Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Coronavirus adalah keluarga besar virus yang menyebabkan penyakit mulai dari gejala
ringan sampai berat. Setidaknya ada dua jenis coronavirus yang diketahui menyebabkan
penyakit yang dapat menimbulkan gejala berat seperti Middle East Respiratory Syndrome
(MERS) dan Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS). Coronavirus Disease 2019
(COVID-19) adalah penyakit jenis baru yang belum pernah diidentifikasi sebelumnya pada
manusia. Virus penyebab COVID-19 ini dinamakan SarsCoV-2. Virus corona adalah
zoonosis (ditularkan antara hewan dan manusia). Penelitian menyebutkan bahwa SARS
ditransmisikan dari kucing luwak (civet cats) ke manusia dan MERS dari unta ke manusia.
Adapun, hewan yang menjadi sumber penularan COVID19 ini masih belum diketahui
(Kemenkes, 2020).
Gejala umum dari infeksi COVID-19 berupa demam ≥380C sedangkan tanda dan gejala
lainnya seperti gangguan pernapasan akut yang disertai demam, batuk kering dan sesak
napas. Masa inkubasi rata-rata 5-6 hari dengan masa inkubasi terpanjang 14 hari. Pada kasus
COVID-19 yang berat dapat menyebabkan pneumonia, sindrom pernapasan akut, gagal
ginjal, dan bahkan kematian. Tanda-tanda dan gejala klinis yang dilaporkan pada sebagian
besar kasus adalah demam, dengan beberapa kasus mengalami kesulitan bernapas, dan hasil
rontgen menunjukkan infiltrat pneumonia luas di kedua paru (Kemenkes, 2020).
COVID-19 telah dinyatakan sebagai pandemi dunia oleh WHO (WHO, 2020). Secara
nasional melalui Keputusan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 9A
Tahun 2020 yang diperbarui melalui Keputusan nomor 13 A Tahun 2020 telah ditetapkan
Status Keadaan Tertentu Darurat Bencana Wabah Penyakit Akibat Virus Corona di
Indonesia. Selanjutnya, dengan memperhatikan eskalasi kasus dan perluasan wilayah
terdampak, Pemerintah menerbitkan Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2020 tentang
Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) Dalam Rangka Percepatan Penanganan COVID-
19, serta Keputusan Presiden Nomor 11 Tahun 2020 tentang Penetapan Kedaruratan
Kesehatan Masyarakat COVID-19, kemudian diperbaharui dengan Keputusan Presiden
Nomor 12 Tahun 2020 tentang Penetapan Bencana Non Alam Penyebaran COVID-19
Sebagai Bencana Nasional.
Sampai dengan tanggal 25 Maret 2020, dilaporkan total kasus konfirmasi 414.179
dengan 18.440 kematian (CFR 4,4%) dimana kasus dilaporkan di 192 negara/wilayah.
Diantara kasus tersebut, sudah ada beberapa petugas kesehatan yang dilaporkan terinfeksi..
Sampai dengan tanggal 16 November 2020, Indonesia sudah melaporkan 470.648 kasus
konfirmasi COVID-19 dari 34 Provinsi yaitu: Bali, Banten, DIY, DKI Jakarta, Jambi, Jawa
Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah,
Kalimantan Selatan, Kalimantan Utara, Kep. Riau, Riau, Nusa Tenggara Barat, Nusa
Tenggara Timur, Aceh, Bengkulu, Sumatera Selatan, Sumatera Utara, Sumatera Barat,
Sulawesi Utara, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat,
Gorontalo, Lampung, Maluku Utara, Maluku, Bangka Belitung, Papua Barat dan Papua.
Wilayah dengan transmisi lokal di Indonesia adalah DKI Jakarta, Banten (Kab. Tangerang,
Kota Tangerang), Jawa Barat (Kota Bandung, Kab. Bekasi, Kota Bekasi, Kota Depok, Kab.
Bogor, Kab. Bogor, Kab. Karawang), Jawa Timur (kab. Malang, Kab. Magetan dan Kota
Surabaya) dan Jawa Tengah (Kota Surakarta).
Berdasarkan bukti ilmiah, COVID-19 dapat menular dari manusia ke manusia melalui
percikan batuk/bersin (droplet), tidak melalui udara. Orang yang paling berisiko tertular
penyakit ini adalah orang yang kontak erat dengan pasien COVID-19 termasuk yang
merawat pasien COVID-19. Rekomendasi standar untuk mencegah penyebaran infeksi
adalah melalui cuci tangan secara teratur menggunakan sabun dan air bersih, menerapkan
etika batuk dan bersin, menghindari kontak secara langsung dengan ternak dan hewan liar
serta menghindari kontak dekat dengan siapapun yang menunjukkan gejala penyakit
pernapasan seperti batuk dan bersin. Selain itu, menerapkan Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi (PPI) saat berada di fasilitas kesehatan terutama unit gawat darurat (Kemenkes,
2020)
Fasilitas pelayanan kesehatan menjadi garda terdepan dalam menghadapi masalah
kesehatan di masyarakat akibat COVID-19. Puskesmas yang selama ini menjadi ujung
tombak pelayanan kesehatan untuk menjangkau masyarakat di wilayah kerjanya
semakin penting perannya untuk penanggulangan COVID-19, dimana puskesmas
merupakan FKTP yang mempunyai peran sangat penting dalam melakukan prevensi,
deteksi dan respon di dalam pencegahan dan pengendalian COVID-19. Dengan adanya
pandemik COVID-19 yang terjadi di seluruh negara termasuk salah satunya adalah Negara
Indonesia, maka Kementerian Kesehatan melakukan instruksi salah satunya yaitu
penggunaan APD, dimana pada pasien Non reaktif peugas akan menggunakan APD level 1,
pada pasien reaktif petugas akan menggunakan APD level 2 sedangkan pada pasien
terkonfirmasi maka petugas harus menggunakan APD level 3, rajin mencuci tangan dengan
sabun dan air mengalir dan tetap diam di rumah. Banyak hal yang dilakukan sebagai upaya
untuk mencegah penyebaran COVID-19 dan penerapan protokol kesehatan di Puskesmas
Lambale sesuai dengan arahan Kemenkes RI tentang petunjuk teknis pelayanan puskesmas
pada masa pandemi COVID-19.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latarbelakang diatas, maka dirumuaskan masalah sebagai berikut:
‘’Apakah ada hubungan pencegahan penyebaran COVID-19 dengan penerapan protokol
kesehatan di Puskesmas Lambale tahun 2020?”

