Anda di halaman 1dari 4

1

BAB I
PENDAHULUAN

I. Latar Belakang
Tuberculosis (TB) masih merupakan masalah besar di Indonesia
meskipun penanganan tuberkulosis sudah dilakukan selama berpuluh tahun
tetapi kasus TB seakan-akan tidak ada habis-habisnya. Tuberculosis paru-paru
merupakan penyakit infeksi yang menyerang parenkim paru-paru yang
disebabkan oleh mycobacterium tuberculosis (Somantri, 2008 : 59).
Tuberculosis masih meningkat saat ini meskipun banyak yang masih
meyakini bahwa ini merupakan masalah pada waktu lampau. Meskipun paling
sering terlihat sebagai penyakit paru, Tuberkulosis dapat mengenai selain paru
(16%) dan mempengaruhi organ dan jaringan lain. Orang pada risiko paling
tinggi termasuk yang dapat terpajan pada basilus pada waktu lalu dan yang tidak
mampu atau mempunyai kekebalan rendah karena kondisi kritis, seperti AIDS,
kanker, usia lanjut, malnutrisi, dan sebagainya. Kebanyakan pasien diobati
sebagai pasien rawat jalan, tetapi dapat dirawat di rumah sakit selama evaluasi
diagnostic/awal pengobatan, reaksi merugikan dari obat, atau penyakit/
ketidakmampuan berat (doengoes, 2000 : 240).
Tuberkulosis dapat menyebar hampir ke setiap bagian tubuh, termasuk
meningens, ginjal, tulang, dan nodus limfe. Infeksi awal biasanya terjadi dalam 2
sampai 10 minggu setelah pajanan. Pasien kemudian dapat membentuk penyakit
aktif karena respons system imun menurun atau tidak adekuat. Proses aktif dapat
berlangsung lama dan karakteristikan oleh periode remisi yang panjang ketika
penyakit dihentikan, hanya untuk dilanjutkan dengan periode aktivitas yang
diperbarui (Smeltzer, 2013).
Tuberculosis merupakan penyakit menular yang menyebar melalui batuk
dan dahak. Ada bermacam-macam infeksi paru antara lain tumbuhnya sel tumor
yang akan menjadi sel kanker dengan tidak terkendali, masuknya benda asing
merupakan penyebab lainnya. Di negara-negara miskin tuberculosis merupakan
2

suatu masalah besar, WHO memperkirakan bahwa seluruh kasus didunia


meningkat 7,5 juta pada tahun 1990 menjadi 10,2 juta pada tahun 2002. Setiap
tahun menjadi 583.000 kasus baru tuberculosis dengan kematian 140.000 secara
kasar, diperkirakan setiap 100.000 penduduk terdapat 130 penderita baru
tuberculosis paru dengan BTA positif (Mutaqqin arif, 2012).
Tuberculosis menjadi penyakit yang sangat diperhitungkan saat
meningkatnya morbiditas penduduk terutama di Negara berkembang.
Diperkirakan sepertiga populasi dunia terinfeksi Mycobacterium tuberculosis,
organism penyebab tuberculosis. Dari seluruh kasus tuberculosis, sebesar 11%
dialami oleh anak-anak dibawah 15 tahun. Semenjak tahun 2000, tuberculosis
(TB) telah dinyatakan oleh WHO sebagai remerging disease, karena angka
kejadian TB yang telah dinyatakan menurun pada tahun 1990-an kembali
meningkat. Meskipun demikian untuk kasus di Indonesia, angka kejadian TB
tidak pernah menurun bahkan cenderung meningkat. Laporan internasional
menyatakan bahwa Indonesia merupakan penyumbang kasus TB terbesar ketiga
setelah Cina dan India (Mutaqqin arif, 2012).
Pada tahun 1992, World Health Organization (WHO) telah menetapkan
TB sebagai Global Emergency. Perkiraan kasus TB secara global pada tahun
2009 adalah insiden kasus 9,4 juta, prevalens kasus 14 juta, kasus meninggal
( HIV negative) 1,3 juta, dan kasus meninggal ( HIV positif 0,38 juta. Jumlah
kasus terbanyak adalah region Asia Tenggara (35%), Afrika (30%) dan region
Pasifik Barat (20%) (Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, 2011).
Penularan utama penyakit TB adalah oleh bakteri yang terdapat dalam
droplet yang dikeluarkan penderita sewaktu batuk, bersin, bahkan berbicara.
Sehingga tidak mengherankan jika di lingkungan yang populasinya sangat padat,
angka kejadian TB yang baru (insidens) tinggi. Pengobatan yang tidak teratur,
pemakaian obat antituberkulosis yang tidak/kurang tepat, maupun pengobatan
yang terputus dapat mengakibatkan resistensi bakteri terhadap obat. Perawat
sangat berperan saat menjelaskan kepada pasien tentang pentingnya berobat
secara teratur sesuai dengan jadwal sampai sembuh.
Untuk membina dan menilai kepatuhan kepada pengobatan, suatu
pendekatan pemberian obat yang berpihak kepada pasien, berdasarkan
3

