Anda di halaman 1dari 53

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN TB PARU

PADA Tn. P.S DI RUANGAN DAHLIA IV

RSUD TUGUREDJO SEMARANG

DISUSUN OLEH :

NURUL SAFIRA LAHATI, S.Kep

G3A020186

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
2020
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tuberculosis (TB) adalah suatu penyakit infeksi menular yang disebabkan
bakteri Mycobacterium tuberculosis, yang dapat menyerang berbagai organ,
terutama paru-paru. Tetapi Tuberculosis juga sangat liar karena dapat
menyerang organ selain paru. TB bisa menyerang organ kelenjar getah bening,
usus, tulang, otak, dan selaputnya, laring, ginjal bahkan payudara. Tuberkulosis
bisa mengenai setiap organ pada tubuh manusia, walaupun sebagian besar
tuberkulosis mengenai paru, tapi kejadian ekstra paru atau penyakit TB di luar
Paru dilaporkan mencapai 5 hingga 30 %. Penyakit ini bila tidak diobati atau
pengobatannya tidak tuntas dapat menimbulkan komplikasi berbahaya hingga
kematian. Meskipun jumlah kematian akibat Tuberculosis menurun 22% antara
tahun antara tahun 2000-2015, namun tuberculosis masih menepati peringkat
ke-10 penyebab kematian tertinggi didunia pada tahun 2016. Oleh sebab itu
hingga saat ini. TBC masih menjadi prioritas utama di dunia dan menjadi salah
satu tujuan dalam SDGs (Sustainability Development Goals) (Susenes, 2017).
Secara global pada tahun 2016 terdapat 10,4 juta kasus insiden TBC (CI
8,8 juta – 12, juta) yang setara dengan 120 kasus per 100.000 penduduk. Lima
negara dengan insiden kasus tertinggi yaitu India, Indonesia, China, Philipina,
dan Pakistan, Indonesia bersama 4 negara lain, masuk dalam daftar peringkat
tertinggi dengan kasus TBC yang artinya Indonesia memiliki permasalahan
besar dalam menghadapi penyakit TBC sehingga besar dan luasnya
permasalahan akibat TBC mengharuskan semua pihak untuk dapat
berkomitmen dan berkerjasama dalam melakukan pencegahan dan
pengendalian TBC. Kerugian yang diakibatkannya sangat besar, bukan hanya
dari aspek kesehatan semata tetapi juga dari aspek sosial ancaman terhadap
cita-cita pembangunan dalam meningkatkan kesejahteraan rakyat secara
menyeluruh karenanya perang terhadap TBC berarti pula perang terhadap
kemiskinan, ketidakproduktifan, dan kelemahan akibat TBC (Kemenkes, 2018).
Presentasi jumlah kasus baru TB di Indonesia sebanyak 420.994 kasus
pada tahun 2017 (dimana data per 17 Mei 2018). Berdasarkan jenis kelamin,
jumlah kasus baru TBC tahun 2017 pada laki-laki 1,4 kali lebih besar
dibandingkan pada perempuan. Bahkan berdasarkan Survei Prevalensi
Tuberkulosis prevalensi pada laki-laki 3 kali lebih tinggi dibandingkan pada
perempuan. Begitu juga yang terjadi di negara-negara lain. Hal ini terjadi
kemungkinan karena laki-laki lebih terpapar pada fakto risiko TBC misalnya
merokok dan kurangnya ketidakpatuhan minum obat (Kemenkes, 2018).
Berdasarkan data Profil Kesehatan bahwa Provinsi Jawa Tengah menjadi
salah satu dari 3 provinsi di Indonesia dengan kasus TB tertinggi yaitu
sebanyak 45.527 kasus. Dimana TBC di Kota Semarang pada tahun 2017
menjadi salah satu daerah penyumbang terbanyak kasus TBC di Jawa Tengah
yaitu sebanyak 3.333 kasus. Dimana Penderita TB Paru di Kota Semarang
lebih banyak di sumbangkan jenis kelamin laki-laki yakni sebesar 58,2%.
Sehingga Laki-laki 2 kali lebih besar berisiko menderita TB Paru karena
mobilitasnya yang tinggi dibanding perempuan sehingga kemungkinan
terpaparnya lebih besar, ditambah kebiasaan merokok serta minum minuman
beralkohol dapat menyebabkan imunitas tubuh turun sehingga mudah terpapar
agen penyebab TB Paru (Dinkes kota semarang, 2018)
Tuberculosis (TB) Paru akan menimbulkan dampak secara langsung bagi
penderita yaitu kelemahan fisik, batuk terus menerus, sesak napas, nyeri dada,
nafsu makan menurun, berat badan menurun, keringat dimalam hari dan panas
tinggi sedangkan dampak bagi keluarga yaitu penderita TB Paru yang tidak
diobati akan menularkan kuman TB pada keluarganya, dan akan sangat sulit
jika penderita TB tinggal dalam satu rumah dengan banyak orang.
Upaya untuk mengatasi masalah Tuberculosis di Indonesia TOSS TBC
(Temukan Obati Sampai Sembuh) Adalah gerakan untuk menemukan pasien
sebanyak mungkin dan mengobati sampai sembuh sehingga rantai penularan di
masyarakat bisa dihentikan. Gerakan TOSS TBC sebagai upaya pencegahan
dan pengendalian TBC (Kemenkes, 2018).
Sejalan dengan meningkatnya kasus TB, pada awal tahun 1990-an WHO
dan IUATLD mengembangkan strategi pengendalian TB yang dikenal sebagai
strategi DOTS (Directly Observed Treatment Short-course). Strategi DOTS
terdiri dari 5 komponen kunci, yaitu: Komitmen Politis dari para pengambil
keputusan termasuk dukungan dana, Diagnosis TB dengan pemeriksaan dahak
secara mikroskopis langsung, Pengobatan dengan paduan OAT jangka pendek
dengan Pengawasan Menelan Obat (PMO), Kesinambungan persediaan Obat
Anti Tuberculosis (OAT) jangka pendek untuk pasien, Pencatatan dan
pelaporan yang baku untuk memudahkan pemantauan dan evaluasi program
TB.
Selain itu, Upaya untuk mengatasi masalah keperawatan bersihan jalan
nafas tidak efektif pada pasien TB yaitu dengan cara Postural Drainage atau
dengan cara batuk efektif, Gangguan pertukaran gas dengan memposisikan
pasien untuk memaksimalkan ventilasi, hipertermi dengan memonitor jumlah
nutrisi dan kandungan kalori dan resiko infeksi dengan memonitor tanda dan
gejala infeksi sistemik dan local (NANDA, 2015).
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, penulis merasa tertarik untuk
membuat Asuhan Keperawatan dengan judul “Asuhan Keperawatan Dengan
Tuberculosis Paru pada Tn. P.S Di Ruang Dahlia IV RSUD Tuguredjo Provinsi
Jawa Tengah”

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan Latar Belakang diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian
ini adalah bagaimana Asuhan Keperawatan Pada Pasien Tuberculosis Paru di
Ruang Dahlia IV RSUD Tuguredjo Provinsi Jawa Tengah.

C. Tujuan
a. Tujuan Umum
Untuk melaksanakan Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan
Tuberculosis Paru di Ruang Dahlia IV RSUD Tuguredjo Provinsi Jawa
Tengah.
b. Tujuan Khusus
a) Melakukan Pengkajian pada pasien TB paru di Ruang Dahlia IV RSUD
Tuguredjo Provinsi Jawa Tengah.
b) Merumuskan Masalah keperawatan pada pasien TB paru di Ruang
Dahlia IV RSUD Tuguredjo Provinsi Jawa Tengah.
c) Menyusun Rencana keperawatan pada pasien TB paru di Ruang Dahlia
IV RSUD Tuguredjo Provinsi Jawa Tengah.
d) Melaksanakan Tindakan keperawatan pada pasien TB paru di Ruang
Dahlia IV RSUD Tuguredjo Provinsi Jawa Tengah.
e) Melakukan Evaluasi keperawatan pada pasien TB paru di Ruang Dahlia
IV RSUD Tuguredjo Provinsi Jawa Tengah.
BAB II

LAPORAN PENDAHULUAN

2.1 KONSEP DASAR


A. Definisi
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksius atau penyakit menular, yang
disebabkan Mycobacterium tuberculosis yang menyerang paru-paru dan
hamper seluruh organ tubuh lainnya. Bakteri ini dapat masuk melalui
saluran pernafasan dan saluran pencernaan dan luka terbuka pada kulit.
Tetapi paling banyak melalui inhalasi droplet yang berasal dari orang yang
terinfeksi bakteri tersebut (NANDA, 2015) .