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pencegahan penyebaran COVID-19
dengan penerapan protokol kesehatan di Puskesmas Lambale
2. Tujuan Khusus
a) Mengetahui upaya pencegahan COVID-19 di Puskesmas Lambale
b) Mengetahui penerapan protokol kesehatan dalam pencegahan penyebaran infeksi
COVID-19 di Puskesmas Lambale
c) Mengetahui hambatan atau masalah dalam penerapan protokol kesehatan di
Puskesmas Lambale

D. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Meningkatkan angka kepatuhan dalam penerapan protokol kesehatan untuk mencegah
penyebaran COVID-19
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Puskesmas Lambale
Dapat dijadikan sebagai bahan masukan dan pertimbangan bagi Puskesmas
Lambale dalam pencegahan penyebaran COVID-19, sehingga dapat menurunkan
angka penyebaran COVID-19
b. Bagi Masyarakat
Diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat dalam pentingnya
penerapan protokol kesehatan untuk mencegah penyebaran COVID-19
c. Bagi Peneliti
Sebagai bahan acuan dalam meningkatkan pengetahuan tentang pencegahan
penyebaran COVID-19 sehingga dapat memberikan informasi yang tepat tentang
pencegahan penyebaran COVID-19
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Telaah Pustaka
1. COVID-19
Coronavirus Disease 19 (COVID-19) merupakan penyakit yang disebabkan oleh
Novel Coronavirus (2019-nCoV) atau yang kini dinamakan SARS-CoV-2 yang
merupakan virus jenis baru yang belum pernah diidentifikasi sebelumnya pada manusia.
Tanda dan gejala umum infeksi COVID-19 antara lain gejala gangguan pernapasan akut
seperti demam, batuk dan sesak napas hingga pada kasus yang berat menyebabkan
pneumonia, sindrom pernapasan akut, gagal ginjal dan bahkan kematian. Manifestasi
klinisnya muncul dalam 2 hari hingga 14 hari setelah terjadi pajanan. Hingga saat ini
masih diyakini bahwa transmisi penularan COVID-19 adalah melalui droplet dan kontak
langsung, kecuali bila ada tindakan medis yang memicu terjadinya aerosol (misalnya
resusitasi jantung paru, pemeriksaan gigi seperti penggunaan scaler ultrasonik dan high
speed air driven, pemeriksaan hidung dan tenggorokan, pemakaian nebulizer dan
pengambilan swab) dimana dapat memicu terjadinya resiko penularan melalui airborne
(Kemenkes, 2020)2.
COVID-19 disebabkan oleh SARS-COV2 yang termasuk dalam keluarga besar
coronavirus yang sama dengan penyebab SARS pada tahun 2003, hanya berbeda jenis
virusnya. Gejalanya mirip dengan SARS, namun angka kematian SARS (9,6%) lebih
tinggi dibanding COVID-19 (kurang dari 5%), walaupun jumlah kasus COVID-19 jauh
lebih banyak dibanding SARS. COVID-19 juga memiliki penyebaran yang lebih luas dan
cepat ke beberapa negara dibanding SARS.
2. Puskesmas
Kekuatan sistem kesehatan nasional kita pun saat ini diuji seiring dengan eskalasi
kasus COVID-19 yang telah melanda seluruh provinsi di Indonesia. Fasilitas pelayanan
kesehatan menjadi garda terdepan dalam menghadapi masalah kesehatan di masyarakat
akibat COVID-19. Puskesmas yang selama ini menjadi ujung tombak pelayanan kesehatan
untuk menjangkau masyarakat di wilayah kerjanya semakin penting perannya untuk
penanggulangan COVID-19.
Peran FKTP pada pandemi COVID-19 sangat penting khususnya Puskesmas dalam
melakukan prevensi, deteksi dan respon di dalam pencegahan dan pengendalian COVID-
19. Hal ini merupakan bagian yang akan kila lakukan bersama agar dapat mengendalikan
jumlah kasus. Puskesmas harus mampu mengelola, memanfaatkan sumber daya yang
dimilikinya secara efektif dan efisien dalam memutus mata rantai penularan, baik di level
