1
kedua Puskesmas Seijang 24 kasus, yang paling sedikit berada di Puskesmas
Melayu Kota Piring dan Kampung Bugis sebanyak 7 kasus (Dinkes
Tanjungpinang, 2021). Gejala utama penderita TB Paru yaitu batuk berdahak
selama 2 minggu atau lebih. Batuk dapat diikuti dengan gejala tambahan yaitu
dahak bercampur darah, batuk darah, sesal nafas, badan lemas, nafsu makan
menurun, berat badan menurun, malaise, berkeringat pada saat malam hari tanpa
adanya kegiatan fisik, demam lebih dari satu bulan (Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia, 2018). Untuk itu perlu adanya pengobatan yang dapat
dilakukan keluarga untuk mendukung kesembuhan penderita.
Pengobatan TB Paru dapat diberikan 2 tahap, yaitu tahap intensif 2 bulan
pengobatan dan tahap lanjutan 4-6 bulan berikutnya. Pengobatan yang teratur
pada penderita TB Paru dapat sembuh secara total, apabila penderita patuh
terhadap aturan pengobatan TB Paru. Hal yang penting bagi penderita TB Paru
yaitu tidak putus obat karena jika penderita menghentikan pengobatan, bakteri
Mycrobacterium tuberculosis akan mulai berkembang biak lagi sehingga
penderita harus mengulangi pengobatan intensif selama 2 bulan pertama .Ada
beberapa faktor yang berhubungan tentang kepatuhan pengobatan yaitu faktor
penderita individu, dukungan sosial, dukungan petugas kesehatan, dan dukungan
keluarga (Irnawati, 2016).
Peran dari dukungan keluarga juga akan mempengaruhi keputusan
penderita untuk menyelesaikan pengobatannya. Beberapa penderita yang
mengalami efek samping dari obat anti TB Paru memutuskan untuk berhenti
berobat. Hal ini menyebabkan terjadinya kekebalan ganda bakteri TB Paru
terhadap obat anti TB Paru (Multi Drug Resistance Tuberculosis) dan akan
menyebabkan terjadinya epidemi TB Paru yang sulit ditangani. Maka dari itu
peran serta dukungan keluarga sebagai pengawas minum obat (PMO) dapat
memberdayakan klien TB Paru selama masa pengobatan dengan mendukung terus
menerus untuk minum obat. Peran keluarga selain PMO juga mendukung dengan
menunjukan kepedulian, simpati dan merawat klien (Rismayanti, 2021).
Dalam mendukung keberhasilan pengendalian TB Paru perlu adanya
pengetahuan yang baik antar klien dan anggota keluarga. Hal ini tentu saja
membutuhkan asuhan keperawatan keluarga untuk meningkatkan pengetahuan
2
klien dan keluarga tentang TB Paru. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk
melakukan penelitian tentang asuhan keperawatan keluarga TB Paru dengan
masalah kurang pengetahuan diwilayah kerja puskesmas kota Tanjungpinang.
3
1.1.5. Penulis
Sebagai sarana belajar dan juga untuk menambah pengetahuan serta
pengalaman dalam melakukan asuhan keperawatan pada keluarga penderita
TB Paru.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
5
pelembab (warning filtraction and bumidification) dari udara yang dihirup oleh
hidung. Saluran pernapasan atas ini terdiri dari organ-organ berikut :
1. Hidung
Hidung merupakan saluran udara pertama yang langsung berhubungan
dengan dunia luar yang berfungsi sebagai jalan masuk dan keluarnya udara
melalui proses pernapasan. Selain itu hidung berfungsi sebagai penyaring udara
pernafasan yang dilakukan oleh bulu-bulu hidung, menghangatkan udara
pernafasan oleh mukosa dan berfungsi sebagai filter dalam membersihkan dan
membunuh kuman-kuman yang masuk dan berperan untuk resonansi suara,
sebagai tempat reseptor serta olfaktorius.
2. Faring
Tempat persimpangan antara jalan pernafasan dan jalan pencernaan.
Terdapat di belakang rongga hidung bagian lateral dengan laring dan rongga
mulut. Rongga faring terbagi dalam 3 bagian, yaitu :
a. Nasopharing
Merupakan faring bagian atas yang berhubungan dengan rongga hidung
interna. Pada bagian ini terdapat muara tuba eustachius yang berfungsi
menyeimbangkan tekanan pada membrane timpani.
b. Oropharing
Merupakan bagian tengah antara palatum lunak dan tulang hyoid (di
belakang rongga mulut). Reflek menelan berawal dari oropharing
menimbulkan dua perubahan makanan terdorong masuk ke saluran pencernan
esophagus dan secara simultan katup menutup laring untuk mencegah makanan
masuk ke saluran pernafasan. Pada daerah ini terdapat tonsil, yaitu tonsil
palatina, faringeal dan lingual
c. Laringopharing
Merupakan posisi terendah dari faring. terletak diantara tulang hyoid dan
laring. Makanan masuk ke bagian belakang esophagus dan udara masuk bagian
depan yaitu laring.
3. Laring
Merupakan saluran yang terletak antara oropharing dan trachea. Laring
terletak pada garis tengah anterior dari leher pada vertebra cervical 4 sampai 6.
6
Laring sering disebut sebagai kotak suara dan terdiri atas 3 tulang rawan yaitu,
tulang epiglotis, tulang tyroid, dan tulang krikoid. Tulang tyroid merupakan
tulang terbesar pada trachea, sebagian dari tulang ini membentuk jakun yang
disebut Adam’s Apple. Fungsi utama laring adalah untuk vokalisasi, laring juga
melindungi saluran nafas bagian bawah dari obstruksi benda asing dan
memudahkan batuk.
4. Trakea
Trakea merupakan organ berbentuk tabung antara laring sampai puncak
paru, dengan panjang sekitar 10-12 cm setinggi servical 6 sampai dengan
torakal 5. Pada bagian ujung trakea bercabang 2 kanan dan kiri yang disebut
Broncus Primer. Daerah persimpangan bronkus kanan dan kiri disebut Karina.
Daerah ini sangat sensitif terhadap benda asing yang masuk sehingga berespon
menjadi reflek batuk. Trakea tersusun atas 15-20 cincin kartilago berbentuk
huruf C yang berperan untuk mempertahankan lumen trakea tetap terbuka.
Trakea dilapisi oleh mukosa dan jaringan submukosa dan adventitia. Epitel
mukosa mengandung sel-sel goblet yang memproduksi mucus dan epitel yang
bersilia yang berfungsi menyapu partikel yang lolos dari hidung. Lapisan
submukosa merupakan lapisan di bawah mukosa yang terdiri dari jaringan
konektif yang mengandung kelenjar seromukus untuk memproduksi mucus.
5. Bronkus
Bronkus merupakan lanjutan dari trakea dan terdapat pada ketinggian
vertebra torakalis ke-IV dan ke-V. Bronkus membentuk cabang-cabang
(bronkhiolus) yang memiliki dinding otot polos yang dapat berkontraksi untuk
menyempitkan jalan pernafasan. Bronkus merupakan cabang dari trakea yang
bercabang dua ke paru-paru kanan dan paru-paru kiri. Bronkus kiri lebih
horizontal, lebih panjang, dan lebih sempit. Bronkus primer kanan bercabang
menjadi 3 bronkus sekunder (bronkus lobaris) dan bronkus kiri bercabang
menjadi 2 bronkus sekunder. Selanjutnya bronkus sekunder bercabang-cabang
menjadi bronkus tersier, bronkiolus, bronkiolus terminal, bronkiolus respiratori
sampai pada alveolus.
7
6. Paru-paru
Paru-paru berstruktur elastis seperti spon, berada pada rongga dada yang
terkandung dalam susunan tulang-tulang iga dan letaknya disisi kiri dan kanan
mediastinum. Paru-paru terbagi atas dua bagian yaitu paru-paru kanan dan
paru-paru-paru kiri, paru-paru kanan terdiri dari 3 lobus yaitu, lobus atas, lobus
tengah dan lobus bawah. Lobus-lobus tersebut dibatasi oleh fisura horizontal
dan obliq. Paru-paru kiri yang terdiri dari 2 lobus yaitu lobus bawah yang
dibatasi oleh fisura obliq.
Pada bagian atas atau puncak paru disebut dengan apex yang meluas ke
atas leher dan pada bagian bawah disebut dengan basal. Paru-paru dilapisi oleh
membran tipis yang lembab disebut pleura. Lapisan selaput bagian dalam yang
langsung menyelaputi paru-paru disebut pleura dalam (pleura viceralis) dan
selaput yang menyelaputi rongga dada yang bersebelahan dengan tulang rusuk
disebut pleura luar (pleura parietalis). Pada keadaan normal paru-paru
dikembangkan untuk mengisi rongga dada sepenuhnya. Pleura parietal dan
visceral bersentuhan satu sama lain dan ruang pleura (spasium pleura)
diantaranya terisi oleh sedikit cairan pelumas paru-paru. Cairan pleura yang
berasal dari plasma darah yang masuk secara eksudasi.
2.1.3 Fisiologi
Menurut Tarwoto (2018), respirasi merupakan proses pertukaran gas
oksigen dan karbondioksida baik yang terjadi di paru-paru, maupun di jaringan.
Proses respirasi tersebut terbagi menjadi 2 yaitu, respirasi internal atau seluler
respirasi atau respirasi dalam dan respirasi eksternal atau pernafasan luar.
1. Respirasi Eksternal.
Merupakan proses pertukaran gas oksigen dan karbondioksida di paru-
paru, kapiler pulmonal dengan lingkungan luar. Pertukaran gas ini terjadi
karena adanya perbedaan tekanan dan konsentrasi antara udara lingkungan
dengan di paru-paru. Respirasi eksternal melibatkan peristiwa pertukaran udara
dari luar atmosfir dengan udara alveoli melalui aksi mekanik yang disebut
ventilasi, pertukaran oksigen dan karbondioksida antara alveoli dengan kapiler
pulmonal melalui proses difusi, serta pengangkutan oksigen dan
karbondioksida oleh darah dari paru-paru keseluruh tubuh dan sebaliknya.
8
2. Respirasi Internal.
Merupakan proses pemanfaatan oksigen dalam sel yang terjadi di
mitokondria untuk metabolisme dan produksi karbondioksida. Proses
pertukaran gas pada respirasi interna hampir sama dengan proses respirasi
eksterna. Adanya peranan difusi antara kedua kapiler sistemik dengan jaringan,
karena tekanan parsial oksigen jaringan selalu lebih rendah dari arteri sistemik
dengan perbandingan 40 mmHg dan 104 mmHg. Sedangkan karbondioksida
akan bergerak dengan cepat ke aliran vena dan kembali ke jantung.
2.1.4 Klasifikasi TB Paru
Menurut Puspasari (2019), klasifikasi TB Paru yaitu :
1. Klasifikasi berdasarkan lokasi anatomi dan penyakit
a. Tuberkulosis paru adalah TB yang menyerang (parenkim) paru dan tidak
termasuk pleura (selaput paru) dan kelenjar pada hilus.
b. Tuberkulosis ekstra paru adalah TB yang menyerang organ tubuh selain
paru seperti pleura, selaput jantung (pericardium), otak, kelenjar limfe,
kulit, usus, ginjal, saluran kemih, alat kelamin dan lain-lain.
2. Klasifikasi berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya
a. Klien baru TB, yaitu klien yang belum pernah diobati dengan OAT atau
sudah pernah menelan OAT kurang dari 1 bulan (< 28 dosis).
b. Klien yang pernah diobati TB, yaitu klien yang sebelumnya pernah
menelan OAT selama 1 bulan atau lebih (> dari 28 dosis).
c. Klien ini selanjutnya diklasifikasikan berdasarkan hasil pengobatan TB
terakhir :
1) Klien kambuh, yaitu klien TB yang sebelumnya pernah mendapat
pengobatan TB dan telah dinyatakan sembuh atau pengobatan
lengkap, didiagnosis TB berdasarkan hasil pemeriksaan bakteriologi
atau klinis.
2) Klien yang diobati kembali setelah gagal, yaitu klien TB yang pernah
diobati dan dinyatakan gagal pada pengobatan terakhir.