B. Etiologi
Penyebab Tuberkolosis adalah mycobacterium tubercolosis. Basil ini tidak
berspora sehingga mudah dibasmi dengan pemanasan, sinar matahari, dan
sinar ultraviolet. Ada dua macam mikobakteria tuberculosis yaitu tipe
Human dan Tipe Bovil. Dimana tipe bovil berada dalam susu sapi yang
menderita mastitis tuberkolosis usus. Basil tipe human bisa berada
dibercak ludah (droplet) dan di udara yang berasal dari penderita TB Paru
(NANDA,2015)

C. Patofisiologi
a. Infeksi primer
Pertama kali klien terinfeksi oleh tuberkulosis disebut sebagai
“infeksi primer” dan biasanya terjadi pada apeks paru atau dekat pleura
lobus bawah. Infeksi primer mungkin hanya berukuran mikroskopis,
dan karenanya tidak tampak pada foto ronsen. Tempat infeksi primer
dapat mengalami proses degenerasi nekrotik (perkejuan) tetapi bisa saja
tidak, yang menyebaakan pembentukan rongga terisi yaitu oleh massa
basil tuberkel seperti keju, sel-sel darah putih yang mati, dan cairan
paru nekrotik. Pada waktunya material ini mencair dan dapat mengalir
ke dalam percabangan trakheobronkhial dan dibatukan. Rongga yang
berisi udara tetap ada dan mungkin teretetksi ketika dilakuka ronsen
dada.
Sebagian besar tuberkel primer menyembuh dalam periode bulanan
dengan membentuk jaringan parut dan pada akhirnya terbentuk lesi
pengapuran yang juga dikenal sebagai “tuberkel Ghon’. Lesi ini dapat
mengandung sel hidup yang aktif kembali, mesaki telah bertahun-tahun,
dan menyebabkan infeksi sekuder.
Infeksi TB primer menyebabkan tubuh mengalami reaksi alergi
terhadap basil tuberkel dan proteinnya. Respons imun selelerini tampak
dalam bentuk sensitisasi sel-sel T dan terdeteksi dalam reaksi positif
pada tes kulit tuberkulin. Perkembangan sensitivitas tuberkulin ini
terjadi pada semua sel-sel tubuh, 2 – 6 minggu setelah infeksi primer.
Dan akan akan dipertahankan selama basil hidup berada dalam tubuh.
Imunitas didapat ini biasanya menghambat pertumbuhan basil lebih
lanjut dan terjadinya infeksi aktif.

b. Infeksi sekunder
Selain penyakit primer yang progresif, infeksi ulang juga mengarah
pada bentuk klinis TB aktif. Tempat terinfeksi primer yang
mengandung basil basil TB dapat tetap laten selama bertahun-tahun dan
kemudian teraktifkan kembali jika daya tahan klien menurun. Penting
artinya untuk mengkaji kembali secara periodik klian yang telah
mengalami infeksi Tb untuk mengetahui adanya penyakit aktif.

D. Manifestasi klinis
a. Demam 40-410C
b. Sesak nafas dan nyeri dada
c. Batuk : - batuk kering (non produktif)  batuk produktif
(sputum)
- hemaptoe
d. Malaise, keringat malam
e. Suara khas pada perkusi dada
f. Peningkatan sel darah putih dengan dominasi limfosit
g. Nafsu makan menurun
h. Nyeri otot

E. Penatalaksanaan
a. Pencegahan
1) Pemeriksaan kontak, yaitu pemeriksaan terhadap individu yang
bergaul erat dengan penderita tuberculosis paru BTA positif.
2) Mass chest X-ray, yaitu pemeriksaan missal terhadap kelompok –
kelompok populasi tertentu misalnya : karyawan rumah sakit, siswa
– siswi pesantren.
3) Vaksinasi BCG
4) Kemofolaksis dengan menggunakan INH 5 mg/kgBB selama 6 –
12 bulan dengan tujuan menghancurkan atau mengurangi populasi
bakteri yang masih sedikit.
5) Komunikasi, informasi, dan edukasi tentang penyakit tuberculosis
kepada masyarakat.
b. Pengobatan
Tuberkulosis paru diobati terutama dengan agen kemoterapi (agen
antituberkulosis ) selama periode 6 sampai 12 bulan. Lima medikasi
garis depan digunakan adalah Isoniasid ( INH ), Rifampisin ( RIF ),
Streptomisin ( SM ), Etambutol ( EMB ), dan Pirazinamid ( PZA ).
Kapremiosin, kanamisin, etionamid, natrium para-aminosilat, amikasin,
dan siklisin merupakan obat – obat baris kedua.
2.2 ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
a. Pengkajian Fokus
Pengkajian tergantung pada tahap penyakit dan derajat yang terkena
a) Aktivitas atau istirahat
Gejala : kelelahan umum dan kelemahan, mimpi buruk, nafas
pendek karena kerja, kesulitan tidur pada malam hari, menggigil
atau berkeringat.
Tanda : takikardia. takipnea/dispnea pada kerja, kelelahan otot,
nyeri dan sesak (tahap lanjut).
b) Integritas EGO
Gejala : adanya faktor stress lama, masalah keuangan rumah,
perasaan tidak berdaya/tidak ada harapan. Populasi
budaya/etnik, missal orang Amerika asli atau imigran
dari Asia Tenggara/benua lain.
Tanda : menyangkal (khususnya selama tahap dini) ansietas
ketakutan, mudah terangsang.
c) Makanan/cairan
Gejala : kehilangan nafsu makan. tidak dapat mencerna
penurunan berat badan.
Tanda : turgor kulit buruk, kering/ kulit bersisik, kehilangan
otot/hilang lemak subkutan.
d) Nyeri atau kenyamanan
Gejala : nyeri dada meningkat karena batuk berulang.
Tanda : berhati-hati pada area yang sakit, perilaku distraksi,
gelisah.
e) Pernafasan
Gejala : batuk produktif atau tidak produktif, nafas pendek,
riwayat tuberculosis terpajan pada individu terinfeksi.
Tanda : peningkatan frekuensi pernafasan (penyakit luas atau
fibrosis parenkim paru pleura) pengembangan pernafasan
tidak simetri (effuse pleura) perkusi pekak dan
penurunan fremitus (cairan pleural atau penebalan
pleural bunyi nafas menurun/ tidak ada secara bilateral
atau unilateral efusi pleural/ pneumotorak) bunyi nafas
tubuler dan bisikan pectoral di atas lesi luas, krekels
tercabut di atas aspek paru selama
inspirasi cepat setelah batuk pendek (krekes posttussic)
karakteristik sputum: hijau, puluren, muloid kuning atau
bercak darah deviasi trakeal (penyebaran bronkogenik).
a. Keamanan
Gejala : adanya kondisi penekanan imun. contoh: AIDS, kanker.
Tes 111V positif.
Tanda : demam rendah atau sedikit panas akut.
b. Interaksi sosial
Gejala : perasaan isolasi/penolakan karena penyakit menular,
perubahan bisa dalam tanggungjawab/ perubahan
kapasitas fisik untuk melaksanakan peran.
B. Pathway

Mycobacterium Tuberculosis

Airbone/Inhalasi droplet

Saluran pernafasan atas Saluran pernafasan bawah

Bakteri yg tertahan di bronkus alveolus

Peradangan bronkus Terjadi pendarahan

Secret sulit dikeluarkan Obstruksi Penyebaran bakteri


secara limfa
hematogen
Batuk terus menerus Sesak nafas

Susah tidur Pola nafas tidak efektif

Gangguan pola tidur Keletihan

Anoreksia,
Intoleransi aktifitas
Malaese

Bersihan jalan nafas


tidak efektif
Defisit nutrisi
C. Diagnosa
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan sekret kental,
kelemahan upaya batuk buruk
b. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan sekresi mukopurulen dan
kekurangan upaya batuk
c. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan penurunan permukaan
efek paru, kerusakan membran di alveolar, kapiler, sekret kental dan
tebal