individu, keluarga dan masyarakat. Hal ini dapat dilakukan melalui kegiatan komunikasi
risiko dan KIE, pemberdayaan masyarakat, dan penggerakan peran serta lintas sektor.
Puskesmas melakukan pemberdayaan masyarakat di wilayah kerjanya pada berbagai
aspek baik pada sisi prevensi, deteksi dan respon. Saya yakin bahwa sumber daya yang
dimiliki Puskesmas serta sumber daya lokal yang ada di wilayahnya dapat disinergikan
dalam rangka peran Puskesmas memotong rantai penularan COVID-19 sehingga akan
sangat membantu menurunkan jumlah kasus COVID-19. Jika peran ini dapat dilakukan
dengan baik oleh Puskesmas, maka akan sangat membantu system pelayanan di FKRTL
tetap berjalan dengan baik.
Fokus penanganan pandemi COVID-19 tidak hanya bertumbuh pada penanganan
kasus, tetapi perlu dilakukan pemberdayaan masyarakat dalam upaya pemutusan rantai
penularan agar secara sukarela dan patuh menjalankan anjuran pemerintah untuk
menggunakan masker, rajin mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir dan tetap diam
di rumah. Peran Puskesmas sangat penting dalam mewujudkan kemandirian masyarakat
melalui pemberdayaan masyarakat dalam mengubah perilaku dan lingkungan yang sejalan
dengan teori H.L Blum, yakni masyarakat didorong untuk memiliki perilaku hidup sehat
yang memiliki kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat serta hidup dalam
lingkungan sehat.
Berdasarkan kajian yang ada, hanya 20% pasien terinfeksi yang memerlukan
perawatan di rumah sakit, sedangkan 80% yang karantina mandiri dan isolasi diri di
rumah yang hal ini merupakan tugas Puskesmas bersama lintas sektor yang terlibat
sebagai Tim Satgas COVID-19 Kecamatan/Desa/Kelurahan untuk melakukan
pengawasan.
3. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi
Pelaksanaan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) di Puskesmas bertujuan
untuk untuk memutus siklus penularan penyakit infeksi melalui kewaspadaan standar dan
kewaspadaan berdasarkan transmisi. Agar pelaksanaan PPI dapat terlaksana dengan baik,
maka petugas Puskesmas perlu memahami enam komponen rantai penularan yaitu:
a. Agen infeksi (infectious agent) adalah mikroorganisme penyebab infeksi. Agen
penyebab infeksi COVID-19 berupa virus severe acute respiratory syndrome
coronavirus 2 (SARS-C0V-2).
b. Reservoir atau wadah tempat/sumber agen infeksi dapat hidup, tumbuh, berkembang-
biak dan siap ditularkan kepada manusia. Reservoir COVID-19 adalah saluran napas
atas.
c. Pintu keluar adalah lokasi tempat agen infeksi (mikroorganisme) meninggalkan
reservoir. Pada COVID-19 melalui saluran napas, hidung dan mulut.
d. Cara penularan (Metode Transmisi) adalah metode transport mikroorganisme dari
wadah/reservoir ke pejamu yang rentan. Pada COVID-19 metode penularannya yaitu:
(1) kontak: langsung dan tidak langsung, (2) droplet, (3) airborne.
e. Pintu masuk adalah lokasi agen infeksi memasuki pejamu yang rentan. Virus COVID-
19 melalui saluran napas, hidung, mulut, dan mata.
f. Pejamu rentan adalah seseorang dengan kekebalan tubuh menurun sehingga tidak
mampu melawan agen infeksi. Faktor yang dapat mempengaruhi kekebalan adalah
umur, status gizi, status imunisasi, penyakit kronis
Pada masa pandemi COVID-19 ini, fokus Puskesmas adalah pada prevensi, deteksi,
dan respon terhadap kasus COVID-19 tanpa mengesampingkan kegiatan pencegahan dan
pengendalian penyakit lainnya. Pencegahan dan Pengendalian COVID-19 Puskesmas
harus mempertimbangkan penunjukan sementara tenaga tambahan surveilans khusus
