PENDAHULUAN
Unit pelayanan kesehatan banyak menemukan kasus TB Paru dan kejadian drop out
(DO). Berdasarkan data Dinkes Kota Pasuruan pada tahun 2020 ada 581 kasus TB Paru.
Data tersebut menyebut Kecamatan Panggungrejo adalah kasus TB Paru tertinggi yaitu
221 kasus, dibandingkan 4 kecamatan lain, yaitu purworejo dengan 67 kasus, Gadingrejo
32 kasus, Bugul Kidul 20 kasus, dan Rejoso 15 kasus. Dari data tersebut terdapat 75%
menyatakan bahwa tidak kembali berobat karena merasa keluhannya sudah membaik,
25% penderita menyatakan bahwa keluarga tidak mengingatkan untuk datang berobat,
dan 87% penderita menyatakan sibuk bekerja sehingga tidak ada waktu untuk mengambil
obat, selain itu 75% penderita tidak teratur menjalani pengobatan dengan alasan
penyakitnya 2 sudah sembuh sehingga pasien tidak melanjutkan pengobatannya (Dinas
Kesehatan Kabupaten Pasuruan). Tuberculosis Paru melibatkan inhalasi Mycobacterium
Tuberculosis, suatu basil tahan asam (acid-fast bacilli). Setelah inhalasi ada beberapa
kemungkinan perkembangan penyakit yang akan terjadi, yaitu pembersihan langsung dari
bakteri Tuberkulosis, infeksi laten, atau infeksi aktiv. Selanjutnya, kemampuan basil
tahan asam ini untuk bertahan berpoliferasi dalam sel makrofag paru menjadikan
organisme ini mampu untuk menginfasi parenkim, nodus-nodus limfatikus lokal, trakea,
bronkus (Intrapulmonary TB), dan menyebar keluar jaringan paru (Extrapulmonary TB).
Apabila terjadi keterlibatan multi organ, maka TB paru akan memerlukan pengobatan
yang lebih lama. Konsekuensinya biasanya terhadap ketidakpatuhan penderita terhadap
tatalaksana pengobatan TB, atau keterlambatan diagnosis (Nurarif, 20 (Dinas Kesehatan
Kota Padang, 2013) Angka keberhasilan pengobatan pada tahun 2014 sebesar 81,3%
sedangkan WHO menetapkan standar angka keberhasilan pengobatan sebesar 85%.
Sementara Kementerian Kesehatan menetapkan target minimal 88% untuk angka
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan umum dari penulis studi kasus ini adalah untuk memberikan Laporan
Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan dengan menggunakan proses keperawatan dari
pengkajian sampai dengan evaluasi keperawatan.
TINJAUAN PUSTAKA
- Jumlahkan skor untuk semua kriteria (skor maksimum sama dengan jumlah bobot,
yaitu 5)
Skoring diagnosis keperawatan menurut Bailon dan Maglaya
(1978).
No Kriteria Skor Bobot
.
1. Sifat Masalah
Tidak/kurang sehat 3 1
Ancaman kesehatan 2
1
Krisis atau keadaan
sejahtera
2. Kemungkinan Masalah Dapat Di ubah
Dengan mudah 2 2
Hanya sebagian 1
0
Tidak dapat
3. Potensi Masalah Dapat Di cegah
Tinggi 3 1
Cukup 2
1
Rendah
4. Menonjolnya Masalah
Masalah berat, harus 2 1
segera ditangani 1
Ada masalah, tetapi tidak 0
perlu segera ditangani
Masalah tidak dirasakan
2.2.1 Pengertian
Saluran pernapasan bagian atas terdiri atas hidung, faring, laring, dan epiglotis,
yang berfungsi menyaring, menghangatkan, dan melembabkan udara yang dihirup.
