Anda di halaman 1dari 6

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tuberkulosis

1. Pengertian Tuberkulosis

Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman

Tuberkulosis (Mycobacterium Tuberculosis). Sebagian besar kuman Tuberkulosis

menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya (Pedoman

Nasional Pengendalian Tuberkulosis, 2011).

2. Penyebab Tuberkulosis

Penyebab tuberkulosis adalah mycobacterium tuberculosis. Basil ini tidak

berspora sehingga mudah dibasmi dengan pemanasan, sinar matahari, dan sinar

ultraviolet. Ada dua macam mikobakteria tuberkulosis yaitu tipe human dan tipe

bovin. Basil tipe bovin berada dalam susu sapi yang menderita matitis

tuberkulosis usus. Basil tipe human bisa berada di bercak ludah (droplet) di udara

yang berasal dari penderita Tuberkulosis terbuka dan orang yang rentan terinfeksi

Tuberkulosis ini bila menghirup bercak ini. Perjalanan Tuberkulosis setelah

infeksi melalui udara (Wim de Jong et al. 2005 dalam Nurarif & Hardi, 2013).

3. Tanda dan Gejala Tuberkulosis

Menurut Nurarif & Hardi, (2013) tanda dan gejala tuberkulosis antara lain:

demam 40-41° C, batuk/ batuk darah, sesak nafas, nyeri dada, malaise, keringat
malam, suara khas perkusi dada, bunyi dada, peningkatan sel darah putih dengan

dominasi limfosit. Pada anak : berkurangnya berat badan 2 bulan berturut-turut

tanpa sebab yang jelas atau gagal tumbuh, demam tanpa sebab jelas terutama jika

berlanjut sampai 2 minggu, batuk kronik ≥ 3 minggu dengan atau tanpa wheeze,

riwayat kontak dengan pasien Tuberkulosis paru dewasa.

4. Pencegahan Tuberkulosis

Menurut Noor, (2006) pencegahan adalah mengambil tindakan terlebih dahulu

sebelum kejadian. Menurut Utomo, 2005 dalam herdianto (2013) pencegahan

tuberkulosis dapat berupa:

a. Memberikan imunisasi pada bayi-bayi yang lahir dengan BCG dan diulang

pada umur 12 bulan atau 16 bulan kemudian bila diperlukan.

b. Memberikan imunisasi keluarga yang terdekat, bila pemeriksaan tuberculin

negative.

c. Jangan minum susu sapi mentah, harus dimasak dahulu.

d. Memberikan penerangan pada penderita untuk tutup mulut dengan sapu

tangan bila batuk serta tidak meludah atau mengeluarkan dahak di sembarang

tempat dan menyedikan tempat ludah yang diberi lisol atau bahan lain yang di

anjurkan dan mengurangi aktivitas kerja serta menenagkan pikiran.

5. Cara penularan Tuberkulosis

Menurut Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkulosis, (2011) cara

penularan tuberkulosis adalah :

a. Sumber penularan adalah pasien Tuberkulosis BTA positif.


b. Pada waktu batuk atau bersin, pasien menyebarkan kuman ke udara dalam

bentuk percikan dahak (droplet nuclei). Sekali batuk dapat menghasilkan

3000 percikan dahak.

c. Umumnya penularan terjadi dalam ruangan dimana percikan dahak berada

dalam waktu yang lama. Ventilasi dapat mengurangi jumlah percikan,

semantara sinar matahari langsung dapat membunuh kuman. Percikan dapat

bertahan selama beberapa jam dalam keadaan yang gelap dan lembab.

d. Daya penularan seorang pasien ditentukan oleh banyaknya kuman yang

dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi derajat kepositifan hasil pemeriksaan

dahak, makain menular pasien tersebut.

e. Faktor yang memungkinkan seseorang terpajan kuman Tuberkulosis

ditentukan oleh konsentrasi percikan dalam udara dan lamanya menghirup

udara tersebut.

Penularan Tuberkulosis paru juga terjadi di lingkungan yang kumuh, kotor

dan penularan jika terjadi keadaan tubuhnya lemah, orang yang kurang gizi,

kurang protein, kurang darah dan kurang beristirahat. Mudah tertular juga jika

penderita Tuberkulosis paru membuang ludah dan dahaknya sembarangan

sehingga dahak yang mengandung basil mengering. Mereka yang paling beresiko

terpajan ke basil adalah mereka yang tinggal berdekatan dengan orang yang

terinfeksi Crowin, 2000 dalam Herdianto (2013).