D. Intervensi
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan sekret kental,
kelemahan upaya batuk buruk
1) Tujuan : bersihan jalan nafas efektif
2) KH : pasien dapat mempertahankan jalan nafas dan mengeluarkan
sekret tanpa bantuan
3) Intervensi
 Kaji fungsi pernafasan contoh bunyi nafas, kecepatan, irama, dan
kelemahan dan penggunaan otot bantu.
Rasional : Peningkatan bunyi nafas dapat menunjukkan
atelektasis, ronchi, mengi menunjukkan akumulasi
sekret/ketidakmampuan untuk membersihkan jalan nafas yang
dapat menimbulkan penggunaan otot akseseri pernafasan dan
peningkatan kerja pernafasan.
 Catat kemampuan untuk mengeluarkan mukosa batuk efektif,
catat karakter, jumlah sputum, adanya hemoptisis
Rasional : Pengeluaran sulit bila sekret sangat tebal sputum
berdarah kental/darah cerah (misal efek infeksi, atau tidak
kuatnya hidrasi).
 Berikan klien posisi semi atau fowler tinggi
Rasional : Posisi membantu memaksimalkan ekspansi paru dan
menurunkan upaya pernafasan.
 Bersihkan sekret dari mulut dan trakea, penghisapan sesuai
keperluan
Rasional : Mencegah obstruksi respirasi, penghisapan dapat
diperlukan bila pasien tidak mampu mengeluarkan sekret.
 Pertahankan masukan cairan sedikitnya 2500 m/hari kecuali
kontra indikasi
Rasional : Pemasukan tinggi cairan membantu untuk
mengencerkan sekret, membantu untuk mudah dikeluarkan.
b. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan sekresi mukopurulen dan
kekurangan upaya batuk
1) Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan pola nafas
kembali aktif
2) KH : dispnea berkurang, frekuensi, irama dan kedalaman dan
pernafasan normal
3) Intervensi
 Kaji kualitas dan kedalaman pernafasan penggunaan otot
aksesoris, catat setiap perubahan
Rasional : Kecepatan biasanya meningkat, dispnea terjadi
peningkatan kerja nafas, kedalaman pernafasan dan bervariasi
tergantung derajat gagal nafas.
 Kaji kualitas sputum, warna, bau dan konsistensi
Rasional : Adanya sputum yang tebal, kental, berdarah dan
purulen diduga terjadi sebagai masalah sekunder.
 Baringkan klien untuk mengoptimalkan pernafasan (semi fowler)
Rasional : Posisi duduk memungkinkan ekspansi paru maksimal
upaya batuk untuk memobilisasi dan membuang sekret.
c. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan penurunan permukaan
efek paru, kerusakan membran alveolar, kapiler, sekret kental dan tebal
1) Tujuan : tidak ada tanda-tanda dispnea
2) KH : melaporkan tidak adanya penurunan dispnea, menunjukkan
perbaikan ventilasi dan O2 jaringan adekuat dengan AGP dalam
rentang normal, bebes dari gejala, distres pernafasan.
3) Intervensi dan rasional
 Kaji dispnea, takipnea, tidak normal atau menurunnya bunyi
nafas, peningkatan upaya pernafasan, terbatasnya ekspansi
dinding dada dan kelemahan.
Rasional : TB paru menyebabkan efek luas pada paru dari bagian
kecil bronkopneumonia sampai inflamasi difus luas nekrosis
effure pleural untuk fibrosis luas.
 Evaluasi tingkat kesadaran, catat sianosis dan perubahan pada
warna kulit, termasuk membran mukosa dan kuku
Rasional : Akumulasi sekret/pengaruh jalan nafas dapat
mengganggu O2 organ vital dan jaringan.
 Tunjukkan/ dorong bernafas dengan bibir selama endikasi,
khususnya untuk pasien dengan fibrosis atau kerusakan parenkim
Rasional : Membuat tahanan melawan udara luar untuk
mencegah kolaps atau penyempitan jalan nafas, sehingga
membantu menyebarkan udara melalui paru dan menghilangkan
atau menurunkan nafas pendek.
 Tingkatkan tirah baring / batasi aktivitas dan bantu aktivitas
pasien sesuai keperluan
Rasional : Menurunkan konsumsi oksigen/kebutuhan selama
periode penurunan pernafasan dapat menurunkan beratnya gejala.
 Kolaborasi medis dengan pemeriksaan ACP dan pemberian
oksigen
Rasional : Mencegah pengeringan membran mukosa, membantu
pengenceran sekret.
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian
A. IDENTITAS
1.Identitas Pasien
Nama : Tn. P.S
Jenis kelamin : Laki-laki
Tempat & Tgl lahir : Semarang, 14 Maret 1968
Pendidikan Terakhir : SLTA

Agama : Islam
Suku : Jawa
Status perkawinan : Menikah
Pekerjaan : Montir
Alamat : Genuksari RT 01/RWVII Kota semarang
Diagnosemedik : TB Paru

2.Identitas Penanggung jawab


Nama : Ny.R
Umur : 52 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Suku : Jawa
Hub dengan pasien : Istri
Pekerjaan : IRT
Alamat : Genuksari RT 01/RWVII Kota semarang

B. STATUS KESEHATAN
1.Status Kesehatan Saat ini.
a) Alasan masuk Rumah Sakit/ Keluhan utama :
Pasien mengatakan Batuk kurang lebih sudah setahun, sesak nafas
dan lemas.

b) Lamanya Keluhan :
pasien mengatakan ± 1 Tahun

c) Timbulnya keluhan
Pasien mengatakan timbulnya keluhan secara bertahap

d) Faktor yang memperberat :


Pasien mengatakan batuk akan kambuh jika terkena angin

2.Status Kesehatan Masa Lalu


a) Penyakit yang pernah dialami (kaitkan dengan penyakit sekarang):
Pasien mengatakan bahwa batuk nya terjadi ± 1 Tahun dan jika
batuknya kambuh maka pasien akan ke Klinik kesehatan untuk
medapatkan perawatan dan obat mengatasi batuknya.

b) Kecelakaan:
pasien mengatakan tidak pernah mengalami kecelakaan

c) Pernah dirawat :
Pasien mengatakan tidak pernah di rawat inap
1) Penyakit : Pasien mengatakan tidak pernah di rawat di
rumah sakit
2) Waktu : tidak ada
d) Riwayat Operasi : Pasien mengatakan tidak pernah melakukan
operasi

C. PENGKAJIAN POLA FUNGSI DAN PEMERIKSAAN FISIK


1.PERSEPSI DAN PEMELIHARAAN KESEHATAN
a) Persepsi pasien tentang kesehatan diri :
Pasien mengatakan bahwa ia menyepelekan terkait kesehatan
dirinya. Walaupun ± 1 tahun mengalami tanda dan gejala batuk,
serta sesak nafas.
b) Pengetahuan dan persepsi pasien tentang penyakit dan
perawatannya :
Pasien mengatakan bahwa ia baru mengetahui penyakitnya TB Paru
satu bulan yang lalu dan menganggap bahwa batuk yang ia derita
hanya penyakit biasa sehingga ia ketika penyakitnya (batuk)
kambuh hanya pergi ke klinik kesehatan dan sering ganti klinik
sehingga pengobatan tidak terprogram dan terfokuskan.

c) Upaya yang biasa dilakukan dalam mempertahankan kesehatan

1). Kebiasaan diit yang ade kuat, diit yang tidak sehat?
Pasien mengatakan tidak ada diit, sebab ia tidak mengetahui
terkait penyakit yang ia derita sehingga tidak ada pantangan
dan anjuran terkait makanan yang ia konsumsi setiap harinya.
2). Pemeriksaan kesehatan berkala, perawatan kebersihan diri,
imunisasi:
Pasien tidak pernah kontrol terkait perkembangan penyakitnya.

3). Kemampuan pasien untuk mengontrol kesehatan:


a) Yang dilakukan bila sakit :
Pasien mengatakan jika sakit mengkonsumsi obat yang di
dapatkan dari pemeriksaan di klinik kesehatan.
b). Kemana pasien biasa berobat bila sakit :
Pasien mengatakan jika sakit datang ke klinik kesehatan
dan sering ganti klinik sehingga pengobatan tidak
terfokuskan.
c). Kebiasaan hidup
Merokok: pasien mengatakan ± 20 tahun menjadi perokok
aktif dan sudah berhenti merokok semenjak 1 tahun yang
lalu.
Alkohol: pasien mengatakan tidak pernah mengkonsumsi
alkohol
Kebiasaan olahraga: pasien mengatakan olahraga kecil-kecil
seperti jalan-jalan di lingkungan rumah.

d) Faktor sosio ekonomi yang berhubungan dengan kesehatan:


1) Penghasilan : Pasien mengatakan penghasilan tidak menetap
tergantung ramai tidaknya bengkel. Dan sebulan kisaran
Rp.1.500.000/Bulan
2) Asuransi/jaminan kesehatan : BPJS Umum
3) Keadaan lingkungan tempat tinggal : Pasien mengatakan
memiliki rumah di daerah Genuksari RT 01/RW VII dan tinggal
bersama dua orang anak angkat bersama istrinya, dengan kondisi
rumah yang sederhana dimana memiliki 3 kamar tidur , dapur,
ruang tamu, dengan lantai keramik dan tembok beton. Dengan
ventilasi dan jendela yang seimbang disetiap ruangan. Tetapi
dengan posisi rumah yang hampir tidak memiliki pekarangan
karena sudah cukup padat dengan bangunan rumah-rumah di
sekitarnya sehingga menghalangi dan mengurangi intensitas
cahaya matahari untuk masuk di dalam rumah.