(Nursing Students, 2015)
1) Hidung
Bagian ini terdiri atas nares anterior (saluran di dalam lubang hidung) yang
memuat kelenjar sebaseus dengan ditutupi bulu kasar yang bermuara ke
rongga hidung. Bagian hidung lain adalah rongga hidung yang dilapisi oleh
selaput lendir yang mengandung pembuluh darah. Proses oksigenasi diawali
dari sini. Pada saat udara masuk melalui hidung, udara akan disaring oleh
bulu-bulu yang ada di dalam vestibulum (bagian rongga hidung), kemudian
dihangatkan serta dilembabkan.
2) Faring
Merupakan pipa yang memiliki otot, memanjang mulai dari dasar tengkorak
sampai dengan esofagus yang terletak di belakang naso faring (di belakang
hidung), di belakang mulut (orofaring), dan di belakang laring (laringo
faring).
3) Laring (Tenggorokan)
Laring merupakan saluran pernapasan setelah faring yang terdiri atas bagian
tulang rawan yang diikat bersama ligamen dan membran, yang terdiri atas
dua lamina yang bersambung di garis tengah.
4) Epiglotis
Merupakan katup tulang rawan yang berfungsi membantu menutup laring
ketika orang sedang menelan
Saluran Pernapasan Bagian Bawah
Saluran pernapasan bagian bawah terdiri atas trakhea, tandan bronkhus,
segmen bronkhus, dan bronkhiolus, yang berfungsi mengalirkan udara dan
memproduksi surfaktan.
5) Trakea
Trakea atau disebut sebagai batang tenggorok yang memiliki panjang kurang
lebih 9 cm dimulai dari laring sampai kira-kira setinggi vertebra thorakalis
kelima. Trakhea tersebut tersusun atas enam belas sampai dua puluh
lingkaran tidak lengkap yang berupa cincin. Trakhea ini dilapisi oleh selaput
lendir yang terdiri atas epitelium bersilia yang dapat mengeluarkan debu atau
benda asing.
6) Bronkhus
Bentuk percabangan atau kelanjutan dari trakhea yang terdiri atas dua
percabangan yaitu kanan dan kiri. Pada bagian kanan lebih pendek dan lebar
dari pada bagian kiri yang memiliki tiga lobus atas, tengah, dan bawah;
sedangkan bronkhus kiri lebih panjang dari bagian kanan yang berjalan
dalam lobus atas dan bawah. Kemudian saluran setelah bronkhus adalah
bagian percabangan yang disebut sebagai bronkhiolus.
7) Paru
Merupakan organ utama dalam sistem pernapasan. Letak paru itu sendiri di
dalam rongga thoraks setinggi tulang selangka sampai dengan diafragma.
Paru terdiri atas beberapa lobus yang diselaputi oleh pleura yaitu pleura
parietalis dan pleura viseralis, kemudian juga dilindungi oleh cairan pleura
yang berisi cairan surfaktan. Paru sebagai alat pernapasan utama terdiri atas
dua bagian (paru kanan dan paru kiri) dan bagian tengah dari organ tersebut
terdapat organ jantung beserta pembuluh darah yang berbentuk kerucut,
dengan bagian puncak disebut apeks. Paru memiliki jaringan yang bersifat
elastis, berpori, dan memiliki fungsi pertukaran gas oksigen dan
karbondioksida.
2) Fisiologi
Fisiologi sistem pernapasan berdasarkan santa et al :
a) Ventilasi
Ventilasi adalah gerakan udara masuk dan keluar dari paruparu. Gerakan
dalam pernafasan adalah ekspansi dan inspirasi. Pada inspirasi otot diafragma
berkontraksi dan kuabh dari diafragma menurun, pada waktu yang bersamaan
otot-otot interkostal interna berkontraksi dan mendorong dinding dada sedikit
ke arah luar. Dengan gerakan seperti ini ruang didalam dada meluas, tekanan
dalam alveoli menurun dan udara memasuki paru-paru. Pada ekspirasi
diafragma dan otot-otot interkosta eksterna relaksasi. Diafragma naik,
dinding- dinding dada jatuh kedalam dan ruamg di dalam dada hilang. Pada
pernafasan normal yang tenang terjadi sekitas 16 kali permenit. Ekspirasi
diikuti dengan terhentinya sejenak. Kedalaman dan jumlah dari gerakan
pernafasan sebegian besar dikendalikan secara biokimiawi.
