Anda di halaman 1dari 5

SOP

Penemuan Suspek TB paru


No Dokumen :
SPO No. Revisi :
Program Tanggal Terbit :
penanggulangan Halaman : 1/3
penyakit TB

PUSKESMAS Putri Andayani syam


KUALA TUNGKAL Nip. 19780512 200604 2 004
II
Cara / metode menemukan secara cepat dan tepat kasus TB paru dengan
serangkaian kegiatan terdiri dari penjaringan suspek, diagnosis, penentuan
Pengertian
klasifikasi penyakit dan tipe pasien.

Mendapatkan / menemukan kasus TB dengan serangkaian kegiatan sehingga


Tujuan dapat segera dilakukan pengobatan agar sembuh, dan tidak menularkan
penyakitnya kepada orang lain,
Kebijakan Sk kepala puskesmas II tungkal ilir
1. Kementerian kesehatan RI (2014), Pedoman nasional pengendalian
Referensi tuberkulosis. Jakarta : penerbit Buku kementerian RI Direktorat Jenderal
Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan.
Uraian
a. Persiapan alat :
- Ruang poli
- Pengelola P2 TB
- Meja, kursi, kipas angin
Prosedur
- ATK, family folder pasien / buku kunjungan pasien
- Format TB 06 dan TB 05
- Pot dahak
b. Persiapan pasien :
Pasien diberi penjelasan tentang prosedur / cara serta tujuan pemeriksaan.
c. Pelaksanaan :
1. Penemuan pasien TB secara pasif, dengan penyuluhan aktif (promkes )
oleh petugas kesehatan melibatkan semua layanan, dengan maksud untuk
mempercepat penemuan dan mengurangi keterlambatan pengobatan.
2. Penemuan pasien secara aktif, dapat dilakukan terhadap :
 Kelompok khusus yang rentan atau resiko tinggi sakit TB seperti
pasien dengan HIV /AIDS, pasien diabetesmilitus, dan malnutrisi.
 Kelompok yang rentan karena berada dilingkungan yang beresiko
tinggi terjadi penularan TB seperti : rumah tahanan, pondok
pesantren, daerah kumuh,
 Anak ≤ 5 tahun yang kontak dengan pasien TB terutama pasien BTA
positif, untuk menentukan tindak lanjut apakah perlu pengobatan Tb /
pengobatan pencegahan.
 Kontak erat dengan pasien TB dan pasien TB resisten obat.
3. Tahap awal penemuan pasien dilakukan dengan menjaring mereka yang
memiliki gejala:
Gejala utama pasien TB paru, yaitu : batuk berdahak selama 2 minggu
atau lebih, dapat di ikuti dengan gejala tambahan : dahak bercampur
darah, batuk darah, sesak nafas, badan lemas, nafsu makan menurun,
Langkah –
berat badan menurun, malaise, berkeringat malam hari tanpa kegiatan
langkah
fisik, demam meriang lebih dari 1 bulan,
4. Pengelola melakukan anamnesa dan mencatat mengenai :
 Berapa lama batuk ?
 Berdahak / tidak ?
 Dahak bercampur darah / tidak ?
 Sesak nafas / tidak ?
 Nyeri dada / tidak ?
 Kurang nafsu makan / tidak ?
 Berat badan menurun / tidak ?
 Ada tidaknya kontak dengan penderita tbc ?
 Apakah pernah minum obat paru-paru selama < 1 bulan atau > 1
bulan ?
5. Mengisi buku daftar suspek TB ( format TB 06)
6. Pengelola memberikan penjelasan mengenai pentingnya pemeriksaan
dahak (SPS) dan cara batuk yang benar umtuk mendapatkan dahak yang
kental dan prulen.
7. Memberikan pot dahak sewaktu kunjungan pertama, dan pengambilan
dilakukan diluar ruangan puskesmas ( digarasi ambulance yang terkena
sinar matahari )
8. Memeriksa kekentalan, warna dan volume dahak. Jika dahak tidak
keluar, pot dahak dianggap sudah terpakai dan harus dimusnahkan untuk
menghindari kemungkinan terjadinya kontaminasi kuman TB
9. Memberi label pada dinding pot berisi nama pasien dan waktu
pengambilan.
10. Memberikan 2 pot dahak yang sudah diberi label untuk diisi dirumah
pasien, dahak pagi bangun tidur dan dahak sewaktu sebelum pasien
mengantar kembali ke puskesmas esok harinya.
11. Mengisi format TB 05 mengirim sediaan ke laboratorium
12. Menerima jawaban hasil pemeriksaan dengan format TB 05 dan
menuliskan hasilnya di TB 06
13. Bila hasil pemeriksaan BTA (+) melapor kedokter penanggung jawab TB
dipuskesmas untuk pemberian OAT sesuai panduan / protap pengobatan
TB
14. Bila hasil pemeriksaan negatif, diberikan pengobatan dengan antibiotik
(AB) non OAT spectrum luas (amoksilin) termasuk golongan kuinolon (
cotrymoksazole) selama 2 minggu tanpa putus,
15. Bila diakhir pengobatan AB tidak ada tanda tanda perbaikan klinis
lakukan pemeriksaan dahak (SPS) kembali. Bila dari pemeriksaan ke2 ini
hasil labornya positif, pasien diberi pengobatan sesuai protap, namun bila
hasilya tetap negatif rujuk ke poli DOTS RSU KH daud arif, untuk
pemeriksaan rontgen torak.
16. Bila hasil rontgen positif, pasien diberikan pengobatan sesuai panduan.
17. Pasien disiapkan untuk menerima program pengobatan
Alur diagnosis TB paru

Suspek TB paru : batuk berdahak ≥ 2-3 minggu

Pemeriksaan klinis & pemeriksaan dahak mikroskopis (SPS)

Hasil BTA Hasil BTA


(+ + +) (- - - )
(+ + -)
(+ - - )

Tidak bisa di
rujuk

Antibiotik Non OAT (7-14


hari)

Tidak ada Perubahan klinis


perubahan klinis membaik
Bagan alir

Pemeriksaan klinis
ulang, SPS ulang
Rujuk ke faskes rujukan tingkat lanjutan

(- - - ) (+ + +)
(+ + -)
(+ - - )

Foto torak Foto torak tidak


mendukung TB, mendukung TB,
pertimbangan dokter pertimbangan
dokter

Bukan TB
TB

Pengobatan TB sesuai pedoman nasional observasi


1. Ditetapkan sebagai pasien TB BTA (+) bila minimal 1 dari pemeriksaan
dahak SPS hasilnya positif.
2. Diagnosis pasti pasien Tb ekstra paru ditegakkan dengan pemeriksaan
klinis, histopatologis oleh dokter spesialis.
Hal – hal yang 3. Tidak dibenarkan mendiagnosa TB dengan pemeriksaan serologis.
perlu diperhatikan 4. Tidak dibenarkan mendiagnosis TB pada orang dewasa hanya dengan
pemeriksaan uji tuberkulin.
5. Semua terduga pasien Tb dengan gejala batuk harus diberikan edukasi
tentang Pencegahan pengendalian infeksi (PPI) untuk menurunkan resiko
penularan
1. Petugas promkes
2. Petugas medis ( dokter yang sudah terlatih TB)
Unit Terkait
3. Petugas labor
4. Petugas pustu
TB 04, 05, 06 dan Family folder pasien suspect TB, SOP pemeriksaan Dahak
Dokumen terkait
SPS

Anda mungkin juga menyukai