Anda di halaman 1dari 3

PANDUAN

PRAKTIK KLINIS TUBERKULOSIS PARU DEWASA

NO DOKUMEN NO REVISI HALAMAN

LOGO 1/1
RS TANGGAL
TERBIT Ditetapkan
Direktur Utama

Dr..........................................
NIP. .................................
PENGERTIAN Tuberkulosis paru adalah infeksi paru yang menyerang jaringan
parenkim paru, disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis
complex.
Berdasarkan hasil pemeriksaan sputum tuberkulosis dibagi menjadi :
1. TB paru terkonfirmasi bakteriologis : sekurangnya 1 dari 2
spesimen sputum BTA positif dan atau sputum TCM positip.
2. TB paru terkonfirmasi klinis : jika sekurangnya dua kali
pemeriksaan sputumBTA hasilnya negatif (termasuk minimal 1
kali dahak pagi hari) dan atau sputum TCM negatip, hasil foto
torak positif dan tidak respon terhadap terapi antibiotika
spektrum luas non-fluorokuinolon selama 14 hari.
Berdasarkan riwayat pengobatannya, TB paru dibagi dalam:
1. Kasus baru
2. Kambuh
3. Drop out / default
4. Gagal
5. Kronik
ANAMNESIS Batuk produktif selama 2 minggu atau lebih yang tidak jelas
penyebabnya.
Gejala respirasi tergantung derajat berat kelainan paru yang terlibat,
berupa batuk darah, sesak nafas, nyeri dada.
Gejala sistemik berupa malaise, lemah, berat badan menurun, nafsu
makan turun, keringat malam hari, demam.
PEMERIKSAAN Gejala yang ditemukan (tergantung derajat berat, organ terlibat dan
FISIK komplikasi yang timbul) : keadaan umum lemah, kakeksia, takipneu,
febris, pembesaran kelenjar limfe leher,
Paru : bervariasi, dalam bentuk infiltrat dan konsolidasi paru, fibrosis,
atelektasis, efusi pleura, kavitas, bronkiektasis, maupun pneumothoraks
KRITERIA Batuk produktif selama 2 minggu atau lebih, batuk darah, sesak
DIAGNOSIS nafas, nyeri dada, berat badan menurun, nafsu makan menurun, keringat
malam hari, demam disertai kelainan paru.
DIAGNOSIS KERJA Tuberkulosis paru (Terkonfirmasi bakteriologis / klinis)

DIAGNOSIS  Jika BTA negatif masih mungkin Pneumonia, tumor/keganasan


BANDING paru, jamur paru, penyakit paru akibat kerja.
 Jika BTA positif masih mungkin Mycobacterium Other Than
Tuberculosis (MoTT).
TUBERKULOSIS PARU DEWASA
PANDUAN PRAKTIK
KLINIS
No. Dokumen No. Revisi Halaman

………………… …………… 1/2

1. Praktisi harus memastikan bahwa obat-obatan tersebut digunakan


sampai terapi selesai.
2.Semua pasien (termasuk pasien dengan infeksi HIV) yang tidak
pernah diterapi sebelumnya harus mendapat terapi Obat Anti TB
(OAT) lini pertama sesuai ISTC
TERAPI a.Fase Awal selama 2 bulan, terdiri dari: Isoniazid, Rifampisin,
Pirazinamid, dan Etambutol.
b.Fase lanjutan selama 4 bulan, terdiri dari: Isoniazid dan Rifampisin
c.Dosis OAT yang digunakan harus sesuai dengan terapi rekomendasi
internasional, sangat dianjurkan untuk penggunaan Kombinasi Dosis
Tetap (KDT/fixed-dosecombination/ FDC) yang terdiri dari 2 tablet
(INH dan RIF), 3 tablet (INH, RIF dan PZA) dan 4 tablet (INH, RIF,
PZA, EMB).
Ad vitam = ad bonam

PROGNOSIS Ad sanationam = ad bonam


Ad fungsionam = ad bonam

TINGKAT EVIDENS I
1. Pemeriksaan bakteriologis (BTA, TCM, Kultur MTb)
INDIKATOR MEDIS 2. Anamnesis , pemeriksaan fisis
3. Pemeriksaan radiologis (foto toraks)
4. Pemeriksaan lainnya (patologi anatomi, tuberkulin, IGRA dll)
1. Frieden T. Toman’s Tuberculosis. Case Detection, Treatment,
and Monitoring. 2nd ed. Geneva: WHO;2004.
2. Caminero JA. A Tuberculosis Guide for Specialist Physicians.
International Union Against Tuberculosis and Lung Disease
(IUATLD). Paris-France; 2004.
3. Cadman H. Strength of the public health recomendations. WHO
Policy on TB Infection Control in Health-Care Facilities,
KEPUSTAKAAN
Congregate Settings and Household.Geneva: WHO; 2009:7;29.
4. Standard regimen. In Treatment of Tuberculosis Guidelines.
Fourth edition. WHO;2010; 29-60.
5. International Standarts for Tuberculosis Care. 2nd edition. 2009.
6. Penemuan dan Pengobatan Pasien Tuberkulosis. Pelatihan
Tatalaksana TB Bagi Pengelola Program TB di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan. DIRJEN P2PL Kementerian Kesehatan
RI. Jakarta:2012
7. Rani A, Soegondo S, Uyainah A, dkk. Tuberkulosis Paru. Dalam
Panduan Pelayanan Medik. Perhimpunan Dokter Spesialis
Penyakit Dalam Indonesia. Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit
Dalam.Cetakan ketiga. Jakarta ; 2009;109.

Anda mungkin juga menyukai