b) Difusi
Difusi adalah gerakan diantara udara dan karbondioksida didalam alveoli dan
darah didalam kapiler sekitarnya. Gas-gas melewati hampir secara seketika
siantara alveoli dan darah dengan cara difusi. Dalam cara difusi ini gas
mengalir dari tempat yang tinggi tekanan partialnya ke tempat lain yang lebih
rendah tekanan parsialnya.
c) Transportasi gas dalam darah
Transport : pengangkutan oksigen dan karbon dioksida oleh darah. Oksigen
ditrasportasi dalam darah: dalam sel-sel darah merah; oksigen bergabung
dengan hemoglobin utuk membentuk oksihemoglobin, yang berwarna merah
terang. Dalam plasma: sebagian oksigen terlarut dalam plasma
d) Pertukaran gas dalam jaringan
Metabolisme jaringan meliputi pertukaran oksigen dan karbondioksida diantara
darah dan jaringan.
Fisiologi sistem pernafasan menurut Manurung (2016):
a) Pernafasan Paru-paru (pernafasan Eksternal)
Merupakan pertukaran O2 dan CO2 yang terjadi pada paruparu. O2 diambil
melalui hidung pada waktu bernafas dimana O2 masuk melalui trakea sampai
ke alveoli berhubungan dengan darah dalam kapiler pulmonal, alveoli
memisahkan O2 dari darah. O2 menembus embran, diambil oleh sel darah
merah dibawa ke jantung dan dari jantung dipompakan ke seluruh tubuh.
CO2 yang merupakan hasil buangan menembuh membran alveoli, dari
kapiler darah dikeluarkan melalui pipa bronkus berakhir sampai pada mulut
dan hidung.
b) Pernafasan Jaringan (Pernafasan Internal)
Hemoglobin yang banyak mengandung O2 masuk ke dalam jaringan tubuh
dan pada akhirnya mencapai kapiler. Darah mengeluarkan O2 ke dalam
jaringan dan mengambil CO2 untuk di bawa ke paru-paru.
2.2.3 Etiologi
Menurut Wim de Jong et al 2005 (Nurarif & Hardhi Kusuma, 2015),
Penyebab Tuberculosis adalah Mycobacterium Tuberculosis. Basil ini tidak
berspora sehingga mudah dibasmi dengan pemanasan, sinar matahari, dan sinar
ultraviolet. Ada dua macam mikobakteria tuberculosis yaitu tipe human dan tipe
bovin. Basil tipe bovin berada dalam susu sapi yang menderita mastitis
tuberculosis usus. Basil tipe human bisa berada di bercak ludah (droplet) di udara
yang berasal dari penderita TBC terbuka dan orang yang rentan terinfeksi TBC ini
bila menghirup bercak ini. Perjalanan TBC setelah infeksi melalui udara.
Mycobacterium Tuberkulosis merupakan kuman berbentuk batang yang
berukuran dengan panjang 1-4 mm dan dengan tebal 0,3-0,6 mm. sebagian besar
komponen M. tuberculosis adalah berupa lemak atau lipid sehingga kuman mampu tahan
terhadap asam serta sangat tahan dengan zat kimia dan factor fisik.
Mikroorganisme ini adalah bersifat aerob yaitu menyukai daerah yang banyak
oksigen. Oleh karena itu, M. tuberculosis senang tinggal di daerah apeks paru-paru yang
dimana terdapat kandungan oksigen yang tinggi. Daerah tersebut menjadi daerah yang
kondusif untuk penyakit Tuberkulosis
Kuman ini tahan pada udara kering maupun dalam keadaan dingin (dapat
tahan bertahun-tahun dalam lemari es). Hal ini terjadi karena kuman pada saat itu
berada dalam sifat dormant. Dari sifat dormant ini kuman dapat bangkit dari
tidurnya dan menjadikan tuberculosis aktif kembali. Tuberculosis paru merupakan
penyakit infeksi pada saluran pernapasan. Basil mikrobakterium tersebut masuk
kedalam jaringan paru melalui saluran nafas (droplet infection) sampai alveoli,
maka terjadilah infeksi primer (ghon) selanjutnya menyerang kelenjar getah bening
setempat dan terbentuklah primer kompleks (ranke), keduanya ini dinamakan tuberculosis
primer, yang dalam perjalanannya sebagian besar akan mengalami penyembuhan.
