PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
tuberculosis. Penularan penyakit ini berasal dari bakteri tahan asam (BTA) positif
pasien TB melalui percikan dahak yang dikeluarkan ketika batuk, bersin ataupun
berbicara.TB saat ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat baik di Indonesia
menderita tuberculosis setelah India dan Cina, dan sebagai penyebab kematian ketiga
terbesar setelah kadiovaskuler dan penyakit saluran pernafasan. Hal ini mendorong
untuk jumlah jenis TB dan 262.000 kasus baru dengan BTA. PrevalensikasusBTA(+)
diperkirakan 715.000 dengan kematian sekitar 300 orang setiap hari dan lebih dari
100.000 orang meninggal setiap tahun atau diperkirakan setiap 100.000 penduduk
Indonesia terdapat 107 penderita TB Paru baru dengan BTA(+) dan menyerang
sebagian besar usia produktif, kelompok ekonomi lemah dan berpendidikan rendah
(Depkes, 2015).
umum TB adalah batuk produktif lebih dari dua minggu yang disertai gejala
pernapasan seperti sesak napas, nyeri dada, batuk darah dan/ gejala tambahan seperti
menurunnya nafsu makan, menurun berat badan, keringat malam dan mudah lelah.
yang baik maka sesorang akan berusaha untuk merubah pola hidupnya menjadi lebih
baik. Pengetauan bisa didapat dari pengalaman dan pengamatan akal budinya untuk
Paru adalah faktor Kepadatan Hunian rumah, kebiasaan merokok, riwayat kontak
penurunan di tahun 2017 ditemukan 50 kasus ke tahun 2018 yaitu 35 kasus, dan
Payakumbuh, 2020). Terjadi kenaikan yang cukup signifikan pada capaian penemuan
kasus terduga TB paru pada Puskesmas Ibuh. Berbagai upaya telah dilakukan dalam
dalam strategi ini dilakukan secara pasif (Passive Case Finding). Yaitu penjaringan
Case Finding yaitu menjaring Pasien TB paru dengan melibatkan peran serta
penemuan kasus TB paru yang ditemukan pada tahun 2019 sebanyak 265 orang
(17,9%) dari 1.482 kasus yang terduga tuberkulosis, yaitu : 1. Puskesmas Ibuh
sebanyak 53 kasus TB paru dari 409 yang terduga TB, 2. Puskesmas Parit Rantang
29 kasus TB paru dari 107 kasus terduga TB, 3. Puskesmas Payolansek 37 kasus TB
paru dari 126 kasus terduga TB, 4. Puskesmas Tarok 36 kasus TB paru dari 320
kasus terduga TB, 5. Puskesmas Tiakar 31 kasus TB paru dari 116 kasus terduga TB,
6. Puskesmas Lampasi 36 kasus TB paru dari 132 kasus terduga TB, 7. Puskesmas
Air Tabit 28 kasus TB paru dari 37 kasus terduga TB, 8. Puskesmas Padang
Karambia 25 kasus TB paru dari 235 kasus terduga TB. Jumlah kematian selama
bosan dan tidak patuh dalam minum obat. Kesalahan pasien penyakit TB Paru
dipengaruhi oleh banyak faktor yaitu faktor obat, faktor kesehatan, faktor Kepadatan
Hunian, faktor sosial ekonomi, dan faktor pasien. Dukungan keluarga dan
pengetahuan pasien tentang tuberkulosis, obat anti tuberkulosis, dan keyakinan akan
Payakumbuh yaitu Puskesmas Ibuh dan rendahnya tingkat kesadaran serta perilaku
Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi 3
masyarakat dalam menjalani pengobatan TB paru, penulis ingin melakukan
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, informasi dan masalah diatas maka yang menjadi
pusat perhatian dalam penelitian ini apa sajat faktor-faktor resiko yang berhubungan
Tahun 2021.
C. Tujuan Penelitian
a. Tujuan Umum
b. Tujuan Khusus
E. Manfaat Penelitian
1. Bagi peneliti
digunakan dimasa yang akan datang dan dokumentasi bagi pihak Institut
Payakumbuh tahun 2021. Jenis penelitian ini yaitu Kuantitatif bersifat survey
analitik dengan pendekatan case control study. Variabel independen antara lain
dependen adalah penemuan kasus Pasien TB. Penelitian ini akan dilakukan pada
Bulan maret tahun 2021 dengan populasi sebanyak 409 masyarakat di wilayah kerja
puskesmas ibuh Kota Payakumbuh dengan jumlah sampel sebanyak 50 Pasien TB.
