PENDAHULUAN
1.3. Tujuan
a. Mengetahui penyakit TBC
b. Mengetahui bagaimana penularan TBC itu
c. Mengetahui cara pencegahan TBC
d. Mengetahui cara pengobatan TBC
e. Mengetahui apa saja peran PMO dan siapa saja yang menjadi PMO
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Tuberkulosis (TB) paru adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis yang dapat disembuhkan dan dicegah. Penyakit ini
merupakan masalah kesehatan yang mendapatkan perhatian serius di dunia khususnya di
negara-negara berkembang. (Atika, Imelda. Dkk)
2.2 Etiologi
Tuberkulosis mempunyai sifat khusus yaitu tahan terhadap asam pada pewarnaan
(Basil Tahan Asam) karena basil TB mempunyai sel lipoid. Basil TB sangat rentan
dengan sinar matahari sehingga dalam beberapa menit saja akan mati. Basil TB juga akan
terbunuh dalam beberapa menit jika terkena alcohol 70% dan lisol 50%. Basil TB
memerlukan waktu 12-24 jam dalan melakukan mitosis, hal ini memungkinkan pemberian
obat secara intermiten (2-3 hari sekali). (Darliana, Devi)
TB paru merupakan penyakit infeksi penting saluran pernafasan. Basil
mikrobakterium tersebut masuk ke dalam jaringan paru melalui saluran napas (droplet
infection) sampai alveoli, sehingga terjadi infeksi primer (ghon) yang dapat menyebar ke
kelenjar getah bening dan terbentuklah primer kompleks (rangke). Keduanya dinamakan
tuberkolosis primer, yang dalam perjalanannya sebagian besar akan mengalami
penyembuhan. (Darliana, Devi)
Tuberculosis paru primer adalah terjadinya peradangan sebelum tubuh mempunyai
kekebalan spesifik terhadap basil mikrobakterium, sedangkan tuberkolosis post primer
(reinfection) adalah peradangan bagian paru oleh karena terjadi penularan ulang pada
tubuh sehingga terbentuk kekebalan spesifik terhadap basil tersebut. (Darliana, Devi)
2.3 Klasifikasi
Pada penyakit tuberculosis dapat diklafikasikan yaitu tuberculosis paru dan
tuberculosis ekstra paru. Tuberculosis paru merupakan bentuk yang paling sering
dijumpai yaitu sekitar 80% dari semua penderita. Tuberculosis yang menyerang jaringan
paru-paru ini merupakan satu-satunya bentuk dari TB yang mudah tertular. (Hiswani.
2004)
Tuberculosis ekstra paru merupakan bentuk penyakit TBC yang menyerang organ
tubuh lain, selain paru-paru seperti pleura, kelenjar limfe, persendian tulang belakang,
saluran kencing, susunan syaraf pusat, dan pusat. Pada dasarnya penyakit TBC ini tidak
pandang bulu karena kuman ini dapat menyerang semua organ-organ dari tubuh.
(Hiswani. 2004)
2.8 Diagnosis
Penegakan pada penyakit TB paru dapat dilakukan dengan melihat keluhan/gejala
klinis, pemeriksaan biakan, pemeriksaan mikroskopis, radiologic, dan tuberculin test.
