Anda di halaman 1dari 11

KARYA TULIS ILMIAH

GAMBARAN MASYARAKAT UNTUK


MEMBEDAKAN PENYAKIT COVID-19 DENGAN
TBC

OLEH:

ANITA OKTOVIA RAHAYU


1914401004

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PAHLAWAN TUANKU
TAMBUSAI
2021
TEMA : TBC
(GAMBARAN MASYARAKAT UNTUK
MEMBEDAKAN PENYAKIT COVID-19
DENGAN TBC)
Tuberculosis (TB) adalah penyakit lama yang masih menjadi
pembunuh terbanyak di antara penyakit menular. Berdasarkan laporan
WHO 2017 diperkirakan ada 1.020.000 Kasus di Indonesia namun baru
terlaporkan ke Kementerian kesehatan sebanyak 420.000 kasus. Besar
dan luasnya permasalahan akibat TBC mengharuskan semua pihak untuk
dapat berkomitmen dan berkerjasama dalam melakukan pencegahan dan
pengendalian TBC.
Virus Corona adalah sebuah keluarga virus yang ditemukan pada
manusia dan hewan. Sebagian virusnya dapat mengingeksi manusia serta
menyebabkan berbagai penyakit, mulai dari penyakit umum seperti flu,
hingga penyakit-penyakit yang lebih fatal. Infeksi virus Corona disebut
COVID-19 (Corona Virus Disease 2019) dan pertama kali ditemukan di
kota Wuhan, China pada akhir Desember 2019. Virus ini menular
dengan sangat cepat dan telah menyebar ke hampir semua negara,
termasuk Indonesia, hanya dalam waktu beberapa bulan.
Virus Corona merupakan kumpulan virus yang bisa menginfeksi
sistem pernapasan. Pada banyak kasus, virus ini hanya menyebabkan
infeksi pernapasan ringan, seperti flu. Namun, virus ini juga bisa
menyebabkan infeksi pernapasan berat, seperti infeksi paru-paru
(pneumonia).

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari, memahami serta


membedakan penyakit COVID-19 dengan TBC dan secara mendalam
mengenai Asuhan Keperawatan pada Tuberculosis Paru di
PUSKESMAS KAMPAR.
PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Tuberculosis (TB) adalah suatu penyakit infeksi menular yang disebabkan


bakteri Mycobacterium tuberculosis, yang dapat menyerang berbagai organ,
terutama paru-paru. Tetapi Tuberculosis juga sangat liar karena dapat menyerang
organ selain paru. TB bisa menyerang organ kelenjar getah bening, usus, tulang,
otak, dan selaputnya, laring, ginjal bahkan payudara. Tuberkulosis bisa mengenai
setiap organ pada tubuh manusia, walaupun sebagian besar tuberkulosis mengenai
paru, tapi kejadian ekstra paru atau penyakit TB di luar Paru dilaporkan mencapai 5
hingga 30 %. Penyakit ini bila tidak diobati atau pengobatannya tidak tuntas dapat
menimbulkan komplikasi berbahaya hingga kematian. Meskipun jumlah kematian
akibat Tuberculosis menurun 22% antara tahun antara tahun 2000-2015, namun
tuberculosis masih menepati peringkat ke-10 penyebab kematian tertinggi didunia
pada tahun 2016. Oleh sebab itu hingga saat ini. TBC masih menjadi prioritas
utama di dunia dan menjadi salah satu tujuan dalam SDGs (Sustainability
Development Goals) (Susenes, 2017).

Tuberculosis adalah penyakit lama yang masih menjadi pembunuh terbanyak


di antara penyakit menular. Berdasarkan laporan WHO 2017 diperkirakan ada
1.020.000 Kasus di Indonesia namun baru terlaporkan ke Kementerian kesehatan
sebanyak 420.000 kasus. Besar dan luasnya permasalahan akibat TBC
mengharuskan semua pihak untuk dapat berkomitmen dan berkerjasama dalam
melakukan pencegahan dan pengendalian TBC. Kerugian yang diakibatkannya
sangat besar, bukan hanya dari aspek kesehatan semata tetapi juga dari aspek sosial
ancaman terhadap cita-cita pembangunan dalam meningkatkan kesejahteraan
rakyat secara menyeluruh karenanya perang terhadap TBC berarti pula perang
terhadap kemiskinan, ketidakproduktifan, dan kelemahan akibat TBC (Kemenkes,
2018).