Adapun teknik pemilihan sampel pada penelitian ini yaitu Non random
secara kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti
dapat digunakan sebagai sampel, bila orang yang ditemui itu cocok sebagai sumber
data). Teknik pengumpulan data melalui observasi, kuesioner dan data diolah
A. Pasien TB Paru
Pasien TB adalah sesorang dengan gejala atau tanda sugestif TB. Gejala
umum TB adalah batuk produktif lebih dari dua minggu yang disertai gejala
pernapasan seperti sesak napas, nyeri dada, batuk darah dan/ gejala tambahan seperti
menurunnya nafsu makan, menurun berat badan, keringat malam dan mudah lelah.
(Kemenkes RI,2016).
B. Pengertian Tuberkulosis
1. Pengertian
(Kemenkes RI,2016).
TBC bukan penyakit menular penyakit keturunan, dan bukan disebabkan oleh
kutukan dan guna – guna. Kebanyakan TBC menyerang paru – paru, tetapi
dapat juga menyerang bagian tubuh lainnya seperti kelenjer getah bening,
selaput otak, kulit, dan bagian tubuh lainnya. (DKK Payakumbuh, 2004).
2. Etiologi
berbentu batang dan mempunyai sifat khusus yauitu tahan terhadap asam
pewarnaan dan disebut sebagai basil tahan asam (BTA). Kuman TB cepat
mati dengan sinar matahari langsung tetapi dapat bertahan hidup beberapa
jam ditempat yang gelap dan lembab. Kuman ini dapat dormant dalam
2016).
a. Gejala Umum
b) Batuk darah
2016).
4. Penularan TB Paru
udara yang mengandung percikan dahak yang infeksius, sekali batuk dapat
Tuberculosis paru
sebanyak 2 dengan kualitas yang bagus. Contoh uji dapat berasal dari
dahak sewaktu – waktu atau sewaktu – pagi. BTA (+) adalah jika salah
satu atau kedua contoh uji dahak menunjukkan hasil BTA (+) pasien dapat
dilakukan mikroskopis lakukan foto rontgen thorak atau uji tuberculin dan
6. Klasifikasi Tuberkulosis
a) Tuberculosis Paru
Mycrobacterium tuberculosis.
terakhir, yaitu :
terakhir.
7. Pengobatan TB
hidup.
2) Prinsip pengobatan TB
resistensi.
dua tahap yaitu Tahap awal dan Tahap lanjutan, sebagai pengobatan
3) Tahapan pengobatan TB
a) Tahap awal :
(HRZE)/ 5(HR) E.
d) Panduan OAT untuk TB resisten obat terdiri dari OAT lini kedua
dan obat TB paru lainnya serta OAT lini satu yaitu pirazinamid dan
ethambutol.
5) Hasil pengobatan TB
a) Sembuh
sebelumnya.
b) Pengobatan
c) Gagal
menjadi positif pada bulan kelima atau lebih selama masa pengobatan
d) Meninggal
f) Tidak dievaluasi
Pada dasarnya berbagai faktor resiko TB Paru saling berkaitan satu sama lain.
1. Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil dari “tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan
penciuman, rasa dan raba. Sebab diperoleh melalui pendidikan, pengalaman orang
lain, media massa maupun Kepadatan Hunian. Pengetahuan merupakan domain yang
a. Tingkat Pengetahuan
1) Tahu (Know)
sebab itu tahu adalah merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.
Kerja untuk mengukur seseorang tahu tentang apa yang dipelajarinya adalah
2) Memahami (Comprehention)
yang telah paham objek atau materi dapat menjelaskan, menyebutkan, dan
3) Aplikasi (Aplication)
dipelajari pada situasi dan kondisi riil (yang sebenarnya). Aplikasi ini dapat
4) Analisa (Analisis)
dalam suatu organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.
Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata – kata kerja, dapat
dengan kata lain suatu kemampuan untuk menyusun formulasi yang ada,
6) Evaluasi (Evaluation)
dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan materi yang akan
diukur dari subjek penelitian atau diukur dapat disesuaikan dengan tingkat –
1) Pendidikan
Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun non formal
Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang tanpa melalui penalaran akan
seseorang.