3) Klien yang diobati kembali setelah putus obat, yaitu klien yang telah
berobat dan putus obat 2 bulan atau lebih dengan BTA positif.
9
4) Lain-lain, yaitu klien TB yang pernah diobati namun hasil akhir
pengobatan sebelumnya tidak diketahui.
3. Klasifikasi klien TB berdasarkan status HIV
a. Klien TB dengan HIV positif
b. Klien TB dengan HIV negative
c. Klien TB dengan status HIV tidak diketahui.
2.1.5 Etiologi
Tuberkulosis merupakan penyakit yang disebabkan oleh
mycobacterium tuberculosis. Penyebarannya melalui batuk atau bersin dan
orang yang menghirup droplet yang dikeluarkan oleh penderita. Meskipun TB
menyebar dengan cara yang sama dengan penderita flu, akan tetapi
penularannya tidak mudah. Infeksi TB biasanya akan menyebar antar anggota
keluarga yang tinggal bersama atau serumah. Selain itu, tidak semua orang
yang penderita TB bisa menularkannya.
Tuberkulosis disebabkan oleh bakteri mycobacterium tuberculosis.
Bakteri ini berbentuk seperti batang, tidak berspora dan tidak berkapsul dan
memiliki dinding lemak yang tebal, tumbuh lambat, tahan terhadap asam dan
alkohol, sehingga sering disebut dengan bakteri tahan asam (BTA). Kuman ini
memasuki tubuh manusia terutama melalui paru-paru, namun dapat juga lewat
kulit, dan saluran makanan (Puspasari, 2019).
Terdapat beberapa faktor risiko pada kejadian Tuberkulosis Paru
berdasarkan Irwan, (2017) yaitu karakterisitk manusia
1. Status Gizi.
Status gizi yang buruk dapat menganggu sistem imun yang diperantarai oleh
Limfosit-T. Hal itu memudahkan terjadinya penyakit infeksi termasuk TB Paru
2. Riwayat penyakit DM.
Diabetes merupakan salah satu hal yang mempengaruhi daya tahan tubuh
dan berperan dalam terjadinya penyakit TB pada seseorang yang telah
terinfeksi kuman TB.
10
3. Kondisi ventilasi rumah.
Ventilasi ini berfungsi membebaskan udara ruangan dari bakteri patogen.
Dengan ventilasi yang baik selalu terjadi aliran udara yang terus menerus
sehingga tidak ada bakteri yang bertahan lama didalam ruangan.
4. Kepadatan hunian.
Kondisi tempat tinggal yang overcrowded selain menyebabkan kurangnya
konsumsi oksigen. Selain itu bila salah satu anggota keluarga terkena penyakit
infeksi, maka sangat mudah menular pada anggota keluarga yang lain.
5. Pencahayaan rumah.
Kuman TB dapat bertahan lama dalam suatu ruangan salah satunya
bergantung pada ketersediaan pencahayaan alamiah yang mengandung sinar
ultraviolet. Dalam ruang yang gelap dan lembab kuman dapat bertahan lama
hingga berbulan-bulan. Apabila partikel infeksi ini terhirup orang sehat lalu
menempel pada saluran pernafasan jaringan paru dan jika daya tahan tubuh
rendah maka orang ini yang terinfeksi ini akan sakit.
2.1.6 Patofisiologi
Bakteri Mycrobacterium tuberculosis masuk kedalam tubuh melalui udara
(droplet). Ketika bakteri TB Paru masuk melalui jalan nafas dan menempel
pada paru mengakibatkan terjadinya infeksi primer. Infeksi primer dapat
menyebabkan kesembuhan dan penyebaran bakteri secara brokogen, limfogen,
dan hematogen. Infeksi primer sembuh dengan focus ghon (sarang dari
mycrobacterium). Infeksi pasca-primer menyebabkan bakteri dorman. Bakteri
muncul beberapa tahun kemudian setelah sembuh dengan fibrotic
mengakibatkan kurang pengetahuan.
Reaksi terjadi setelah sembuh mengakibatkan peningkatan produksi secret
dan menjadi batuk sehingga terjadi masalah ketidakefektifan bersihan jalan
nafas. Selain itu juga terjadi radang tahunan di bronkus, berkembang
menghancurkan jaringan sekitar kemudian menjadi batuk berat dan mengalami
mual mintah dan terjadi masalah perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan.
Setelah mengalami reaksi infeksi mengakibatkan radang tahunan di bronkus
dan berkembang menghancurkan jaringan sekitar, membentuk jaringan keju
kemudian keluar secret saat batuk. Batuk menjadi produktif dan
11
mengakibatkan droplet dan terhirup orang sehat yang mengakibatkan resiko
infeksi (Puspasari, 2019).
12
2.1.7 WOC (Web Of Caution)
Bakteri Mycrobacterium
Tuberculosis
Infeksi primer
Tuberkulosis Paru
Bakteri dorman
Berkembang menghancurkan
jaringan sekitar
13
2.1.8 Manifestasi Klinis
Menurut Nixon (2016), menyebutkan manifestasi klinis TB Paru yaitu
sebagai berikut :
1. Batuk lebih dari tiga minggu.
2. Batuk berdarah.
3. Nyeri dada selama lebih dari tiga minggu.
4. Demam selama lebih dari tiga minggu.
Demam juga dapat ditemukan seperti :
a. Penurunan berat badan.
b. Keringat dingin pada malam hari.
c. Anoreksia.
d. Kedinginan.
2.1.9 Penatalaksanaan
Menurut Nurarrif (2016), membagi penatalaksanaan TB paru menjadi
tiga bagian yaitu :
1. Obat Anti Tuberculosis (OAT)
2. Panduan obat anti tuberkulosis
Panduan pemberian obat OAT digunakan oleh Program Nasional
Pengendalian Tuberkulosis di Indonesia Tahun 2014, adalah:
a. Kategori 1
OAT kategori 1 diberikan pada pasien baru, yaitu pasien TB Paru
terkonfrmasi bakteriologis, TB Paru terdiagnosis klinis, dan pasien TB ekstra
Paru. OAT kategori 1 diberikan dengan cara RHZ ( Rifampisin, Isoniazid,
Pirazinamida) diberikan selama 2 bulan dan dilanjutkan dengan RH
(Rifampisin, Isoniazid) 4 bulan.
b. Kategori 2
OAT Kategori 2 diberikan pada pasien BTA Positif yang telah diberikan
tatalaksana sebelumya, yaitu pada pasien kambuh, pasien gagal pengobatan
dengan kategori 1, dan pasien yang diobati kembali setelah putus obat.
14
Pada dasarnya kuman TB PARU tidak dapat menular lagi setelah pasien
mengkonsumsi obat 2-3 minggu secara rutin. Namun hal ini harus diiringi
evaluasi perbaikan keluhan, apakah pasien masih merasakan gejala batuk dan
evaluasi pemeriksaan penunjang secara berkala. Seseorang dengan penyakit
TB BTA positif biasanya menular dan dapat menyabarkan bakteri kepada
oranglain, namun sistem imun mampu menghentikan perbanyakan
mycobacterium tuberculosis, sehingga perkembangan dapat dicegah (WHO,
2004; CDC, 2016).
3. Pengobatan
a. Pencegahan TB Paru
Menurut Nurrarif et al (2016), yaitu :
1) Pemeriksaan kontak, yaitu pemeriksa terhadap individu yang bergaul erat
dengan penderita TB paru BTA aktif.
2) Mass chest X-ray, yaitu pemeriksaan massal terhadap kelompok-kelompok
populasi tertentu, misalnya karyawan rumah sakit atau puskesmas atau
balai pengobatan, dan penghuni rumah.
3) Vaksinasi BCG, reaksi positif terjadi jika setelah mendapat vaksinasi BCG
langsung terdapat reaksi lokal besar dalam waktu kurang dari 7 hari
setelah penyuntikan.
4) Komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) tentang penyakit TB Paru
kepada masyarakat di tingkat puskesmas maupun rumah sakit oleh petugas
pemerintah dan petugas LSM.
b. Pengobatan TB Paru
Menurut Nurrarif et al (2016), tujuan pengobatan pada penderita TB Paru
selain untuk mengobat, juga untuk mencegah kematian, kekambuhan, resistensi
kuman terhadap OAT, serta memutuskan mata rantai penularan. Obat anti
tuberkulosa ini juga dapat diberikan dalam bentuk kombinasi dari berbagai
Penatalaksanaan farmakologi (Puspasari, 2019) :
1) Obat lini pertama : isoniazid atau INH (Nydrazid), rifampisin (Rifadin),
pirazinamida, dan etambutol (Myambutol) setiap hari selama 8 minggu dan
berlanjut hingga 4 sampai 7 bulan.
15
2) Obat lini kedua : capreomycin (Capastat), etionamida (Trecator), sodium
para-aminosalicylate, dan sikloserin (Seromisin).
3) Vitamin B (Pirodiksin) biasanya diberikan dengan INH.
16
a. Bayangan lesi terletak di lapangan paru atas atau segment apikal lobus
bawah.
b. Bayangan berwarna (patchy) atau bercak (nodular).
c. Adanya kavitas, tunggal atau ganda.
d. Kelainan bilateral terutama dilapangan atas paru.
e. Adanya klasifikasi.
f. Bayangan menetap pada foto ulang beberapa minggu kemudian.
g. Bayangan millie.
2.1.11 Komplikasi
Menurut Nixon (2016) menyebutkan penyakit TB Paru bila tidak
ditangani dengan benar makan dapat menimbulkan dua komplikasi yaitu,
komplikasi dini dan komplikasi lanjut.
2 Komplikasi dini
a. Pleuritis.
b. Efusi pleura.
c. Emplema.
d. Laringitis.
3 Komplikasi lanjut
a. Obstruksi jalan nafas: SOPT (Syndrom obstruksi pasca tuberculosis).
b. Kerusakan parenkim berat: SOPT, fibrosis paru, korpulmonal.
c. Amiloidosis.
d. Karsinoma paru.
17
2.2 Konsep Dasar Keluarga
2.2.1 Definisi Keluarga
Menurut WHO (1969) dalam Harmoko, 2021. Keluarga adalah anggota
rumah tangga yang saling berhubungan melalui pertalian darah, adopsi, atau
perkawinan. Menurut Departemen Kesehatan RI (1998), keluarga adalah unit
terkecil dari suatu masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa
orang yang terkumpul dan tinggal disuatu tempat dibawah suatu atao dalam
keadaan saling ketergantungan.
2.2.2 Struktur Keluarga
1. Terorganisir, yaitu saling berhubugan, ketergantungan antar anggota
keluarga.
2. Keterbatasan, setiap anggota keluarga mempunyai kebebasan tetapi juga
mempunyai keterbatasan dalam menjalankan fungsi dan tugasnya masing-
masing.
3. Perbedaan dan Kekhususan, setiap anggota keluarga mempunyai peranan
dan fungsinya masing-masing. Berikut adalah macam-macam struktur
keluarga :
a. Patrilineal adalah keluarga sedarah yang terdiri atas sanak saudara
sedarah dalam beberapa generasi,m dimana hubungan itu disusun
melalui jalur ayah.
b. Matrilineal adalah keluarga sedarah yang terdiri atas sanak saudara
sedarah dalam beberapa generasi dimana hubungan itu disusun melalui
jalur garis ibu.
c. Matrilokal adalah sepasang suami istri yang tinggal Bersama keluarga
sedarah istri.
d. Patrilokal adalah sepasang suami istri yang tinggal Bersama keluarga
saudara suami.
e. Keluarga kawinan adalah hubungan suami istri sebagai dasar dalam
membina keluarga dan beberapa sanak (Harmoko, 2021).
2.2.3 Tipe keluarga
Keluarga yang memerlukan pelayanan kesehatan berasal dari
berbagai macam pola kehidupan. Sesuai perkembangan sosial, maka
18
tipe keluarga berkembang mengikutinya. Agar dapat mengupayakan
peran serta keluarga dalam meningkatkan derajat kesehatan, maka
perawat perlu memahami dan mengetahui berbagai tipe keluarga.
A. Tipe keluarga tradisional
1. The Nuclear Family (keluarga inti)
Yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari suami, istri dan
anak (kandung atau angkat).
