Anda di halaman 1dari 6

TUGAS EPIDEMIOLOGI

Dosen Pengampu : Ns. Apriana Rahmawati, S.Kep, M.Kep

Disusun Oleh Kelompok 3

Anggota :

1. Annisa Tsalats Nabila (012121003)


2. Fitri Amalia (012121027)
3. Irma Suryani (012121015)
4. Irfan Hidayatullah (012121037)
5. Lely Nuryaningsih (012121031)
6. Oka Warpriana (012121021)
7. Wiji Handayani (012121030)

Program Studi S1 Keperawatan

Universitas Binawan

Tahun Ajaran 2022-2023


Skill Assessment
A. Judul Jurnal : Pengetahuan dan Tindakan Pencegahan Penularan Penyakit Tuberkulosis
Paru Pada Keluarga Kontak Serumah
1. Article Summary :
Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit menular langsung yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis. Melalui droplet pada orang yang terinfeksi kuman
Mycobacterium tuberculosis, penyakit tuberculosis dapat menyebar secara luas dan
cepat. Pasien dengan TB BTA positif merupakan sumber penularan penyakit
tuberculosis. Batuk atau bersin dari pasien TB akan menyebarkan kuman ke udara
dalam bentuk droplet nuclei (percikan dahak). Kurang lebih 3000 percikan dahak
dihasilkan pada waktu sekali batuk. Percikan dahak yang berada pada waktu yang
lama dalam suatu ruangan akan memudahkan terjadinya penularan penyakit TB.
Jumlah percikan dapat dikurangi dengan adanya ventilasi atau aliran udara yang cukup
dan kuman Mycobacterium tuberculosis akan mati apabila terkena sinar matahari
secara langsung. Dalam keadaan gelap dan lembab, percikan dahak dapat bertahan
selama beberapa jam (Depkes RI, 2008). Jumlah kuman yang dikeluarkan dari paru-
paru dapat mempengaruhi daya penularan seorang pasien. Semakin banyak jumlah
kuman atau semakin tinggi hasil BTA positif pada pemeriksaan dahak pasien, semakin
tinggi juga daya penularan dari pasien tersebut. Konsentrasi percikan dahak pada
udara dan lamanya menghirup udara tersebut akan mempengaruhi seseorang untuk
terpajan kuman Mycobacterium tuberculosis (Depkes RI, 2008). Salah satu hal yang
dapat berpengaruh terhadap perilaku seseorang yakni lingkungan sosial. Lingkungan
sosial dapat menyangkut mengenai sosial budaya dan sosial ekonomi. Khususnya
terkait hal sosial ekonomi, sebagai contoh keluarga dengan status sosial ekonomi yang
tinggi akan dapat memenuhi kebutuhan hidupnya dibandingkan dengan keluarga
dengan status sosial ekonomi rendah. Fenomena ini memberikan gambaran bahwa
masih banyak penderita TB Paru yang ditemukan di masyarakat. Kemungkinan
penularan telah terjadi di unit terkecil masyarakat yaitu di tingkat keluarga. Hingga
tahun 2010 pengembangan pelaksanaan strategi DOTS yang mana salah satunya
adalah PMO atau pengawas menelan obat yang selain dilakukan oleh petugas
kesehatan juga dilakukan oleh anggota keluarga penderita TB Paru, peran keluarga
tentu sangat berpengaruh terhadap proses penyembuhan penyakit TB Paru termasuk
halnya dalam perawatan dan pengawasan.
Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit menular langsung yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis. Pengetahuan, sikap dan tindakan tentang pencegahan
penularan TB Paru sangat dibutuhkan untuk mencegah penularan TB paru di
lingkungan keluarga. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis perbedaan perilaku
pencegahan penularan penyakit TB paru pada keluarga kontak serumah di wilayah
kerja Pusat kesehatan masyarakat (Puskesmas) Rangkah, Pacar Keling, dan Gading
Kota Surabaya tahun 2015.

