PENDERITA DEWASA
No. Revisi :1
SOP
Tanggal Terbit : 11 JUNI 2017
Halaman :3
1. Pengertian Tuberkulosis (TB) penderita dewasa adalah penyakit menular langsung yang
disebabkan oleh kuman TB yaitu Mycobacterium tuberculosisyang menyerang orang
dewasa. Sebagian besar kuman TB menyerang paru, namun dapat juga mengenai organ
tubuh lainnya.
2. Tujuan Sebagai acuan petugas puskesmas dalam menangani penderita TB paru penderita
dewasa
3. Kebijakan Keputusan kepala puskesmas tentang layanan klinis
4. Referensi PMK No. 5 Tahun 2014 Tentang Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter Di Fasilitas
Kesehatan Pelayanan Primer
Permenkes g7 tahun 2017 tentang TB Paru
5. Alat dan Bahan Rekam medis
Alat tulis
Formulir permintaan laborat
Formulir Rujukan
Obat Anti TB
6. Prosedur 1. Petugas menyiapkan rekam medis
2. Petugas memberitahu pasien apa yang akan dikerjakan
3. Petugas melakukan anamnesa keluhan pasien yang datang dengan batuk berdahak ≥
2 minggu. Batuk disertai dahak, dapat bercampur darah atau batuk darah. Keluhan
dapat disertai sesak napas, nyeri dada atau pleuritic chest pain (bila disertai
peradangan pleura), badan lemah, nafsu makan menurun, berat badan menurun,
malaise, berkeringat malam tanpa kegiatan fisik, dan demam meriang lebih dari 1
bulan.
4. Petugas melakukan Pemeriksaan Fisik dandidapatkan : demam (pada umumnya
subfebris, walaupun bisa juga tinggi sekali), respirasi meningkat, berat badan
menurun (BMI pada umumnya <18,5) sedangkan pada auskultasi terdengar suara
napas bronkhial/ amforik/ ronkhi basah/ suara napas melemah di apex paru,
tergantung luas lesi dan kondisi pasien.
5. Petugas melakukan pemeriksan penunjang BTA sputum SPS
6. Dokter menegakkan diagnosis TB Paru BTA Positif bila dari hasil pemeriksaan
BTA sputum SPS positif
7. Dokter melakukan pemeriksaan foto thorax apabila hasil pemeriksaan BTA sputum
SPS Negatif
8. Dokter memberikan pengobatan antibiotik selama 2 minggu bila hasil pemeriksaan
klinis dan foto thorax tidak mendukung TB
9. Dokter menegakkan diagnosa TB paru BTA Negatif bila setelah diobati antibiotik 2
minggu tidak ada perbaikan klinis/ klinis sesuai TB
10. Dokter menegakkan diagnosa TB paru BTA Negatif Rhontgen positif bila hasil
foto thorax mendukung TB
11. Dokter berkolaborasi dengan pemegang program TB menentukan terapi pada
penderita TB paru tersebut:
a. Fase Awal selama 2 bulan, terdiri dari: Isoniazid, Rifampisin, Pirazinamid,
dan Etambutol.
b. Fase lanjutan selama 4 bulan, terdiri dari: Isoniazid dan Rifampisin
c. Dosis OAT yang digunakan harus sesuai dengan Terapi rekomendasi
internasional, sangat dianjurkan untuk penggunaan Kombinasi Dosis Tetap
(KDT/fixed-dose combination/ FDC) yang terdiri dari 2 tablet (INH dan
RIF), 3 tablet (INH, RIF dan PZA) dan 4 tablet (INH, RIF, PZA, EMB).
12. Petugas memberikan konseling kepada pasien dan keluarga mengenai penyakit,
kontrol teratur, dan pola hidup sehat.
13. Dokter mencatat semua hasil pemeriksaan dan pengobatan yang diberikan di dalam
rekam medis pasien
14. Pemegang program TB mencatat pengobatan di buku register TB
15. Pemegang program TB melakukan evaluasi terhadap respon pengobatan ( setelah
fase intensif, dilakukan BTA lagi ), kondisi fisik pasien, efek samping obat,
kepatuhan pasien terhadap pengobatan
16. Pemegang program TB mencatat semua hasil evaluasi di rekam medis dan buku
laporan TB
17. Dokter melakukan rujukan ke Rumah Sakit bila :
a. TB dengan komplikasi/keadaan khusus (TB dengan komorbid) seperti TB
pada orang dengan HIV, TB dengan penyakit metabolik, TB anak
b. Suspek TB – MDR
7. Bagan alir
Suspek TB
Pemeriksaan BTA
Sputum SPS
BTA positif BTA Negatif
Bukan TB