2. The extended family (keluarga besar)
Yaitu keluarga inti ditambah dengan keluarga lain yang
mempunyai hubungan darah, misalnya kakek, nenek, paman,
bibi, atau keluarga yang terdiri dari tiga generasi yang hidup
bersama dalam satu rumah, seperti nuclear family disertai :
paman, tante, orang tua (kakek-nenek), keponakan merupakan
suatu pedoman perilaku dan pedoman bagi perkembangan norma
peraturan.
Norma adalah pola perilaku yang baik, menurut masyarakat
sistem nilai dalam keluarga, budaya adalah kumpulan dari pola
perilaku yang dapat di pelajari, dibagi dan di tularkan dengan
tujuan untuk menyelesaikan masalah.
3. The single-parent family (keluarga orang tua tunggal)
Keluarga yang terdiri dari satu orang tua (ayah atau ibu)
dengan anak. Hal ini biasanya terjadi melalui proses perceraian,
kematian, atau karena di tinggalkan (menyalahin hokum
pernikahan).
4. Commuter family
Kedua orang tua bekerja di kota yang berbeda, tetapi salah
satu kota tersebut, sebagai tempat tinggal dan orang tua yang
bekerja diluar kota bisa berkumpul dengan anggota keluarga
pada saat weekend atau pada waktu tertentu.
5. Multigenerational family
Keluarga dengan beberapa generasi atau kelompok umur
yang tinggal bersama dalam satu rumah.
19
6. Kin-Network family
Beberapa keluarga inti yang tinggal dalam satu rumah atau
saling berdekatan dan saling menggunakan barang-barang dan
pelayanan yang sama. Contoh : dapur, kamar mandi, televisi,
telepon, dan lain-lain.
7. Keluarga campuran (blended family)
Duda atau janda (karena perceraian) yang menikah kembali
dan membesarkan anak dari hasil perkawinan atau dari
perkawinan sebelumnya.
8. Dewasa lajang yang tinggal sendiri
Keluarga yang terdiri dari orang dewasa yang hidup sendiri
karena pilihannya atau perpisahan, seperti perceraian atau di
tinggal mati.
9. Foster family
Keluarga foster merujuk pada layanan yang di berikan
kepada suatu keluarga dimana anak ditempatkan dirumah
terpisah dari orang tua aslinya. Anak-anak biasanya ditempatkan
“foster family” jika dinyatakan orang tua tidak bisa merawat
anak-anak dengan baik karena sesuatu hal.
10. Keluarga binuklir
Keluarga binuklir merujuk pada bentuk keluarga setelah
cerai dimana anak menjadi anggota dari suatu sistem yang terdiri
dari dua rumah tangga inti, ibu dengan ayah dengan berbagai
macam kerja sama antara keduanya serta waktu yang digunakan
dalam setiap rumah tangga.
B. Non tradisional
Bentuk keluarga non tradisional meliputi bentuk-bentuk
keluarga yang sangat berbeda satu sama lain. Bentuk keluarga non
tradisional yang paling umum saat ini adalah :
1. The unmarried teenage mother
Keluarga yang terdiri dari orang tua (terutama ibu) dengan
anak dari hubungan tanpa nikah.
20
2. The step parent family
Keluarga dengan orang tua tiri.
3. Commune family
Beberapa pasangan keluarga (dengan anaknya) yang tidak
ada hubungan saudara yang hidup bersama dalam satu rumah,
sumber, dan fasilitas yang sama, pengalaman yang sama,serta
sosialisasi anak melalui aktifitas kelompok/membesarkan anak
bersama.
4. The nonmarotal heterosexual cohabiting family (keluarga
kumpul kebo heteroseksual)
Keluarga yang hidup bersama berganti-ganti pasangan
tanpa melalui pernikahan.
5. Gay and lesbian families
Seseorang yang mempunyai persamaan seks hidup bersama
sebagai mana “marital partners”.
6. Cohabitating family
Orang dewasa yang hidup bersama diluar ikatan
perkawinan karena beberapa alas an tertentu.
7. Grub-marriage family
Beberapa orang dewasa yang menggunakan alat-alat rumah
tangga bersama, yang saling merasa menikah satu dengan yang
lainnya, berbagi sesuatu termasuk seksual dan membesarkan
anak.
8. Group network family
Keluarga ini dibatasi oleh aturan/nilai-nilai, hidup
berdekatan satu sama lain dan saling menggunakan barang-
barang rumah tangga bersama,pelayanan, dan bertanggung jawab
membesarkan anaknya.
9. Foster family
Keluarga menerima anak yang tidak memiliki hubungan
keluarga/saudara didalam waktu sementara, pada saat orang tua
21
anak tersebut perlu mendapatkan bantuan untuk menyatukan
kembali keluarga aslinya.
10. Homeless family
Keluarga yang terbentuk dan tidak mempunyai
perlindungan yang permanen karena krisis personal yang
dihubungkan dengan keadaan ekonomi atau masalah kesehatan
mental.
11. Gang
Sebuah bentuk keluarga yang destruktif dari orang-orang
muda yang mencari ikatan emosional dan keluarga yang
mempunyai perhatian. Tetapi berkembang dalam kekerasan dan
kriminal dalam kehidupannya.
2.2.4 Peran Keluarga
Peran Keluarga adalah seperangkat perilaku yang diharapkan oleh
orang lain terhadap seseorang yang sesuai dengan kedudukannya. Peran
didasarkan pada preskipsi dan harapan peran yang menerangkan harus
individu lakukan dalam situasi tertentu agar dapat memenuhi harapan
mereka sendiri atau harapan orang lain mengenai peran tersebut
(Harmoko, 2021).
Peran keluarga terbagi menjadi 2 peran, yaitu peran formal dan
informal. Peran formal didalam keluarga adalah peran yang bersifat
terkait, yaitu sejumlah perilaku yang kurang lebih bersifat homogen.
Keluarga membagi peran-peran tersebut secara merata kepada seluruh
anggota keluarganya. Peran informal bersifat implisit, biasanya tidak
tampak, dimainkan guna untuk memenuhi kebutuhan emosional individu
dan/atau untuk menjaga keseimbangan keluarga. Peran informal juga
mempunyai tuntutan yang berbeda-beda, tidak terlalu didasarkan pada
usia, maupun jenis kelamin, melainkan lebih didasarkan pada atribut
personalitas atau kepribadian anggota keluargaa secara individu. Contoh
peran informal keluarga adalah sebagai pendorong, pengharmoni,
inisiator-konstibutor, pendamai, dan lain-lain.
22
2.2.5 Tahap dan Perkembangan Keluarga
Menurut Harmoko (2021), tahap-tahap perkembangan keluarga
disertai dengan fungsi atau tugas perawat pada setiap tahap
perkembangan sebagai berikut :
1. Tahap I pasangan baru atau keluarga baru (beginning family).
Keluarga baru di mulai pada saat masing-masing individu,
yaitu suami dan istri membentuk keluarga melalui perkawinan yang
sah dan meninggalkan keluarga masing-masing, secara psikologis
keluarga tersebut sudah memiliki keluarga baru. Tugas
perkembangan keluarga pada tahap ini antara lain :
a. Membina hubungan intim dan kepuasan bersama.
b. Menetapkan tujuan bersama.
c. Membina hubungan dengan keluarga lain, teman, dan kelompok
sosial.
d. Merencanakan anak (KB).
e. Menyesuaikan diri dengan kehamilan dan mempersiapkan diri
untuk menjadi orang tua.
Fungsi perawat pada keluarga ini adalah selain melakukan
kegiatan asuhan keperawatan, perawat juga melakukan konsultasi.
Misalnya konsultasi tentang KB, perawatan parental dan komunikasi.
Kurangnya informasi tentang berbagai hal tersebut dapat
menimbulkan masalah seksual, emosional, rasa takut atau cemas,
rasa bersalah, dan kehamilan yang tidak di rencanakan.
2. Tahap II keluarga dengan kelahiran anak pertama (child bearing
family).
Tahap ini di mulai dari kehamilan sampai kelahiran anak
pertama dan berlanjut sampai anak pertama berusia 30 bulan (2,5
tahun). Kehamilan dan kelahiran bayi perlu di siapkan oleh pasangan
suami istri melalui beberapa tugas perkembangan yang penting.
Kelahiran bayi pertama memberi perubahan yang besar dalam
keluarga, sehingga pasangan harus beradaptasi dengan perannya
23
untuk memenuhi kebutuhan bayi. Tugas perkembangan pada masa
ini antara lain :
a. Persiapan menjadi orang tua.
b. Berbagi peran dan tanggung jawab.
c. Menata ruang untuk anak dan menciptakan suasana rumah
yang menyenangkan.
d. Mempersiapkan biaya atau dana child bearing.
e. Memfasilitasi role learning anggota keluarga.
f. Bertanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan bayi sampai
balita.
g. Mengadakan aktivitas keagamaan secara rutin.
Fungsi perawat dalam tahap ini adalah melakukan perawatan
dan konsultasi terutama bagaiman cara merawat bayi, mengenali
gangguan kesehatan bayi secara dini dan cara mengatasinya,
imunisasi, tumbuh kembang anak,interaksi keluarga, keluarga
berencana, serta pemenuhan kebutuhan anak terutama pada ibu yang
bekerja.
3. Tahap III keluarga dengan anak pra sekolah (Families with
preschool).
Tahap ini dimulai ketika anak berusia 2,5 tahun dari berakhir
saat anak berusia 5 tahun. Pada tahap ini, prang tua beradaptasi
terhadap kebutuhan dan minat dari anak prasekolah dalam
meningkatkan pertumbuhannya. Kehidupan keluarga pada tahap ini
sangat sibuk dan anak sangat bergantung pada orang tua. Orang
berperan penting dalam menstimulasi perkembangan individual
anak, terutama kemandirian anak. Tugas perkembangan keluarga
pada tahap ini antara lain sebagai berikut :
a. Memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti kebutuhan
tempat tinggal, privasi, dan keamanan.
b. Membantu anak untuk bersosialisasi.
c. Beradaptasi dengan anak yang baru lahir, sementara kebutuhan
anak yang lain juga harus terpenuhi.
24
d. Mempertahakan hubungan yang sehaat, baik di dalam maupun
diluar keluarga.
e. Pembagian waktu untuk individu, pasangan, dan anak (tahap
paling repot).
f. Pembagian tanggung jawab anggota keluarga.
g. Kegiatan dan waktu untuk stimulasi tumbuh dan kembang anak.
25
5. Tahap V keluarga dengan anak remaja (families with teenagers).
Tahap ini dimulai ketika anak pertama berusia 13 tahun dan
biasanya berakhir sampai pada usia 19-20 tahun, pada saat anak
meninggalkan rumah orang tuanya. Tujuan keluarga adalah melepas
anak remaja dan memberi tenggung jawab serta kebebasan yang
lebih besar untuk mempersiapkan diri menjadi lebih dewasa.
Tahap ini merupakan tahap yang paling sulit, karena orang tua
melepas otoritas dan membimbing anak untuk bertanggung jawab.
Anak harus mempunyai otoritas sendiri yang berkaitan dengan peran
dan fungsinya. Sering kali muncul konflik antara orang tua dan
remaja karena anak menginginkan kebebasan untuk melakukan
aktivitasnya, sementara orang tua perlu menciptakan komunikasi
yang terbuka sehingga hubungan orang tua dan remaja tetap
harmonis. Tahap perkembangan keluarga pada tahai ini antara lain
sebagai berikut :
a. Memberikan kebebasan yang seimbang dengan tanggung jawab
mengingat remaja yang sudah bertambah dan meningkat
otonominya.
b. Mempertahankan hubungan yang intim dengan keluarga.
c. Mempertahankan komunikasi terbuka antara anak dan orang tua,
hindari perdebatan, kecurigaan, dan permusuhan.
d. Perubahan sistem peran dan peraturan untuk tumbuh kembang
keluarga.
Fungsi perawat pada tahap ini adalah memberikan penyuluhan
tentang obat-obatan terlarang, minuman keras,seks bebas,
pencegahan kecelakaan pada remaja, serta membantu terciptanya
komunikasi yang lebih efektif antara orang tua dengan anak
remajanya.
6. Tahap VI keluarga dengan anak dewasa atau pelepasan (launching
center families).