4) Pengalaman
dimasa lalu.
5) Usia
Semakin tambah usia semakin berkembang pula daya tangkap dan pola
(Notoatmodjo, 2007)
c. Kategori pengetahuan
a. Baik, bila sunjek mampu menjawab dengan benar 76-100% dari seluruh
pertanyaan.
b. Cukup, bila subjek mampu menjawab dengan benar 56-75% dari seluruh
pertanyaan.
pertanyaan.
d. Pengukuran pengetahuan
wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang akan diukur
dari subjek penelitian atau responden kedalam pengetahuan yang ingin diukur
dan digunakan untuk pengukuran pengetahuan secara umum dibagi 2 jenis yaitu:
a. Pertanyaan subjektif
hasil nilai akan berbeda dari setiap penilai dari waktu ke waktu.
b. Pertanyaan objektif
Jenis pertanyaan objektif seperti pilihan ganda (multiple coise), betul salah
individu yang berada dalam Kepadatan Hunian tersebut, karena adanya interaksi
timbal balik yang akan direspon sebagai pengetahuan oleh setiap individu
(Notoatmodjo, 2007)
terdiri dari Kepadatan Hunian fisik, biologis dan sosial (Suyono, 2011) .
berlindung, dimana Kepadatan Hunian berguna untuk kesehatan jasmani dan rohani
serta keadaan sosialnya baik demi kesehatan keluarga dan individu (Komisi WHO
(APHA), syarat rumah sehat harus memenuhi kriteria (winslow) sebagai berikut :
rumah, yaitu dengan persediaan air bersih, pengelolaan tinja dan air limbah
rumah tangga, bebas vector penyakit dan tikus, kepadatan hunian yang tidak
karena keadaan luar maupun dalam rumah antara lain persyaratan garis
sepadan jalan, konstruksi yang tidak mudah roboh, tidak mudah terbakar, dan
Luas lantai bangunan rumah sehat harus cukup untuk penghuni di dalamnya,
artinya luas lantai bangunan rumah tersebut harus disesuaikan dengan jumlah
penghuni rumah agar tidak menyebabkan overload. Hal ini tidak sehat, sebab
disamping menyebabkan kurangnya konsumsi oksigen juga bila salah satu anggota
keluarga terkena penyakit infeksi, akan mudah menular kepada anggota keluarga
yang mempengaruhi atau menjadikan seseorang untuk mudah terinfeksi atau tertular
kuman TB misalnya kebiasaan membuka jendela setiap hari, menutup mulut bila
batuk dan bersin, meludah sembarangan, merokok dan kebiasaan menjemur kasur
dan kanker kandung kemih. Kebiasaan merokok juga meningkatkan risiko untuk
terkena TB paru sebanyak 2,2 kali. Pada tahun 1973 konsumsi rokok di Indonesia per
orang per tahun adalah 230 batang, relatif lebih rendah dibandingkan dengan 430
semua negara berkembang lebih dari 50% terjadi pada laki-laki dewasa, sedangkan
wanita perokok kurang dari 5%. Dengan adanya kebiasaan merokok akan
Pada penelitian yang dilakukan oleh Made Agus Nurjana (2015) pada
kelompok usia produktif menunjukkan risiko perokok aktif lebih besar dibandingkan
4. Riwayat Kontak
paru adalah riwayat kontak dengan penderita TB. Hal ini memang sering ditemui
Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi 20
karena faktor utama seseorang dapat terinfeksi adalah setelah menghirup udara yang
paru BTA positif (Depkes RI, 2005). Riwayat kontak yang dimaksud 35 antara lain
kuman TB yang keluar lewat bersin atau batuk penderita dapat terhirup bersama
dengan oksigen di udara dalam rumah oleh anggota keluarga lainnya sehingga sangat
riwayat kontak akan terjangkit TB paru, tergantung pada seberapa kuat daya tahan
tubuh seseorang serta dapat pula kuman TB tersebut dorman dalam tubuh seseorang
kelompok kasus atau penderita TB paru mempunyai riwayat kontak atau tinggal
serumah sedangkan pada kelompok kontrol tidak ada (0%). Dalam penelitian yang
dilakukan oleh Eka Fitriani (2013) menunjukkan ada hubungan antara riwayat
keluarga penderita cukup tinggi, dimana seorang penderita dapat menularkan kepada
2-3 orang di dalam rumahnya, sedangkan besar risiko terjadinya penularan untuk
rumah tangga dengan penderita lebih dari satu orang adalah 4 kali lebih besar
dibandingkan dengan rumah tangga yang hanya satu orang penderita TB paru di
dalamnya.