untuk menangani pandemi COVID 19 dan bekerja sama dengan jejaringnya seperti klinik
pratama dan tempat praktik mandiri dokter.
a. Prevensi
1) Melakukan komunikasi risiko termasuk penyebarluasan media KIE COVID-19
kepada masyarakat.
2) Pemantauan ke tempat-tempat umum bersama lintas sektor dan tokoh masyarakat.
b. Deteksi
1) Surveilans Influenza Like Illness (ILI) dan pneumonia melalui Sistem
Kewaspadaan Dini dan Respon (SKDR).
2) Surveilans aktif/pemantauan terhadap pelaku perjalanan dari wilayah/ negara
terjangkit.
3) Membangun dan memperkuat jejaring kerja surveilans dengan pemangku
kewenangan, lintas sektor dan tokoh masyarakat.
4) Surveilans contact tracing pada orang dekat kasus, PDP dan pelaku perjalanan
serta kontaknya.
c. Respon
1) Tata laksana klinis sesuai kondisi pasien
2) Melakukan rujukan ke RS sesuai indikasi medis
3) Memperhatikan prinsip PPI
4) Notifikasi kasus 1x24 jam secara berjenjang
5) Melakukan penyelidikan epidemiologi berkoordinasi dengan dinas kesehatan
daerah kabupaten/kota
6) Mengidentifikasi kontak erat yang berasal dari masyarakat dan petugas kesehatan
7) Melakukan pemantauan Kesehatan PDP ringan, ODP dan OTG menggunakan
formulir sesuai dengan Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Coronavirus
Disease (COVID-19) pada revisi 4/terakhir
8) Mencatat dan melaporkan hasil pemantauan secara rutin
9) Edukasi pasien untuk isolasi diri di rumah
10) Melakukan komunikasi risiko kepada keluarga dan masyarakat
11) Pengambilan spesimen dan berkooordinasi dengan dinas kesehatan setempat
terkait pengiriman spesimen
4. Protokol Kesehatan COVID-19
a. Protokol Kesehatan di Pusksmas
1) Kewaspadaan Standar
Kewaspadaan standar dilakukan melalui 11 langkah sesuai pedoman yang berlaku,
untuk kasus COVID-19 terdapat penekanan-penekanan sebagai berikut:
a) Kebersihan Tangan
Kebersihan tangan dilakukan dengan cara 6 langkah benar cuci tangan dan 5
Momen kapan harus dilakukan cuci tangan. Harus tersedia sarana cuci tangan
seperti wastafel dengan air mengalir, sabun cair agar setiap pengunjung/pasien
melakukan cuci tangan pakai sabun (CTPS) saat datang dan pulang dari
Puskesmas
b) Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)
Penggunaan APD memerlukan 4 unsur yang harus dipatuhi yaitu, menetapkan
indikasi penggunaan APD, cara memakai dengan benar, cara melepas dengan
benar, cara mengumpulkan (disposal) setelah dipakai. Cara tersebut dilakukan
sesuai pedoman yang berlaku. Penetapan indikasi penggunaan APD dilakukan
dengan mempertimbangkan resiko terpapar, dimana APD digunakan oleh orang
yang berisiko terpajan dengan pasien atau material infeksius; dinamika
transmisi, yaitu droplet dan kontak, transmisi secara airborne dapat terjadi pada
tindakan yang memicu terjadinya aerosol misalnya resusitasi jantung paru,
pemeriksaan gigi seperti penggunaan scaler ultrasonik dan high speed air
driven, pemeriksaan hidung dan tenggorokan, pemakaian nebulizer dan
pengambilan swab. Jenis APD yang digunakan pada kasus COVID-19,
berdasarkan tempat layanan kesehatan, profesi dan aktivitas petugas, cara
pemakaian dan pelepasan APD dapat dilihat pada lampiran.
c) Kesehatan lingkungan
(1) Pembersihan area sekitar pasien menggunakan klorin 0,05%, atau H2O2
0,5-1,4%, bila ada cairan tubuh menggunakan klorin 0,5%:
₋ Pembersihan permukaan sekitar pasien harus dilakukan secara rutin
setiap hari, termasuk setiap kali pasien pulang/keluar dari fasyankes
(terminal dekontaminasi).
₋ Pembersihan juga perlu dilaksanakan terhadap barang yang sering