Pada pemeriksaan biakan hasilnya akan di dapat lebih baik, namun waktu
pemeriksaannya biasanya memakan waktu yang terlalu lama. Sehingga pada saat ini
pemeriksaan dahak secara mikroskopis lebih banyak dilakukan karena sensitivitas dan
spesivitasnya tinggi disamping biayanya rendah. (Hiswani. 2004)
Seorang penderita tersangka dinyatakan sebagai penderita paru menular berdasarkan
gejala batuk berdahak 3 kali. Kuman ini baru kelihatan di bawah mikroskopis bila jumlah
kuman paling sedikit sekitar 5000 batang dalam 1 ml dahak. Dalam pemeriksaan ini
dahak yang baik adalah dahak yang mukopurulen berwarna hijau kekuningan dan
jumlahnya harus 3-5 ml tiap pengambilan. Untuk hasil yang baik specimen dahak
sebaiknya sudah dapat dikumpulkan dalam 2 hari kunjungan berurutan. Dahak yang
dikumpulkan sebaiknya yang dikeluarkan sewaktu pagi. (Hiswani. 2004)
2.9 Faktor
Menurut WHO (2006) faktor risiko utama kejadian tuberculosis pada anak terjadi
pada tingkat rumah tangga seperti kontak dengan sumber penularan serta kondisi
malnutrisi yang berat. Anak yang terinfeksi kuman tuberculosis sebagian besar tertular
dari anggota keluarga, pengasuh, ataupun tetangga. (Nurwitasari, Anasyia. Dkk. 2015)
Status gizi anak, riwayat kontak, dan intensitas paparan, dan kedekatan dengan
sumber penularan merupakan faktor utama dalam menentukan perjalanan infeksi
tuberculosis pada anak, sehingga tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis
pengaruh status gizi anak, riwayat kontak, lama kontak, dan kedekatan dengan penderita
terhadap kejadian tuberculosis. (Nurwitasari, Anasyia. Dkk. 2015)
2.10 Penatalaksanaan
- Agens antituberkulosis selama 6-12 bulan
- Lima medikasi utama yan digunakan :
a. Rifampisin (RIF) : 4 bulan, urine berwarna, mual, muntah
b. Isoniazid (INH) : 4 bulan, neuritis, hepatitis
c. Pirasinamid (PZA) : 4 bulan, hepatotoksik, ruam
d. Steptomisin (SM) : 2 bulan, nefrotoksik, hati 2 pada Lansia
e. Etambol (EMB) : 2 bulan, neuritis optic
2.11 Pengobatan
Pengobatan TB paru terbagi atas 2 fase yaitu fase intensif (2-3 bulan) dan fase
lanjutan 4 atau 7 bulan. Panduan obat yang digunakan adalah paduan obat utama dan obat
tambahan. Jenis obat utama (lini I) adalah INH, rifamfisin, pirazinamid, steptomisisin,
etambutol, sedangkan obat tambahan lainnya adalah kanamisin, amikasin, kuinolon.
(Darliana, Devi)
2.12 Prognosis
Prognosis dipengaruhi oleh banyak faktor seperti umur anak, berapa lama setelah
mendapat infeksi, luasnya lesi, keadaan gizi, keadaan social ekonomi keluarga, diagnosis
dini, kepatuhan minum obar selama 6 bulan, dan adanya infeksi lain seperti morbili,
pertussis, diare yang berulang, dan lain-lain. (Kautsar, Angga P. Dkk. 2016)
BAB III
TBC TENTANG PMO
3.1 Pengertian
PMO (Pengawas Menelan Obat) merupakan komponen DOT (Directly Observed
Treatment) yang berupa pengawasan langsung menelan obat pasien TB oleh seorang
PMO, dengan tujuan untuk memastikan pasien menelan semua obat yang dianjurkan.
Orang yang menjadi PMO dapat berasal dari petugas kesehatan, kader, guru, toko
masyarakat, atau anggota keluarga. (Fadlilah, Nazilatul. 2017)
C. Analisa Tugas
Know :
- Pengertian PMO
- Siapa aja yang bisa menjadi PMO
- Pentingnya PMO
- Peringatan bagi penderita TBC
Show
- Peserta menyimak dan memperhatikan kegiatan penyuluhan dengan seksama
- Peserta mendengarkan dengan seksama penjelasan pemateri
- Peserta mendiskusikan hal-hal yang belum dimengerti tentang materi penyuluhan
D. Pokok Bahasan
PMO (Pengawas Menelan Obat)
