Padang, orang tua pasien
beragama Islam, pekerjaan ayah swasta dan pekerjaan ibu sebagai ibu
rumah tangga. Pasien MRS tanggal 13 Agustus 2020 pukul 11.00 WIB.
2. Riwayat Keperawatan
a) Keluhan Utama
Pasien mengatakan sesak nafas, batuk dan dada sebelah kanan terasa
sakit.
47
batuk berdahak dan sesak nafas sejak 1 bulan yang lalu. Pasien
dan mimisan.
(3) Operasi
(4) Alergi
dan saat MRS 20 kg, tinggi badan 121 cm. Erupsi gigi pertama
= (91:2)-5 = 40 kg
49
f) Genogram
Keterangan :
: laki – laki
: perempuan
: meninggal
: meninggal
: Pasien
g) Riwayat Nutrisi
Ibu pasien mengatakan pasien di beri susu formula pada saat pasien
dan menghabiskan satu porsi menu nasi, sayur dan lauk. Dan
400cc/hari.
i) Riwayat Psikososial
a. Keadaan umun
b. Tanda-tanda vital
110/70 mmHg.
c. Antropometri
1. Sistem Pengindraan
a. Mata:
anemis kanan dan kiri, sklera mata tidak ikterus kanan dan
b. Hidung:
c. Telinga:
tangan.
d. Perasa:
2. Leher
3. Dada/ Thorax
nafas tidak teratur, terdapat alat bantu nafas nasal kanul 3 Lpm.
Pada palpasi vokal fremitus sama antara kanan dan kiri. Pada
hidung.
4. Jantung
bunyi S1 S2 tunggal.
5. Sistem Persyarafan
56
tidak ada nyeri kepala, dan tidak ada kejang. Ibu pasien
6. Sistem Perkemihan
7. Abdomen
pembesaran tonsil dan tidak ada nyeri telan. Pada abdomen tidak
ada asites dan nyeri tekan dan tidak ada masalah eliminasi alvi.
dan kiri, kaki kanan dan kiri maksimal, turgor elastis, tidak ada
1. Laboratorium
KIMIA KLINIK
FAAL HATI
59
2. X-Ray
3. Therapy
pengganti cairan)
Tabel 3.2 Analisa data pada An.C dengan diagnosa medis TB Paru
Do : - RR : 28 x/mnt
- Terdapat ronkhi
(grok-grok) di
61
bagian dada
sebelah kanan
- Pasien tampak
lemas
- Pola nafas
irreguler
- Batuk (+)
- Terdapat
sputum
- Photo torak:
terdapat
penumpukan
sebelah kanan
- Oksigen nasal
kanul 3 Lpm
- Terdapat
pernafasan
cuping hidung
- Terdapat
62
retraksi otot
bantu nafas
menurun
23 kg
BB saat sakit 20
kg
- Porsi makan
sebelum sakit : 3
x sehari 1 porsi
habis
sakit : 3 x sehari
5 sendok
- Mukosa bibir
kering
63
- Pasien tampak
lemas
- Bising usus =
12x/menit
- BBI = 40 kg
tentang penyakit
anaknya (tentang
pencegahan
Tuberkulosis Paru).
tahu tentang
penyakit
anaknya
mampu
menyebutkan
penyebab
Tuberkulosis
Paru
64
mampu
menyebutkan
pencegahan
Tuberkulosis
Paru
mampu
menyebutkan
tanda gejala
dan penyebab
TB
65
Diagnosa Medis TB
dapat menurunkan
3) Anak dapat
paru
frekuensi
sebagaimana
mestinya
3) Menunjukkan akan
makanan
5) Memperbaiki
70
penyembuhan
1) Keluarga pasien TB
pengobatan
sesuai dengan
penyakitnya
3) Keluarga pasien
mampu
menyebutkan 3
dari 5
pencegahan TB
4) Keluarga pasien
mampu
menyebutkan
cara penularan
TB
5) Keluarga pasien
mampu
menyebutkan
penyebab TB
Tabel 3.4
No.
10.10 baring dalam posisi semi fowler ada retraksi otot bantu
mandiri) nomer
irama nafas
(Didapatkan TD=110/70
mmHg, N=90x/menit,
RR=28x/menit, S = 36,8˚C
disukai pasien
diit
(Diet TKTP)
BAB IV
1. Nebulizer
inhalasi masih menjadi pilihan utama pemberian obat yang bekerja langsung
berukuran antara 2-5 µ. Alat nebulizer terdiri dari beberapa bagian yang
terpisah yang terdiri dari generator aerosol, alat bantu inhalasi (kanul nasal,
Indikasi
1. Asma Bronkialis
4. Mengeluarkan dahak
Kontraindikasi
1. Hipertensi
2. Takikardia
3. Riwayat alergi
4. Trakeostomi
Tabel 4.1
No Langkah/Kegiatan
Medical Consent
1 Sapalah penderita atau keluarganya dengan ramah dan perkenalkan diri anda, serta
tanyakan keadaannya.
Persiapan alat
- Main unit
- Obat-obatan
Main unit Nebulizer cup Air hose (selang)
Persiapan Penderita
8 Meminta penderita untuk santai dan menjelaskan cara penggunaan masker (yaitu
menempatkan masker secara tepat sesuai bentuk dan mengenakan tali pengikat).
9 Menjelaskan kepada penderita agar penderita menghirup uap yang keluar secara
telah ditentukan.
jenis alat, pada nebulizer tertentu, pengeluaran uap harus menekan tombol
17 Mengingatkan penderita, jika memakai masker atau mouthpiece, uap yang keluar
dihirup perlahan-lahan dan dalam secara berulang hingga obat habis (kurang lebih
10-15 menit)
18 Tekan tombol OFF pada main kit, melepas masker/mouthpiece, nebulizer kit, dan
air hose
perbaikan/mengurangi keluhan
20 Membersihkan mouthpiece dan nebulizer kit serta obat-obatan yang telah dipakai
2. Terapi Oksigenasi
Tujuan :
1. Mengatasi hipoksemia/hipoksida
Persiapan alat:
1. Tabung
2. Humidifier
3. Nasal kanule
4. Flow meter
5. Handscoon
6. Plester
7. Gunting
8. Pinset
9. Kasa steril
Tabel 4.2
A. PERSIAPAN PERAWAT
B. PERSIAPAN PASIEN
dilakukan.
C. PROSEDUR KERJA:
1. Cuci tangan
2. Gunakan handscoon
ketentuan
7. Fiksasi selang
3. Pemasangan infus
Pemasangan infus adalah salah satu cara atau bagian dari pengobatan
2008).
elektrolit, vitamin, protein, lemak dan kalori yang tidak dapat dipertahankan
A. Pra interaksi
a) Baki/troll :
Set infus
Kassa steril
Alcohol swab
Pengalas
Gunting
Bengkok
Jam tangan
Sharp box
B. Fase interaksi/kerja :
diinsersi.
tidur.
cairan.
atas/proksimal.
menstabilkan vena
atas.
clamp
dilakukan
yang dilakukan
mencuci tangan
dilakukan
C. Fase terminasi
kerjasamanya.
DAFTAR PUSTAKA
Hapsari AR, Faridah F, Balwa AF, Saraswati LD. Analisis Kaitan Riwayat
Merokok Terhadap Pasien Tuberkulosis Paru (TB Paru) di Puskesmas
Srondol. 2013;3(2):47–50