Berdasarkan data Profil Kesehatan Kota Samarinda Tahun 2016, Penemuan


kasus TB BTA (+) Kota Samarinda sebanyak 457 kasus. Menurut jenis kelamin,
jumlah kasus pada laki-laki lebih tinggi dari pada perempuam yaitu 270 kasus pada
laki-laki dan 187 kasus pada perempuan. Menurut Kelompok umur, Kasus
Tuberkulosis pada tahun 2016 paling banyak ditemukan pada kelompok umur 25-
34 Tahun. Sedangkan kasus Tuberkulosis pada anak-anak 0-14 Tahun sekitar 3%
dari total penemuan kasus. Dan data yang diperoleh pada daerah (Palaran 39
Kasus), (Samarinda sebrang 37 Kasus), (Loa Janan Ilir 45 Kasus), (Sungai
Kunjang 71 Kasus), (Samarinda Ulu 47 Kasus), (Samarinda Ilir 41 Kasus),
Sambutan 34 Kasus ), (Samarinda Utara 61 Kasus ), (Sungai Pinang 50 Kasus).
Menunjukan Kasus TB BTA+ Tahun 2016 paling banyak ditemukan di kecamatan
Sungai Kunjang menyusul Kasus terbanyak kedua tercatat ditemukan di
Kecamatan Samarinda Utara (Profil Kesehatan Kota Samarinda Tahun 2016).
Menurut Data rekam medik Rumah Sakit Abdul Wahab sjahranie didapatkan
jumlah pasien Tuberkulosis sebanyak 553 orang dari 33.241 pasien yang di rawat
atau sekitar 1,66% dari seluruh pasien pada tahun 2017.
Tuberculosis (TB) Paru akan menimbulkan dampak secara langsung bagi
penderita yaitu kelemahan fisik, batuk terus menerus, sesak napas, nyeri dada,
nafsu makan menurun, berat badan menurun, keringat dimalam hari dan panas
tinggi sedangkan dampak bagi keluarga yaitu penderita TB Paru yang tidak diobati
akan menularkan kuman TB pada keluarganya, dan akan sangat sulit jika penderita
TB tinggal dalam satu rumah dengan banyak orang. (Jurnal Ilmu Keperawatan).

Upaya untuk mengatasi masalah Tuberculosis di Indonesia TOSS TBC


(Temukan Obati Sampai Sembuh) Adalah gerakan untuk menemukan pasien
sebanyak mungkin dan mengobati sampai sembuh sehingga rantai penularan di
masyarakat bisa dihentikan. Gerakan TOSS TBC sebagai upaya pencegahan dan
pengendalian TBC (Kemenkes, 2018).

Sejalan dengan meningkatnya kasus TB, pada awal tahun 1990-an WHO
dan IUATLD mengembangkan strategi pengendalian TB yang dikenal sebagai
strategi DOTS (Directly Observed Treatment Short-course). Strategi DOTS terdiri
dari 5 komponen kunci, yaitu: Komitmen Politis dari para pengambil keputusan
termasuk dukungan dana, Diagnosis TB dengan pemeriksaan dahak secara
mikroskopis langsung, Pengobatan dengan paduan OAT jangka pendek dengan
Pengawasan Menelan Obat (PMO), Kesinambungan persediaan Obat Anti
Tuberculosis (OAT) jangka pendek untuk pasien, Pencatatan dan pelaporan yang
baku untuk memudahkan pemantauan dan evaluasi program TB.

Selain itu, Upaya untuk mengatasi masalah keperawatan bersihan jalan


nafas tidak efektif pada pasien TB yaitu dengan cara Postural Drainage atau
dengan cara batuk efektif, Gangguan pertukaran gas dengan memposisikan pasien
untuk memaksimalkan ventilasi, hipertermi dengan memonitor jumlah nutrisi dan
kandungan kalori dan resiko infeksi dengan memonitor tanda dan gejala infeksi
sistemik dan local (NANDA, 2015).
Virus Corona adalah sebuah keluarga virus yang ditemukan pada manusia dan
hewan. Sebagian virusnya dapat mengingeksi manusia serta menyebabkan
berbagai penyakit, mulai dari penyakit umum seperti flu, hingga penyakit-penyakit
yang lebih fatal. Infeksi virus Corona disebut COVID-19 (Corona Virus Disease
2019) dan pertama kali ditemukan di kota Wuhan, China pada akhir Desember
2019. Virus ini menular dengan sangat cepat dan telah menyebar ke hampir semua
negara, termasuk Indonesia, hanya dalam waktu beberapa bulan.
Virus Corona merupakan kumpulan virus yang bisa menginfeksi sistem
pernapasan. Pada banyak kasus, virus ini hanya menyebabkan infeksi pernapasan
ringan, seperti flu. Namun, virus ini juga bisa menyebabkan infeksi pernapasan
berat, seperti infeksi paru-paru (pneumonia).
Penyebaran virus corona ini terbilang sangat mudah menyebar, dikarenakan
virus corona ini sangat mudah menular kepada sesama. Tercatat pada saat ini sudah
terdapat sekitar 4 juta jiwa yang telah terkena virus corona ini di seluruh dunia.
Sedangkan di Indonesia sendiri juga sudah cukup banyak korban yang terkena
virus corona ini yaitu sebanyak 15 ribu jiwa.
Virus corona dapat menular dari tetesan kecil dari hidung atau mulut ketika
seseorang yang terinfeksi virus ini bersin atau batuk.Tetesan itu kemudian
mendarat di sebuah benda atau permukaan yang lalu disentuh oleh orang sehat dan
orang sehat tersebut menyentuh mata, hidung atau mulut mereka. Virus corona
juga bisa menyebar ketika tetesan kecil itu dihirup oleh seseorang ketika
berdekatan dengan yang terinfeksi virus corona. Banyak sekali media virus corona
ini untuk menular diantaranya udara, air, sentuhan langsung, dan lain lain

