Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tuberkulosis ( TB ) Paru adalah suatu penyakit menular yang menjadi

perhatian dunia. World Health Organisation ( WHO ) memperkirakan sepertiga

penduduk dunia terinfeksi oleh Mycobacterium tuberculosis dan lima sampai

sepuluh persen dari orang-orang yang terinfeksi ini akan menjadi sakit atau

menularkan kepada orang lain selama hidupnya. Data WHO tahun 2010 dalam

Global Tuberculosis Control menyatakan bahwa terdapat 9,4 juta insiden TB

dengan 1,1 juta penderita meninggal dunia. Jumlah insiden TB tertinggi terdapat

di Asia Tenggara sebanyak 35 % dari insiden total TB di dunia dengan prevalensi

280 per 100.000 penduduk (Sianturi 2014).

Di Indonesia TB Paru merupakan salah satu masalah kesehatan utama

masyarakat. Jumlah pasien TB Paru di Indonesia merupakan peringkat ke tiga

dunia setelah India, Cina, Afrika Selatan dengan prevalensi TB 285 per 100.000

penduduk atau sebanyak 302.861 kasus per tahun (Pameswari, dkk 2016).

Berdasarkan data di Indonesia pada tahun 2019 jumlah kasus tuberkulosis yang

ditemukan sebanyak 543.874 kasus (Kemenkes R. I., 2019).

Lingkungan rumah yang dapat mempengaruhi tingginya kejadian tuberkulosis

paru adalah lingkungan rumah yang kurang sehat misalnya kurang adanya

fasilitas ventilasi yang baik, pencahayaan yang buruk di dalam ruangan,


kepadatan hunian dalam rumah dan bahan-bangunan didalam rumah (Nurjana

2015). Selain lingkungan rumah yang mempengaruhi kejadian tuberkulosis,

keadaan lingkungan biologis dan lingkungan sosial yang kurang baik juga akan

mempengaruhi kesehatan dan dapat mempengaruhi tingginya kejadian penyakit

tuberkulosis. Oleh karena itu perlu dilakukan perbaikan lingkungan fisik rumah

penderita Tuberkulosis dan masyarakat pada umumnya. Karena kondisi rumah

yang baik penting untuk mewujudkan masyarakat yang sehat.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah “ faktor
lingkungan apa saja yang mempengaruhi kasus dan penularan penyakit
Tuberkulosis (TBC) ?”
C. Tujuan Penulisan

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah :


1. tujuan umum Tujuan umum dari penulisan makalah ini adalah untuk

mengetahui hubungan faktor lingkungan rumah pada penularan penyakit

Tuberkulosis (TBC).

2. tujuan khusus Tujuan khusu dari penulisan malah ini adalah unutuk

memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Kesehatan Masyarakat.

D. Ruang Lingkup

Berikut adalah ruang lingkup yang akan dibahas pada makalah ini:

1. Penegrtiaan penyakit Tuberkulosis

2. Bakteri penyebab penyakit Tuberkulosis ( Mycobacterium tuberculosis )

3. Cara penulran penyakit Tuberkulosis


4. Gejalan penyakit Tuberkulosis

5. Faktor-faktor lingkungan yang menyebabkan dan rawan menularkan

penyakit Tuberkulosis

6. Pencegahan dan pengangulangan penyakit tuberkulosis berbasis

lingkungan.
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tuberkulosis

1. Pengertian Tuberkulosis

Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman

Tuberkulosis (Mycobacterium Tuberculosis). Sebagian besar kuman Tuberkulosis

menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya (Pedoman Nasional

Pengendalian Tuberkulosis, 2011).

2. Penyebab Tuberkulosis

Penyebab tuberkulosis adalah mycobacterium tuberculosis. Basil ini tidak

berspora sehingga mudah dibasmi dengan pemanasan, sinar matahari, dan sinar

ultraviolet. Ada dua macam mikobakteria tuberkulosis yaitu tipe human dan tipe

bovin. Basil tipe bovin berada dalam susu sapi yang menderita matitis tuberkulosis

usus. Basil tipe human bisa berada di bercak ludah (droplet) di udara yang berasal

dari penderita Tuberkulosis terbuka dan orang yang rentan terinfeksi Tuberkulosis ini

bila menghirup bercak ini. Perjalanan Tuberkulosis setelah infeksi melalui udara

(Wim de Jong et al. 2005).