Tuberculosis paru primer, peradangan terjadi sebelum tubuh mempunyai kekebalan
spesifik terhadap basil mikobakterium. Tuberculosis yang kebanyakan didapatkan pada
usia 1-3 tahun. Sedangkan yang disebut tuberculosis post primer (reinfection) adalah
peradangan jaringan paru oleh karena terjadi penularan ulang yang mana di dalam tubuh
terbentuk kekebalan spesifik terhadap basil tersebut (Abdul, 2013).
2.2.4 Klasifikasi
Klasifikasi dari penyakit tuberkulosis paru, diantaranya adalah sebagai berikut
(Angelina, 2016) :
1) Minimal dua dari tiga sampel secret SPS pada BTA hasilnya positif.
2) Dari 1 sampel sekret SPS pada BTA hasilnya positif, dan hasil photo
toraks pada dada menentukan adanya bayangan bakteri tuberkulosis.
3) Dari 1 sampel sekret SPS hasil BTA menunjukkan positif &
perkembang-biakan bakteri tuberkulosis hasilnya positif.
4) Dari 1/lebih sampel sekret yang hasilnya positif sesudah tiga spesimen
sekret SPS dipemeriksaan sebelum BTA hasilnya negatif dan tidak
menunjukkan perbaikan
1) Setidaknya ada tiga spesimen sekret SPS pada BTA hasilnnya negatif.
a. Tuberkulosis paru BTA hasilnya negatif dan photo toraks hasilnya positif
4. Kategorisasi menurut riwayat pasien berobat, terbagi atas bebrapa tipe, yaitu :
a. Pasien Kasus Aktual Yaitu klien belum merasakan OAT atau telah
merasakan OAT minim minggu.
2.2.5 Patofisiologi
Port de entry kuman Mycobacterium tuberculosis adalah saluran
pernafasan, saluran pencernaan, dan luka terbuka pada kulit. Kebanyakan infeksi
terjadi melalui udara, (air bone), yaitu melalui inhalasi droplet yang mengandung
kuman-kuman basil tuberkel yang terinfeksi. Basil tuberkel yang mencapai
alveolus dan diinhalasi biasanya terdiri atas satu sampai tiga gumpalan. Basil yang
lebih besar cenderung bertahan di saluran hidung dan cabang besar bronkus,
sehingga tidak menyebabkan penyakit. Setelah berada dalam ruang alveolus,
kuman akan mulai mengakibatkan peradangan. Leukosit polimorfonuklear tampak
memfagosit bakteri di tempat ini, namun tidak membunuh organisme tersebut.
Sesudah hari pertama, maka leukosit diganti oleh makrofag. Alveoli yang
terserang akan mengalami konsolidasi dan timbul gejala pneumonia akut.
Pneumonia selular ini dapat sembuh dengan sendirinya, sehingga tidak ada sisa
yang tertinggal atau proses dapat berjalan terus dan bakteri terus difagosit atau
berkembang biak di dalam sel. Basil juga menyebar melalui getah bening menuju
getah bening regional. Makrofag yang mengadakan infiltrasi menjadi lebih
panjang dan sebagian bersatu, sehingga membentuk sel tuberkel epitoloit yang dikelilingi
oleh foist. Reaksi ini biasanya membutuhkan waktu 10-20 jam.