Pada akhir akhir ini perkembangan virus corona (COVID 19) sangat besar,
hal ini membuat semua negara yang rakyatnya terjangkit virus ini menjadi waspada
dan mempersiapkan segala cara untuk melawan virus corona ini. Dikarenakan
penyebaran virus corona yang sangat mudah pemerintah dari berbagai negara
melakukan berbagai cara untuk melawan virus ini diantaranya melakukan
lockdown negara, menambah tenaga medis untuk menyembuhkan pasien yang
terjangkit virus, dan lain sebagainya.
Di Indonesia sendiri pemerintah mengarahkan rakyatnya untuk tidak keluar
rumah dan bekerja dari rumah untuk menekan pertumbuhan virus corona yang
semakin besar. Penyebaran virus corona yang dapat menyebar melalui udara
membuat virus ini sangat mudah menyebar, dengan kita tetap berada di dalam
rumah kita dapat membuat peluang penyebaran virus corona ini menjadi semakin
kecil, meskipun terbilang peluang untuk sembuh dari virus corona ini terbilang
sangat besar namun alangkah baiknya jika kita mencegah daripada mengobati.
Gejala virus corona ini cukup terbilang mirip dengan sakit flu yaitu diantaranya
demam, kelelahan, dan batuk kering. Beberapa pasien mungkin mengalami sakit
dan nyeri, hidung tersumbat, pilek, sakit tenggorokan atau diare. Gejala-gejala ini
bersifat ringan dan terjadi secara bertahap. Namun, beberapa orang yang terinfeksi
virus corona tidak menunjukkan gejala apa pun dan tak merasa tidak enak badan.
Maka dari itu saat ini kita harus tetap berada di rumah terlebih dahulu untuk
menghentikan peluang penyebaran virus corona.
Banyak cara yang dapat kita lakukan untuk menekan peluang menyebarnya
virus corona ini diantaranya kita harus sering mencuci tangan, mengenakan masker
jika dirasa perlu, menjaga jarak antar individu (social distancing), tetap berada
dirumah, menyemprotkan disinfektan di jalanan, sering mencuci tangan, dan lain
lain. Namun, cara ini akan efektif dan menekan peluang menyebarnya virus corona
bila semua orang menjalankannya. Faktanya tidak semua orang dapat
menjalankannya, hal ini menyebabkan peluang menyebarnya virus corona di
masyarakat tidak berkurang dan kemungkinan dapat terus bertambah jika seperti
ini terus. Jika upaya upaya tersebut tidak dapat dijalankan dengan baik maka virus
corona memiliki peluang sebesar 80% untuk menyebar di masyarakat, dikarenakan
virus corona sangat mudah menyebar dan menular. Dengan kita berbicara dengan
seseorang yang terkena virus ini saja kita dapat tertular.
Sampai saat ini vaksin atau obat untuk mengobati virus corona ini masih
belum dapat ditemukan, pasien dari seluruh dunia yang terkena virus ini pun
semakin bertambah. Hal ini dapat disebabkan karena ada beberapa orang yang
terkena virus corona namun tidak menampakkan gejala terkena virus corona ini.
Namun, mereka masih ada yang berkeliaran dan tidak mengkarantina diri
dirumah. Hal ini merupakan salah satu yang akan menyebabkan peluang
penyebaran virus corona di dunia tidak kunjung mengecil.
Sebagai contoh di sebuah lingkungan yang terdiri dari 10 orang
(A,B,C,D,E,F,G,H,I,J), ada 3 orang yang terkena virus corona dan tidak
menunjukan gejala (A,B,C). Jika di lingkungan tersebut tidak diterapkan upaya
social distancing dan stay at home maka peluang penyebaran virus corona di
lingkungan tersebut akan menjadi 100%. Namun, di lingkungan tersebut telah
menerapkan upaya tersebut dan hanya 4 orang yang tidak menaati peraturan
tersebut (A,H,I,J) dan tetap ingin berkumpul bersama. Maka peluang penyebaran
virus corona di lingkungan tersebut sebesar 40% atau jika menggunakan rumus
n(a) 2
peluang n (s ) sekitar 5 dan kemungkinan dapat bertambah jika mereka tidak
menjalankan upaya upaya tersebut. Jika salah satu dari mereka (J) ikut
menjalankan upaya yang telah dilakukan dan tetap berada dirumah, maka peluang
penyebara virus corona di lingkungan tersebut menurun menjadi 30% atau sekitar
3
. Jika mereka semua (A,H,I,J) menjalankan upaya tersebut maka peluang
10
penyebaran virus corona di lingkungan tersebut akan menjadi kecil dan akan
menghilang dalam waktu 14 hari.
Sebagai contoh lain ada beberapa pernyataan dan tindakan atau upaya yang telah
dilakukan oleh berbagai pihak seperti dibawah ini