Penelitian ini bersifat observasional analitik dengan desain studi case control.
Penelitian ini menggunakan 25 sampel kasus dan 25 sampel kontrol.

Pengumpulan data menggunakan kuesioner. Variabel yang diteliti adalah tindakan


pencegahan penularan penyakit TB paru, status sosial ekonomi, jenis kelamin,
pengetahuan dan sikap.

Analisis data menggunakan uji Chi-square dan Wilxocon mann whiteney.

Hasil penelitian menunjukkan mayoritas responden memiliki status sosial ekonomi


dalam kategori rendah (72%), berjenis kelamin perempuan (58%), memiliki
pengetahuan baik (78%), sikap baik (72%), dan tindakan pencegahan penularan TB
paru baik (56%). Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan jenis
kelamin (p = 0,010), pengetahuan (p=0,018) dan tindakan (p=0,000) pencegahan
penularan penyakit TB paru pada keluarga kontak serumah, sedangkan status sosial
ekonomi (p=0,533) dan sikap (p=0,212) tidak memiliki perbedaan yang bermakna.
Kesimpulan penelitian ini adalah ada perbedaan jenis kelamin dan perilaku yang
meliputi pengetahuan dan tindakan pencegahan penularan penyakit TB paru pada
keluarga kontak serumah. Disarankan perlunya kerja sama dan intervensi dari tenaga
kesehatan melalui pendekatan kepada keluarga dan penderita dalam rangka
pencegahan penularan penyakit TB paru. Kata Kunci: keluarga, pengetahuan, sikap,
tindakan,
2. Which of the following health outcomes could be studied using analytic study design

Anggota keluarga penderita TB Paru kontak serumah yang tertular dan kemudian
menderita TB Paru (sakit) yang sedang aktif menjalani program pengobatan TB Paru
di Puskesmas Rangkah, Pacar Keling dan Gading Kota Surabaya tahun 2015.
Populasi kontrol yaitu anggota keluarga penderita TB Paru kontak serumah yang
sedang aktif atau selesai menjalani program pengobatan TB Paru di Puskesmas
Rangkah, Pacar Keling dan Gading Kota Surabaya tahun 2015 yang tidak tertular
atau tidak menderita TB Paru (tidak sakit).

3. which of the following factors may affect the researchers assessment of disease
prevalence in their study population? chose all that apply?