2.NUTRISI, CAIRAN DAN METABOLIK


a) Gejala (Subyektif):
1) Diit biasa (tipe) : TP (BTS), dengan jumlah 3X/hari
2) Nafsu/selera makan : Pasien mengatakan tidak nafsu makan karena
nyeri dada dan nyeri abdomen pada left lumbar
region dan left iliac region
3) Mual/muntah : Tidak ada
4) Nyeri uluhati : Tidak ada
5) Alergi makanan : Pasien mengatakan tidak ada alergi
terhadap makanan
6) Masalah mengunyah/menelan : Tidak ada
7) Keluhan demam : Pasien tidak demam
8) Pola minum/cairan : Pasien mengatakan minum sekitar 700
ml/hari
9) Penurunan berat badan :
Pasien mengatakan mengalami penurunan dalam 1 bulan
terakhir yakni 4 kg.
b) Tanda (obyektif):
1) Suhu tubuh : 36,20 C ,
2) Diaforesis : Pasien mengalami diaforesis
3) Berat badan : 56 kg,
4) Tinggi Badan : 166 cm
5) Turgor kulit : Elastis
6) Edema : Tidak ada
7) Ascites : Tidak ada
8) Distensi Vena jugularis : Tidak ada
9) Hernia/Masa : Tidak ada
10) Bau mulut/Halitosis : Tidak ada
11) Kondisi mulut gigi/gusi/mukosa mulut dan lidah :
Dalam kondisi bersih

3.PERNAPASAN, AKTIFITAS DAN LATIHAN PERNAPASAN

a) Gejala (Subyektif):
1) Dispnea : Pasien mengatakan merasa sesak nafas
2) Ortopnea : Pasien mengatakan tidak nyaman ketika bernafas
karena sesak nafas yang di alaminya
3) Yang meningkatkan / mengurangi sesak :
Pasien mengatakan sesak nafas ketika beraktifitas lebih banyak
dan jika terkena angin.
4) Penggunaan alat bantu : Pasien tampak terpasang NC 3 L/menit.
b) Tanda (Obyektif):
1) Pernafasan : Frekuensi 29X/menit
2) perkembangan dada : Tidak simetris antara dada kanan
& kiri, paru kanan lebih tertinggal
3) Penggunaan otot bantu nafas : Tidak menggunakan otot bantu
4) Batuk : pasien batuk berdahak berwarna
kehijauan ± sudah satu tahun
dan satu bulan yang lalu pernah
mengalami batuk berdarah
5) Fremitus : Vocal fremitus kanan lebih
rendah dibandingkan kiri
6) Sianosis : Tidak ada
7) Perkusi : Redup pada paru kanan dan
sonor pada paru kiri

4.AKTIFITAS (TERMASUK KEBERSIHAN DIRI) DAN LATIHAN


a) Gejala (Subyektif)
1) Kegiatan dalam pekerjaan :
Pasien mengatakan semenjak satu bulan yang lalu pasien sudah
tidak melakukan aktifitas yang berat termasuk tidak lagi
bekerja di bengkel.
2) Kesulitan/keluhan dalam aktifitas
a) Pergerakan tubuh :
Pasien mengatakan bahwa ia merasakan lemah dan
kakinya bergemetar sehingga tidak kuat untuk berjalan.
b) Perawatan diri :
pasien mengatakan aktifitas mandi dan berpakaian di bantu
oleh keluarga.
3) Toileting (BAB/BAK) :

Pasien mengatakan aktifitas BAB/BAK di tempat tidur dengan


dibantu keluarga

4) Keluhan sesak napas setelah aktifitas :

Pasien mengatakan sesak setelah beraktivitas

5) Mudah merasa kelelahan :

Pasien mengatakan cepat merasa lelah ketika beraktifitas

b) Tanda (Obyektif):
1) Respon terhadap aktifitas yang teramati :
Nampak pasien terbaring lemah dan aktiftas keseharian dibantu
keluarga.
2) Status mental (misalnya menarik diri, letargi) :
Pasien tampak kooperatif
3) Penampilan umum:
a) Tampak lemah : Pasien tampak lemah
b) Kerapian berpakaian : Pasien tampak rapi dan bersih
4) Pengkajian neuromuskuler:
Kekuatan otot : 444 444
444 444
Rentang gerak : Pasien dapat menggerakan ekstermitas
sesuai arahan
Deformitas : Tidak ada
5) Bau badan : Pasien tidak tercium bau badan
Bau mulut : Pasien tidak bau mulut
Kondisi kulit kepala : kulit kepala pasien tampak bersih
Kebersihan kuku : kuku pasien tampak bersih

5.ISTIRAHAT
a) Gejala (Subyektif):
1) Kebisaaan tidur : Pasien mengatakan sulit tidur pada malam
hari karena batuk dan durasi tidur hanya
3 jam pada malam hari.
2) Masalah berhubugan dengan tidur
a) Insomnia : Pasien mengatakan tidak bisa tidur karna
Batuk.
b) Kurang puas / segar setelah bangun tidur :
Pasien mengatakan tidak segar dan merasa lemas setelah
bangun tidur
b) Tanda (obyektif):
1) Tampak mengantuk / mata sayu: nampak mata bersayup-sayup
2) Mata merah : tidak ada
3) Sering menguap : tidak ada
4) Kurang konsentrasi : pasien kurang kosentrasi

6.SIRKULASI
a) Gejala (Subyektif):
1) Riwayat Hipertensi atau masalah jantung : Pasien mengatakan
tidak ada
2) Riwayat edema kaki : tidak ada
3) Penyembuhan lambat : tidak ada
4) Rasa kesemutan : tidak ada
5) Palpitasi : tidak ada
b) Tanda (obyektif):
1) Tekanan Darah (TD) : 114/70 mmHg
2) Nadi / Pulsasi : 95 X/menit
3) Bunyi jantung :lup dup
4) Ekstremitas
Suhu : 36,2 C
Warna : Saumatang
5) Pengisian Kapiler : > 3 detik
6) Membran mukosa : nampak agak pecah-pecah
Bibir : Tidak ada tanda sianosis
Konjungtiva : Anemis

7.ELIMINASI
a) Gejala (subyektif):
1. Pola BAB : Pasien mengatakan BAB ±
1 kali dalam 2 hari
2. Perubahan dalam kebiasaan BAB : tidak ada
3. Kesulitan BAB : Pasien mengatakan tidak
mengalami kesulitan
4. Waktu BAB terakhir : Selasa, 25 Mei 2021
5. Riwayat perdarahan : Tidak ada
6. Hemoroid : Tidak ada
7. Riwayat inkontinensia : Tidak ada
8. Penggunaan alat-alat bantu : Pasien tidak terpasang alat
bantu
9. Riwayat penggunaan diuretic : tidak ada
10. Rasa nyeri/rasa terbakar saat BAK : Pasien mengatakan tidak
merasa nyeri
11. Kesulitan BAK : pasien mengatakan tidak ada
12. Keluhan BAK lain : Tidak ada

b) Tanda (obyektif):
1). Abdomen:
a) Inspeksi : Perut pasien tampak kurus
b) Auskultasi : Bising usus normal yakni 19X/Menit
c) Perkusi : Timpani
Palpasi : Nyeri tekan pada left lumbar region dan

left iliac region

2). Pola eliminasi


a). Konsistensi Lunak/keras : Feses pasien lunak
b). Pola BAB : 1X/2 Hari
c). Konsistensi : Lunak
d). Pola BAK : 5 X/Hari

e). Karakteristik urine : Berwarna kuning keruh

8.NEURO SENSORI DAN KOGNITIF


a) Gejala (subyektif)
1) Adanya nyeri:
P : Pasien mengatakan nyeri ketika batuk pada bagian dada dan
untuk bagian abdomen pasien tidak mengetahui penyebabnya
Q : Rasa nyeri seperti tusukkan tajam pada area dada dan
Abdomen
R :Nyeri hanya berfokus pada area dada dan abdomen yakni pada
bagian left lumbar region dan left iliac region
S : Dengan skala nyeri 4
T : Nyeri muncul secara mendadak
2). Rasa ingin pingsan / pusing : Pasien mengatakan pusing
3). Sakit kepala : tidak ada
5). Kejang : Pasien mengatakan tidak pernah
6). Mata : tidak ada keluhan dari pasien
7). Pendengaran : tidak ada keluhan dari pasien

b) Tanda (Objyektif)
1). Status mental
Kesadaran : Composmetis
2).Skala Koma Glasgow (GCS) : E=4, V=5, M=6
3).Terorientasi/disorientasi : Tidak ada
4).Persepsi sensori : Tidak ada
5).Delusi : Tidak ada
6).Memori : Tidak ada gangguan
7).Penggunaan alat bantu penglihatan/pendengaran : Tidak ada
8).Reaksi pupil terhadap cahaya : Mengecil dengan ukuran 3
Milimeter