G. Strategi Instruksional
- Menjelaskan pengertian PMO
- Menjelaskan siapa aja yang bisa menjadi PMO
- Menjelaskan pentingnya PMO
- Menjelaskan peringatan bagi penderita TBC
- Menjelaskan Peranan PMO
- Memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk bertanya dan memberikan
pendapat
- Mengadakan tanya jawab untuk mengetahui sejauh mana pemahaman masyarakat
tentang materi yang diberikan
H. Media Penyuluhan
Media : Power Point dan Leaflet
I. Metode Penyuluhan
- Ceramah
J. Kegiatan Penyuluhan
Metode/ Alokasi
Tahap Kegiatan Pemateri Kegiatan Peserta
Media Waktu
- Menyiapkan
Pra peralatan 2 menit
- Set ruangan
- Membuka dengan
salam,
- Menjawaab salam,
memperkenalkan diri,
mendengarkan dan
dan kontrak waktu
Kegiatan memberikan
- Menjelaskan tujuan Ceramah 2 menit
Pembuka persetujuan
penyuluhan
- Memperhatikan
- Menjelaskan cakupan
materi yang akan
dibahas
- Menjelaskan
pengertian PMO
- Menjelaskan siapa
aja yang bisa menjadi
Ceramah
PMO
- Memperhatikan dan , power
Uraian - Menjelaskan 10
menyimak penjelasan point,
Materi pentingnya PMO menit
dari pemateri dan
- Menjelaskan
leaflet
peringatan bagi
penderita TBC
- Menjelaskan Peranan
PMO
Penutupan - Meminta salah satu - Mengutarakan jawaban Tanya 5 menit
masyarakat untuk - Mengutarakan jawab
menjelaskan sedikit ide/pendapat
tentang materi - Menyimak
penyuluhan - Mengutarakan jawaban
- Mengundang - Menyimak dan
komentar atau memperhatikan
pertanyaan dari
masyarakat
- Menjawab komentar
atau pertanyaan dari
masyarakat
- Mengajukan
beberapa pertanyaan - Menjawab salam
- Memberikan
kesimpulan dari
pembahasan
- Menutup pertemuan
dan mengucapkan
salam
K. Evaluasi
- Menjelaskan kembali pengertian PMO
- Menjelaskan kembali siapa aja yang bisa menjadi PMO
- Menjelaskan kembali pentingnya PMO
- Menjelaskan kembali peringatan bagi penderita TBC
- Menjelaskan kembali peranan PMO
L. Referensi
Debby, Resmi. Dkk. 2014. Peran Pengawas Menelan Obat (PMO) Tuberkulosis Dalam
Meningkatkan Kepatuhan Minum Obat Pada Pasien Tuberculosis Paru Di
Kelurahan Sidomulyo Barat Pekan Baru. Universitas Riau : Fakultas Kedokteran
Fadlilah, Nazilatul. 2017. Hubungan Karakteristik Pengawas Menelan Obat Terhadap
Kepatuhan Berobat Pasien Tuberkulosis Di Puskesmas Pragaan Tahun 2016.
Jurnal Berkala Epidemiologi Vol 5 No 3
Kartikasari, Dewi. Dkk. 2012. Hubungan Peran Keluarga Sebagai Pengawas Minum
Obat (PMO) Dengan Kepatuhan Minum Obat Pada Penderita TB Paru Di Puskesmas
Keungwuni II Kabuoaten Pekalongan. FIKKES : Vol 5 No 1
Prabowo, Rivangga Dwi Ratna. 2014. Hubungan Antara Peran Pengawas Minum Obat
(PMO) Dengan Kepatuhan Kunjungan Berobat Pada Pasien Tuberculosis Paru
(TB Paru) Di Puskesmas Nogosari Boyolali. Universitas Muhammadiyah
Surakarta : Fakultas Ilmu Kesehatan
Sutanta. 2014. Hubungan Antara Tingkat Pendidikan PMO, Jarak Rumah Dan
Pengetahuan Pasien TB Paru Dengan Kepatuhan Berobat Di BP4 Kabupaten
Klaten. Jurnal Kesehatan “Samodra Ilmu” : Vol 5 No2
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Seperti yang kita ketahui TBC merupakan penyakit yang menular dan penyakit yang
berbahaya dapat menyebabkan kematian jika tidak tepat pengobatannya. Indonesia
merupakan urutan ke 3 di seluruh dunia terjangkit penyakit TBC. Penyakit TBC harus
ditangani dengan tepat agar dapat sembuh dan tidak menular, TBC dapat sembuh dengan
cara pengobatan yang rutin dalam jangka waktu 6 bulan, dan seseorang yang sudah
terjangkit TBC harus minum obat dengan rutin dan harus di awasi minum obat agar dapat
sembuh.
