BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
pernapasan pada semua kelompok umur serta penyebab kematian nomor satu
produktif, batuk darah, sesak napas dan penurunan kemampuan batuk efektif
2008)
andalas menyebutkan terdapat 9,6 juta kasus TB paru didunia dan 58% kasus
terjadi didaerah Asia tenggara dan Afrika. Tiga Negara dengan insidensi kasus
terbanyak tahun 2015 yaitu India (23%), Indonesia (10%), dan Cina (10%).
1
2
37.860 kasus, dengan total kasus 6.272, BTA positif 3.584, BTA negative
1.946, ekstra paru 409, TB anak 205 (Berita Kompas, Marret 2018). Kasus TB
di wilayah kabupaten Ende pada tahun 2015 sebesar 46 kasus, tahun 2016
sebanyak 34 kasus, tahun 2017 sebanyak 82 kasus dan tahun 2018 sebanyak
205 kasus (BPS 2015-2018). Data rekam medik yang diperoleh dari Rumah
Sakit Umum Daerah Ende diketahui bahwa pada tahun 2016 sebanyak 146
sebagai aerosol (partikel yang sangat kecil). Partikel aerosol ini terhirup
Bagian paru yang telah rusak atau dihancurkan ini akan berupa jaringan/sel-sel
mati yang oleh karenanya akan diupayakan oleh paru untuk dikelurkan dengan
reflek batuk. Oleh karena itu pada umumnya batuk karena TB adalah
Dampak awal yang terjadi pada TB Paru yaitu batuk / batuk berdarah,
demam, keringat pada malam hari, sesak napas, nafsu makan menurun, berat
badan menurun dan jika tidak mendapat penanganan segera penderita TB Paru
OAT secara teratur. Jika tidak mengkonsumsi secara teratur maka akan
(NIC,2015).
B. Rumusan masalah
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
nyata.
3. Bagi penulis
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian
infeksi primer.
Tuberculosis).
TB BTA (bakteri tahan asam) positif melalui percik renik dahak yang
sifat khusus yaitu tahan terhadap asam pada pewarnaan. Oleh karena itu
6
7
disebut pula basil tahan asam (BTA), kuman TB cepat mati dengan sinar
matahari langsung tetapi dapat bertahan hidup beberapa jam di tempat yang
gelap dan lembab. Dalam jaringan tubuh kuman ini dapat dormant, tertidur
2. Penyebab Tuberculosis
adalah kuman aerob, tidak membentuk spora, berbentuk batang, non motil,
2001).
3. Patofisiologi
menurun akibat infeksi HIV/status gizi yang buruk. Ciri khas dari
Pathway
Masuk ke Paru-paru
(Muttaqin, 2008)
10
a. Gejala Tuberculosis
Gejala utama pasien Tuberculosis paru adalah batuk selama 2-3 minggu
atau lebih. Batuk dapat diikuti dengan gejala tambahan yaitu dahak,
batuk darah, sesak nafas, suara nafas ronchi, badan lemah, nafsu makan
b. Diagnosis Tuberculosis
tuberculosis yang dapat menular kepada orang lain melalui percikan ludah
atau dahak yang biasa disebut dengan istilah droplet nuclei (Laban, 2008).
Penularan secara droplet nuclei terjadi melalui udara. Pada waktu percikan
oleh orang sehat melalui jalan nafas dan selanjutnya berkembang biak
1). Sumber penularan adalah pasien TB paru BTA positif. 2). Pada waktu
ruangan yang lembab, percikan dahak berada dalam waktu yang lama.
kuman yang dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi derajat kepositifan hasil
melalui percikan dahak atau ludah yang dikeluarkan dengan batuk, bersin,
semua orang yang terpapar kuman akan jatuh sakit, tergantung oleh
kuman.
penderita TB paru maka semakin tinggi pula jumlah orang yang tertular.
mulut/hidung dan terhirup oleh orang lain maka orang tersebut dapat
terinfeksi, tetapi tidak semua orang yang menghirup akan tertular penyakit
steroid akan mudah tertular kuman TB paru.3). Kontak. Makin erat kontak
dalam waktu lama maka akan semakin besar resiko tertular. 4). Kondisi
sehingga kondisi lingkungan yang buruk merupakan salah satu faktor yang
kondisi sosio ekonomi, kepadatan jumlah penduduk serta kondisi gizi yang
buruk.