Tahap ini dimulai ketika anak terakhir meninggalkan rumah.
Lama nya tahap ini tergantung pada jumlah anak dalam keluarga atau
26
jika anak yang belum berkeluarga dan tetap tinggal bersama orang
tua. Tujuan utama pada tahap ini adalah mengorganisasi kembali
keluarga untuk tetap berperan dalam melepas anaknya untuk hidup
sendiri. Keluarga mempersiapkan anaknya yang tertua untuk
membentuk keluarga sendiri dan tetap membantu anak terakhir untuk
lebih mandiri. Saat semua anak meninggalkan rumah, pasangan perlu
menata ulang dan membina hubungan suami istri seperti pada fase
awal. Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini diantaranya
adalah sebagai berikut :
a. Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar.
b. Mempertahankan keintiman pasangan.
c. Membantu merawat orang tua suami atau istri yang sedang sakit
dan memasuki masa tua.
d. Mempersiapkan anak untuk hidup mandiri dan menerima
kepergian anaknya.
e. Menata kembali fasilitas dan sumber yang ada pada keluarga.
Fungsi perawat pada tahap ini adalah sebagai educator tentang
penyakit-penyakit yang dapat diderita misalnya penyakit kronis atau
faktor-faktor presdisposisi seperti kolesterol tinggi, obesitas,
hipertensi, menopause, serta peningkatan kesehatan dan pola hidup
sehay yang juga perlu di perhatikan.
7. Tahap VII keluarga usia pertengahan (middle age families).
Tahap ini dimulai ketika anakyang terakhir meninggalkan
rumah dan berakhir saat pension atau salah satu pasangan meninggal.
Beberapa pasangan akan merasa sulit dalam melalui tahap ini karena
adanya masalah usia lanjut seperti perpisahan dengan anak, dan
perasaan gagal sebagai orang tua. Pada tahap ini, semua anak
meninggalkan rumah, maka pasangan terfokus untuk
mempertahankan kesehatan dengan berbagai aktivitas. Pola hidup
sehat, diet seimbang, olahraga rutin, menikmati hidup, dan mengisi
waktu dengan melakukan kegiatan baik dirumah maupun diluar yang
sesuai engan kemampuan. Pasangan juga mempertahankan hubungan
27
dengan teman sebaya dan keluarga anaknya dengan caramengadakan
pertemuan keluarga antar generasi atau anak cucu, sehingga
pasangan dapat merasakan kebahagiaan sebagai kakek nenek. Tugas
perkembangan keluarga pada tahap ini antara lain sebagai berikut :
a. Mempertahakan kesehatan baik fisik maupun psikologis
b. Mempunyai lebih banyak waktu dan kebebasan dalam arti
mengolah minat sosial dan waktu santai.
c. Memperbaiki hubungan antara generasi muda dengan
generasitua.
d. Memelihara masa tua atau pension dengan meningkatkan
keakraban pasangan.
Fungsi perawat pada tahap ini adalah melaksanakan perawatan
dan konsultasi yang berkaitan dengan upaya peningkatan kesehatan
seperti kebutuhan istirahat yang ccukup, aktivitas yang ringan sesuai
dengan kemampuan, nutrisi yang baik, berat badan yang sesuai, dan
sebagainya.
8. Tahap VIII keluarga usia lanjut
Tahap terakhir perkembangan keluarga dimuli ketika salah satu
pasangan pension, berlanjut hingga salah satu pasangan meniggal.
Proses usia lanjut dan pension merupakan realitas yang tidak dapat
dihindari karena berbagai proses stressor dan kehilangan yang harus
dialami keluarga. Stressor tersebut adalah berkurangnya pendapatan,
kehilangan berbagai hubungan sosial, kehilangan pekerjaan, serta
menurunnya produktivitas dan fungsi kesehatan. Tugas
perkembangan keluarga pada tahap ini antara lain sebagai berikut :
a. Mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan.
b. Adaptasi dengan perubahan akibat kehilangan pasangan, teman,
kekuatan fisik, dan pendapatan.
c. Mempertahakan keakraban suami istri dan saling merawat.
d. Mempertahankan hubungan dengan anak dan sosial masyarakat.
e. Menerima kematian pasangan, teman, dan mempersiapkan
kematian.
28
Fungsi perawat pada tahap ini adalah melakukan perawatan
pada orang tua, terutama terhadap penyakit-penyakit kronis dari fase
akut sampai rehabilitasi. Memperhatikan peningkatan kesehatan
seperti nutrisi, aktivitas, istirahat, pemeriksaan pada mata, gigi, dan
pencegahan kecelakaan di rumah.
2.2.6 Fungsi Keluarga
Menurut Harmoko (2021) terdapat lima fungsi dasar keluarga, yaitu :
1. Fungsi Afektif (The Affective Function)
Fungsi afektif berkaitan dengan fungsi internal keluarga yang menjadi
dasar kekuatan dari keluarga. Fungsi afektif guna untuk memenuhi
kebutuhan psikologis. Anggota keluarga mengembangkan gambaran diri
yang positif, perasaan yang dimiliki, perasaan yang berarti, dan sumber
kasih saying. Dukungan yang semuanya dipelajari dan dikembangkan dari
interaksi antar anggota keluarga. Fungsi afektif merupakan sumber yang
menentukan kebahagiaan sebuah keluarga.
2. Fungsi Sosialisasi (The Socialzation Function)
Sosialisasi dimulai dari saat lahir dan diakhiri dengan kematian. Sosialisasi
merujuk pada proses perkembangan dan perubahan yang dialami seorang
individu sebagai hasil dari interaksi sosial. Anggota keluarga belajar
disiplin, norma, budaya, hingga perilaku hubungan dan interaksi dalam
keluarga, sehingga individu mampu mengambil peran dimasyarakat.
3. Fungsi Reproduksi (The Reproductive Function)
Dalam fungsi ini, fungsi keluarga adalah untuk meneruskan keturunan dan
menambah sumber daya manusia.
4. Fungsi Ekonomi (The Economic Function)
Fungsi ini untuk memenuhi kebutuhan sandang, pangan, dan papan
keluarga, dan keluarga juga membutuhkan sumber keuangan untuk
meningkatkan status Kesehatan.
5. Fungsi Perawatan (The Health Care Function)
Fungsi perawatan kesehatan merupakan pertimbangan vital dalam
pengkajian. Jika dilihat dari perspektif masyarakat, keluarga adalah
system dasar yang dimana perilaku dan perawatan Kesehatan diatur.
29
2.2.7 Tugas Keluarga
Dalam Harmoko (2021) ada beberapa tugas dasar didalam sebuah
keluarga, yaitu :
1. Memelihara Kesehatan fisik anggota keluarganya.
2. Berupaya memelihara sumberdaya yang ada dalam keluarga.
3. Mengatur tugas dari masing-masing anggota keluarga sesuai
kedudukannya.
4. Melakukan sosialisasi antar anggota keluarga agar timbul rasa keakraban
dan kehangatan didalam keluarga.
5. Melakukan pengaturan jumlah anggota keluarga yang diinginkan.
6. Memelihara ketertiban tiap anggota keluarga.
7. Penempatan peran anggota keluarga dalam masyarkat.
8. Memberikan dorongan dan semangat untuk para anggota keluarga.
Selain tugas dasar, keluarga juga mempunyai tugas kesehatan yang terdiri
dari sebagai berikut :
1. Mengenal masalah kesehatan keluarga
Merupakan kemampuan keluarga dalam mengenal masalah kesehatan
yang terjadi pada anggota keluarga.
2. Memutuskan tindakan kesehatan yang tepat
Merupakan kemampuan keluarga dalam membuat pertimbangan dan
keputusan yang tepat terhadap anggota keluarga yang memiliki masalah
kesehatan.
3. Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit
Merupakan tindakan dengan mempertimbangkan kemampuan keluarga
dalam merawat anggota keluarga yang sakit.
4. Memodifikasi lingkungan keluarga
Merupakan kemampuan keluarga untuk memodifikasi lingkungan yang
ada di dalam keluarga dan masyarakat sehingga menjadi keluarga yang
sehat.
5. Menggunakan fasilitas kesehatan
Merupakan kemampuan keluarga dalam memanfaatkan fasilitas kesehatan
yang ada di lingkungan masyarakat.
30
2.3 Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga
2.3.1 Pengkajian
Pengkajian dimaksudkan untuk mendapatkan data yang dilakukan secara
terus menerus terhadap anggota keluarga yang dibina. Sumber data pengkajian
dapat dilakukan dengan metode wawancara, observasi, pemeriksaan fisik.
Pengkajian dalam keluarga memiliki dua tahapan, pengkajian tahap satu berfokus
pada masalah Kesehatan keluarga. Pengkajian tahap dua menyajikan kemampuan
keluarga dalam melakukan lima tugas Kesehatan. Namun dalam pelaksanaannya,
kedua tahapan ini dilakukan secara bersamaan (Riasmini et al., 2017). Adapun
data yang harus dikaji dalam keluarga adalah yaitu :
1. Data umum
a. Meliputi nama kepala keluarga, alamat pekerjaan, dan status
imunisasi masing-masing keluarga serta genogram.
31
b. Tipe keluarga
Data ini menjelaskan mengenai tipe keluarga saat ini. Berdasarkan
tipe pembagian keluarga tradisional dan non tradisional.
c. Suku bangsa
Data ini mengkaji asal suku bangsa keluarga serta mengidentifikasi
budaya suku bangsa terkait Kesehatan.
d. Agama
Data ini mengkaji agama yang dianut oleh keluarga serta
kepercayaan yang dapat mempengaruhi Kesehatan.
e. Status sosial ekonomi keluarga
Status sosial ekonomi keluarga yang ditentukan oleh pendapatan
baik dari kepala keluarga maupun anggota keluarga lainnya. Status
sosial ekonomi keluarga ditentukan juga oleh kebutuhan-kebutuhan
yang dikeluarkan oleh keluarga serta barang-barang yang dimiliki
keluarga.
f. Aktivitas rekreasi keluarga
Data ini menjelaskan mengenai kebiasaan keluarga dalam rekreasi
atau refresing. Rekreasi tidak harus ke tempat wisata, namun
menonton TV, mendengarkan radio juga merupakan aktivitas
rekreasi keluarga.
2. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga
1) Tahap perkembangan keluarga saat ini
Data ini ditentukan oleh anak tertua dari keluarga inti.
2) Tahap perkembangan keluarga yang belum pernah terpenuhi
Data ini menjelaskan mengenai tugas dalam tahap perkembangan
keluarga saat ini yang belum terpenuhi dan mengapa belum
terpenuhi.
3) Riwayat keluarga inti
4) Riwayat keluarga sebelumnya
Data ini menjelaskan riwayat Kesehatan dari pihak suami dan istri.
3. Pengkajian lingkungan dan sosial
1) Karakteristik rumah
32
2) Karakteristik tetangga dan komunitas
3) Mobilitas geografis keluarga
4) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
5) System pendukung keluarga
4. Struktur keluarga
1) Pola komunikasi keluarga
2) Struktur kekuatan keluarga
3) Struktur pedan
4) Nilai dan norma keluarga
5. Fungsi keluarga
1) Fungsi afektif
2) Fungsi sosialisasi
3) Fungsi perawatan Kesehatan
4) Fungsi reproduksi
5) Fungsi ekonomi
6. Stress dan koping keluarga
1) Pola koping
2) Stressor janga Panjang dan pendek
3) Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi atau stressor
4) Strategi koping
5) Strategi adaptasi disfungsial
7. Pemeriksaan fisik anggota keluarga
Pemeriksaan fisik dilakukan pada semua anggota keluarga. Metode
yang digunakan pada pemeriksaan ini tidak berbeda dengan
pemeriksaan fisik di klinik.
8. Harapan keluarga
Pada akhir pengkajian, perawat menanyakan harapan keluarga
terhadap petugas kesehatan yang ada.
2.3.2 Diagnosa keperawatan keluarga
Diagnosis keperawatan merupakan suatu penilaian mengenai respons klien
terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya baik yang
berlansgung aktual maupun potensial. Diagnosis keperawatan bertujuan guna
33
mengidentifikasi respons klien, keluarga dan komunitas terhadap situasi yang
berkaitan dengan kesehatan. Diagnosa keperawatan menurut Harmoko (2021)
dirumuskan berdasarkan analisa data dan pengumpulan data dari pengkajian.
