Anda di halaman 1dari 12

F5

PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN PENYAKIT

MENULAR DAN TIDAK MENULAR

I. Judul Laporan Kegiatan : Penyuluhan Penyakit Covid-19 di Wilayah Kerja

Puskesmas Sungai Baung Desa Benakat Minyak

LATAR BELAKANG

Corona virus adalah keluarga besar virus yang menyebabkan penyakit mulai dari

gejala ringan sampai berat. Ada setidaknya dua jenis coronavirus yang diketahui

menyebabkan penyakit yang dapat menimbulkan gejala berat seperti Middle East

Respiratory Syndrome (MERS) dan Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS).

Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) adalah penyakit jenis baru yang belum pernah

diidentifikasi sebelumnya pada manusia. Virus penyebab COVID-19 ini dinamakan Sars-

CoV-2. Virus corona adalah zoonosis (ditularkan antara hewan dan manusia). Penelitian

menyebutkan bahwa SARS ditransmisikan dari kucing luwak (civet cats) ke manusia dan

MERS dari unta ke manusia. Adapun, hewan yang menjadi sumber penularan COVID-19

ini masih belum diketahui (Kemenkes, 2020)Tanda dan gejala umum infeksi COVID-19

antara lain gejala gangguan pernapasan akut seperti demam, batuk dan sesak napas. Masa

inkubasi rata-rata 5-6 hari dengan masa inkubasi terpanjang 14 hari. Pada kasus COVID-

19 yang berat dapat menyebabkan pneumonia, sindrom pernapasan akut, gagal ginjal, dan

bahkan kematian. Tanda-tanda dan gejala klinis yang dilaporkan pada sebagian besar

kasus adalah demam, dengan beberapa kasus mengalami kesulitan bernapas, dan hasil

rontgen menunjukkan infiltrat pneumonia luas di kedua paru (Kemenkes, 2020).


PERMASALAHAN

 Pada 31 Desember 2019, WHO China Country Office melaporkan kasus pneumonia

yang tidak diketahui etiologinya di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Cina. Pada tanggal 7

Januari 2020, Cina mengidentifikasi pneumonia yang tidak diketahui etiologinya

tersebut sebagai jenis baru coronavirus (coronavirus disease, COVID-19).

 Pada tanggal 30 Januari 2020 WHO telah menetapkan sebagai Kedaruratan Kesehatan

Masyarakat Yang Meresahkan Dunia/ Public Health Emergency of International

Concern (KKMMD/PHEI).

 Meningkatnya angka penularan COVID-19 di Kabupaten PALI

 Pencegahan penularan COVID-19 di Kabtupaten PALI Khususnya Wilayah Kerja

Puskesmas Sungai Baung di Desa Benakat Minyak

 Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang penyakit COVID-19 di Wilayah Kerja

Puskesmas Sungai Baung di Desa Benakat Minyak

 Kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya penerapan protokol kesehatan

dalam pencegahan COVID-19 di Wilayah Kerja Puskesmas Sungai Baung di Desa

Benakat Minyak

PERENCANAAN & PEMILIHAN INTERNVENSI

1. Menentukan target responden yang merupakan pasien yang akan berobat saat Posyandu

Lansia di Desa Benakat Minyak

2. Menyiapkan materi dan peralatan peraga

3. Menyiapkan ruangan yang menerapkan protocol pencegahan COVID-19


PELAKSANAAN

a. Tempat : Ruangan Balai Desa Benakat Minyak

b. Hari, tanggal : Rabu, 16 September 2020

c. Waktu : Pukul 09.15 – 10 .00 WIB

d. Peserta : Pasien yang akan berobat ke Posyandu Lansia

e. Kegiatan

Pembukaan : Memberi salam, perkenalan dan menyampaikan tujuan penyuluhan

Penyajian : Menjelaskan secara ringkas tentang penyakit Corona virus, mengedukasi

pola hidup bersih dan sehat termasuk cara cuci tangan 6 langkah

Penutupan : Mengakhiri dengan salam

Melakukan kegiatan menggunakan prinsip pencegahan penularan covid-19

1. Pemaparan tentang penyakit COVID-19 dengan bahasa yang mudah dipahami

2. Pemaparan tentang factor resiko dan cara mencegah penyakit COVID-19

3. Memberikan arahan cara mencuci tangan, social distancing (menjaga jarak) serta

kebersihan diri dan lingkungan.