9.KEAMANAN
a) Gejala (Subyektif)
1).Alergi : Pasien mengatakan tidak ada alergi
2).Obat-obatan : Pasien mengatakan tidak tau nama obat
yang pernah ia konsumsi
3).Makanan : Pasien mengatakan tidak ada alergi
6).Riwayat cidera :Tidak ada riwayat cidera
7).Riwayat kejang :Tidak ada riwayat kejang
b) Tanda(Obyektif)
1).Suhu tubuh : 36,2 C
2).Kemerahan/pucat : Tidak ada
3).Adanya luka : Tidak ada luka
4).Ekimosis/tanda perdarahan lain : Tidak ada
5).Gangguan keseimbangan : Tidak ada

10. SEKSUAL DAN REPRODUKSI


a) Gejala (Subyektif)
1). Pemahaman terhadap fungsi seksual :
pasien mengatakan cukup memahami
2).Gangguan hubungan seksual :
semenjak ± 5 tahun sudah tidak lagi melakukan hubungan
seksual. Pasien juga menjelaskan bahwa istrinya tidak bisa hamil
sehingga ia tidak memiliki anak kandung.
3).Permasalahan selama aktifitas seksual : Tidak ada
4).Pengkajian pada laki-laki
Rabas pada penis : Tidak ada
Gangguan prostat : Tidak ada
b) Tanda (Obyektif)
1).Pemeriksaan penis/tetis : Tidak ada masalah
2).Kutil genital/lesi : Tidak ada masalah

11. PERSEPSI DIRI, KONSEP DIRI DAN MEKANISME KOPING


a) Gejala (Subyektif)
1).Faktor stress : pasien mengatakan cukup stress karena tidak ada
pemasukan dikarenakan ia yang tidak bisa bekerja sehingga
kebutuhan keluarga banyak yang tidak terpenuhi
2).Bagaimana pasien dalam mengambil keputusan :
Pasien mengatakan sering berdiskusi dengan istrinya.
3). Yang dilakukan jika menghadapi suatu masalah :
Pasien mengatakan mencari jalan keluar / memecahkan masalah
4). Upaya pasien dalam menghadapi masalahnya sekarang :
Pasien mengatakan bahwa ia ber-Ikhtiar dan bertawakal kepada
Allah terkait kondisi penyakitnya
5).Perasaan cemas / takut :
Pasien mengatakan cemas jika harus dirawat cukup lama karena
mengingat ia sebagai kepala keluarga yang harus memenuhi
kebutuhan keluarga.
6).Prasangka tidak berdayaan :
Pasien mngatakan tidak berdaya jika harus dirawat dan hanya
menjadi beban keluarga
7).Perasaan keputus asaan:
Pasien mengatakan tetap optimis dalam menjalani proses
pengobatan.
8).Konsep diri
a).Citra diri : pasien mengatakan menerima keadaan nya yang
sekarang
b).Ideal diri : pasien berharap dapat sembuh dari sakitnya dan
dapat kembali seperti dulu lagi
c).Harga diri : pasien mengatakan menghargai dirinya dan
selalu mempunyai harapan
e).Konflik dalam peran : Tidak ada

b) Tanda (Obyektif)
1).Status emosional : pasien tampak sedih
2).Respon fisologis yang terobservasi:
TD : 114/70 mmHg
N : 95 x/menit
RR : 29 x/menit
S : 36,2 C
SpO2 : 89%

12. INTERAKSI SOSIAL


a) Gejala (Subyektif)
1).Orang yang terdekat dan lebih berpengaruh :
pasien mengatakan keluarga (istri dan anaknya)
2).Kepada siapa pasien meminta bantuan bila mempunyai masalah :
pasien mengatakan kepada keluarga
3).Adakah kesulitan dalam keluarga :pasien mengatakan tidak ada
4).Kesulitan berhubungan dengan tenaga kesehatan/pasien lain :
pasien mengatakan tidak ada

b) Tanda (Obyektif)
1).Kemampuan bicara : tampak jelas
2).Tidak dapat dimengerti: dapat di mengerti
3).Pola bicara tidak biasa/kerusakan : tidak ada
4).Penggunaan alat bantu bicara : tidak ada
5).Adanya laringaktomi/trakesostomy :tidak ada
7).Perilaku menarik diri : tidak ada

13. POLA NILAI KEPERCAYAAN DAN SPIRITUAL


a) Gejala(Subyektif)
1).Sumber kekuatan bagi pasien :
Pasien mengatakan Tuhan dan keluarganya
2).Perasaan menyalahkan Tuhan :
Pasien tidak pernah menyalahkan Tuhan dan mengatakan pasrah
dan berserah diri kepada Allah.
3).Bagaimana pasien menjalankan kegiatan agama :
Pasien sholat dengan posisi tidur dan tidak pernah meninggalkan
sholat walaupun di rawat di rumah sakit.
4).Adakah keyakinan / kebudayaan yang dianut pasien yang
bertentangan dengan kesehatan : pasien mengatakan tidak ada
5).Pertentangan nilai /keyakinan/kebudayaan terhadap pengobatan
yang dijalani : pasien mengatakan tidak ada

b) Tanda (Obyektif)
1).Perubahan perilaku:
a).Menarik diri : Tidak ada
b).Marah/sarkasme : Tidak ada
c).Mudah tersinggung : Tidak ada
d).Mudah menangis : Tidak ada
2). Menolak pengobatan : Tidak ada
3). Berhenti menjalankan aktifitas agama : Tidak ada
4). Menunjukkan sikap permusuhan dengan tenaga kesehatan:
Tidak ada, pasien nampak koperatif

B. Data penunjang
1. Pemeriksaan LAB (Tanggal 19 Mei 2021)
Leukosit 13.61 10 ^3 IU/mL
Glukosa sewaktu 219 Mg/dl
Natrium 126.9 Mmol/L
1. Pemeriksaan Radiologi (Tanggal 21 Mei 2021)
Tuberkulosis paru aktif lesi luas
Efusi Pleura kanan

Data Fokus

Data Subjektif Data Objektif


- Pasien mengatakan sesak nafas - Nampak tekanan ekspirasi berbanding
- Pasien mengatakan tidak nyaman ketika lebih dari tekanan inspirasi
bernafas - Hasil pemeriksaan radiologi efusi
- Pasien merasakan energy tidak pulih pleura kanan dan TB paru aktif lesi luas
dan merasa lemah walaupun telah tidur - Batuk berdahak dengan produksi
- Pasien mengatakan sulit tidur pada sputum yang berwarna putih bercampur
malam hari dan durasi waktu tidur coklat
hanya 3 jam - Pasien nyeri saat batuk
- Pasien mengatakan kemampuan - Terdengar bunyi nafas wheezing
beraktifitas menurun - Nampak pola nafas pasien berubah
- Pasien mengatakan cepat merasa lelah - Pasien nampak gelisah
ketika beraktifitas - Pasien nampak lemah dan lesuh
- Pasien mengatakan sesak nafas ketika - Nampak aktifitas pasien sepenuhnya di
beraktifitas bantu keluarga.
- Pasien mengatakan cemas jika harus - Pasien nampak gelisah
dirawat dengan waktu yang lama di - Pasien mengalami diaphoresis
rumah sakit - Berat badan menurun 4 Kg dalam 1
- Pasien merasa bersalah karena tidak bulan
mampu menjalankan tugas dan - Pasien sulit tidur
tanggung jawab sebagai kepala keluarga
- Nampak gelisah
saat terbaring lemah semenjak ± satu
bulan.
- RR : 29X/Menit
- Pasien mengatakan bahwa ia merasa - Diaforesis
bersalah dan tidak berdaya karena hanya - Tidak kosentrasi
terbaring lemah dan tidak bisa
memenuhi kebutuhan keluarga
- Nyeri
P : Pasien mengatakan nyeri ketika
batuk pada bagian dada dan
untuk bagian abdomen pasien
tidak mengetahui penyebabnya.
Q : Rasa nyeri seperti di tusuk tajam
R : Nyeri hanya berfokus pada area
abdomen yakni pada bagian left
lumbar region dan left iliac
region
S: Dengan skala nyeri 4
T: Nyeri muncul secara mendadak
- Pasien mengatakan tidak ada nafsu
makan

E. Analisa Data

Data Subjektif & Data Objektif Problem Etiologi

Data Subjektif : Bersihan jalan Spasme jalan


nafas tidak efektif nafas
- Pasien mengatakan sesak nafas
- Pasien mengatakan tidak nyaman
ketika bernafas

Data Objektif :

- Batuk berdahak dengan produksi


yang berwarna kuning kehijauan
- Pasien nyeri saat batuk
- Terdengar bunyi nafas wheezing
- Nampak pola nafas pasien
berubah
- Pasien nampak gelisah

Data Subjektif : Pola nafas tidak Hambatan


efektif upaya nafas
- Pasien mengatakan sesak nafas
- Pasien mengatakan tidak nyaman
ketika bernafas
Data Objektif :