kebutuhan pasien dan rasa saling menghormati antara pasien dan penyelenggara
kesehatan, seharusnya dikembangkan untuk semua pasien. Pengawasan dan
dukungan seharusnya berbasis individu dan harus memanfaatkan bermacam-
macam intervensi yang direkomendasikan dan layanan pendukung yang tersedia,
termasuk konseling dan penyuluhan pasien. Inilah satu-satunya cara
menyembuhkan penderita dan memutuskan rantai penularan (PDPI, 2011).
Mempertimbangkan hal tersebut, maka penulis tertarik untuk memahami
dan lebih mendalami kasus tentang Tuberkulosis Paru. Sehingga dapat
menerapkan asuhan keperawatan secara optimal dan mengangkat laporan kasus
dengan judul : Asuhan Keperawatan pada Pasien J dengan Gangguan
Sistem Pernafasan : Tuberkulosis Paru Di Ruang Perawatan Paru RSUD
Raden Mattaher Jambi Tahun 2016.

II. Tujuan
Tujuan pembuatan laporan kasus ini adalah sebagai berikut :
A. Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran tentang Asuhan Keperawatan dengan
Gangguan Sistem Pernafasan : Tuberkulosis Paru Di Ruang Perawatan Paru
RSUD Raden Mattaher Jambi Tahun 2016.

B. Tujuan Khusus
1. Gambaran pengkajian asuhan keperawatan pada pasien J dengan
Tuberkulosis Paru di Ruang Paru RSUD Raden Mattaher Jambi.
2. Gambaran diagnosa Keperawatan pada pasien J dengan Tuberkulosis
Paru di Ruang Paru RSUD Raden Mattaher Jambi.
3. Gambaran perencanaan tindakan keperawatan pada pasien J dengan
Tuberkulosis Paru di Ruang Paru RSUD Raden Mattaher Jambi.
4. Gambaran pelaksanaan tindakan keperawatan pada pasien J dengan
Tuberkulosis Paru di Ruang Paru RSUD Raden Mattaher Jambi.
4

5. Gambaran evaluasi tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan pada


pasien J dengan Tuberkulosis Paru di Ruang Paru RSUD Raden Mattaher
Jambi.

III. Manfaat
A. Bagi Institusi rumah sakit
Sebagai bahan informasi bagi perawat dirumah sakit dalam
memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan tuberculosis paru di
ruang rawat paru-paru rumah sakit umum daerah raden mattaher jambi.

B. Bagi Institusi pendidikan


Merupakan umpan balik terhadap penyerapan teori secara terpadu
oleh mahasiswa dan berguna untuk meningkatkan mutu pendidikan dalam
ilmu keperawatan.

C. Bagi Pembaca
Menambah wawasan pembaca dalam memahami penyakit Tuberkulosis
Paru seperti konsep dasar medis dan konsep dasar keperawatan serta asuhan
keperawatan dengan penyakit Tuberkulosis.

Anda mungkin juga menyukai