tersentuh tangan, misalnya: nakas disamping tempat tidur, tepi tempat
tidur dengan bed rails,tiang infus, tombol telpon, gagang pintu,
permukaan meja kerja, anak kunci, dll.
(2) Ventilasi dan kualitas udara Sistem Ventilasi adalah sistem yang menjamin
terjadinya pertukaran udara di dalam gedung dan luar gedung yang
memadai, sehingga konsentrasi droplet nuklei menurun. Sistem ventilasi
campuran mengkombinasikan antara ventilasi alamiah dan penggunaan
peralatan mekanis. Misalnya, kipas angin yang berdiri atau diletakkan di
meja dapat mengalirkan udara ke arah tertentu, hal ini dapat berguna bila
dipasang pada posisi yang tepat, yaitu dari petugas kesehatan ke arah
pasien.
d) Penempatan pasien
Penempatan pasien termasuk di sini penyesuaian alur guna menempatkan
pasien infeksius terpisah dengan pasien non infeksius. Disamping itu,
penempatan pasien disesuaikan dengan pola transmisi infeksi penyakit pasien
(kontak, droplet, airborne) sebaiknya ruangan tersendiri.
e) Etika batuk dan bersin
Petugas, pasien dan pengunjung dengan gejala infeksi saluran napas harus
menerapkan etika batuk. Edukasi terkait hal ini disampaikan melalui
media/secara langsung oleh petugas. Disamping itu bagi pengunjung/pasien
harus menggunakan masker sesuai ketentuan yang berlaku.
f) Penyuntikan yang aman.
g) Pengelolaan Limbah Hasil Pelayanan Kesehatan.
h) Dekontaminasi Peralatan Perawatan Pasien.
i) Penanganan dan pencucian linen yang sudah dipakai dengan aman.
j) Perlindungan Kesehatan Petugas
(1) Semua petugas Kesehatan menggunakan APD saat berisiko terjadi paparan
darah, produk darah, cairan tubuh, bahan infeksius atau bahan berbahaya
(2) Dilakukan pemeriksaan berkala terhadap semua petugas kesehatan
terutama pada area risiko tinggi
(3) Tersedia kebijakan pelaksanaan akibat tertusuk jarum/benda tajam bekas
pakai pasien
(4) Tata laksana pasca pajanan
2) Kewaspadaan berdasarkan transmisi/infeksi
Sesuai cara penularannya, jenis kewaspadaan berdasarkan transmisi yang berlaku
pada kasus suspek dan COVID-19 adalah kewaspadaan berdasarkan transmisi
droplet, kontak, dan airborne pada kondisi tertentu yang dilaksanakan mengacu
pada pedoman yang berlaku. Terkait kewaspadaan berdasarkan transmisi melalui
airborne pengaturan penempatan posisi pemeriksa, pasien dan ventilasi mekanis di
dalam suatu ruangan dengan memperhatikan arah suplai udara bersih yang masuk
dan keluar. Pada saat pemeriksaan fisik arahkan muka pasien berlawanan arah
dengan muka pemeriksa.
WHO merekomendasikan natural ventilasi, boleh kombinasi dengan mekanikal
ventilasi menggunakan kipas angin untuk mengarahkan dan menolak udara yang
tercemar menuju area ruangan yang dipasang exhaust van/jendela/lubang angin
sehingga dapat membantu mengeluarkan udara. Posisi duduk petugas juga diatur
agar aliran udara bersih dari arah belakang petugas ke arah pasien atau memotong
antara pasien dan petugas
b. Protokol Kesehatan di Masyarakat
Selama mengakses pelayanan di Puskesmas dan saat sehari-hari, masyarakat
melakukan:
1) Rutin cuci tangan pakai sabun enam langkah dengan air bersih mengalir.
2) Hindari kerumunan.
3) Hindari menyentuh mata hidung dan mulut.
4) Melakukan etika batuk dan bersin.
5) Berdiam diri di rumah.
6) Hindari daerah dengan jumlah kasus COVID-19 tinggi.
7) Karantina diri selama 14 hari jika memiliki riwayat bepergian ke daerah terjangkit
8) Tidak berjabat tangan.
9) Segera ganti baju dan mandi selepas bepergian ke luar rumah.
10) Bersihkan barang-barang yang sering di sentuh.
11) Menggunakan masker jika terpaksa harus ke luar rumah.