- Nampak tekanan ekspirasi


berbanding lebih dari tekanan
inspirasi
- Respirasi Rate : 29X /Menit
- Hasil pemeriksaan radiologi efusi
pleura kanan dan TB paru aktif
lesi luas
Data Subjektif : Defisit Nutrisi Ketidak
mampuan
- Pasien mengatakan nyeri pada menelan
bagian abdomen makanan
- Pasien mengatakan tidak ada
nafsu makan
Data Objektif :

- Berat badan menurun 4 Kg dalam


1 bulan
Data Subjektif : Nyeri Akut Agen pecedera
fisiologis
- Nyeri
P : Pasien mengatakan nyeri
ketika batuk pada bagian dada
dan untuk bagian abdomen pasien
tidak mengetahui penyebabnya.
Q : Rasa nyeri seperti di tusuk tajam
R: Nyeri hanya berfokus pada area
abdomen yakni pada bagian left
lumbar region dan left iliac
region
S :Dengan skala nyeri 4
T :Nyeri muncul secara
mendadak
- Pasien mengatakan sulit tidur

Data Objektif :

- Pasien nampak gelisah

- Nafsu makan menurun

Pasien mengalami diaphoresis

Data Subjektif : Keletihan Kondisi


fisiologis
- Pasien merasakan energy tidak pulih
dan merasa lemah walaupun telah
tidur
- Pasien mengatakan cepat merasa
lelah ketika beraktifitas
- Pasien mengatakan sesak nafas
ketika beraktifitas
- Pasien merasa bersalah karena tidak
mampu menjalankan tugas dan
tanggung jawab sebagai kepala
keluarga saat terbaring lemah
semenjak ± satu bulan.

Data Objektif :

- Pasien nampak lemah dan lesuh


- Nampak aktifitas pasien sepenuhnya
di bantu keluarga.

Data Subjektif: Ansietas Ancaman


terhadap
- Pasien mengatakan cemas jika harus konsep diri
dirawat dengan waktu yang lama di
rumah sakit
- Pasien mengatakan bahwa ia merasa
bersalah dan tidak berdaya karena
hanya terbaring lemah dan tidak
memenuhi kebutuhan keluarga

Data Objektif:

- Pasien sulit tidur


- Nampak gelisah
- RR : 29X/Menit
- Diaforesis
- Tidak kosentrasi
DS: Gangguan Pola Kurang kontrol
tidur tidur
- Pasien mengatakan sulit tidur pada
malam hari dan durasi waktu tidur
hanya 3 jam
- Pasien mengatakan tidak puas dengan
tidur nya

Pasien mengatakan kemampuan


beraktifitas menurun

Defisit Kurang
Data Subjektif
Pengetahuan terpapar
- Pasien mengatakan bahwa ia baru informasi
mengetahui penyakitnya TB Paru
satu bulan yang lalu dan
menganggap bahwa batuk yang ia
derita hanya penyakit biasa
sehingga ia ketika penyakitnya
(batuk) kambuh hanya pergi ke
klinik kesehatan dan sering ganti
klinik sehingga pengobatan tidak
terprogram dan terfokuskan.
- Pasien mengatakan bahwa ia
menyepelekan terkait kesehatan
dirinya. Walaupun ± 1 tahun
mengalami tanda dan gejala batuk,
serta sesak nafas.
- Pasien tidak pernah kontrol terkait
perkembangan penyakitnya.

3.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN


3.2.1 Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya nafas
ditandai dengan dispnea, orotopnea, Respirasi rate 29X/Menit,
nampak tekanan ekspirasi berbanding lebih dari tekanan inspirasi, dan
ditemukan hasil pemeriksaan radiologi efusi pleura kanan dan TB
paru aktif lesi luas

3.2.2 Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan spasme jalan
nafas ditandai dengan dispnea, ortopnea, batuk berdahak dengan
produksi sputum yang berwarna kuning kehijauna, nyeri saat batuk,
ditemukan bunyi nafas wheezing

3.2.3 Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidak mampuan menelan


makanan ditandai dengan pasien mengatakan tidak ada nafsu makan,
nyeri pada bagian abdomen dan terjadi penurunan berat badan dalam
satu bulan yakni sebanyak 4 kg.

3.3 Intervensi

SDKI SLKI SIKI

Bersihan jalan Bersian jalan nafas 1. Pengaturan posisi (1.01019)


nafas tidak (L.01001)
efektif (D.0001) Observasi
Setelah dilakukan
- Monitor status oksigenasi
Bersihan jalan tindakan keperawatan sebelum dan sesudah
selama 3X24 Jam di mengubah posisi
nafas tidak efektif
harapkan bersihan
berhubungan jalan nafas meningkat Terapeutik
dengan Kriteria hasil :
dengan spasme - Atur posisi tidur yang
disukai
jalan nafas - Dispnea menurun
(5)
ditandai dengan - Atur posisi yang
- Ortopnea menurun menggurangi sesak
dispnea,
(5)
- Tinggikan tempat tidur
ortopnea, batuk bagian kepala berikan bantal
- Produksi sputum
berdahak dengan menurun (5) yang tepat pada leher
produksi sputum - Wheezing Edukasi
yang berwarna menurun (5)
- Informasi saat akan
kuning kehijauna, dilakukan perubahan posisi
nyeri saat batuk, 2. Pemberian obat Inhalasi
ditemukan bunyi (1.01015)

nafas wheezing Observasi


- Monitor tanda-tanda vital
sebelum pemberian obat
Terapeutik
- Lakukan prinsip 6 benar
Edukasi
- Anjurkan bernafas lambat
dan dalam selama
penggunaan nebulizer
- Anjurkan menahan nafas
selama 10 detik
- Anjurkan ekspirasi lambat
melalui hidung
- Jelaskan pemberian obat,
alas an pemberian, tindakan
yang diharapkan dan efek
samping obat

3. Terapi Oksigen (1.01026)


Observasi
- Monitor kecepatan aliran
oksigen
- Monitor efektifitas terapi
oksigen (mis. oksimetri,
analisa gas darah ), jika perlu
- Monitor integritas mukosa
hidung akibat pemasangan
oksigen

Terapeutik

- Pertahankan kepatenan jalan


nafas

Edukasi

- Ajarkan pasien dan keluarga


cara menggunakan oksigen

Kolaborasi

- Kolaborasi penentuan dosis


oksigen
- Kolaborasi penggunaan
oksigen saat aktivitas
dan/atau tidur

Pola Nafas Pola nafas (L.01004) 1. Pengaturan posisi (1.01019)


Tidak Efektif Setelah dilakukan Observasi
(D.0005) tindakan keperawatan
selama 3X12 Jam di - Monitor status oksigenasi
harapkan pola nafas sebelum dan sesudah
Pola nafas tidak mengubah posisi
membaik dengan
efektif Kriteria hasil :
Terapeutik
berhubungan - Dispnea menurun
- Atur posisi tidur yang
dengan hambatan (5)
disukai
upaya nafas - Orthopnea
- Atur posisi yang
menurun (5)
ditandai dengan menggurangi sesak
dispnea, - Frekuensi nafas - Tinggikan tempat tidur
membaik (5) bagian kepala berikan bantal
orotopnea,
yang tepat pada leher
Respirasi rate - Tekanan Inspirasi
Meningkat (5) Edukasi
29X/Menit,
- Informasi saat akan
nampak tekanan
dilakukan perubahan posisi
ekspirasi
4. Pemberian obat Inhalasi
berbanding lebih (1.01015)
dari tekanan
Observasi
inspirasi, dan
- Monitor tanda-tanda vital
ditemukan hasil sebelum pemberian obat
pemeriksaan Terapeutik
radiologi efusi
- Lakukan prinsip 6 benar
pleura kanan dan
Edukasi
TB paru aktif lesi
luas - Anjurkan bernafas lambat
dan dalam selama
penggunaan nebulizer
- Anjurkan menahan nafas
selama 10 detik
- Anjurkan ekspirasi lambat
melalui hidung
- Jelaskan pemberian obat,
alas an pemberian, tindakan
yang diharapkan dan efek
samping obat.

Defisit Nutrisi Status Nutrisi Manajemen nutrisi (1.03119)


(L.03030)
(D.0019)
Observasi
Setelah dilakukan
Defisit nutrisi tindakan keperawatan - Identifikasi alergi dan
selama 3X12 Jam di intoleransi makanan
berhubungan
harapkan status nutrisi - Identifikasi makanan yang
dengan ketidak membaik dengan disukai
Kriteria hasil :
mampuan
menelan - Nafsu makan Terapeutik
membaik (5)
makanan ditandai - Motifasi oral hygine
- Nyeri Abdomen - Sajikan makanan secara
dengan pasien menarik dan suhu yang
menurun (5)
mengatakan tidak - Frekuensi Makan sesuai
membaik (5)
ada nafsu makan,
Edukasi
nyeri pada bagian
- Ajarkan diet yang
abdomen dan
diprogramkan
terjadi penurunan
Kolaborasi
berat badan
dalam satu bulan - Kolaborasi dengan ahli gizi
yakni sebanyak 4 untuk menentukan jumlah
kalori dan jenis nutrient yang
kg.
dibutuhkan, jika perlu.