rumah yang baik dan sinar matahari masuk ke dalam ruangan, menjaga
hidung bila batuk atau bersin, menjaga jarak dalam berkomunikasi atau
dapat masuk dalam rumah sehingga rumah dalam keadaan terang dan
13
tidak lembab. 2). Tidur dan istirahat yang cukup. 3). Minum obat secara
pagi pada jam 08.00-09.00, karena ultra violet dapat membunuh kuman
7. Penatalaksanaan Tuberculosis
a. Pengobatan
Tabel 2.1 Jenis dan Dosis Obat TB Paru di Indonesia Secara Harian
Maupun Berkala dan Disesuaikan dengan Berat Badan
Pasien
Kod Dosis Harian Dosis berkala 3
No Nama Obat
e BB < 50 kg BB > 50 kg x seminggu
1 Isoniazid H 300 mg 400 mg 600 mg
2 Rifampisin R 450 mg 600 mg 600 mg
3 Pirazinamid Z 1.500 mg 2.000 mg 2-3 gram
4 Streptomisin S 750 mg 1.000 mg 1.000 mg
5 Etambutol E 750 mg 1.000 mg 1 – 1.5 g
6 Etionamid 500 mg 750 mg ---
7 PAS 9 gram 10 gram ---
Sumber : Waspandji, 2001
Jenis obat yang yang dipakai : l). Obat primer, yaitu obat anti
Norfloksasin, Klofasimin.
4R3H3, 2 RHS/ 4 R2H2. Untuk TB paru yang berat dan TB Ekstra paru
dengan paduan obat sebagai berikut : HRE/ 5 H2R2 terdiri dari : HRE
Pengobatan DOTS merupakan paket, terdiri dari beberapa jenis obat dan
perlu diperhatikan antara lain : 1). Benar dosis, ambilah obat sesuai
jumlah obat yang disyaratkan, tidak boleh lebih atau kurang. 2). Benar
orang, artinya yang dapat minum obat DOTS hanya pasien TB paru,
sedangkan orang lain termasuk PMO tidak boleh minum obat tersebut.
3). Benar Rute, artinya obat tersebut dipatuhi cara masuk kedalam
tubuh, yaitu diminum per oral setelah makan. 4). Benar Waktu, artinya
obat diminum sesuai waktu daya kerja obat. Obat DOTS ada yang
minumnya setiap pagi atau malam, dengan jam relatif sama. Sarana
untuk minum obat, disarankan air putih hangat atau teh manis,
tidak boleh diminum dengan kopi atau teh pekat, karena akan
obat DOTS di dalam wadah bersih, kering dan tidak terkena sinar
menjadi aman bagi pasien maupun dari orang lain. 6). Berikan Makanan
diberikan makanan ekstra seperti susu, telur, buah segar, biskuit dll. 7).
pasangan, anak ataupun keluarga lain yang tinggal dalam satu rumah.
3. Interaksi Obat
etambutol.
etambutol.
b. Perawatan
lainnya.
3) Etika Batuk dan Membuang Dahak. Dalam hal batuk dan buang
mempercepat penyembuhan.
18
Masalah keperawatan yang ditemukan pada pasien dengan TBC antara lain
prematuritas.
metabolisme.
Kriteria minor: Subyektif: cepat kenyang setelah makan, kram atau nyeri
Kriteria minor : subyektif : dispnea saat atau setelah aktivitas, merasa tidak
alveolus kapiler.
20
Gejala dan tanda minor: subjektif: pusing dan penglihatan kabur. Objektif:
(cepat atau lambat, reguler atau ireguler, dalam atau dangkal), warna kulit
napas buatan, sekresi yang tertahan, hiperplasia dinding jalan napas, proses
Gejala dan tanda mayor: subyektif: -. Obyektif: batuk tidak efektif, tidak
mampu batuk, sputum berlebih, mengi, wheezing, dan atau ronchi kering,
kecemasan.