6. Resiko Penularan Tuberkulosis


Menurut Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkulosis, (2011) resiko penularan

tuberkulosis adalah:

a. Resiko tertular tergantung dari tingkat perjalanan dengan percikan dahak.

Pasien Tuberkulosis paru dengan BTA positif memberikan kemungkinan

resiko penularan lebih besar dari pasien Tuberkulosis paru dengan BTA

negatif.

b. Resiko penularan setiap tahunnya di tunjukan dengan Anual risk of

Tuberculosis infection (ARTI) yaitu proporsi penduduk yang berisiko

terinfeksi Tuberkulosis selama satu tahun. ARTI sebesar 1%, berarti 10

(sepuluh) orang diantara 1000 penduduk terinfeksi setiap tahun.

c. Menurut WHO ARTI di Indonesia berfariasi antara 1-3%.

d. Infeksi Tuberkulosis dibuktikan dengan perubahan reaksi tuberkulin negatif

menjadi positif.

B. Lingkungan Fisik Rumah

Lingkungan fisik rumah adalah lingkungan fisik sehari-hari yang dialami dan

dijalani penderita TB paru atau kondisi rumah dan berbagai perangkat yang ada di

dalamnya yang meliputi bentuk, kondisi bangunan serta padat hunian dalam

rumah merupakan hal yang mendasar yang dapa mempengaruhi penyembuhan TB

paru yang selanjutnya berdampak pada kesehatan keluarga(Notoadmojo, 2003).

Lingkungan rumah dapat mempengaruhi tingginya kejadian tuberkulosis paru

adalah lingkungan rumah yang kurang sehat misalnya kurang adanya fasilitas

ventilasi yang baik, pencahayaan yang buruk di dalam ruangan, kepadatan hunian
dalam rumah dan bahan bangunan didalam rumah. Selain lingkungan rumah yang

mempengaruhi kejadian tuberkulosis keadaan lingkungan fisik, lingkungan

biologis dan lingkungan sosial yang kurang baik juga akan dapat merugikan

kesehatan dan dapat mempengaruhi penyakit tuberkulosis dan pada akhirnya

mempengaruhi tingginya kejadian tuberkulosis (Muaz, 2014).

Kualitas lingkungan fisik rumah yang tidak memenuhi syarat kesehatan

merupakan faktor risiko penyakit tuberkulosis paru lingkungan fisik rumah yang

tidak sehat memegang peranan penting dalam penularan dan perkembangbiakan

Mycobacterium tuberculosis. (Notoatmojo, 2010).

Dalam pencegahan penyakit TB Paru sangat perlu menjaga lingkungan yang

sehat seperti pengaturan syarat – syarat rumah yang sehat diantaranya luas

bangunan rumah, ventilasi pencahayaan dengan jumlah anggota keluarga serta

kebersihan lingkungan tempat tinggal.

Ventilasi tetap berperan sebagai salah satu faktor risiko dilihat dari fungsinya

sebagai tempat pertukaran aliran udara secara terus menerus untuk membebaskan

udara ruangan dari bakteri-bakteri, terutama bakteri patogen seperti tuberkulosis.

Upaya yang dapat dilakukan dengan membuka pintu dan jendela setiap pagi hari,

mengupayakan sinar matahari masuk ke dalam rumah dengan memasang genteng

kaca plastik agar tidak gelap dan mengurangi kelembaban serta dapat membunuh

kuman dan bibit penyakit. Kondisi sanitasi lingkungan yang buruk dapat menjadi

media penularan penyakit. Terjadinya penyakit berbasis lingkungan disebabkan

karena adanya interaksi antara manusia dengan lingkungan. Terutama lingkungan


rumah yang mana masyarakat menghabiskan banyak waktunya di rumah. Apabila

sanitasi lingkungan rumah tidak diperhatikan, maka berpotensi menimbulkan

suatu penyakit. Menurut Achmadi (2011) beberapa penyakit berbasis lingkungan

diantaranya, Tuberkulosis (TB)

Anda mungkin juga menyukai