3.4 Implementasi

Diagnosa Tanggal/ Tindakan Respon Paraf


Jam
Bersihan 24 Mei 1. Pengaturan posisi
jalan (1.01019)
2021
nafas - Monitor status oksigenasi S:-
tidak sebelum dan sesudah O: SPO2
efektif mengubah posisi sebelum 89%
(D.0001) sesudah 96%

- Atur posisi tidur yang S: Pasien


disukai mengatakan
- Atur posisi yang merasa agak
menggurangi sesak terbantu
- Tinggikan tempat tidur dengan
bagian kepala berikan posisi
bantal yang tepat pada leher semifowller
O: Pasien lebih
rileks dalam
bernafas
- Informasi saat akan
dilakukan perubahan posisi S: -
O: pasien
nampak
koperatif

2. Pemberian obat Inhalasi


(1.01015)
- Monitor tanda-tanda vital S: -
sebelum pemberian obat O: TTV
TD : 114/70
Mmhg
N: 95X/Menit
RR: 29X/Menit
SB: 36,20C
SPO2: 89

- Lakukan prinsip 6 benar S:-


O: Diidentifikasi
kembali prinsip
benar dalam
pemberian obat

- Anjurkan bernafas lambat S: Pasien


dan dalam selama Melakukan
penggunaan nebulizer nya dengan
- Anjurkan menahan nafas baik
selama 10 detik
- Anjurkan ekspirasi lambat O: Pasien sangat
melalui hidung koperatif

- Jelaskan pemberian obat, S: -


alasan pemberian, tindakan O: Pasien sangat
yang diharapkan dan efek aktif dalam
samping obat proses diskusi

- Memberikan obat
Combivent 2,5 Ml
Pulmicort 2 Ml
Aminophiline 24 Mg/Ml di
drips ke dalam Ringer
lactate dengan 20 TPM

3. Terapi Oksigen (1.01026)


- Monitor kecepatan aliran S:-
oksigen O: Mempertah-
ankan
kosentrasi O2
3L/Menit

- Monitor efektifitas terapi S:-


oksigen (mis. oksimetri, O: SPO2
analisa gas darah ), jika Sebelum
perlu 89%
Sesudah
97%

- Monitor integritas mukosa S:-


hidung akibat pemasangan O: nampak tidak
oksigen ada lesi pada
area mukosa
hidung
- Pertahankan kepatenan
jalan nafas S:-
O: pertahankan
posisi
semifowler
- Ajarkan pasien dan
keluarga cara
menggunakan oksigen S: -
O: Pasien serta
keluarga
nampak
- Kolaborasi penentuan koperatif
dosis oksigen
- Kolaborasi penggunaan S:-
oksigen saat aktivitas O: pemberian
dan/atau tidur terapi O2
dengan
kosentrasi
3L/Menit.

Pola 24 Mei 1. Pengaturan posisi


Nafas 2021 (1.01019)
- Monitor status oksigenasi S:-
Tidak
sebelum dan sesudah O: SPO2
Efektif mengubah posisi sebelum 89%
sesudah 96%
(D.0005)
- Atur posisi tidur yang S: Pasien
disukai mengatakan
- Atur posisi yang merasa agak
menggurangi sesak terbantu
- Tinggikan tempat tidur dengan
bagian kepala berikan posisi
bantal yang tepat pada semifowller
leher O: Pasien lebih
rileks dalam
bernafas

- Informasi saat akan S: -


dilakukan perubahan O: pasien
posisi nampak
koperatif

2. Pemberian obat Inhalasi


(1.01015)
- Monitor tanda-tanda vital S: -
sebelum pemberian obat O: TTV
TD : 114/70
Mmhg
N: 95X/Menit
RR: 29X/Menit
SB: 36,20C
SPO2: 89

- Lakukan prinsip 6 benar S:-


O: Diidentifikasi
kembali prinsip
benar dalam
pemberian obat

- Anjurkan bernafas lambat S: Pasien


dan dalam selama Melakukan
penggunaan nebulizer nya dengan
- Anjurkan menahan nafas baik
selama 10 detik
- Anjurkan ekspirasi lambat O: Pasien sangat
melalui hidung koperatif
- Jelaskan pemberian obat, S: -
alasan pemberian, O: Pasien sangat
tindakan yang diharapkan aktif dalam
dan efek samping obat. proses diskusi

Defisit 24 Mei Manajemen nutrisi


(1.03119)
Nutrisi 2021
- Identifikasi alergi dan
(D.0019) intoleransi makanan S: Pasien
mengatakan
tidak ada alergi
makanan
O:-

- Identifikasi makanan yang


disukai S: Pasien
mengatakan
suka makan
buah-buahan
O:-

- Motifasi oral hygine


S:-
O: nampak
terjaganya
kebersihan pada
area mulut, gigi,
lidah klien dan
tidak ada bau
- Sajikan makanan mulut.
secara menarik dan suhu
yang sesuai S: -
O: Pasien
nampak tertarik
dengan
hidangan
makanan
- Kolaborasi dengan
ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori S:-
dan jenis nutrient yang O: Diit Bubur
dibutuhkan, jika perlu halus DM + Cair
3x200 cc
Diagnosa Tanggal/ Tindakan Respon Paraf
Jam
Bersihan 25 Mei 4. Pengaturan posisi
jalan (1.01019)
2021
nafas - Monitor status oksigenasi S:-
tidak sebelum dan sesudah O: SPO2
efektif mengubah posisi sebelum 89%
(D.0001) sesudah 96%

- Atur posisi tidur yang S: Pasien


disukai mengatakan
- Atur posisi yang merasa agak
menggurangi sesak terbantu
- Tinggikan tempat tidur dengan
bagian kepala berikan posisi
bantal yang tepat pada leher semifowller
O: Pasien lebih
rileks dalam
bernafas
- Informasi saat akan
dilakukan perubahan posisi S: -
O: pasien
nampak
koperatif

5. Pemberian obat Inhalasi


(1.01015)
- Monitor tanda-tanda vital S: -
sebelum pemberian obat O: TTV
TD : 114/70
Mmhg
N: 95X/Menit
RR: 29X/Menit
SB: 36,20C
SPO2: 89

- Lakukan prinsip 6 benar S:-


O: Diidentifikasi
kembali prinsip
benar dalam
pemberian obat

- Anjurkan bernafas lambat S: Pasien


dan dalam selama Melakukan
penggunaan nebulizer nya dengan
- Anjurkan menahan nafas baik
selama 10 detik
- Anjurkan ekspirasi lambat O: Pasien sangat
melalui hidung koperatif

- Jelaskan pemberian obat, S: -


alasan pemberian, tindakan O: Pasien sangat
yang diharapkan dan efek aktif dalam
samping obat proses diskusi

- Memberikan obat
Combivent 2,5 Ml
Pulmicort 2 Ml
Aminophiline 24 Mg/Ml di
drips ke dalam Ringer
lactate dengan 20 TPM
6. Terapi Oksigen (1.01026)
- Monitor kecepatan aliran S:-
oksigen O: Mempertah-
ankan
kosentrasi O2
3L/Menit

- Monitor efektifitas terapi S:-


oksigen (mis. oksimetri, O: SPO2
analisa gas darah ), jika Sebelum
perlu 89%
Sesudah
97%

- Monitor integritas mukosa S:-


hidung akibat pemasangan O: nampak tidak
oksigen ada lesi pada
area mukosa
hidung
- Pertahankan kepatenan
jalan nafas S:-
O: pertahankan
posisi
semifowler
- Ajarkan pasien dan
keluarga cara
menggunakan oksigen S: -
O: Pasien serta
keluarga
nampak
- Kolaborasi penentuan koperatif
dosis oksigen
- Kolaborasi penggunaan S:-
oksigen saat aktivitas O: pemberian
dan/atau tidur terapi O2
dengan
kosentrasi
3L/Menit.