4. Memberikan arahan selalu menggunakan masker dimanapun dan kapanpun untuk

pencegahan penyakit Covid-19

Monitoring dan evaluasi

a. Faktor Penghambat

 Penerapan social distancing dan protocol pencegahan penularan COVID-19 Posyandu

Lansia Desa Benakat Minyak masih kurang, masyarakat tidak menjaga jarak .

 Masih adanya pasien Posyandu Lansia yang tidak menggunakan masker


b. Faktor Pendukung

 Masyarakat terlihat aktif, gembira, dan antusias mengikuti kegiatan penyuluhan dari

awal sampai akhir.

 Masyarakat mampu memahami materi dengan baik.

II. Judul Laporan Kegiatan : Penyuluhan Hipertensi di Desa Talang Padang

LATAR BELAKANG

Hipertensi merupakan salah satu penyakit dari penyakit tidak menular

( noncommunicable disease = NCD ). Umumnya penyakit hipertensi terjadi pada orang

yang sudah berusia lebih dari 40 tahun. Penyakit ini biasanya tidak menunjukkan gejala

yang nyata dan pada stadium awal belum menimbulkan gangguan yang serius pada

kesehatan penderitanya. Hal ini serupa seperti yang dikemukakan oleh, hipertensi tidak

mempunyai gejala khusus sehingga sering tidak disadari oleh penderitanya. Di dunia

diperkirakan 7,5 juta kematian disebabkan oleh tekanan darah tinggi. Pada tahun 1980

jumlah orang dengan hipertensi ditemukan sebanyak 600 juta dan mengalami

peningkatan menjadi hampir 1 milyar pada tahun 2008 (WHO, 2013). Hasil riset WHO

pada tahun 2007 menetapkan hipertensi pada peringkat tiga sebagai faktor resiko

penyebab kematian dunia. Hipertensi telah menyebabkan 62% kasus stroke, 49%

serangan jantung setiap tahunnya (Corwin, 2007).

PERMASALAHAN

Di Indonesia sendiri, berdasarkan hasil riset kesehatan tahun 2007 diketahui

bahwa prevalensi hipertensi di Indonesia sangat tinggi, yaitu rata-rata 3,17% dari total

penduduk dewasa. Hal ini berarti dari 3 orang dewasa, terdapat 1 orang yang menderita

hipertensi (Riskesdas, 2008). Hipertensi merupakan penyakit tidak menular yang


menduduki peringkat pertama terbanyak di Propinsi Sumatera Selatan. Prevalensi

penyakit hipertensi di kota Palembang pada tahun 2012 sebanyak 62,07 per 10.000

penduduk (6.856 kasus) , tahun 2013 sebesar 49,61 per 10.000 penduduk (5.534

kasus), dan tahun 2014 sebesar 39,17 per 10.000 penduduk (4.552 kasus) hipertensi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa prevalensi hipertensi di Palembang pada tahun

2013 adalah 14,4%. Tingginya Prevalensi penyakit Hipertensi tentunya perlu

mendapatkan perhatian khusus dan perlu kerjasama berbagai sektor serta pengobatan

yang tepat agar dapat mengurangi kejadian penyakit Hipertensi di Indonesia khususnya

daerah Kab.Pali dan Wilayah Kerja Puskesmas Sungai Baung.