WOC Droplet yang dilepaskan px tb Bakteri menetap dan berkemang biak
Dihirup oleh orang yang sehat Suasana tempat yang gelap dan lembap
Tuberkulosis paru
B1 B2 B3 B4 B5 B6
2.1.7 Komplikasi
Komplikasi pada penderita tuberkulosis stadium lanjut yaitu :
a. Hemoptosis berat (perdarahan dari saluran nafas bawah) yang dapat
mengakibatkan kematian karena syok hipovolemik atau tersumbatnya
jalan nafas.
b. Kolaps dari lobus akibat retraksi bronkial.
c. Bronkiektasis (pelebaran bronkus setempat) dan fibrosis (pembentukan
jaringan ikat pada proses pemulihan atau reaktif) pada paru.
d. Pneumotorak (adanya udara di dalam rongga pleura) spontan : kolaps
spontan karena kerusakan jaringan paru.
e. Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang, ginjal dan
sebagainya.
f. insufisiensi Kardio Pulmoner (Cardio Pulmonary Insufficiency)
g. Pembesaran kelenjar servikalis yang superfisial
h. Pleuritis tuberculosa
i. Efusi pleura
j. Tuberkulosa milier
k. Meningitis tuberkulosa
a. Mengenal Masalah
Proses skoring menggunakan skala yang telah dirumuskan oleh (Bailon dan Maglaya,
1978) dalam Suprajitno (2012) yaitu dengan cara :
b. Selanjutnya skor dibagi dengan skor tertinggi dan dikalikan dengan bobot
c. Jumlah skor untuk semua kriteria (skor maksimum sama dengan jumlah bobot, yaitu 5)
1 Sifat masalah : 1
Tidak / kurang sehat / Aktual 3
Ancaman kesehatan / Resiko 2
Krisis atau keadaan sejahtera/potensial 1
4 Menonjolnya masalah :
Masalah berat harus segera ditangani 2 1
Ada masalah, tetapi tidak perlu segera ditangani 1
Masalah tidak dirasakan 0
Skor yang diperoleh
X Bobot
Skor Tertinggi
a. Diagnosa Aktual, menunjukkan keadaan yang nyata dan sudah terjadi saat pengkajian
keluarga
b. Diagnosa Resiko / Resiko Tinggi, merupakan masalah yang belum terjadi pada saat
pengkajian, namun dapat terjadi masalah aktual jika tidak dilakukan tindakan
pencegahan dengan cepat
c. Potensial / Wellness, merupakan proses pencapaian tingkat fungsi yang lebih tinggi, atau
suatu keadaan sejahtera dari keluarga ketika keluarga telah mampu memenuhi kebutuhan
kesehatannya dan mempunyai sumper penunjang kesehatan yang memungkinkan
dapat ditingkatkan (Suprajitno, 2012)
adalah :
khusus yang didasarkan pada masalah yang dilengkapi dengan kriteria dan
yang menguntungkan
Hal penting dalam penyusunan rencana asuhan keperawatan adalah :
Rencana tindakan disesuaikan dengan sumber daya dan dana yang dimiliki oleh
keluarga (Salvari Gusti, 2013)
No Diagnosa Sasaran Tujuan Kriteria Standar Intervensi
Keperawatan
1 Ketidakmampuan Setelah tindakan Keluarga mengenal Keluarga dapat Keluarga dapat menjelaskan 1) Jelaskan arti penyakit TB Paru
keluarga mengenal keperawatan masalah penyakit TB menjelaskan secara pengertian, penyebab, tanda 2) Diskusikan tanda-tanda dan
masalah TB Paru keluarga dapat Paru setelah dua kali lisan tentang dan gejala penyakit TB Paru penyebab penyakit TB Paru
yang terjadi pada mengenal dan kunjungan rumah. penyakit TB Paru. serta pencegahan dan 3) Tanyakan kembali apa yang telah
keluarga. mengerti tentang pengobatan penyakit TB didiskusikan.
penyakit TB Paru Paru secara lisan.
.