penderita, dengan kata lain peningkatan proporsi dari penderita baru yang ditemukan
dan diobati oleh suatu unit pelayanan dibandingkan dengan perkiraan jumlah
dengan cure rate minimal 85 %. Dengan kata lain, peningkatan cakupan penemuan
dan pengobatan di suatu wilayah atau unit pelaksana hanya dilakukan bila kualitas
adalah peningkatan kualitas. Peningkatan kualitas ini mencakup segala aspek mulai
perkiraan jumlah suspek yang seharusnya ada. Angka ini digunakan untuk
D. KERANGKA TEORI
Gambar2.1
Kerangka Teori Kejadian TB Paru
A. Kerangka Konsep
Pasien TB paru. Adapun kerangka konsep pada penelitian ini tergambar pada skema
berikut :
Pengetahuan
kepadatan hunian
Kejadian TB Paru
Kebiasaan
Merokok
Riwayat Kontak
Gambar 3.1
Kerangka Konsep
Tabel 3.1
Defenisi Operasional
Kontrol
apabila
responden
merupakan
suspek TB
Paru
tahun 2021.
A. Desain Penelitian
memberi gambaran terhadap objek yang diteliti melalui data atau sampel yang telah
jenis metode penelitian dengan dataset yang ekstensif untuk melihat banyak kasus
dan hubungan antar variabel. Penelitian dilakukan terhadap variabel yang diduga
A. Tempat
B. Waktu
Populasi dalam penelitian ini adalah subyek yang memenuhi kriteria yang
2010). Pada penelitian ini yang menjadi populasi adalah seluruh Pasien TB
paru yang ada diwilayah kerja Puskesmas Ibuh kota Payakumbuh, yaitu 205
Astuti 2013 :
2
{Z 1−a /2 √ 2 P (1−P)+ Z 1−β √ P 1(1−P 1)+ P 2(1−P2)❑
n 1=n2❑ =
( p 1−p 2 ) 2
Keterangan :
x (¿) P 2
P1 = e = (
¿ ) p 2=(1− p 2)
p 1+ p 2
P=
2
Diketahui :
P2 = Proporsi Tidak Tb
P2 = 27,7
P1=
2 ,8416
= = 23,68= 24
0 , 12
kekuatan uji 95% berdasarkan rumus diperoleh hasil sampel untuk masing-
masing kelompok adalah 24terduga TB. Pada penelitian ini dipilih kelompok
case yaitu pasien TB dan control yaitu pasien tidak TB dengan perbandingan
1:1, sehingga besar sampel untuk setiap kelompok 24orang, maka jumlah
keluarga responden.
melakukan penelitian
1. Editing
Mengedit adalah memeriksa daftar pertanyaan yang telah diisi. Tujuan dari
editing adalah untuk mengurangi kesalahan atau kekurangan yang ada dalam
2. Coding
kategori – kategori yang dilakukan dengan cara memberi tanda atau kode
3. Processing
Data, yakni jawaban dari masing – masing responden yang dalam bentuk
4. Cleaning
(Notoatmodjo, 2010)
1) Analisa Univariat
dengan kejadian penyakit; dihitung dari angka kejadian penyakit pada kelompok
berisiko (terpapar faktor risiko) dibanding angka kejadian penyakit pada kelompok
yang tidak berisiko (tidak terpapar faktor risiko). Analisis hasil uji statistik
artinya secara statistik bermakna dan apabila nilai p > 0,05 artinya secara
----------, 2010. “3 B “ Bukan Batuk Biasa Bisa Jadi TB ‘ pegangan untuk Kader dan
Petugas Kesehatan, Jakarta : Pusat Promkes Depkes RI
Nurjana, Made Agus. 2015. Faktor Risiko Terjadinya Tuberkulosis Paru Usia
Produktif (15-49 Tahun) di Indonesia. Balai Litbang P2B2 Donggala
World Health Organization. 2017. Global Tuberculosis Report 2017. Geneva: World
Health Organization