PERENCANAAN

Memberikan penyuluhan tentang hipertensi atau darah tinggi kepada masyarakat

dengan menggunakan protokol kesehatan pencegahan penularan COVID-19

PELAKSANAAN

- Kegiatan menggunakan protokol kesehatan pencegahan penularan COVID-19

- Menentukan tempat sasaran dan materi penyuluhan dari hasil evaluasi tersebut

- Menyiapkan bahan dan media penyuluhan

- Melakukan penyuluhan mulai dari definisi hingga penatalaksanaan

- Membuka sesi tanya jawab serta sharing

MONITORING DAN EVALUASI

Warga diminta rutin kontrol cek tekanan darah dalam meyukseskan program PIS-

PK salah satunya rutin kontrol untuk penyakit darah tinggi. Evaluasi akan dilakukan

tahun selanjutnya dengan mendata masalah2 yang berhubungan dengan PIS-PK


III. Judul Laporan Kegiatan :  Penyuluhan Tentang Penyakit Tuberculosis Di

Posyandu Lansiai di Desa Semangus

LATAR BELAKANG

Penyakit Tuberkulosis adalah penyakit infeksi bakteri menahun yang disebabkan

oleh Mycobacterium tuberculosis yang ditandai dengan pembentukan granuloma pada

jaringan yang terinfeksi, sebagian besar kuman TB menyerang paru, tetapi dapat juga

mengenai organ tubuh lainnya termasuk meningen, ginjal, tulang, dan nodus limfe.

Sebagian besar dari kasus TB ini (95%) dan kematiannya (98%) terjadi di negara negara

yang sedang berkembang. Indonesia adalah negara dengan prevalensi TB ke-3 tertinggi

di dunia setelah China dan India, sedangkan berdasarkan Survei Kesehatan Nasional

tahun 2001, TB menempati ranking nomor 3 sebagai penyebab kematian tertinggi di

Indonesia. Hal ini disebabkan kurangnya kesadaran masyarakat dan terbatasnya tenaga

kesehatan yang memegang program TB baik secara kualitas maupun kuantitas.

Rendahnya tingkat pendidikan dan pengetahuan penderita dan keluarga sebagai

pengawas minum obat (PMO) menyebabkan sedikitnya penemuan kasus TB baru dan

rendahnya angka kesembuhan penderita TB. Selain itu adanya kepercayaan masyarakat

bahwa TB adalah penyakit yang memalukan dan ketakutan akan dikucilkan menjadi

kendala dalam penemuan dan pengobatan kasus TB.

PERMASALAHAN

a) Kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai penyakit TB Paru

b) Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang cara penularan TB Paru

c) Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang cara pencegahan penularan penyakit TB

Paru
d) Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang penyebab dan gejala penyakit TB Paru

e) Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang pengobatan penyakit TB Paru

PERENCANAAN & PEMILIHAN INTERNVENSI

1. Menentukan target responden yang merupakan pasien yang akan berobat saat Posyandu

Lansia di Desa Semagus

2. Menyiapkan materi

3. Menyiapkan ruangan yang menerapkan protocol pencegahan COVID-19

4. Metode penyuluhan dibagi atas dua sesi yaitu penyampaian materi dan sesi tanya jawab

dengan menerapkan protocol pencegahan penularan COVID-19

PELAKSANAAN

 Tempat : Ruangan Poskesdes Desa Semangus


 Hari, tanggal : Jum’at , 14 Agustus 2020
 Waktu : Pukul 09.15 – 10.00 WIB
 Peserta : Pasien yang akan berobat ke Posyandu Lansia Desa Semangus
 Kegiatan
 Penyuluhan dilakukan sebelum pasien diberikan pengobatan, pasien diminta cuci

tangan dan menggunakan masker serta menjaga jarak

 Pembukaan : Memberi salam, perkenalan dan menyampaikan tujuan penyuluhan

 Penyajian : Menjelaskan secara ringkas tentang penyakit TB Paru, mengedukasi

tentang penyakit TB Paru

 Penutupan : Mengakhiri dengan salam

MONITORING DAN EVALUASI

Monitoring dilakukan dengan memberikan sesi tanya jawab dalam penyuluhan.