A : Jika masyarakat diminta mematuhi protokol kesehatan, maka pertambahan


korban akan kunjung menjadi sedikit.
B : Pemerintah menyiapkan skenario psbb atau skenario new normal.
C : Jika skenario pssb diterapkan, maka masyarakat dianjurkan work from home
dahulu.
D : Pertambahan korban tak kunjung menjadi sedikit.
E : Jika pandemi ini telah berakhir, maka setiap negara dapat memulihkan
perekonomian-nya
F : Jika skenario new normal diterapkan, maka masyarakat diminta mematuhi
protokol kesehatan.

Faktanya,
P : Masyarakat diminta mematuhi protokol kesehatan
Q : Pertumbuhan korban akan kunjung menjadi sedikit
R : Skenario psbb
S : Skenario new normal
T : Masyarakat dianjurkan work from home dahulu
U : Pandemi ini telah berakhir
W : Setiap negara dapat memulihkan perekonomian-nya.

Dapat ditulis :
A. P → Q
B. R v S
C. R → T
D. ~Q
E. U →W
F. S → P
Kesimpulan
P→Q
~Q
~P
S→ P
~P
~S
RvS
~S
R
R→ T
R
T

Jadi, kesimpulannya adalah masyarakat dianjurkan work from home terlebih dahulu
agar peluang penyebaran virus corona ini dapat menjadi 0% dan segera hilang
Meskipun vaksin atau obat untuk virus corona ini belum ditemukan, menurut data
dunia peluang pasien yang terkena virus corona untuk sembuh terbilang cukup
besar yaitu sebesar 85%. Meski peluang untuk sembuh dari virus corona ini cukup
besar, kita harus bisa menjalankan upaya upaya yang telah dilakukan contohnya
tetap berada dirumah dan menjaga kekebalan tubuh kita agar peluang penyebaran
virus corona di lingkungan kita menjadi kecil dan akan hilang di kemudian hari.
Dan juga dengan tetap menjaga kebugaran dan imun tubuh dapat membuat kita
terhindar dari virus corona.

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, penulis merasa tertarik

untuk membuat karya tulis ilmiah dengan judul “GAMBARAN

MASYARAKAT UNTUK MEMBEDAKAN PENYAKIT COVID-19

DENGAN TBC”
Rumusan Masalah

Berdasarkan Latar Belakang diatas, maka rumusan masalah

dalam penelitian ini adalah bagaimana gambaran masyarakat

membedakan pasien COVID-19 dengan TBC di PUSKESMAS

KAMPAR.

Tujuan Penelitian

Tujuan Umum

Untuk mengetahui gambaran masyarakat untuk membedakan

penyakit COVID-19 dengan TBC di PUSKESMAS KAMPAR.

Tujuan Khusus

melakukan pengkajian gambaran masyarakat untuk

membedakan penyakit COVID-19 dengan TBC di

PUSKESMAS KAMPAR

Merumuskan Masalah keperawatan pada pasien COVID-

19 dengan TBC.

Menyusun Rencana keperawatan pada pasien TB paru di

Ruang Seruni RSUD Abdul Wahab Sjahranie.

Melaksanakan Tindakan keperawatan pada pasien COVID-

19 dengan TBC paru di PUSKESMAS KAMPAR.

Melakukan Evaluasi keperawatan pada pasien COVID-19

dengan TBC di PUSKESMAS KAMPAR.


Manfaat penelitian

Bagi Penulis

Hasil penulisan karya ilmiah ini diharapkan dapat memberikan

informasi, menambah ilmu pengetahuan dan pengalaman berharga

kepada perawat dan mengaplikasikan dalam membedakan antara

pasien COVID-19 dengan pasien TBC.

Anda mungkin juga menyukai