B. Landasan Teori
Puskesmas yang selama ini menjadi ujung tombak pelayanan kesehatan untuk
menjangkau masyarakat di wilayah kerjanya semakin penting perannya untuk
penanggulangan COVID-19, dimana puskesmas merupakan FKTP yang mempunyai
peran sangat penting dalam melakukan prevensi, deteksi dan respon di dalam pencegahan
dan pengendalian COVID-19.
Penerapan protokol kesehatan dapat dilakukan dilingkungan Puskesmas dan masyarakat.
Penerapan protokol kesehatan dilingkungan Puskesmas terdiri dari:
1. Kewaspadaan standar
2. Kewaspadaan berdasakan transmisi

C. Kerangka Konsep

Puskesmas
(KemenKes, 2020 Pencegahan dan Penerapan Sesuai
tentang Petunjuk Penyebaran protokol
Teknis Pelayanan COVID-19 kesehatan
Puskesmas Pada
Masa Pandemi
COVID-19) Tidak
Sesuai

Prevensi Deteksi Respon


BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan pendekatan deskriptif. Metode
penelitian kuantitatif yaitu salah satu jenis penelitian yang spesifikasinya sistematis,
terencana dan terstruktur dengan jelas sejak awal hingga pembuatan desain penelitiannya.
Pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara random, pengumpulan data
menggunakan instrument penelitian, analisis data bersifat kuantitatif dengan tujuan untuk
menguji hipotesis yang telah ditetapkan (sugiyono, 2017). Penelitian ini untuk mengetahui
Upaya Pencegahan dan Penyebaran COVID-19 dengan Penerapan Protokol Kesehatan di
Puskesmas Lambale.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian


Lokasi penelitian berada di Puskesmas Lambale. Penelitian ini dimulai dengan
melakukan penelusuran kepustakaan, penyusunan proposal, seminar proposal, penelitian dan
analisis data serta penyusunan laporan akhir. Penelitian ini akan dilaksanakan selama 2 bulan
Februari sampai Maret 2021.