Kondisi klinis terkait : depresi sistem saraf pusat, cedera kepala, trauma
Kondisi klinis : penyakit adison, trauma atau perdarahan, luka bakar, AIDS,
1. Pengkajian
a. Pengumpulan Data
2) Keluhan Utama
ada yang pernah mengalami sakit yang sama dengan pasien atau
Paru ialah :
a. Aktivitas
Tanda : lemah
b. Sirkulasi
hari
hari
24
c. Nutrisi
d. Pernafasan
b. Tabulasi Data
Batuk, batuk berdahak, batuk darah, sesak nafas, suara nafas roncki,
berat badan menurun, berkeringat pada malam hari, demam, suhu badan
meningkat.
c. Klasifikasi Data
d. Analisa Data
1) Sign/Sympton
jalan napas
2) Sign/Sympton
3) Sign/Sympton
efektif
4) Sign/Sympton
Intoleransi aktivitas
5) Sign/Sympton
6) Singn/Symptom
7) Singn/Symptom
e. Prioritas masalah
4) Hipertermi
5) Defisit nutrisi
6) Intoleransi aktifitas
7) Resiko hipovolemik
2. Diagnosa Keperawatan
dengan:
27
dengan :
3. Intervensi Keperawatan
pertukaran gas tidak terajdi dengan kriteria : tidak sesak, bunyi napas
Intervensi :
kembali efektif dengan kriteria :Tidak batuk, tidak sesak napas, tidak
29
x / menit
Intervensi :
c. DX III : Pola nafas tidak efektif b/d produksi sekret meningkat yang
ditandai dengan :
Intervensi :
30
oksigen
Intervensi :
panas.
Intervensi :
tentang nutrisi pasien. 3) Anjurkan klien makan dalam porsi kecil tapi
makan.
Intervensi :
O2.
ditandai dengan :
keringat berlebihan.
Intervensi :
1). Monitor vital sign. Rasional : mengetahui keadaan umum klien. 2).
4. Evaluasi
telah diberikan kepada pasien. Evaluasi keperawatan untuk studi kasus ini
adalah apakah masalah inefektif bersihan jalan napas teratasi atau tidak,
BAB III
METODE PENULISAN
Karya Tulis Ilmiah. Metode penelitian deskriptif merupakan suatu metode yang
secara jelas dan rinci tentang apa yang terjadi (Afiynati, Yati. 2014).
Subjek penelitian adalah subjek yang dituju untuk diteliti oleh peneliti
atau subjek yang menjadi pusat perhatian atau sasaran peneliti (Arikunto,
2006). Subyek penelitian pada Karya Tulis Ilmiah ini adalah pasien Tn. H. W
35
35
tuberculosa.
D. Lokasi dan Waktu Studi Kasus
(RPK) RSUD Ende, dalam waktu 3 (tiga) hari yaitu pada tanggal 3-5 Maret
2020.
1. Studi Kepustakaan
keperawatan.
2. Wawancara
eliminasi, pengkajian fisik dan mental. Sumber data dari klien, keluarga
4. Konsultasi
H. Keabsahan Data
1. Kredibilitas
beberapa sumber yang terdiri dari klien Tn. H. W,perawat dan keluarga
Peneliti telah melakukan member chek dengan tiga sumber data sehingga
data yang peneliti peroleh dari Tn. H. W, perawat dan keluarga adalah
2. Validitas Eksternal
dapat diterapkan kepada klien lain dengan masalah yang sama yaitu TB
3. Reliabilitas
melakukan uji keabsahan data sampai pada pembuatan laporan. Hal ini
4. Obyektivitas
uji terhadap proses penyusunan karya ilmiah ini di depan dewan penguji.
I. Analisis Data
studi kasus. Teknik analisis digunakan dengan cara observasi oleh peneliti
38
BAB IV
A. Hasil Penelitian
1. Pengkajian
a. Pengumpulan data
1) Biodata klien
Maret 2020 jam 13.05 WITA. Klien masuk dengan diagnosa TBC
sesak napas dan badan lemah. Tindakan yang telah dilakukan selama
19.30 WITA.
40
40
2) Riwayat kesehatan
88 %.
e) Pengkajian perpola
yaitu Wete.
41
(b) Keadaan saati ini: saat ini klien dirawat dirumah sakit dan
(b) Keadaan saat ini : klien mengatakan saat ini masih puasa
dan BAK seperti biasa BAK 4-5 kali sehari, BAB 2 kali
(b) Keadaan saat ini: klien mengatakan saat ini belum BAB,
(b) Keadaan Saat Ini : Klien mengatakan saat ini belum dapat
perawatan khusus
datang mengunjunginya.
44
baik.
baik.
tentang repsoduksinya.
sekamar dengannya.
banyak berdo’a.