Komponen diagnosa keperawatan terdiri dari Problem atau masalah, Etiology atau
penyebab, dan Symptom atau tanda yang dikenal dengan PES.
Tiga jenis tipologi diagnosis keperawatan keluarga menurut Harmoko
(2021), yaitu :
1. Diagnosis aktual
Merupakan masalah keperawatan yang sedang dialami oleh keluarga dan
memerlukan bantuan dari perawat dengan cepat.
2. Diagnosis risiko
merupakan masalah keperawatan yang belum terjadi, tetapi terdapat tanda
untuk menjadi masalah keperawatan aktual yang dapat terjadi apabila tidak
segera mendapat bantuan perawat.
3. Diagnosis potensial
Merupakan suatu keadaan sejahtera dari keluarga Ketika keluarga telah
mampu memenuhi kebutuhan kesehatan dan mempunyai sumber
penunjangg kesehatan yang memungkinkan untuk ditingkatkan.
Setelah dilakukan analisa dan pengumpulan data, maka diperoleh diagnose
keperawatan sebagai berikut :
1. Defisit Pengetahuan b.d ketidaktahuan keluarga tentang TB Paru
2. Defisit Nutrisi b.d ketidakmampuan keluarga dalam memutuskan tindakan
yang tepat dalam pemenuhan nutrisi
3. Risiko Infeksi b.d Ketidakmampuan keluarga dalam memodifikasi
lingkungan
Setelah ditegakkan diagnosa maka memungkinkan perawat untuk
menemukan lebih dari satu masalah pada keluarga. Sehingga memerlukan
penyusunan prioritas masalah kesehatan keluarga dengan menggunakan
metode skorsing. Dalam Harmoko (2021) menjelaskan mengenai metode
skorsing yang diperkenalkan oleh Bailon dan Maglaya (1978) sebagai
berikut :
34
Tabel 2.1
Metode Skoring
No Kriteria Nilai Bobot
Sifat masalah
a. Aktual 3
1 1
b. Resiko tinggi 2
c. Potensia 1
Kemungkinan masalah dapat diubah
a. Tinggi 2
2 2
b. Sedang 1
c. Rendah 0
Potensial masalah dapat dicegah
a. Tinggi 3
3 1
b. Sedang 2
c. Rendah 1
Menonjolnya masalah
a. Masalah berat, harus segera ditangani 2
4 1
b. Ada masalah, tetapi tidak perlu segera ditangani 1
c. Masalah tidak dirasakan 0
35
Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Intervensi
Hasil
yang berkaitan dengan 2) Memutuskan untuk menerima informasi
topik tertentu. perawatan yang b) Menjelaskan factor risiko
Penyebab tepat pada pasien yang dapat memperngaruhi
1) Kekeliruan mengikuti TB Paru kesehatan
anjuran 3) Melakukan Edukasi Proses Penyakit
2) Kurang terpapar perawatan yang a) Menjelaskan penyebab dan
informasi tepat pada pasien factor risiko penyakit
3) Kurang minat dalam TB Paru b) Menjelaskan kemungkinan
belajar 4) Melakukan terjadinya komplikasi
4) Kurang mampu modifikasi 2) Keluarga mampu memutuskan
mengingat lingkungan sehat perawatan yang tepat pada
5) Ketidaktahuan yang tepat pasien TB Paru :
menemukan sumber berkaitan dengan Konseling
informasi pasien TB Paru a) Menganjurkan untuk
Gejala dan tanda mayor 5) Menggunakan menunda pengambilan
Subjektif fasilitas kesehatan keputusan saat stress
1) Menanyakan masalah yang terdapat b) Menganjurkan membuat
yang dihadapi dimasyarakat daftar alternatif
Gejala dan tanda mayor dengan tepat penyelesaian masalah
Objektif berkaitan dengan 3) Keluarga mampu melakukan
1) Menunjukan perilaku pasien TB Paru perawatan yang tepat pada
tidak sesuai anjuran pasien TB Paru :
2) Menunjukan persepsi Edukasi Prosedur Tindakan
yang keliru terhadap a) Mengajarkan Teknik
masalah untuk
Gejala dan tanda minor mengantisipasi/mengurang
Objektif i ketidaknyamanan akibat
1) Menjalani tindakan
pemeriksaan yang 4) Keluarga mampu
tidak tepat memodifikasi lingkungan
2) Menunjukkan perilaku sehat yang tepat berkaitan
berlebihan (mis, dengan pasien TB Paru :
apatis, bermusuhan, Edukasi Pola Perilaku
agitasi, histeria) Kebersihan
a) Mengajarkan cara menjaga
kebersihan diri dan
lingkungan
5) Keluarga mampu
menggunakan fasilitas
kesehatan yang terdapat
dimasyarakat dengan tepat
berkaitan dengan pasien TB
Paru :
Promosi Literasi Kesehatan
a) Membantu keluarga
melakukan pemeriksaan
ke pelayanan kesehatan
terdekat
Defisit nutrisi b.d
Ketidakmampuan Setelah dilakukan 5x 1. Mengenal dan mengetahui
36
Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Intervensi
Hasil
Keluarga dalam kunjungan keluarga tentang ketidakseimbangan
memutuskan tindakan mampu : nutrisi kurang dari kebutuhan
yang tepat dalam 1. Mengenal dan tubuh pada pasien TB Paru :
pemenuhan nutrisi mengetahui Manajemen Nutrisi
Asupan nutrisi tidak tentang a) Memberikan edukasi
cukup untuk memenuhi ketidakseimbanga tentang program diet
kebutuhan metabolik n nutrisi kurang 2. Memutuskan perawatan yang
Batasan karakteristik dari kebutuhan tepat terkait masalah
1. Kram abdomen tubuh pada pasien ketidakseimbangan nutrisi
2. Nyeri abdomen TB Paru kurang dari kebutuhan tubuh
3. Gangguan sensasi 2. Memutuskan pada pasien TB Paru :
rasa perawatan yang a) Membantu keluarga untuk
4. Berat badan 20% tepat terkait menentukan pedoman diet
atau lebih dibawat masalah 3. Melakukan perawatan yang
rentang berat badan ketidakseimbanga tepat terhadap masalah
ideal n nutrisi kurang ketidakseimbangan nutrisi
5. Kerapuhan kapiler dari kebutuhan kurang dari kebutuhan tubuh
6. Diare tubuh pada pasien pada pasien TB Paru :
7. Kehilangan rambut TB Paru Dukungan Kepatuhan
berlebihan 3. Melakukan Program Pengobatan
8. Enggan makan perawatan yang a) Bantu keluarga untuk ikut
9. Asupan makanan tepat terhadap terlibat dalam mendukung
kurang dari RDA masalah program pengobatan yang
(recommended daily ketidakseimbanga dijalani
allowance) n nutrisi kurang 4. Melakukan modifikasi
10. Bising usus dari kebutuhan lingkungan yang sehat terkait
hiperaktif tubuh pada pasien ketidakseimbangan nutrisi
11. Kurang informasi TB Paru kurang dari kebutuhan tubuh
12. Kurang minat pada 4. Melakukan pada pasien TB Paru :
makanan modifikasi a)
13. Tonus otot menurun lingkungan yang 5. Menggunakan fasilitas
14. Kesalahan informasi sehat terkait kesehatan yang terdapat
kesalahan persepsi ketidakseimbanga dimasyarakat dengan tepat
15. Membran mukosa n nutrisi kurang berkaitan dengan masalah
pucat dari kebutuhan ketidakseimbangan nutrisi
16. Ketidakmampuan tubuh pada pasien kurang dari kebutuhan tubuh
memakan makanan TB Paru pada pasien TB Paru :
17. Cepat kenyang 5. Menggunakan a) Menganjurkan pasien dan
setelah makan fasilitas kesehatan keluarga melakukan
18. Sariawan rongga yang terdapat konsultasi ke pelayanan
mulut dimasyarakat kesehatan terdekat
19. Kelemahan otot dengan tepat
untuk menelan berkaitan dengan
20. Penurunan berat masalah
badan dengan asupan ketidakseimbanga
makan adekuat n nutrisi kurang
Faktor Yang dari kebutuhan
Berhubungan tubuh pada pasien
1. Asupan diet kurang TB Paru
Populasi berisiko
37
Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Intervensi
Hasil
1. Factor biologis
2. Kesulitan ekonomi
Kondisi terkait
1. Ketidakmampuan
mengabsorpsi
nutrient
2. Ketidakmampuan
mencerna makanan
3. Ketidakmampuan
makan
Gangguan
psikososial
38
Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Intervensi
Hasil
b) Imununosupres berkaitan risiko infeksi pada
i pasien TB Paru :
c) Leukopenia Manajemen Lingkungan
d) Supresi respon a) Beri dukungan kepada
inflamasi keluarga untuk
e) Vaksinasi tidak memfasilitasi penggunaan
adekuat barang-barang pribadi
Kondisi Klinis Terkait 5) Menggunakan fasilitas
1) AIDS kesehatan yang terdapat
2) Luka bakar dimasyarakat dengan tepat
3) Penuakit paru obstuktif berkaitan risiko infeksi pada
kronis pasien TB Paru :
4) Diabetes melitus Manajelen
5) Tindakan invasive Imunisasi/Vaksinasi
6) Kondisi penggunaan a) Menyarankan kepada
terapi steroid keluarga untuk
7) Penyalahgunaan obat melakukan
8) Ketuban pecah sebelum imunisasi/vaksinasi ke
waktunya pelayanan kesehatan
9) Kanker terdekat
10) Gagal ginjal
11) Imunosupresi
12) Lymphedema
13) Leukositopenia
14) Gangguan fungsi hati
Sumber : Harmoko, (2021)
2.3.4 Implementasi Keperawatan
Pelaksanaan keperawatan adalah sebuah proses dimana perawat
mendapatkan kesempatan untuk menerapkan sebuah rencana Tindakan yang telah
disusun untuk membangkitkan minat dan kemandirian pasien dan juga keluarga
dalam mengadakan perbaikan ke arah perilaku hidup sehat. Namun seblum
menerapkan implementasi, perawat harus terlebih dahulu membuat kontrak
terhadap keluarga agar lebih siap baik fisik maupun psikologis dalam menerima
ashuan keperawatan yang diberikan oleh perawat. Tindakan keperawatan keluarga
keluarga mencakup hal-hal di bawah ini yaitu :
1. Membantu keluarga untuk memutuskan bagaimana pemberian asuhan
keperawatan yang tepat, dengan cara menjelaskan konsekuensi jika tidak
melakukan, mengidentifikasi sumber-seumber yang dimiliki keluarga, dan
membicarakan dengan keluarga tentang konsekuensi pada setiap tindakan.
2. Memberikan kepercayaan diri dalam mengasuh anggota keluarga yang
sakit, dengan cara mendemonstrasikan cara perawatan, memanfaatkan alat
39
dan fasilitas yang tersedia dirumah, dan mengawasi keluarga dalam
melakukan tindakan.
3. Membantu anggota keluarga untuk memodifikasi lingkungan menjadi
lebih sehat, dengan cara menggali sumber-sumber yang ada pada keluarga
dan memodifikasi lingkungan secara maksimal untuk membuat pasien
semakin baik.
4. Memberi motivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan yang
ada, dengan cara mengenalkan fasilitas Kesehatan yang ada dilingkungan
keluarga, serta menggunakan fasilitas Kesehatan yang ada. (Widyanto,
2014).
2.3.5 Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan adalah membandingkan secara sistematik dan
terencana tentang kesehatan pasien berdasarkan asuhan keperawatan yang telah
diberikan. Evaluasi keperawatan merupakan tahap akhir rangkaian proses
keperawatan yang berguna sebagai penilaian apakah tindakan keperawatan yang
telah diberikan tercapai atau oerlu ada penambahan intervensi lain.