IV. Judul Laporan Kegiatan  :  Penyuluhan Penyakit Infeksi Cacing di Puskesmas

Sungai Baung

LATAR BELAKANG

Indonesia merupakan Negara berkembang. Salah satu masalah kesehatan di

Indonesia adalah menghadapi penyakit cacingan. Penyakit kecacingan adalah salah satu

penyakit endemik yang disebabkan oleh infeksi satu atau lebih jenis cacing. Data dari

World Health Organization (WHO) pada tahun 2016, lebih dari 1,5 milyar orang atau

sekitar 24% penduduk dunia terinfeksi STH. Angka kejadian terbesar berada di sub-

Sahara Afrika, Amerika, China dan Asia Timur. Salah satu penyakit yang disebabkan

oleh cacing adalah filariasis. Lima provinsi dengan kasus kronis filariasis terbanyak pada

tahun 2018 adalah Papua (3.615 kasus), Nusa Tenggara Timur (1.542 kasus), Jawa Barat

(781 kasus), Papua Barat (622 kasus) dan Aceh (578 kasus). (Profil Kesehatan Indonesia

tahun 2018)

Diantara nematoda usus ada sejumlah spesies yang penularannya melalui tanah

atau biasa disebut dengan cacing jenis STH yaitu Ascaris lumbricoides, Necator

americanus, Trichuris trichuira dan Ancylostoma duodenale (Margono et al., 2006).

Kecacingan ini umumnya ditemukan di daerah tropis dan subtropis dan beriklim basah

dimana hygiene dan sanitasinya buruk. Penyakit ini merupakan penyakit infeksi paling

umum menyerang kelompok masyarakat ekonomi lemah dan ditemukan pada berbagai

golongan usia (WHO, 2011).

Melihat kasus cacingan di Indonesia, pemerintah melakukan upaya

pemberantasan penyakit ini dengan cara pembuatan program pemberian cacing dengan

usia prasekolah yaitu usia 5-6 tahun. Karena anak usia prasekolah merupakan kelompok

yang beresiko.
PERMASALAHAN

1. Kurangnya pengetahuan orang tua tentang pemberian obat cacing

2. Kurangnya kesadaran orang tua untuk memberikan anaknya obat cacing setiap 6 bulan

sekali.

3. Kelompok usia pra sekolah (5-6 tahun) merupakan kelompok yang beresiko

4. Hobi anak-anak yang main di tanah bisa menyebabkan anak terkena obat cacing.

PERENCANAAN & PEMILIHAN INTERNVENSI

1. Menentukan target responden yang merupakan anak-anak usia sekolah dan pra sekolah

yang berkunjung ke Puskesmas Sungai Baung

2. Menyiapkan obat cacing yaitu albendazole 400 mg

3. Menyiapkan alat dan bahan lain yang diperlukan

PELAKSANAAN

Pelaksanaan dilakukan dengan metode konseling, informasi, edukasi (KIE) kepada

orang tua yang membawa anaknya berobat ke Puskesmas Sungai Baung. Konseling

dilakukan secara tatap muka menggunakan metode diskusi antar dokter dan pasien,

dimulai dengan menjelaskan penyakit infeksi cara penularannya serta cara pencegahan

agar terhidar dari penyakit kecacingan dengan bahasa yang mudah dimengerti oleh orang

tua pasien dan pasien.

MONITORING DAN EVALUASI

Pelaksanaan edukasi berjalan dengan baik tanpa kendala, pasien yang diberikan

edukasi umumnya antuasias dan mau mendengarkan edukasi. Evaluasi Anak-anak harus

diajarkan tentang cara mencuci tangan dengan baik dan benar sebelum maupun setelah
melakukan aktivitas fisik. Kesimpulan yang dapat diambil dari hasil penyuluhan ini adalah

TB merupakan penyakit yang bisa mematikan yang dapat menular dengan mudah melalui

dahak. Sehingga, TB harus dicegah dengan mengeliminasi sumber penularannya. Hal ini

sangat penting diketahui masyarakat mengenai tanda, gejala, pengobatan serta

pencegahannya

V. Judul Laporan Kegiatan : Penyuluhan Scabies di SD Desa Sungai Baung

LATAR BELAKANG

Scabies atau penyakit kudis merupakan penyakit kulit yang disebabkan oleh

infestasi dan sensitisasi terhadap Sarcoptes scabiei var hominis. Penularan penyakit ini

terjadi secara kontak langsung. Penyakit ini tersebar hampir diseluruh dunia terutama pada

daerah tropis dan penyakit ini endemis di beberapa negara berkembang. Di beberapa

wilayah lebih dari 50% anak-anak terinfestasi Sarcoptes Scabiei. Scabies masih

merupakan masalah kesehatan di Indonesia. Prevalensi penyakit scabies di Indonesia

adalah sekitar 6-27% dari populasi umum dan cenderung lebih tinggi pada anak-anak.