2 Ketidakmampuan Setelah tindakan Keluarga dapat Keluarga dapat Keluarga dapat menjelaskan 1) Diskusikan tentang akibat
keluarga mengambil keperawatan mengambil menjelaskan secara dengan benar bagaimana penyakit TB Paru
keputusan yang keluarga dapat keputusan untuk lisan dan dapat akibat TB Paru dan dapat Tanyakan bagaimana keputusan
tepat untuk mengetahui akibat merawat anggota mengambil tindakan mengambil keputusan yang keluarga untuk merawat anggota
mengatasi penyakit lebih lanjut dari keluarga dengan TB yang tepat dalam tepat. keluarga yang menderita TB
TB Paru. penyakit TB Paru. Paru setelah tiga kali merawat anggota
Paru.
kunjungan rumah. keluarga yang sakit.
3 Ketidakmampuan Setelah tindakan Keluarga dapat Keluarga dapat Keluarga dapat melakukan 1) Jelaskan pada keluarga cara-cara
keluarga merawat keperawatan melakukan menjelaskan secara perawatan anggota pencegahan penyakit TB Paru.
anggota keluarga keluarga mampu perawatan yang tepat lisan cara keluarga yang menderita 2) Jelaskan pada keluarga tentang
dengan TB Paru merawat anggota terhadap anggota pencegahan dan penyakit TB Paru secara manfaat istirahat, diet yang tepat
keluarga yang keluarga yang perawatan penyakit tepat. dan olah raga khususnya untuk
menderita penyakit menderita TB Paru TB Paru anggota keluarga yang menderita
TB Paru. setelah dua kali TB Paru.
kunjungan rumah.
4 Ketidakmampuan Setelah tindakan Keluarga dapat Keluarga dapat Keluarga dapat 1) Ajarkan cara memodifikasi
keluarga dalam keperawatan memodifikasi menjelaskan secara memodifikasi lingkungan lingkungan untuk mencegah dan
memelihara atau keluarga mengerti lingkungan yang lisan tentang yang dapat mempengaruhi mengatasi penyakit TB Paru
memodifikasi tentang pengaruh dapat menunjang pengaruh lingkungan penyakit TB Paru . misalnya :
lingkungan yang lingkungan terhadap penyembuhan dan terhadap proses a) Jaga lingkungan rumah agar
dapat mempengaruhi penyakit TB Paru. pencegahan setelah penyakit TB Paru bebas dari resiko kecelakaan
penyakit TB Paru. tiga kali kunjungan misalnya benda yang tajam.
rumah. b) Gunakan alat pelindung bila
bekerja Misalnya sarung
tangan.
c) Gunakan bahan yang lembut
untuk pakaian untuk
mengurangi terjadinya iritasi.
2) Motivasi keluarga untuk
melakukan apa yang telah
dijelaskan.
5 Ketidakmampuan Setelah tindakan Keluarga dapat Keluarga dapat Keluarga dapat Jelaskan pada keluarga ke mana
keluarga keperawatan menggunakan menjelaskan secara menggunakan fasilitas mereka dapat meminta pertolongan
menggunakan keluarga dapat tempat pelayanan lisan ke mana pelayanan secara tepat. untuk perawatan dan pengobatan TB
fasilitas pelayanan menggunakan kesehatan yang tepat mereka harus Paru.
kesehatan guna fasilitas pelayanan untuk mengatasi meminta pertolongan
perawatan dan kesehatan sesuai penyakit TB Paru untuk perawatan dan
pengobatan TB Paru. kebutuhan. setelah dua kali pengobatan penyakit
kunjungan rumah. TB Paru.
1.2.4 Implementasi Keperawatan
Pada langkah ini, perawat memberikan asuhan keperawatan yang pelaksanaannya
berdasarkan rencana keperawatan yang telah disesuaikan pada langkah sebelumnya
(intervensi).
1.2.5 Evaluasi Keperawatan
Evaluasi dimaksudkan yaitu untuk pencapaian tujuan dalam asuhan keperawatan
yang telah dilakukan pasien. Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses
keperawatan dan berasal dari hasil yang ditetapkan dalam rencana keperawatan.
Evaluasi dilakukan berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya dalam
perencanaan, membandingkan hasil tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan
dengan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya dan menilai efektivitas proses
keperawatan mulai dari tahap pengkajian, perencanaan dan pelaksanaan. Evaluasi disusun
menggunakan SOAP.