Dalam evaluasi keperawatan, perawat juga dapat menemukan penyebab
alasan mengapa suatu proses keperawatan berhasil atau tidak berhasil. Perawat
juga dapat mengetahui bagaimana reaksi klien terhadap asuhan keperawatan yang
telah diberikan, perawat menetapkan apa yang menjadi sasaran selanjutnya
sehingga kriteria hasil hasil keperawatan dapat tercapai. Perawat dapat
menetapkan kembali informasi baru yang diberikan kepada klien untuk mengganti
diagnose keperawatan, tujuan, atau intervensi keperawatan. Perawat dapat
menentukan target dari suatu hasil uang ingin dicapai melalui keputusan Bersama.
Evaluasi keperawatan juga dapat tercapai dengan baik apabila perawat memiliki
pengetahuan yang besar tentang penyakit yang diderita klien. (Widyanto, 2014).
40
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
41
dan Tn.A dilakukan sebanyak 5 kali kunjungan mulai tanggal 26-29 juli dan 7
agustus 2022.
3.6 Pengumpulan data
1. Teknik pengumpulan data
Metode pengumpulan data yang digunakan pada penelitian studi kasus
adalah :
a. Wawancara kepada anggota keluarga dan individu mengenai keadaan
yang dapat memicu terjadinya masalah sesuai penelitian.
b. Observasi dengan cara mengamati perilaku, kondisi rumah, dan
lingkungan.
c. Pemeriksaan fisik (Head to toe) yaitu pendekatan inspeksi, perkusi,
palpasi, dan auskultasi.
2. Instrumen pengumpulan data
Alat atau instrument pengumpulan data yang digunakan dalam studi kasus
adalah instrumen asuhan keperawatan keluarga, menggunakan format asuhan
keperawatan keluarga sesuai ketentuan yang berlaku pada Prodi DIII
Keperawatan Politeknik Kesehatan Tanjungpinang.
42
2. Hak terhadap privacy dan dignity yang berarti bahwa individu memiliki
hak untuk dihargai tentang apa yang mereka lakukan dan apa yang
dilakukan terhadap mereka serta untuk mengontrol kapan dan bagaimana
informasi tentang mereka dibagi dengan orang lain.
3. Hak anonymity dan confidentiality, yaitu semua informasi yang
didapatkan dari individu dijaga dengan sedemikian rupa sehingga
informasi individual tertentu tidak bisa langsung dikaitkan dengan individu
dan individu harus dijaga kerahasiaan dan keterlibatannya dalam
penelitian.
4. Hak terhadap penanganan yang adil memberikan individu hak yang sama
untuk dipih atau terlibat dalam penelitian tanpa diskriminasi dan diberikan
penanganan yang sama dengan menghormati seluruh persetujuan yang
disepakati dan untuk memberikan penanganan terhadap masalah yang
muncul selama partisipasi dalam penelitian.
5. Hak untuk mendapatkan perlindungan, ketidaknyamanan, dan kerugian
mengharuskan agar individu dilindungi dari eksploitasi dan peneliti harus
menjamin bahwa semua usaha yang dilakukan untuk meminimalkan
bahaya atau kerugian dari suatu penelitian, serta memaksimalkan dari
penelitian.
43
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
45
istrinya.
46
(a)
(b)
Gambar 4.1 (a) Genogram Keluaraga Tn.R (b) Genogram Keluarga Tn.A
47
yang belum terpenuhi mengatakan permasalahan mengatakan
yang belum terpenuhi permasalahan yang
dalam tahap belum terpenuhi dalam
perkembangan adalah tahap perkembangan
Tidak ada adalah tidak ada.
3. Riwayat Kesehatan keluarga Keluarga Tn.R Keluarga Tn.A
mengatakan bahwa Tn.R mengatakan Tn.A
merupakan anggota sebagai anggota keluarga
keluarga yang sakit TB yang didiagnosa TB Paru
PARU yang didiagnosa sekitar dua bulan yang
sekitar satu bulan yang lalu karena terinfeksi dari
lalu dan sedang dalam rekan kerjanya. Tn.A
masa pengobatan. Untuk sedang dalam masa
riwayat kesehatan pengobatan, Tn.A
sekarang anggota keluarga mengatakan saat ini tidak
yang lain tidak sedang ada anggota keluarga lain
dalam keadaan sakit atau yang mengindap
mengindap penyakit yang penyakit yang sama
sama dengan klien. dengan klien.
4. Riwayat keluarga sebelumnya Keluarga Tn.R Keluarga Tn.A
mengatakan bahwa klien mengatakan tidak ada
tidak memiliki kerabat anggota keluarga yang
yang memiliki sakit TB pernah menderita
PARU, yang mana penyakit yang sama
penularan terjadi dengan klien. Klien
dikarenakan kurangnya mengatakan dia
pengetahuaan keluarga menderita penyakit
tentang penularan tersebut setelah
penyakit TB PARU berpaparan dengan
tersebut. penderita lain ditempat
kerjanya.
48
disebabkan karena terinfeksi dari rekan kerjanya. Tn.A mengatakan tidak
ada anggota keluarga yang mengindap penyakit yang sama.
Tabel 4.4 Karakteristik Lingkungan Responden
No. Lingkungan Klien I Klien II
1. Karakteristik rumah Luas rumah Tn.A 68 m2, Luas rumah Tn.R 63 m2,
rumah permanen, milik rumah permanen milik
sendiri, terdapat 2 kamar, pribadi, terdapat 2 kamar
2 toilet (satu toilet berada tidur, 1 kamar mandi,
dikamar utama) 1 ruang ruang keluarga dan ruang
tamu, 1 ruang keluarga, 1 tamu bergabung, 1 dapur.
dapur dan juga memiliki Ventilasi dan jendela
halaman kecil. Septic tank cukup untuk penerangan
dari kamar mandi berada dan pertukaran udara
dibelakang rumah, air didalam rumah, septic
bersumber dari PAM, tank dari kamar mandi
sampah dikumpulkan dan dibelakang rumah, air
dibawa ke TPS untuk minum bersumber dari
limbah rumah tangga sumur gali, sampah
sendiri dialirkan di dikumpulkan dan dibawa
gorong-gorong. Ventilasi ke TPS sedangkan limbah
dan jendela cukup untuk rumah tangga dialirkan
peneragan dan pertukaran ke gorong-gorong.
udara didalam rumah, Rumah Tn.R bersih dan
namun rumah tampak rapi namun sedikit bau
penuh dengan barang- kencing kucing
barang. dikarenakan keluarga
memelihara kucing.
2. Karakteristik tetangga dan Keluarga Tn.R tinggal Keluarga Tn.A tinggal
komunitas RT diperkampungan yang perkampungan yang
masih memiliki rasa masih memiliki rasa
persaudaraan yang tinggi, persaudaraan yang tinggi,
penduduk yang tinggal penduduk yang tinggal
dilingkungannya adalah disekitar rumahnya dalah
penduduk dari berbagai penduduk asli dan ada
pulau da nada juga juga dari beberapa pulau.
penduduk asli.
3. Mobilitas geografis keluarga Aktivitas anggota keluarga Aktivitas anggota
Tn.R dilingkungan keluarga Tn.A
perumahan, tempat tinggal dilingkungan perumahan,
tidak pernah berpindah- tempat tinggal tidak
pindah pernah berpindah-pindah.
4. Perkumpulan keluarga dan Keluarga Tn.R Keluarga Tn.A terkadang
interaksi dengan masyarakat berinteraksi dengan berinteraksi dengan
masyarakat setiap hari masyarakat pertemuan
dalam pertemuan maupun dikarenakan sibuk
di luar pertemuan. bekerja.
5. Sistem pendukung keluarga Keluarga Tn.R dalam Keluarga Tn.A memiliki
kondisi sehat antara system pendukung yaitu
anggota keluarga saling tetangga, kerabat, dan
menyayangi dan keluarga. Apabila
membantu satu sama lain. keluargaTn.A memiliki
Keluarga memiliki masalah-masalah
televisi, tempat tidur yang kesulitan dana ataupun
layak, ruang keluarga yang adanya masalah dalam
cukup nyaman, motor keluarga pasti selalu
sebagai sarana transportasi dimusyawarahkan untuk
49
dan keluarga juga pemecahan masalah.
memiliki BPJS untuk
membantu biaya
pengobatan.
Pada tabel 4.4 menunjukkan bahwa keadaan lingkungan pada klien I
keluarga Tn.R merupakan lingkungan perkampungan dengan karakteristik
rumah saling berdempetan. Tn.R mengatakan bahwa keluarga sering
mengikuti kegiatan masyarakat diwilayah RT tersebut.
Sedangkan klien II menunjukkan keadaan lingkungan pada Tn.A
merupakan lingkungan perkampungan dengan karakteristik rumah saling
berdempetan. Tn.A mengatakan bahwa keluarga jarang berinteraksi
dengan mayarakat sekitar karena disibukkan bekerja, namun keluarga
Tn.A selalu mengikuti kegiatan gotong royong yang selalu diadakan oleh
masyarakat sekitar.
(a)
(b)
Gambar 4.2 (a) Denah Rumah Keluarga Tn.R (b) Denah Rumah Keluarga Tn.A
50
Tabel 4.5 Struktur Keluarga Responden
No. Struktur Keluarga Klien I Klien II
1. Pola komunikasi keluarga Keluarga Tn.R Keluarga Tn.A
mengatakan komunikasi di mengatakan komunikasi
dalam keluarga cenderung di dalam keluarga
terbuka. Antar anggota cenderung terbuka. Antar
keluarga saling anggota keluarga saling
berkomunikasi berkomunikasi.
2. Struktur kekuatan keluarga Affective power Affective power
3. Struktur peran (formal dan 1. Tn.R sebagai 1. Tn.A sebagai
informal) seorang suami dan seorang suami dan
seorang ayah yang seorang ayah yang
berperan sebagai berperan sebagai
kepala keluarga dan kepala keluarga dan
pencari nafkah pencari nafkah
2. Ny.P sebagai 2. Ny.T sebagai
seorang istri dan ibu seorang istri dan
yang berperan ibu yang berperan
sebagai pengatur sebagai pengatur
rumah tangga rumah tangga
4. Nilai dan norma keluarga Keluarga Tn.R Keluarga Tn.A
mengajarkan anggota mengajarkan anggota
keluarganya untuk saling keluarganya untuk saling
membantu dan membantu dan
menghormati anggota menghormati anggota
keluarga yang lain. keluarga yang lain.
51
Tabel 4.6 Fungsi Keluarga
No. Fungsi Keluarga Klien I Klien II
1. Fungsi Afektif Keluarga Tn.R Keluarga Tn.A
mengatakan selalu mengatakan selalu
menberikan kasih sayang memberikan kasih
dan perhatian kepada sayang dan perhatian
masing-masing anggota kepada masing-masing
keluarga. anggota keluarga.
2. Fungsi Sosial Keluarga Tn.R selalu Keluarga Tn.A selalu
berdiskus ketika ada berdiskusi ketika ada
masalah dan mencari masalah dan mencari
solusi bersama. Interaksi solusi bersma. Antar
antara keluarga Tn.R baik anggota keluarga Tn.A
dan Tn.R sebagai saling berinteraksi satu
pengambil keputusan sama lain, pengambil
utama. keoutusan dalam
keluarga lebih ke
musyawarah dengan
berunding.
3. Fungsi perawatan kesehatan Keluarga Tn.R Keluarga Tn.A
mengatakan kurang mengatakan kurang
memahami bagaimana memahami bagaimana
cara perawatan yang dapat cara dan memutuskan
dilakukan khususnya perawatan yang dapat
untuk mencegah dilakukan anggota
penyebaran infeksi dari keluarga yang sakit dan
klien. Keluarga juga juga cara pencegahan
mengatakan kesulitan agar penyakit tersebut
dalam menjaga kebersihan tidak menyebar kepada
lingkungan karena sibuk anggota keluarga yang
dengan urusan masing- lain. Keluarga dan klien
masing. Selain itu keluarga mengatakan sudah
juga mengatakan sudah memanfaatkan fasilitas
memanfaatkan puskesmas kesehatan yang ada.
sebagai fasilitas kesehatan.
4. Fungai reproduksi Keluarga Tn.R Keluarga Tn.A
mengatakan tidak ada mengatakan tidak ada
permasalahan reporoduksi permasalahan reproduksi
dalam kehidupan dalam kehidupan
berkeluarga. berkeluarga.