3. Tanda dan Gejala Tuberkulosis


Menurut Nurarif & Hardi, (2013) tanda dan gejala tuberkulosis antara lain:

demam 40-41° C, batuk/ batuk darah, sesak nafas, nyeri dada, malaise, keringat

malam, suara khas perkusi dada, bunyi dada, peningkatan sel darah putih dengan

dominasi limfosit. Pada anak : berkurangnya berat badan 2 bulan berturut-turut tanpa

sebab yang jelas atau gagal tumbuh, demam tanpa sebab jelas terutama jika berlanjut

sampai 2 minggu, batuk kronik ≥ 3 minggu dengan atau tanpa wheeze, riwayat kontak

dengan pasien Tuberkulosis paru dewasa.

4. Pencegahan Tuberkulosis

Menurut Noor, (2006) pencegahan adalah mengambil tindakan terlebih dahulu

sebelum kejadian. Menurut Utomo, 2005 dalam herdianto (2013) pencegahan

tuberkulosis dapat berupa:

a. Memberikan imunisasi pada bayi-bayi yang lahir dengan BCG dan diulang

pada umur 12 bulan atau 16 bulan kemudian bila diperlukan.

b. Memberikan imunisasi keluarga yang terdekat, bila pemeriksaan tuberculin

negative.

c. Jangan minum susu sapi mentah, harus dimasak dahulu.

d. Memberikan penerangan pada penderita untuk tutup mulut dengan sapu

tangan bila batuk serta tidak meludah atau mengeluarkan dahak di sembarang

tempat dan menyedikan tempat ludah yang diberi lisol atau bahan lain yang di

anjurkan dan mengurangi aktivitas kerja serta menenagkan pikiran.


5. Cara penularan Tuberkulosis

Menurut Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkulosis, (2011) cara

penularan tuberkulosis adalah :

a. Sumber penularan adalah pasien Tuberkulosis BTA positif.

b. Pada waktu batuk atau bersin, pasien menyebarkan kuman ke udara dalam

bentuk percikan dahak (droplet nuclei). Sekali batuk dapat menghasilkan

3000 percikan dahak.

c. Umumnya penularan terjadi dalam ruangan dimana percikan dahak berada

dalam waktu yang lama. Ventilasi dapat mengurangi jumlah percikan,

semantara sinar matahari langsung dapat membunuh kuman. Percikan dapat

bertahan selama beberapa jam dalam keadaan yang gelap dan lembab.

d. Daya penularan seorang pasien ditentukan oleh banyaknya kuman yang

dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi derajat kepositifan hasil pemeriksaan

dahak, makain menular pasien tersebut.

e. Faktor yang memungkinkan seseorang terpajan kuman Tuberkulosis

ditentukan oleh konsentrasi percikan dalam udara dan lamanya menghirup

udara tersebut.

Penularan Tuberkulosis paru juga terjadi di lingkungan yang kumuh, kotor

dan penularan jika terjadi keadaan tubuhnya lemah, orang yang kurang gizi, kurang
protein, kurang darah dan kurang beristirahat. Mudah tertular juga jika penderita

Tuberkulosis paru membuang ludah dan dahaknya sembarangan sehingga dahak yang

mengandung basil mengering. Mereka yang paling beresiko terpajan ke basil adalah

mereka yang tinggal berdekatan dengan orang yang terinfeksi Crowin, 2000 dalam

Herdianto (2013).

6. Resiko Penularan Tuberkulosis

Menurut Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkulosis, (2011) resiko

penularan tuberkulosis adalah:

a. Resiko tertular tergantung dari tingkat perjalanan dengan percikan dahak.

Pasien Tuberkulosis paru dengan BTA positif memberikan kemungkinan

resiko penularan lebih besar dari pasien Tuberkulosis paru dengan BTA

negatif.

b. Resiko penularan setiap tahunnya di tunjukan dengan Anual risk of

Tuberculosis infection (ARTI) yaitu proporsi penduduk yang berisiko

terinfeksi Tuberkulosis selama satu tahun. ARTI sebesar 1%, berarti 10

(sepuluh) orang diantara 1000 penduduk terinfeksi setiap tahun.

c. Menurut WHO ARTI di Indonesia berfariasi antara 1-3%.

d. Infeksi Tuberkulosis dibuktikan dengan perubahan reaksi tuberkulin negatif

menjadi positif.
B. Lingkungan Fisik Rumah

Lingkungan fisik rumah adalah lingkungan fisik sehari-hari yang dialami dan

dijalani penderita TB paru atau kondisi rumah dan berbagai perangkat yang ada di

dalamnya yang meliputi bentuk, kondisi bangunan serta padat hunian dalam rumah

merupakan hal yang mendasar yang dapa mempengaruhi penyembuhan TB paru yang

selanjutnya berdampak pada kesehatan keluarga(Notoadmojo, 2003).