Beberapa faktor yang berperan dalam penyebaran scabies adalah : kondisi pemukiman

yang padat, hygiene perorangan yang jelek, social ekonomi yang rendah, kebersihan

lingkungan yang kurang baik, serta perilaku yang tidak mendukung kesehatan. Pada

daerah yang berhawa dingin dan higiene sanitasi yang kurang bagus banyak ditemukan

kasus scabies.

PERMASALAHAN

Hingga saat ini angka kejadien scabies di Indonesia masih tinggi, beberapa faktor

yang berkontribusi terhadap kejadian scabies antara lain adalah rendahnya tingkat
kebersihan diri, sanitasi lingkungan buruk, sumber air tidak bersih, serta pemukiman padat

penduduk yang memudahkan penularan. Banyaknya faktor yang mempengaruhi kejadian

scabies tentunya membutuhkan kerjasama dari berbagai sektor, baik dari pemerintah,

penyedia fasilitas kebersihan, puskesmas hingga masyarakat untuk bisa menyelesaikan

permasalahan ini. Melihat hygiene para siswa sekolah dasar maka sangat memungkinkan

sekali para siswa tersebut untuk menderita penyakit scabies.

Rendahnya tingkat pengetahuan tentang penyakit scabies, kondisi lingkungan serta

kurangnya hygiene dikalangan dapat mengakibatkan menderita scabies. Pada siswa yang

menderita scabies ini akan dapat mempengaruhi prestasi belajar dari para siswa.

Penurunan kasus Scabies dikalangan anak sekolah dapat dilakukan dengan cara memutus

rantai penularannya. Memutus Rantai penularan penyakit scabies dapat dilakukan dengan

cara pengobatan penderita yang berperanan sebagai sumber penularan penyakit ini.

Peningkatan Higiene dan sanitasi personal juga akan membantu dalam memutus penularan

penyakit ini. Peningkatan pengetahuan tentang penyakit scabies ini juga akan sangat

membantu dalam menurunkan kejadian scabies dikalangan siswa

PERENCANAAN DAN PEMILIHAN INTERVENSI

1.Menentukan target responden yang merupakan siswa SD Sungai Baung yang akan

melaksanakan BIAS ( Bulan Imunisasi Anak Sekolah )

2. Menyiapkan materi dan media penyuluhan

3. Menyiapkan ruangan yang menerapkan protocol pencegahan COVID-19

4. Melakukan penyuluhan mulai dari definisi hingga penatalaksanaan

5. Metode penyuluhan dibagi atas dua sesi yaitu penyampaian materi dan sesi tanya jawab

dengan menerapkan protocol pencegahan penularan COVID-19


PELAKSANAAN

 Tempat : SD Sungai Baung

 Hari, tanggal : Rabu , 12 Agustus 2020

 Waktu : Pukul 08.30 – 09.00 WIB

 Peserta : Siswa SD Sungai Baung

 Kegiatan

o Penyuluhan dilakukan sebelum pelaksanaan, para siswa diminta cuci tangan

dan menggunakan masker serta menjaga jarak

o Pembukaan : Memberi salam, perkenalan dan menyampaikan tujuan

penyuluhan

o Penyajian : Menjelaskan secara ringkas tentang penyakit Scabies, serta

mengedukasi para siswa tentang penyakit Scabies, cara penularan dan cara

pencegahannya.

o Penutupan : Mengakhiri dengan salam

MONITOR DAN EVALUASI

 Para Siswa mengikuti kegiatan penyuluhan dengan sangat antusias

 Para Siswa diajarkan tentang cara menjaga Higiene dan sanitasi dengan baik benar

 Para siswa mampu memahami materi dengan baik

Anda mungkin juga menyukai