5. Fungsi ekonomi Keluarga Tn.R Keluarga Tn.A
mengatakan sudah mengatakan sudah
melakukan pemenuhan melakukan pemenuhan
kebutuhan dengan bekerja keutuhan keluarga
meskipun penghasilan dengan baik, meskipun
yang didapatkan terkadang terkadang pendapatan
tidak mencukupi tidak mencukupi tetapi
kebutuhan. keluarga Tn.A harus
pandai mengatur
keuangan.
Pada tabel 4.6 dapat dilihat bahwa klien I keluarga Tn.R sudah
melakukan fungsi afektif dengan baik, dan dalam komunikasi keluarga
pun tidak ada permasalahan. Untuk fungsi perawatan kesehatan Keluarga
52
Tn.R mengatakan kurang memahami bagimana cara perawatan yang dapat
dilakukan khususnya untuk mencegah penyebaran infeksi dari klien.
Keluarga juga mengatakan kesulitan dalam menjaga kebersihan
lingkungan karena sibuk dengan urusan masing-masing. Selain itu
keluarga juga mengatakan sudah memanfaatkan puskesmas sebagai
fasilitas kesehatan. Keluarga Tn.R mengatakan sudah melakukan
pemenuhan kebutuhan dengan bekerja meskipun penghasilan yang
didapatkan terkadang tidak mencukupi kebutuhan.
Sedangkan pada klien II keluarga Tn.A sudah melaksanakan fungsi
afektif dengan baik, dan dalam komunikasi antar keluarga tidak terdapat
masalah. Untuk fungsi perawatan kesehatan sendiri keluarga Tn.A
mengatakan kurang memahami bagimana cara perawatan yang dapat
dilakukan anggota keluarga yang sakit dan juga cara pencegahan agar
penyakit tersebut tidak menyebar kepada anggota keluarga yang lain.
Keluarga dan klien mengatakan sudah memanfaatkan fasilitas kesehatan
yang ada. Keluarga Tn.A mengatakan sudah melakukan pemenuhan
keutuhan keluarga dengan baik, meskipun terkadang pendapatan tidak
mencukupi tetapi keluarga Tn.A harus pandai mengatur keuangan.
53
4. Strategi adaptasi disfungsional Keluarga Tn.R Keluarga Tn.A akan
mengatakan jika masalah berdiskusi bila ada
tidak dapat diselesaikan masalah yang sudah
sendiri mereka akan benar-benar tidak dapat
melakukan diskusi. diselesaikan sendiri.
54
r Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
bunyi bunyi bunyi bunyi bunyi
jantung jantung jantung jantung jantung
tambahan tambahan tambahan tambahan tambahan
12. Sistem GIT Tidak ada idak ada idak ada idak ada idak ada
nyeri tekan nyeri tekan nyeri tekan nyeri tekan nyeri tekan
pada pada pada pada pada
abdomen abdomen abdomen abdomen abdomen
13. Sistem Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
ekstremitas kelainan kelainan kelainan kelainan kelainan
Pergerakan Pergerakan Pergerakan Pergerakan Pergerakan
bebas bebas bebas bebas bebas
55
12. Sistem GIT Tidak ada nyeri idak ada nyeri idak ada nyeri idak ada nyeri
tekan pada tekan pada tekan pada tekan pada
abdomen abdomen abdomen abdomen
13. Sistem Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
ekstremitas kelainan kelainan kelainan kelainan
Pergerakan bebas Pergerakan Pergerakan Pergerakan bebas
bebas bebas
56
bertanya tentang
penyakitnya dan
bagaimana
pengobatannya
2. Ds : Ds : Ketidaktahuan Risiko tinggi
- Tn.R mengatakan - Tn.A mengatakan keluarga tentang penyebaran
tidak biasa bahwa suasana penyakit TB Paru infeksi
menggunakan rumahnya pengap
masker sehari-hari dikarenakan
- Keluarga Tn.R jendela yang
mengatakan bahwa sangat jarang
Tn.R masih sering dibuka.
membuang ludah Do :
sembarangan - Jendela rumah
Do : tampak tertutup
- Tn.R tampak tidak dan banyak debu.
menggunakan
masker saat
dirumah
- Saat melakukan
kunjungan peneliti
melihat Tn.R
membuang ludah
sembarangan
57
TB Paru yang
dirasakan. Sedangkan
menurut kesehatan
penyakit TB Paru
harus ditangani dengan
tepat.
TOTAL SKOR 4
Risiko Tinggi Sifat masalah 3/3 x 1 1 Bila tidak dilakukan
penyebaran (aktual) perawatan dengan
infeksi b.d benar, akan terjadi
Ketidaktahuan risiko kekambuhan.
keluarga dalam
mengenal
penyakit TB
Paru
Kemungkinan 1
/2 x 2 1 Masalah dapat diatasi
masalah dapat dengan memberikan
diubah Pendidikan kesehatan
(sebagian) kepada keluarga
Potensial masalah 2
/3 x 1 2/3 Gaya hidup Tn.R
dapat dicegah masih tidak dikontrol
(cukup) dengan lingkungan
yang kurang sehat
Menonjolnya 1
/2 x 1 1/2 Keluarga tidak
masalah memahami lingkungan
(ada masalah, perlu yang kotor dapat
segera ditangani) mengancam jiwa
Tn,.R aoabila tidak
ditangani
TOTAL SKOR 3 1/3
58
tindakan yang sudah
dilakukan hanya
berobat ke Puskesmas
dan minum obat anti
TB Paru.
Menonjolnya 2/2 x 1 1 Keluarga Tn.R
masalah menanggapi penyakit
(masalah berat dan yang diderita Tn.R
harus segera sebagai masalah yang
ditangani) perlu ditangani dengan
segera, karena
keluarga belum
terbiasa dengan gejala
TB Paru yang
dirasakan. Sedangkan
menurut kesehatan
penyakit TB Paru
harus ditangani dengan
tepat.
TOTAL SKOR 4
Risiko Tinggi Sifat masalah 3/3 x 1 1 Bila tidak dilakukan
penyebaran (aktual) perawatan dengan
infeksi b.d benar, akan terjadi
Ketidaktahuan risiko kekambuhan.
keluarga dalam Penyakit dan
mengenal memerlukan tindakan
penyakit TB yang tepat.
Paru
Kemungkinan 1
/2 x 2 1 Keluarga Tn.A hanya
masalah dapat saja tidak memahami
diubah sepenuhnya terhadap
(sebagian) penyakit. Jika keluarga
mengetahui, maka
keluarga akan lebih
memperhatikan
anggota keluarga yang
sakit.
Potensial masalah 2
/3 x 1 2/3 Tn.A tidak terbiasa
dapat dicegah menggunakan masker
(cukup) setiap hari.
Menonjolnya 2
/2 x 1 1 Keluarga mengatakan
masalah pencahayaan
(ada masalah, perlu dirumahnya minim.
segera ditangani)
TOTAL SKOR 3 2/3
59
keluarga tentang TB Paru tentang TB Paru
2 Risiko Tinggi penyebaran infeksi b.d Risiko Tinggi penyebaran infeksi b.d Ketidaktahuan
Ketidaktahuan keluarga dalam mengenal keluarga dalam mengenal penyakit TB Paru
penyakit TB Paru
60
Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
a) Membantu keluarga
melakukan pemeriksaan ke
pelayanan kesehatan
terdekat
Risiko tinggi peyebaran Setelah dilakukan 5x 1) Kaji pengetahuan tentang
infeksi b.d kunjungan keluarga mampu : tanda dan gejala TB Paru
ketidakmampuan 1) Mengenal dan 2) Beri dukungan
keluarga dalam mengetahui tentang pengambilan keputusan
memodifikasi lingkungan penyebaran TB Paru 3) Ajarkan keluarga
2) Memutuskan bagaimana cara
pencegahan penyebaran menghindari infeksi
yang tepat pada pasien 4) Ciptakan lingkungan yang
TB Paru aman bagi keluarga
3) Melakukan pencegahan 5) Beri dukungan keluarga
penyebaran yang tepat dalam melakukan
pada pasien TB Paru modifikasi lingkungan
4) Melakukan modifikasi
lingkungan sehat yang
tepat berkaitan dengan
penyebaran TB Paru
5) Menggunakan fasilitas
Kesehatan yang terdapat
dimasyarakat dengan
tepat berkaitan dengan
penyebaran TB Paru
61
Implementasi dan Evaluasi Keperawatan
62
Diagnosa keperawatan Hari / tanggal Implementasi Evaluasi
63
Diagnosa keperawatan Hari / tanggal Implementasi Evaluasi
64
Diagnosa keperawatan Hari / tanggal Implementasi Evaluasi
65
Diagnosa keperawatan Hari / tanggal Implementasi Evaluasi
66
Tabel 4.15 Implementasi dan Evaluasi Keperawatan keluarga Tn. A
Diagnosa keperawatan Hari / tanggal Implementasi Evaluasi
67
Diagnosa keperawatan Hari / tanggal Implementasi Evaluasi
68
Diagnosa keperawatan Hari / tanggal Implementasi Evaluasi
69
Diagnosa keperawatan Hari / tanggal Implementasi Evaluasi
Kesehatan
- Keluarga mengerti memanfaatkan
fasilitas kesehatan adalah untuk
meningkatkan derajat kesehatan
O:
- Keluarga menyebutkan fasilitas
salah satu fasilitas kesehatan yang
diketahui
- Keluarga menyebutkan manfaat
dari fasilitas Kesehatan
- Keluarga tampak kooperatif saat
materi diberikan
A:
- Membantu keluarga menggunakan
fasilitas kesehatan tercapai
P:
- Pertahankan tujuan yang telah
dicapai
Risiko Tinggi penyebaran infeksi Minggu, 7 1. Mendiskusikan lingkungan yang S:
Agustus 2022 cocok untuk penderita TB Paru - Keluarga mengatakan Tn.A tidak
b.d Ketidaktahuan keluarga dalam
2. Memberikan kesempatan keluarga bisa menggunakan masker sehari-
mengenal penyakit TB Paru untuk bertanya tentang materi
harti
yang disampaikan
3. Memberikan penjelasan ulang - Keluarga mengatakan Tn.A masih
terhadap materi yang belum membuang ludah sembarangan
dimengerti - Keluarga mengatakan jarang
4. Motivasi keluarga untuk membuka jendela rumah
mengulang materi yang telah - Keluarga mengatakan akan lebih
dijelaskan menjaga kebersihan rumah
5. Menjelaskan kepada keluarga
O:
mengenai akibat jika TB Paru
- Keluarga menyebutkan lingkungan
tidak ditangani secara tepat
70
Diagnosa keperawatan Hari / tanggal Implementasi Evaluasi
71
4.3 Pembahasan Kasus
4.3.1 Pengkajian
Berdasarkan hasil pengkajian pada dua keluarga yakni keluarga Tn.R dan
Tn.A didapatkan data Tn.R berusia 53 tahun dan Tn.A yang berusia 30 tahun.
Kedua klien bertempat tinggal di wilayah kerja Puskesmas Batu 10 Kota
Tanjungpinang. Keluarga Tn.R dan Tn.A merupakan keluarga dengan tipe
nuclear family (keluarga inti) yang terdiri dari kepala keluarga, istri dan anak
kandung yang tinggal dalam satu rumah.
Pada saat dilakukan pengkajian ditemukan masalah yang sama antara
keluarga Tn.R dan Tn.A yakni TB Paru. Hasil pengkajian menunjukan kedua
keluarga kurang mengetahui tentang TB Paru dikarenakan kurangnya informasi
tentang TB Paru. Diketahui bahwa Tn.R terdiagnosa TB Paru kurang lebih satu
bulan, sementara Tn.A terdiagnosa TB Paru kurang lebih dua bulan. Mengacu
pada karakteristik rumah keluarga Tn.R dan Tn.A dapat diobservasi bahwa
lingkungan rumah yang berdempetan dan jendela rumah sebagai ventilasi udara
tidak terbuka, sehingga pertukaran sirkulasi udara menjadi kurang. Hal ini dapat
mengakibatkan terjadinya risiko penyebaran bakteri TB Paru.