Lingkungan rumah dapat mempengaruhi tingginya kejadian tuberkulosis paru

adalah lingkungan rumah yang kurang sehat misalnya kurang adanya fasilitas

ventilasi yang baik, pencahayaan yang buruk di dalam ruangan, kepadatan hunian

dalam rumah dan bahan bangunan didalam rumah. Selain lingkungan rumah yang

mempengaruhi kejadian tuberkulosis keadaan lingkungan fisik, lingkungan biologis

dan lingkungan sosial yang kurang baik juga akan dapat merugikan kesehatan dan

dapat mempengaruhi penyakit tuberkulosis dan pada akhirnya mempengaruhi

tingginya kejadian tuberkulosis (Muaz, 2014).

Kualitas lingkungan fisik rumah yang tidak memenuhi syarat kesehatan

merupakan faktor risiko penyakit tuberkulosis paru lingkungan fisik rumah yang

tidak sehat memegang peranan penting dalam penularan dan perkembangbiakan

Mycobacterium tuberculosis. (Notoatmojo, 2010).

Dalam pencegahan penyakit TB Paru sangat perlu menjaga lingkungan yang

sehat seperti pengaturan syarat – syarat rumah yang sehat diantaranya luas bangunan
rumah, ventilasi pencahayaan dengan jumlah anggota keluarga serta kebersihan

lingkungan tempat tinggal.

Ventilasi tetap berperan sebagai salah satu faktor risiko dilihat dari fungsinya

sebagai tempat pertukaran aliran udara secara terus menerus untuk membebaskan

udara ruangan dari bakteri-bakteri, terutama bakteri patogen seperti tuberkulosis.

Upaya yang dapat dilakukan dengan membuka pintu dan jendela setiap pagi hari,

mengupayakan sinar matahari masuk ke dalam rumah dengan memasang genteng

kaca plastik agar tidak gelap dan mengurangi kelembaban serta dapat membunuh

kuman dan bibit penyakit. Kondisi sanitasi lingkungan yang buruk dapat menjadi

media penularan penyakit. Terjadinya penyakit berbasis lingkungan disebabkan

karena adanya interaksi antara manusia dengan lingkungan. Terutama lingkungan

rumah yang mana masyarakat menghabiskan banyak waktunya di rumah. Apabila

sanitasi lingkungan rumah tidak diperhatikan, maka berpotensi menimbulkan suatu

penyakit. Menurut Achmadi (2011) beberapa penyakit berbasis lingkungan

diantaranya, Tuberkulosis (TB).


BAB III

URAIAN MASALAH

A. Masalah Kesehatan

Indonesia menempati urutan ke-2 setelah India dengan jumlah temuan kasus

Tuberkulosis (TB) terbanyak di dunia berdasarkan data dari Global TB Record.

Sebanyak 845.000 kasus TB dengan 95.000 kematian akibat TB ditemukan di

Indonesia. Dari jumlah tersebut, Kota Bandung menempati urutan kedua daerah

dengan kasus TB terbanyak di Jawa Barat. ( Dinkes Bandung, 2021)

Penyakit Tuberculosis (TBC) masih menjadi permasalahan yang serius di

Kabupaten Bandung. Di Kota Bandung jumlah penderita TBC pun meningkat tiap

tahunnya. Menurut data dari Dinas Kesehatan Kota Bandung penyebaran TBC di

Kota Bandung pun tak bisa disepelekan. Pada tahun 2017, ditemukan 9.623 kasus

di seluruh rumah sakit di Kota Bandung. Jumlah tersebut meningkat tahun 2018

menjadi 10.033 kasus. ( Dinkes Bandung, 2018).

Salah satu desa yang terserang penyakit Tuberkulosis (TBC) adalah Desa

Tegalluar, Kec. Bojongsoang, Kab. Bandung. Puluhan warga di des ini masih

banyak yang terkena penyakit TBC dan penderitanya tersebar di 14 RW di desa

tersebut (Republika, 2016).