B. SARAN
Seseorang yang sehat-sehat saja atau yang tidak terjangkit TBC sebaiknya jaga pola
hidup yang sehat, dan pasien yang sudah tertular TBC sebaiknya sering periksa ke tenaga
kesehatan agar tidak menularkan ke orang lain, dan berobat secara rutin, dan ikuti sesuai
prosedur yang ditetapkan agar penyembuhannya berhasil.
DAFTAR PUSTAKA
Atika, Imelda. Dkk. Gambaran Angka Kesembuhan Pasien Tuberculosis (TB) Paru Di Rumah
Sakit Umum Daerah Petala Bumi Pekanbaru Periode Januari 2011-Desember 2013.
JOM FK : Vol 2 No 1
Darliana, Devi. Manajemen Pasien Tuberculosis Paru. Jurnal PSIK : FK Unsyiah ISSN 2087-
2879
Debby, Resmi. Dkk. 2014. Peran Pengawas Menelan Obat (PMO) Tuberkulosis Dalam
Meningkatkan Kepatuhan Minum Obat Pada Pasien Tuberculosis Paru Di Kelurahan
Sidomulyo Barat Pekan Baru. Universitas Riau : Fakultas Kedokteran
Fadlilah, Nazilatul. 2017. Hubungan Karakteristik Pengawas Menelan Obat Terhadap
Kepatuhan Berobat Pasien Tuberkulosis Di Puskesmas Pragaan Tahun 2016. Jurnal Berkala
Epidemiologi Vol 5 No 3
Hiswani. 2004. Tuberkolosis Merupakan Penyakit Infeksi Yang Masih Menjadi Masalah
Kesehatan Masyarakat. Universitas Sumatera Utara : Fakultas Kesehatan Masyarakat
Kautsar, Angga P. Dkk. 2016. Kepatuhan Dan Efektivitas Terapi Obat Anti Tuberkulosis (OAT)
Kombinasi Dosis Tetap (KDT) dan Tunggal Pada Penderita TB Paru Anak Di Salah Satu
Rumah Sakit Di Kota Bandung. Jurnal Farmasi Klinik Indonesia : Vol 5 No 3 ISSN 2252-
6218
Kartikasari, Dewi. Dkk. 2012. Hubungan Peran Keluarga Sebagai Pengawas Minum Obat
(PMO) Dengan Kepatuhan Minum Obat Pada Penderita TB Paru Di Puskesmas
Keungwuni II Kabuoaten Pekalongan. FIKKES : Vol 5 No 1
Murwaningrum, Artati. Dkk. 2016. Pendekatan Diagnosis Dan Tatalaksana Tuberkulosis
Intestinal. Jurnal Penyakit Dalam Indonesia : Vol 3 No 2
Nurwitasari, Anasyia. Dkk. 2015. Pengaruh Status Gizi Dan RIwayat Kontak Terhadap Kejadian
Tuberkulosis Anak Di Kabupaten Jember. Jurnal Berkala Epidemiologi : Vol 3 No 2
Prabowo, Rivangga Dwi Ratna. 2014. Hubungan Antara Peran Pengawas Minum Obat (PMO)
Dengan Kepatuhan Kunjungan Berobat Pada Pasien Tuberculosis Paru (TB Paru) Di
Puskesmas Nogosari Boyolali. Universitas Muhammadiyah Surakarta : Fakultas Ilmu
Kesehatan
Prihantoro, Adi. Dkk 2013. Hubungan Tingkat Pengetahuan Pengawas Minum Obat (PMO)
Penderita TBC Dengan Perilaku Pencegahan Penularan TBC Di Wilayah Kerja
Puskesmas Jatiyoso Kabupaten Karanganyar. Universitas Muhammadiyah Surakarta :
Fakultas Ilmu Kesehatan
Sutanta. 2014. Hubungan Antara Tingkat Pendidikan PMO, Jarak Rumah Dan Pengetahuan
Pasien TB Paru Dengan Kepatuhan Berobat Di BP4 Kabupaten Klaten. Jurnal Kesehatan
“Samodra Ilmu” : Vol 5 No2