Anda di halaman 1dari 4

PENANGANAN TB PARU

PENDERITA DEWASA

No. Dokumen :
No. Revisi :
Tanggal Terbit :
SOP
Halaman : PUSKESMAS
SUMBERMALANG
ttd Kepala Puskesmas
KABUPATEN
SITUBONDO
HARI SANTOSO, S.Kep. Ns
NIP. 19800510 200501 1 010

1. Pengertian Tuberkulosis (TB) penderita dewasa adalah penyakit menular langsung yang
disebabkan oleh kuman TB yaitu Mycobacterium tuberculosis yang menyerang
orang dewasa. Sebagian besar kuman TB menyerang paru, namun dapat juga
mengenai organ tubuh lainnya.

2. Tujuan Sebagai acuan petugas puskesmas dalam menangani penderita TB paru


penderita dewasa

3. Kebijakan Keputusan Kepala Puskesmas Sumbermalang

4. Referensi  PMK No. 5 Tahun 2014 Tentang Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter Di
Fasilitas Kesehatan Pelayanan Primer
 Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tata Laksana Tuberculosis
Kemenkes RI 2013

5. Alat dan  Rekam medis


Bahan  Alat tulis
 Formulir permintaan laborat
 Formulir Rujukan
 Obat Anti TB
6. Prosedur / 1. Petugas menyiapkan rekam medis
langkah 2. Petugas memberitahu pasien apa yang akan dikerjakan
langkah 3. Petugas melakukan anamnesa keluhan pasien yang datang dengan batuk
berdahak ≥ 2 minggu. Batuk disertai dahak, dapat bercampur darah atau
batuk darah. Keluhan dapat disertai sesak napas, nyeri dada atau pleuritic
chest pain (bila disertai peradangan pleura), badan lemah, nafsu makan
menurun, berat badan menurun, malaise, berkeringat malam tanpa kegiatan
fisik, dan demam meriang lebih dari 1 bulan.
4. Petugas melakukan Pemeriksaan Fisik dan didapatkan : demam (pada
umumnya subfebris, walaupun bisa juga tinggi sekali), respirasi meningkat,
berat badan menurun (BMI pada umumnya <18,5) sedangkan pada
auskultasi terdengar suara napas bronkhial/ amforik/ ronkhi basah/ suara
napas melemah di apex paru, tergantung luas lesi dan kondisi pasien.
5. Petugas melakukan pemeriksan penunjang BTA sputum SPS
6. Dokter menegakkan diagnosis TB Paru BTA Positif bila dari hasil
pemeriksaan BTA sputum SPS positif
7. Dokter melakukan pemeriksaan foto thorax apabila hasil pemeriksaan BTA
sputum SPS Negatif
8. Dokter memberikan pengobatan antibiotik selama 2 minggu bila hasil
pemeriksaan klinis dan foto thorax tidak mendukung TB
9. Dokter menegakkan diagnosa TB paru BTA Negatif bila setelah diobati
antibiotik 2 minggu tidak ada perbaikan klinis/ klinis sesuai TB
10. Dokter menegakkan diagnosa TB paru BTA Negatif Rhontgen positif
bila hasil foto thorax mendukung TB
11. Dokter berkolaborasi dengan pemegang program TB menentukan terapi
pada penderita TB paru tersebut:
a. Fase Awal selama 2 bulan, terdiri dari: Isoniazid, Rifampisin,
Pirazinamid, dan Etambutol.
b. Fase lanjutan selama 4 bulan, terdiri dari: Isoniazid dan Rifampisin
c. Dosis OAT yang digunakan harus sesuai dengan Terapi rekomendasi
internasional, sangat dianjurkan untuk penggunaan Kombinasi Dosis
Tetap (KDT/fixed-dose combination/ FDC) yang terdiri dari 2 tablet
(INH dan RIF), 3 tablet (INH, RIF dan PZA) dan 4 tablet (INH, RIF,
PZA, EMB).
12. Petugas memberikan konseling kepada pasien dan keluarga mengenai
penyakit, kontrol teratur, dan pola hidup sehat.
13. Dokter mencatat semua hasil pemeriksaan dan pengobatan yang
diberikan di dalam rekam medis pasien
14. Pemegang program TB mencatat pengobatan di buku register TB
15. Pemegang program TB melakukan evaluasi terhadap respon pengobatan
( setelah fase intensif, dilakukan BTA lagi ), kondisi fisik pasien, efek
samping obat, kepatuhan pasien terhadap pengobatan
16. Pemegang program TB mencatat semua hasil evaluasi di rekam medis
dan buku laporan TB
17. Dokter melakukan rujukan ke Rumah Sakit bila :
a. TB dengan komplikasi/keadaan khusus (TB dengan komorbid)
seperti TB pada orang dengan HIV, TB dengan penyakit metabolik,
TB anak
b. Suspek TB – MDR
7. Diagram alir
Petugas melakukan
anamnesa

Suspek TB

Pemeriksaan BTA
Sputum SPS

BTA positif BTA Negatif

Kasus Definitif TB Lihat Klinis dan Foto


paru BTA (+) Thorax

Tidak sesuai TB Sesuai TB

Antibiotik 2 minggu KasusTB BTA (-)

Perbaikan Tidak Obati sesuai


Perbaikan, kasus TB BTA (-)
klinis sesuai serta
TB melakukan
Bukan TB pemeriksaan
sputum M.TB

8. Hal – hal  Pengobatan dengan pengawasan membantu pasien untuk minum obat secara
yang perlu teratur menggunakan strategi DOTS ( Directly Observed Treatment Short-
diperhatikan Course)
 Di daerah prevalensi infeksi HIV tinggi, infeksi Tuberkulosis – HIV sering
bersamaan, konsultasi dan tes HIV diindikasikan sebagai bagian dari
tatalaksana rutin

9. Unit Terkait  Poli Umum


 UGD

10. Dokumen  PMK No. 5 Tahun 2014 Tentang Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter Di
Terkait Fasilitas Kesehatan Pelayanan Primer
 Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tata Laksana Tuberculosis
Kemenkes RI 2013

11. Distribusi  Dokter, Pemegang Program TB

12 .Rekaman Historis

No Halaman Yang dirubah Perubahan Diberlakukan


Tgl.

Anda mungkin juga menyukai