Sejak 2006 hingga 2016 banyak warga yang mengidam penyakit TBC,

bahkan dalam kurun 3 tahun adanya peningkatan kasus penyakit TBC yang terjadi

di desa ini, salah satu kasus terparahnya berada di RW 06, dimana terdapat satu
keluarga yang terdiri dari suami-istri dan dua orang anak yang mengidap TBC

dan satu persatu dari mereka meninggal dunia akibat penyakit tersebut, selain itu

masih banyak kejadian-kejadian warga yang meninggal dunia yang di akbitkan

penyakit TBC tersebar di RW 10, 14, dan 3 (Republika, 2016)

Penderita penyakit TBC di Desa Tegalluar menyerang tanpa pandang bulu.

Sehingga tak hanya diderita oleh orang tua saja, melainkan banyak juga anak-

anak yang mengidap penyakit tersebut. Salah satu penyebab dari hal ini terjadi

karena masih kurangnya kepedulian masyarakat terhadap bahaya TBC serta

kurangnya kasadaran terhadap kebersihan lingkungan.

B. Data Umum

Desa Tegalluar, Kec. Bojongsoang, adalah salah satu daerah yang berada di

Kabupaten Bandung, daerah ini merupakan daerah industri dimana banyak

ditemui pabrik yang memproduksi batu bata merah yang menimbulkan debu yang

menyebabkan polusi udara di daerah tersebut, ditambah bahwa daerah Desa

Tegalluar merupakan daerah yang rawan banjir dikarekan daerah ini berada di

dataran rendah dan dikelilingi oleh persawahan.

Masyarakat yang kebanyakan tidak berpendidikan tinggi menyebabkan

masyarakat Desa Tegalluar kurang terpapar mengenai pemahaman pentingnya

kesehatan dan kebersihan lingkungan yang baik, juga dengan prilaku masyarakat

yang enggan untuk memeriksakan kesehatannya dikala sakit memperparah tingkat

penularan penyakit TBC di Desa Tegalluar.


C. Data Khusus

Peran Puskesmas di Desa Tegalluar memang dirasa kurang maksimal dalam

penangnan penyakit Tuberkulosis , tidak jarang ada beberapa kasus penderita

yang meninggal dunia akibat terlambatnya pemberian penanganan medis yang

tepat kepada penderita penyakit Tuberkulosis dan kurangnya penyuluhan kepada

masyarakat terhadap mengenai bahaya penyakit tersebut.

D. Penyebab Masalah

Ada bebrapa Faktro yang menyebabkan tingginya tingkat penularan dan

banyaknya orang yang terjangkit penyakit Tuberkulosis di Desa Tegalluar, faktor-

faktor tersebut adalah sebagai berikut:

1. Faktor Pendidikan dan perilaku masyarakat, seperti yang sudah di jelaskan di

atas banyaknya masyarakat yang memiliki tingkat pendidikan yang rendah

menyebabkan kurangnya kesadaran masyarakat terhadap pentingya

lingkungan dan kesehatan yan baik.

2. Fakto pelayanan kesehatan, kurangnya peran puskesmas di Desa Tegalluar

dalam menangani kasusu Tuberkolosisi menjadi salah satu faktor penting

dalam meningkatnya atau masih banyaknya masyarakay yang menderita

penyakit Tuberkulosis di Desa Tegalluar.

3. Faktor Lingkungan, letak Desa Tegalluar yang berada di daerah rawan banjir

dan memiliki banyak pabrik produksi batu bata menyebabkan keadaan

lingkungn yang cukup buruk. Dimana Lingkungan rumah yang dapat

mempengaruhi tingginya kejadian tuberkulosis paru adalah lingkungan rumah


yang kurang sehat misalnya lingkungan rumah yang memiliki kualitas udara

dan pencahayaan yang buruk di dalam ruangan, juga kepadan penduduk dapat

mempengaruhi tingginya kejadian tuberkulosis di Desa Tegalluar. Oleh

karena itu perlu dilakukan perbaikan lingkungan fisik rumah penderita

Tuberkulosis dan masyarakat pada umumnya. Karena kondisi rumah yang

baik penting untuk mewujudkan masyarakat yang sehat

Anda mungkin juga menyukai