Menurut analisa data yang diperoleh dari keluarga Tn.R dan Tn.A
didapatkan hasil yang menunjukan masalah kurang pengetahuan dan risiko
penyebaran infeksi yang berhubungan ketidaktahuan keluarga terkait penyakit TB
Paru. Hal ini dibuktikan dengan keluarga Tn.R yang menyatakan kurang
mengenal tentang TB Paru, cara merawat khususnya dalam penyebaran infeksi TB
Paru. Selain itu keluarga Tn.R menyatakan bahwa mengalami kesulitan dalam
menjaga kebersihan lingkungan dikarenakan sibuk urusan masing-masing.
Sedangkan pada keluarga Tn.A menyatakan tidak memahami tentang TB Paru dan
kurang mengerti bagaimana cara perawatan yang dilakukan terhadap Tn.A serta
bagaimana cara pencegahan penyakit tersebut agar tidak menyebar kepada
anggota keluarga yang lain.
Kedua klien hanya berpendidikan SD (sekolah dasar) dalam Jurnal
Sanitasi dan Lingkungan (2021), penderita TB dengan status pendidikan yang
rendah akan lebih banyak mengalami kesulitan dalam menerima informasi yang
diberikan, semakin tinggi pendidikan seseorang semakin mudah pula mereka
menerima informasi. Pengetahuan tentang tuberkulosis dan pengobatannya
seharusnya bertambah seiring denga tingkat pendidikan yang didapat. Tingkat
pendidikan juga menjadi faktor penentu dari semua proses pendidikan kesehatan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penderita dengan tingkat pendidikan rendah
paling banyak patuh dalam melakukan pengobatan dibandingkan dengan
penderita dengan tingkat pendidikan tinggi. Hal ini memperkuat hasil penelitian
yaitu tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan kejadian tuberkulosis
paru.
Jenis pekerjaan juga tidak ada hubungan yang signifikan antara jenis
pekerjaan dengan kejadian TB Paru. Jenis pekerjaan tidak menimbulkan pengaruh
besar terhadap pertumbuhan dan perkembangbiakan mycobacterium tuberculosis
yang dapat menimbulkan penyakit tuberculosis paru, meskipun jenis pekerjaan.
Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa mayoritas penderita ialah tidak bekerja,
jika responden tidak bekerja maka akan mempengaruhi pemanfaatan pelayanan
kesehatan. Ada perbedaan hasil penelitian terletak pada status pekerjaan penderita,
dimana mayoritas penderita pada penelitian ini bekerja, sehingga sesuai dengan
hasil penelitian yang menyatakan bahwa ada hubungan antara pekerjaan dengan
tuberkulosis paru. Orang yang bekerja relatif lebih sedikit waktu berada di dalam
rumah, maka intensitas kontak dengan penderita tuberculosis paru akan
berkurang.
4.3.2 Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan pada kasus Tn.R ditemukan 2 diagnnosa keperawatan yaitu :
1. Kurang pengetahuan Kurang Pengetahuan b.d Ketidaktahuan keluarga
tentang TB Paru
2. Risiko Tinggi penyebaran infeksi b.d Ketidaktahuan keluarga dalam
mengenal penyakit TB Paru
Berdasarkan pada kasus Tn.A ditemukan 2 diagnosa keperawatan yaitu :
1. Kurang Pengetahuan b.d Ketidaktahuan keluarga tentang TB Paru
2. Risiko Tinggi penyebaran infeksi b.d Ketidaktahuan keluarga dalam
mengenal penyakit TB Paru
Berdasarkan asuhan keperawatan terdapat 2 diagnosa yang sama pada
teori yang sesuai dengan kondisi dari 2 klien, diagnosa diatas ditemukan
73
berdasarkan Batasan karakteristik serta faktor resiko yang muncul pada 2 klien,
yaitu kurangnya pengetahuan, dimana berdasarkan data pengkajian keluarga
menunjukan bahwa keluarga khususnya pada Tn,R dan Tn,A tidak memahami
tentang penyakitnya dan penyebaran resiko tinggi infeksi.
4.3.3 Intervensi Keperawatan
Menurut Harmoko (2021), rencana keperawatan keluarga merupakan
kumpulan tindakan yang direncanakan perawat untuk dilaksanakan dalam
menyelesaikan atau mengatasi masalah kesehatan/masalah keperawatan yang
telah diidentifikasi.
Dalam penyusunan rencana keperawatan Tn.R dan Tn.A dilakukan
bersama-sama dengan keluarga sehingga rencana yang akan dilaksanakan
merupakan rumusan keluarga dan penulis hanya memberikan arahan serta
bimbingan. Dalam penyusunan rencana tindakan keperawatan lebih menekankan
pada kemandirian keluarga dalam melaksanakan dan mengemban lima tugas
keluarga bidang kesehatan dengan memberikan penyuluhan dan motivasi, hal ini
disebabkan karena penyebab timbulnya masalah berkaitan erat dengan
pengetahuan dan prilaku keluarga.
Intervensi kurang pengetahuan yang dilakukan pada Tn. R dan Tn. A
adalah sama yaitu edukasi kesehatan, edukasi proses penyakit, konseling, edukasi
prosedur tindakan, edukasi pola perilaku kebersihan dan promosi literasi
kesehatan. Intervensi risiko tinggi penyebaran infeksi dilakukan dengan kaji
pengetahuan, beri dukungan, ajarkan cara menghindari infeksi, ciptkan
lingkungan aman dan beri dukungan pada keluarga. Semua intervensi dilakukan
sama pada kedua keluarga karena masalah keperawatan yang dialami oleh kedua
keluarga adalah sama.
Dalam penyusunan rencana keperawatan penulis tidak menemukan
kesenjangan antara tinjauan kasus dengan tinjauan teori, karena rencana asuhan
keperawatan yang diberikan kepada Tn. R dan Tn. A dan keluarga dipilih sesuai
dengan teori yang telah ada.
4.3.4 Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan keluarga merupakan pelaksanaan dari rencana
asuhan keperawatan yang telah disusun. Pada implementasi keperawatan yang
74
telah dilakukan pada keluarga Tn.R dan Tn.A selama 5 kali kunjungan.
Implementasi yang dilakukan keluarga Tn.R dan Tn.A dilakukan dengan metode
ceramah, diskusi, tanya jawab, pemberian Latihan/demonstrasi. Berdasarkan
asuhan keperawatan pada bagian implementasi didapatkan data bahwa
implementasi yang dilakukan peneliti pada keluarga Tn.R dan Tn.A sesuai
intervensi atau perencanaan keperawatan teoritis peneliti yaitu memberikan
pendidikan kesehatan mengenai TB Paru.
Berdasarkan asuhan keperawatan keluarga Tn.R dan Tn.A didapatkan
faktor pendukung pada saat tahap implementasi, yaitu selama melakukan
implementasi keluarga Tn.R dan Tn.A mau bekerja sama dan sangat kooperatif
mengikuti setiap sesi. Tidak ditemukannya faktor penghambat yang terlalu berarti
sehingga dapat mengganggu proses asuhan keperawatan selama melakukan
implementasi kepada keluarga Tn.R dan Tn.A. Dapat disimpulkan pada tahap
implementasi, didapatkan faktor pendukung dari masing-masing keluarga yaitu
kedua keluarga kooperatif serta mau menyediakan sarana dan prasarana yang
mendukung untuk melakukan implementasi dan mengatasi faktor penghambat
yang terjadi.
4.3.5 Evaluasi Keperawatan
Pada akhir evaluasi diagnosa keperawatan dapat disimpulkan bahwa
masalah keperawatan kurang pengetahuan berhubungan dengan ketidaktahuan
keluarga tentang TB paru tertasi karena sudah sesuai dengan kriteria hasil yang
ditetapkan yaitu Mengenal dan mengetahui tentang TB Paru, Memutuskan
perawatan yang tepat pada pasien TB Paru, Melakukan perawatan yang tepat pada
pasien TB Paru, Melakukan modifikasi lingkungan sehat yang tepat berkaitan
dengan pasien TB Paru dan Menggunakan fasilitas kesehatan yang terdapat
dimasyarakat dengan tepat berkaitan dengan pasien TB Paru.
Evaluasi diagnosa keperawatan dapat disimpulkan bahwa masalah
keperawatan kurang pengetahuan berhubungan dengan ketidaktahuan keluarga
tentang TB paru tertasi karena sudah sesuai dengan kriteria hasil yang ditetapkan
yaitu Mengenal dan mengetahui tentang risiko infeksi pada pasien TB Paru,
Memutuskan perawatan yang tepat berkaitan risiko infeksi pada pasien TB Paru,
Melakukan perawatan yang tepat berkaitan risiko infeksi pada pasien TB Paru,
75
Melakukan modifikasi lingkungan sehat yang tepat berkaitan risiko infeksi pada
pasien TB Paru dan Menggunakan fasilitas kesehatan yang terdapat dimasyarakat
dengan tepat berkaitan risiko infeksi pada pasien TB Paru.
76
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Setelah penulis melakukan telaah asuhan keperawatan, didapatkan data
bahwa pelaksanaan asuhan keperawatan keluarga Tn.R dan Tn.A dilakukan
selama 5x kunjungan diwilayah kerja Puskesmas Batu 10, penulis
menyimpulkan bahwa :
1. Pengkajian yang dilakukan telah sesuai dengan konsep teori pengkajian
asuhan keperawatan keluarga dengan TB Paru. Saat dilakukan telaah
asuhan keperawatan pada bagian pengkajian, didapatkan data kedua klien
memiliki pengetahuan yang kurang terhadap penyakit yang dideritanya
dan Tn.R tidak bisa menggunakan masker sehari-hari dan masih meludah
sembarangan. Kondisi rumah Tn.R dan Tn.a memiliki ventilasi yang
mminim dan jendela rumah yang jarang dibuka sehingga cahaya didalam
rumah kurang.
2. Didalam perumusan diagnosa ini setelah dilakukan telaah asuhan
keperawatan terdapat kesamaan diagnose antara kedua keluarga yaitu
Risiko tinggi penyebaran infeksi berhubungan dengan ketidaktahuan
keluarga dalam mengenal penyakit TB Paru.
3. Intervensi keperawatan untuk kedua klien yaitu Tn.R dan Tn.A mampu
melakukan penjelasan tentang TB Paru, dapat beradaptasi dalam
memutuskan perawatan kesehatan, serta dapat menjelaskan cara merawat
TB Paru dan risiko tinggi penyebaran infeksi kepada klien.
4. Saat dilakukan telaah asuhan keperawtan implementasi yang dilaksanakan
pada kedua klien yaitu Tn.R dan Tn.A, perawat mampu untuk
menjelaskan informasi tentang TB Paru, menjelaskan cara mengambil
keputusan tindakan yang tepat, mengajarkan cara merawat klien dengan
TB Paru, menjelaskan manfaat dari fasilitas kesehatan.
5. Saat melakukan telaah asuhan keperawatan pada tahuap evaluasi. Hasil
evaluasi, kedua keluarga mampu mempertahankan tujuan yang sudah
tercapai, yaitu keluarga mampu mengetahui penyakit TB Paru dan risiko
tinggi penyebaran infeksi. Keluarga Tn.R dan Tn.A mampu untuk
memahami serta berkomitmen untuk mempertahankan dan melakukan
perawatan yang diberikan.
5.2 Saran
Berdasarkan analisa data dan kesimpulan penelitian, maka peneliti
menyampaikan beberapa saran diantaranya :
1. Bagi Masyarakat
Penulis berharap Masyarakat dapat meningkatkan serta
kemandirian keluarga dan klien dalam melakukan perawatan pada pasien
TB Paru dengan masalah kurang pengetahuan.
2. Bagi Ilmu Pengetahuan
Diharapkan Karya Tulis Imliah ini dapat bermanfaat untuk
wawasan dan pengembangan ilmu pengetahuan bagi pembaca.
3. Bagi Penulis
Diharapkan penulis selanjutnya dalam melaksanakan asuhan
keperawatan dengan memberikan penjelasan kesehatan mengenai
penyakit Risiko tinggi penyebaran infeksi serta mengikut sertakan
perawat puskesmas terlebih dahulu untuk menjalin hubungan bina
kepercayaan dengan pasien kurang pengetahuan di Puskesmas Batu 10
Kota Tanjungpinang.
78
DAFTAR PUSTAKA
Irnawati, Ni Made dkk. (2016). Jurnal Kedokteran Komunitas dan Tropik Vol IV
Nomor 1 Februari 2016