45
dengan perawat.
f) Pemeriksaan Fisik
Kesadaran : Composmentis
: 110/770 mmhg
Tinggi Badan : 146 cm, Berat Badan : 37 kg, IMT : 17,37 (gizi
kurang/kurus)
(1) Kepala
bersih.
(2) Mata
isokor
46
(3) Hidung
menit.
(4) Mulut
lengkap (32).
(5) Telinga
Palpasi : tidak ada benjolan pada telinga, tidak ada nyeri tekan
(6) Leher
tyroid.
(7) Dada
(8) Abdomen
udema.
(10)Ektremitas bawah
bersih.
(11) Genitalia
g) Pemeriksaan Diagnostik
Tabel 4.2. Hasil Pemeriksaan Diagnostik
Jenis Hasil Nilai Rujukan
Pemeriksaa
n
WBC 9.0 (4.6/10.2) [ 10Ʌ3/UL]
LYM 0.6 (0.6/3.4) [ 10Ʌ3/UL]
MID 0.7 (0.0/1.2) [ 10Ʌ3/UL]
GRA 7.7 (1.5/7.0) [ 10Ʌ3/UL]
LYM % 6.8 (10.0/50.0) [%]
MID % 7.8 (4.0/18.0) [%]
GRA % 85.4 (40.0/74.0) [%]
RBC 4.49 (4.04/6.13) [ 10Ʌ6/UL]
HGB 10.8 (12.2/18.1) [g/dl]
HCT 35.0 (37.7/53.7) [%]
MCV 78.0 (80.0/97.0) [FL]
MCH 24.1 (27.0/31.2) [PG]
MCHC 30.9 (31.8/35.4) [g/dl]
RDW 17.2 (11.6/14.6) [%]
48
h) Therapi/Pengobotan
Tabel 4. 3 Therapi
N Nama Obat Dosis Indikasi Kontraindikasi
o
1. Paracetamol 3 x 1 gr Meredakan sakit Jangan diberiakan
kepala, sakit gigi, kepada penderita
nyeri otot, hipersensitif / alergi
menurunkan demam terhadap paracetamol,
yang menyertai flu penderita gangguan
dan paska vaksinasi fungsi hati berat.
2. Ceftriaxone 2 x 1 gr Untuk infeksi–infeksi Pada individu dengan
berat dan yang di riwayat
sebabkan oleh kuman hipersensitivitas obat
– kuman gram positif ini atau golongan
maupun grm negative sefalosporin.
yang resisten terhadap
antibiotic lainnya.
3. Methylprediso 3 x 62,5 Kondisi inflamasi dan Hipersensitif,
ne mg alergi, reumatik yang idiopatik,
responsif terhadap thrombocytopenic,
terapi kortikosteroid, purpura, bunyi
penyakit saluran premature, infeksi
napas, kulit, ganguan jamur sistematik
endokrin dan macam –
macam penyakit
autoimun.
4. Omeprazole 1 x 40 mg Pengobatan jangka Pada pasien yang
pendek tukak hipersensitif terhadap
49
b. Tabulasi Data
kg.
c. Klasifikasi data
kg.
d. Analisa data
e. Prioritas masalah
3) Defisit nutrisi
4) Intoleransi aktivitas
2. Diagnosa Keperawatan
52
dengan :
85 x/menit, Spo2: 88 %.
dengan :
DO: Klien tampak sesak napas, batuk berlendir, suara napas ronchi,
kembung.
DO: Klien tampak lemah, klien puasa, perut kembung, bising usus 15
/menit, BB: 37 kg, IMT: 17,37 kg, albumin 1.78 g/dl, terpasang
4. Intervensi Keperawatan
dengan :
x/menit, Spo2: 88 %.
Intervensi :
tubuh.
54
dengan :
napas, tidak ada sputum, bunyi napas vesikuler dan RR dalam batas
normal 16 – 20 x / menit
Intervensi :
perut kembung.
bising usus 15 /menit, BB: 37 kg, IMT: 17,37 kg, albumin 1.78 g/dl,
dengan kriteria hasil :Nafsu makan meningkat dan berat badan dalam
batas normal
Intervensi :
Intervensi :
keseimbangan O2.
5. Implementasi
1) Diagnosa I
2) Diagnosa II
napas pada Tn. H.W antara lain: pada pukul 19:30 WITA
liter/menit.