C. Populasi dan Sampel


1. Populasi
Menurut Sugiyono (2017), populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas
obyek atau subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan
oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi penelitian
ini adalah semua semua staf di Puskesmas Lambale tahun 2021. Hal ini dikarenakan
semua staf diharuskan untuk melaksanakan protokol kesehatan selama masa pandemi
COVID-19.
2. Sampel
Peneliti dalam pemilihan sampel pada penelitian ini, menetapkan kriteria sampel sebagai
berikut :
a. Kriteria inklusi : staf yang mengalami kontak langsung dengan pasien.
b. Kriteria eksklusi : staf yang sedang menjalani masa isolasi atau cuti.
Tehnik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah accidental sampling, yaitu
sebuah cara untuk mendapatkan sampel dengan mengambil kasus atau responden yang
kebetulan ada atau tersedia (Notoatmodjo, 2010).

D. Variable Penelitian
Variabel bebas : Pencegahan Penyebaran COVID-19
Variabel terikat : Penerapan Protokol Kesehatan

E. Definisi Operasional
Definisi operasional adalah suatu unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana
caranya mengukur variabel.
Definisi
No Variabel Parameter Skala
Operasional
1 Pencegahan Upaya yang dilakukan a. Melaksanakan Nominal
penyebaran untuk memutus mata b. Tidak
COVID-19 rantai penyebaran infeksi Melaksanakan
COVID-19
2 Penerapan Langkah-langkah yang a. Sesuai Nominal
Protokol dilakukan dalam b. Tidak Sesuai
Kesehatan pencegahan penyebaran
COVID-19

F. Instrumen Pengumpulan Data


Instrumen penelitian adalah alat-alat yang digunakan untuk pengumpulan data
(Notoatmodjo, 2010). Dalam penelitian ini alat yang digunakan adalah kuesioner, yaitu
sejumlah pertanyaan atau peryataan tertulis yang dibaca dan dijawab oleh responden
penelitian (Danim dan Darwis, 2003). Bentuk kuesioner adalah bentuk pertanyaan tertutup,
dimana responden tinggal memilih alternatif jawaban yang telah disediakan sesuai petunjuk
dengan tujuan agar lebih mengarahkan jawaban responden dan lebih mudah diolah
(Notoatmodjo, 2010).
G. Pengolahan dan Analisa Data
1. Pengolahan Data
a. Tahap pengumpulan data yaitu proses memasuki lingkungan penelitian dan
melakukan pengumpulan data penelitia
b. Tahap coding data yaitu melakukan pengkodean terhadap beberapa variabel yang
akan diteliti dengan tujuan untuk mempermudah dalam melakukan analisa data dan
mempercepat entry data.
c. Tahap penyajian data yaitu penyajian informasi untuk memberikan kemungkinan
adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.
d. Kesimpulan data yang telah dianalisa.
2. Analisis Data
Analisis data dilakukan dengan univariat dan bivariate dengan uji korelasi

H. Jalannya Penelitian
1. Tahap Pendahuluan
a. Menentukan prioritas masalah pada suatu tempat.
b. Melakukan studi pendahuluan.
2. Tahap Persiapan
a. Menyusun proposal penelitian dengan arahan dari pembimbing I dan pembimbing II.
b. Melakukan seminar proposal penelitian.
c. Mengurus surat izin penelitian.
3. Tahap Pelaksanaan
a. Melakukan pengumpulan data.
b. Mengolah data.
c. Menganalisis data.
4. Tahap Akhir
a. Menyimpulkan hasil penelitian.
b. Membuat laporan hasil penelitian.
c. Melakukan seminar hasil penelitian.

Anda mungkin juga menyukai