Pola 25 Mei 2. Pengaturan posisi


(1.01019)
Nafas 2021
- Monitor status oksigenasi S:-
Tidak sebelum dan sesudah O: SPO2
mengubah posisi sebelum 89%
Efektif
sesudah 96%
(D.0005)
- Atur posisi tidur yang S: Pasien
disukai mengatakan
- Atur posisi yang merasa agak
menggurangi sesak terbantu
- Tinggikan tempat tidur dengan
bagian kepala berikan posisi
bantal yang tepat pada semifowller
leher O: Pasien lebih
rileks dalam
bernafas

- Informasi saat akan S: -


dilakukan perubahan O: pasien
posisi nampak
koperatif

2. Pemberian obat Inhalasi


(1.01015)
- Monitor tanda-tanda vital S: -
sebelum pemberian obat O: TTV
TD : 114/70
Mmhg
N: 95X/Menit
RR: 29X/Menit
SB: 36,20C
SPO2: 89

- Lakukan prinsip 6 benar S:-


O: Diidentifikasi
kembali prinsip
benar dalam
pemberian obat

- Anjurkan bernafas lambat S: Pasien


dan dalam selama Melakukan
penggunaan nebulizer nya dengan
- Anjurkan menahan nafas baik
selama 10 detik
- Anjurkan ekspirasi lambat O: Pasien sangat
melalui hidung koperatif

- Jelaskan pemberian obat, S: -


alasan pemberian, O: Pasien sangat
tindakan yang diharapkan aktif dalam
dan efek samping obat. proses diskusi
Defisit 25 Mei Manajemen nutrisi
(1.03119)
Nutrisi 2021
- Identifikasi alergi dan
(D.0019) intoleransi makanan S: Pasien
mengatakan
tidak ada alergi
makanan
O:-

- Identifikasi makanan yang


disukai S: Pasien
mengatakan
suka makan
buah-buahan
O:-

- Motifasi oral hygine


S:-
O: nampak
terjaganya
kebersihan pada
area mulut, gigi,
lidah klien dan
tidak ada bau
- Sajikan makanan mulut.
secara menarik dan suhu
yang sesuai S: -
O: Pasien
nampak tertarik
dengan
hidangan
makanan
- Kolaborasi dengan
ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori S:-
dan jenis nutrient yang O: Diit Bubur
dibutuhkan, jika perlu halus DM + Cair
3x200 cc
Diagnosa Tanggal/ Tindakan Respon Paraf
Jam
Bersihan 26 Mei 7. Pengaturan posisi
jalan (1.01019)
2021
nafas - Monitor status oksigenasi S:-
tidak sebelum dan sesudah O: SPO2
efektif mengubah posisi sebelum 89%
(D.0001) sesudah 96%

- Atur posisi tidur yang S: Pasien


disukai mengatakan
- Atur posisi yang merasa agak
menggurangi sesak terbantu
- Tinggikan tempat tidur dengan
bagian kepala berikan posisi
bantal yang tepat pada leher semifowller
O: Pasien lebih
rileks dalam
bernafas
- Informasi saat akan
dilakukan perubahan posisi S: -
O: pasien
nampak
koperatif

8. Pemberian obat Inhalasi


(1.01015)
- Monitor tanda-tanda vital S: -
sebelum pemberian obat O: TTV
TD : 114/70
Mmhg
N: 95X/Menit
RR: 29X/Menit
SB: 36,20C
SPO2: 89

- Lakukan prinsip 6 benar S:-


O: Diidentifikasi
kembali prinsip
benar dalam
pemberian obat

- Anjurkan bernafas lambat S: Pasien


dan dalam selama Melakukan
penggunaan nebulizer nya dengan
- Anjurkan menahan nafas baik
selama 10 detik
- Anjurkan ekspirasi lambat O: Pasien sangat
melalui hidung koperatif

- Jelaskan pemberian obat, S: -


alasan pemberian, tindakan O: Pasien sangat
yang diharapkan dan efek aktif dalam
samping obat proses diskusi

- Memberikan obat
Combivent 2,5 Ml
Pulmicort 2 Ml
Aminophiline 24 Mg/Ml di
drips ke dalam Ringer
lactate dengan 20 TPM

9. Terapi Oksigen (1.01026)


- Monitor kecepatan aliran S:-
oksigen O: Mempertah-
ankan
kosentrasi O2
3L/Menit

- Monitor efektifitas terapi S:-


oksigen (mis. oksimetri, O: SPO2
analisa gas darah ), jika Sebelum
perlu 89%
Sesudah
97%

- Monitor integritas mukosa S:-


hidung akibat pemasangan O: nampak tidak
oksigen ada lesi pada
area mukosa
hidung
- Pertahankan kepatenan
jalan nafas S:-
O: pertahankan
posisi
semifowler
- Ajarkan pasien dan
keluarga cara
menggunakan oksigen S: -
O: Pasien serta
keluarga
nampak
- Kolaborasi penentuan koperatif
dosis oksigen
- Kolaborasi penggunaan S:-
oksigen saat aktivitas O: pemberian
dan/atau tidur terapi O2
dengan
kosentrasi
3L/Menit.

Pola 26 Mei 3. Pengaturan posisi


(1.01019)
Nafas 2021
- Monitor status oksigenasi S:-
Tidak sebelum dan sesudah O: SPO2
mengubah posisi sebelum 89%
Efektif
sesudah 96%
(D.0005)
- Atur posisi tidur yang S: Pasien
disukai mengatakan
- Atur posisi yang merasa agak
menggurangi sesak terbantu
- Tinggikan tempat tidur dengan
bagian kepala berikan posisi
bantal yang tepat pada semifowller
leher O: Pasien lebih
rileks dalam
bernafas

- Informasi saat akan S: -


dilakukan perubahan O: pasien
posisi nampak
koperatif

2. Pemberian obat Inhalasi


(1.01015)
- Monitor tanda-tanda vital S: -
sebelum pemberian obat O: TTV
TD : 114/70
Mmhg
N: 95X/Menit
RR: 29X/Menit
SB: 36,20C
SPO2: 89

- Lakukan prinsip 6 benar S:-


O: Diidentifikasi
kembali prinsip
benar dalam
pemberian obat

- Anjurkan bernafas lambat S: Pasien


dan dalam selama Melakukan
penggunaan nebulizer nya dengan
- Anjurkan menahan nafas baik
selama 10 detik
- Anjurkan ekspirasi lambat O: Pasien sangat
melalui hidung koperatif

- Jelaskan pemberian obat, S: -


alasan pemberian, O: Pasien sangat
tindakan yang diharapkan aktif dalam
dan efek samping obat. proses diskusi
Defisit 26 Mei Manajemen nutrisi
(1.03119)
Nutrisi 2021
- Identifikasi alergi dan
(D.0019) intoleransi makanan S: Pasien
mengatakan
tidak ada alergi
makanan
O:-

- Identifikasi makanan yang


disukai S: Pasien
mengatakan
suka makan
buah-buahan
O:-

- Motifasi oral hygine


S:-
O: nampak
terjaganya
kebersihan pada
area mulut, gigi,
lidah klien dan
tidak ada bau
- Sajikan makanan mulut.
secara menarik dan suhu
yang sesuai S: -
O: Pasien
nampak tertarik
dengan
hidangan
makanan
- Kolaborasi dengan
ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori S:-
dan jenis nutrient yang O: Diit Bubur
dibutuhkan, jika perlu halus DM + Cair
3x200 cc
3.5 Evaluasi

No Hai/Tgl Diagnosa Evaluasi Paraf


1 Rabu, Bersihan jalan S: - Pasien mengatakan sudah
26 Mei tidak
nafas tidak
2021 sesak nafas
efektif - Pasien mengatakan sudah
tidak lagi kesulitan bernafas
berhubungan
O: - Produksi sputum menurun dan
dengan spasme dengan berwarna putih
- Bunyi nafas Wheezing
jalan nafas
menurun
A : masalah teratasi
P: Stop intervensi
1 Rabu, Pola nafas S: - Pasien mengatakan sudah
26 Mei tidak
tidak efektif
2021 sesak nafas
berhubungan - Pasien mengatakan sudah
tidak lagi kesulitan bernafas
dengan
O: - Tekanan Ekspirasi berbanding
hambatan sama dengan tekanan inspirasi
- RR; 20X/Menit
upaya nafas
A : masalah teratasi
P: Stop intervensi
3 Rabu, Defisit nutrisi S: -Pasien mengatakan nafsu
26 Mei berhubungan makan membaik
2021 dengan ketidak - Pasien mengatakan tidak lagi
mampuan nyeri
menelan O: - porsi makan di habiskan
makanan - Frekuensi makan membaik
A : Masalah teratasi
P: Stop Intervensi

DAFTAR PUSTAKA

Amin Huda Nurarif, dkk. (2015) NANDA (North American Nursing Diagnosis
Association) , Jilid 3. Jogjakarta : MediAction

Dinas Kesehatan Kota Semarang. Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2017.
Semarang: Dinas Kesehatan Kota Semarang; 2018.

Kemenkes RI. (2018). Riset Kesehatan Dasar, RISKESDAS. Jakarta: Balitbang


Kemenkes RI

Kementerian Kesehatan RI, (2016). Peraturan Menteri Kesehatan Nomor.67


Tahun 2016 tentang Penanggulangan Tuberkulosis, Jakarta.

PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : Definisi dan Indikator


Diagnostik, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI
PPNI. (2016). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi dan tindakan
keperawatan, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI

Anda mungkin juga menyukai