3) Diagnosa III
badan pasien dengan hasil berat badan saat ini 37 kg, TB 146
4) Diagnosa IV
terapiO2 5 liter/menit.
1) Diagnosa I
59
tanda – tanda vital dengan hasil TD: 100/80 mmHg, S: 36,6 0C,
oksigen
2) Diagnosa II
napas pada Tn. H.W antara lain: pada pukul 14:30 WITA
3) Diagnosa III
4) Diagnosa IV
beraktivitas.
d. Evaluasi
sebagai berikut:
a) Diagnosa I
b) Diagnosa II
sudah berkurang.
c) Diagnosa III
puasa.
d) Diagnosa IV
88%.
sebagai berikut:
a) Diagnosa I
63
b) Diagnosa II
teratasi.
c) Diagnosa III
Objektif: K/U klien tampak lemah, klien sudah bisa makan dan dapat
d) Diagnosa IV
88%.
a) Diagnos I
intervensi dihentikan
b) Diagnosa II
dan 6.
mg).
x/menit, SpO2: 98 %.
c) Diagnosa III
yang diberikan.
d) Diagnosa IV
berpakaian.
kanan 20 tetes/menit.
B. Pembahasan
evaluasi. Dalam pembahasan akan dilihat adanya kesenjangan antara teori dan
67
kasus nyata yang ditemukan pada Tn. H.W di Ruang Perawatan Khusus RSUD
Ende
1. Pengkajian
nyata yaitu data yang ada pada teori tetapi tidak ada pada kasus nyata yaitu
kasus nyata tidak terdapat data demam dan suhu tubuh meningkat karena
tetapi pada kasus nyata tidak terdapat data keringat pada malam hari karena
pengobatan sebelumnya.
Data yang ada pada kasus nyata namun tidak ada pada teori yaitu Hb 10,8
g/dL, sklera ikterik, konjungtiva anemis dan pucat dengan masalah defisit
sayuran yang mengandung zat besi. Albumin 1,78 g/dL dengan masalah
klien dianjurkan untuk puasa dan menyedot cairan dalam lambung. Hasil
pengkajian Tn. H.W berbeda pula dengan hasil studi kasus dari Oktafianus
68
Pong (2019) yaitu batuk darah. Tn. H.W tidak mengalami batuk berdarah
darah.
2. Diagnosa keperawatan
nyata, diagnosa yang ada pada teori tetapi tidak ada pada kasus nyata
Penggunaan otot bantu pernapasan, sesak nafas. Hal ini dikarenakan klien
keringat pada malam hari. Hal ini dikarenkan tidak ada data – data yang
Diagnosa yang ditemukan pada Tn. H.W berbeda pula dengan diagnosa
yang ditemukan oleh studi kasus dari Oktafianus Pong (2019) Cemas
berhubungan dengan proses penyakit hal ini tidak ditemukan pada Tn. H.W
69
3. Intervensi keperawatan
kesenjangan. Hal ini dikarenakan intervensi pada kasus nyata sama dengan
4. Implementasi
pada tanggal 04 Maret 2020, dan hari ketiga dilaksanakan pada tanggal 05
5. Evaluasi.
bersihan jalan napas sebagian teratasi. Sedangkan masalah defisit nutrisi, hal
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
data pasien batuk berlendir, sesak napas, badan lemah, napsu makan
pertukaran gas, inefektif bersihan jalan napas, defisit nutrisi dan intoleransi
aktivitas.
gangguan pertukaran gas, inefektif bersihan jalan napas, defisit nutrisi dan
sebagian teratasi.
71
72
B. Saran
2) Bagi Mahasiswa
menggunakan metode lain dan sampel yang lebih besar sehingga hasilnya
DAFTAR PUSTAKA
Herdman, 2012, Oksigenasi : Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif, Jakarta; EGC
Iskandar Junaidi, 2010, Penyakit Paru dan Saluran, Jakarta : PT. Buhana Ilmu
Populer.
Kabat, 2014, Asma Bronchial. Dalam : Hood Alsagaf, (EDS), Buku Ajar Ilmu
Penyakit Paru.
Kemkes RI; 2015, Profil Kesehatan Indonesia 2014, (Online) Availabe at:
https://www.google.com/search?q=tuberculosis+paru&ie=utf-8&oe=utf-
8&client=firefox-b.