Faktor selanjutnya yang mempengaruhi penilaian jurnal ini adalah terdapat


perbedaan tindakan pencegahan pada keluarga yang kontak serumah dengan
penderita TB Paru. Sebagian besar kelompok kasus (anggota keluarga penderita TB
Paru kontak serumah yang tertular dan kemudian menderita TB Paru) memiliki
tindakan pencegahan penularan dengan kondisi kurang, sebaliknya pada kelompok
kontrol (anggota keluarga penderita TB Paru kontak serumah yang sedang aktif atau
selesai menjalani program pengobatan TB Paru) memiliki tindakan pencegahan
penularan yang baik.
B. Judul Jurnal : Hubungan Karakteristik Individu dengan Pengetahuan tentang Pencegahan
Coronavirus Disease 2019 pada Masyarakat di Kalimantan Selatan
1. Article Summary :
Coronavirus adalah keluarga besar virus yang menyebabkan penyakit mulai dari
gejala ringan sampai berat. Ada setidaknya dua jenis coronavirus yang diketahui
menyebabkan penyakit yang dapat menimbulkan gejala berat seperti Middle East
Respiratory Syndrome (MERS) dan Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS).
Coronavirus Disease 2019 (Covid-19) adalah penyakit jenis baru yang belum pernah
diidentifikasi sebelumnya pada manusia. Virus penyebab Covid-19 ini dinamakan
Sars-CoV-2. Virus corona adalah zoonosis (ditularkan antara hewan dan manusia).
Penelitian menyebutkan bahwa SARS ditransmisikan dari kucing luwak (civet cats)
ke manusia dan MERS dari unta ke manusia. Adapun hewan yang menjadi sumber
penularan Covid-19 ini masih belum diketahui. Penularan melalui kontak dekat dan
droplet, bukan melalui transmisi udara. Orang yang berisiko terinfeksi adalah yang
berhubungan dekat dengan orang yang positif covid-19. Tindakan pencegahan
merupakan kunci penerapan di pelayanan kesehatan dan masyarakat. Langkah
pencegahan di masyarakat adalah dengan menjaga kebersihan tangan menggunakan
hand sanitizer jika tangan tidak terlihat kotor. Cuci tangan dengan sabun jika tangan
terlihat kotor. Menghindari menyentuh mata, hidung dan mulut. Dan menerapkan
etika batuk atau bersin dengan menutup hidung dan mulut dengan lengan atas bagian
dalam. Memakai masker dan menjaga jarak (minimal 1 meter) dari orang lain.
Melakukan komunikasi risiko penyakit dan pemberdayaan masyarakat untuk
meningkatkan pengetahuan [1]. Penyakit komorbid hipertensi dan diabetes melitus,
jenis kelamin laki-laki, dan perokok aktif merupakan faktor risiko dari penyakit
Covid-19 [8]-[9]. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui hubungan antara
karakteristik individu (umur, jenis kelamin, pendidikan, status pekerjaan, dan posisi
dalam keluarga) dengan pengetahuan masyarakat di Kalimantan Selatan tentang
pencegahan Covid-19.

Coronavirus Disease 2019 (Covid-19) saat ini menjadi permasalahan dunia yang
serius dengan jumlah kasusnya yang selalu mengalami peningkatan setiap harinya.
Tanda dan gejala umum infeksi Covid-19 antara lain gejala gangguan pernapasan akut
seperti demam, batuk dan sesak napas. Masa inkubasi rata-rata 5-6 hari dengan masa
inkubasi terpanjang 14 hari. Pada kasus COVID-19 yang berat dapat menyebabkan
pneumonia, sindrom pernapasan akut, gagal ginjal, dan bahkan kematian. Tanda-
tanda dan gejala klinis yang dilaporkan pada sebagian besar kasus adalah demam,
dengan beberapa kasus mengalami kesulitan bernapas, dan hasil rontgen
menunjukkan infiltrat pneumonia luas di kedua paru.

Tujuan: Untuk mengetahui pengetahuan masyarakat Kalimantan Selatan tentang


pencegahan Covid-19 beserta faktor karakteristik individu.

Metode: Desain cross sectional dengan sampel berjumlah 1190 orang yang dipilih
dengan menggunakan purposive sampling. Instrumen penelitian menggunakan
kuesioner google form.

Hasil: Dari 1190 masyarakat yang menjadi responden merupakan masyarakat dengan
kategori umur remaja yaitu sebesar 93,7%, status pekerjaan tidak bekerja sebesar
77,2%, berjenis kelamin perempuan sebesar 66,3%, posisi dalam keluarga sebagai
anggota rumah tangga yaitu sebesar 97,8%, dan mempunyai pengetahuan yang baik
tentang pencegahan Covid-19 sebesar 69,2%.

Hasil uji chi square menunjukan nilai p antara umur, jenis kelamin, pendidikan, status
pekerjaan dan posisi dalam keluarga dengan pengetahuan tentang pencegahan
Covid19 adalah 0,386, 0,013, 0,428, 0,515, dan 0,999. Kesimpulan: Umur,
pendidikan, status pekerjaan dan posisi dalam keluarga dengan tidak memiliki
hubungan dengan pengetahuan tentang pencegahan Covid-19. Namun, jenis kelamin
memiliki hubungan dengan pengetahuan tentang pencegahan Covid-19.

Anda mungkin juga menyukai