1. TB PARU
2. HIV AIDS
3. DM TIPE 2
4. MALARIA
5. HIPERTENSI
PANDUAN PRAKTEK KLINIK
TUBERCULOSIS PARU
RSUD KSM PENYAKIT DALAM
dr. P.P Magretti No. No. Revisi Halaman
Jl. Mr. Latuharhary –Saumlaki Dokumen 1
2. Gejala sistemik
• Demam terutama sore/malam hari
• Gejala sistemik lainnya: malaise, keringat malam, anoreksia,
berat badan menurun.
Pemeriksaan Fisik Kelainan pada TB Paru tergantung luas kelainan struktur paru. Pada
awal permulaan perkembangan penyakit umumnya sulit sekali
menemukan kelainan.
Pada auskultasi terdengar suara napas bronkhial, ronkhi basah/suara
napas melemah di apex paru, tanda-tanda penarikan paru, diafragma
dan mediastinum.
Kriteria Diagnosis Diagnosis Pasti TB Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan fisis dan pemeriksaan penunjang (sputum untuk dewasa,
tes tuberkulin pada anak).
Anamnesis Keluhan Infeksi HIV tidak akan langsung memperlihatkan gejala atau
keluhan tertentu. Pasien datang dapat dengan keluhan:
1. Demam (suhu >37,5OC) terus menerus atau intermiten lebih dari satu
bulan.
2. Diare yang terus menerus atau intermiten lebih dari satu bulan.
3. Keluhan disertai kehilangan berat badan (BB) >10% dari berat badan
dasar.
4. Keluhan lain bergantung dari penyakit yang menyertainya.
Faktor Risiko
1. Penjaja seks laki-laki atau perempuan
2. Pengguna NAPZA suntik
3. Laki-laki yang berhubungan seks dengan sesama laki-laki dan
transgender
4. Hubungan seksual yang berisiko atau tidak aman
5. Pernah atau sedang mengidap penyakit infeksi menular seksual (IMS)
6. Pernah mendapatkan transfusi darah
7. Pembuatan tato dan atau alat medis/alat tajam yang tercemar HIV
8. Bayi dari ibu dengan HIV/AIDS
9. Pasangan serodiskordan – salah satu pasangan positif HIV
Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum
a. Berat badan turun
b. Demam
2. Kulit
a. Tanda-tanda masalah kulit terkait HIV misalnya kulit kering dan
dermatitis seboroik
b. Tanda-tanda herpes simpleks dan zoster atau jaringan parut bekas
herpes zoster
3. Pembesaran kelenjar getah bening
4. Mulut: kandidiasis oral, oral hairy leukoplakia, keilitis angularis
5. Dada: dapat dijumpai ronki basah akibat infeksi paru
6. Abdomen: hepatosplenomegali, nyeri, atau massa
7. Anogenital: tanda-tanda herpes simpleks, duh vagina atau uretra
8. Neurologi: tanda neuropati dan kelemahan neurologis
Kriteria Diagnosis Diagnosis untuk HIV/AIDS bisa dilakukan dengan melihat kriteria mayor
dan minor dan dilanjutkan dengan melakukan test HIV.
Untuk Dewasa (>18 tahun) dikatakan mengidap AIDS apabila : Test HIV
( + ) dan ditemukan 2 gejala mayor dan 1 gejala minor.
Ditemukan Sarcoma Kaposi atau Pneumonia pneumocystis cranii.
• Berikut kriteria mayor dan minor dari HIV/AIDS itu sendiri :
•
Gejala Mayor:
- Berat badan menurun lebih dari 10% dalam 1 bulan
- Diare kronis yang berlangsung lebih dari 1 bulan
- Demam berkepanjangan lebih dari 1 bulan
- Penurunan kesadaran dan gangguan neurologis
- Demensia/ HIV ensefalopati
Gejala Minor:
- Batuk menetap lebih dari 1 bulan
- Dermatitis generalisata
- Adanya herpes zostermultisegmental dan herpes zoster berulang
- Kandidias orofaringeal
- Herpes simpleks kronis progresif
- Limfadenopati generalisata
- Infeksi jamur berulang pada alat kelamin wanita
- Retinitis virus sitomegalo
Edukasi 1. Menganjurkan tes HIV pada pasien TB, infeksi menular seksual
(IMS), dan kelompok risiko tinggi beserta pasangan seksualnya,
sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
2. Memberikan informasi kepada pasien dan keluarga tentang penyakit
HIV/AIDS. Pasien disarankan untuk bergabung dengan kelompok
penanggulangan HIV/AIDS untuk menguatkan dirinya dalam
menghadapi pengobatan penyakitnya.
Prognosis Prognosis sangat tergantung kondisi pasien saat datang dan
pengobatan. Terapi hingga saat ini adalah untuk memperpanjang masa
hidup, belum merupakan terapi definitif, sehingga prognosis pada
umumnya dubia ad malam.
Tingkat Evidens I/ II/ III/ IV
Tingkat Rekomendasi A/B/C
Penelaah Kritis Dr. M. Fauzan Assegaf, Sp.PD
Indikator Medis
Kepustakaan 1. Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan
Lingkungan. Pedoman Nasional Tatalaksana Infeksi HIV dan Terapi
Antiretroviral pada Orang Dewasa.Jakarta: Kemenkes. 2011.
(Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2011)
2. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
Hk.01.07/Menkes/90/2019 Tentang Pedoman Nasional Pelayanan
Kedokteran Tata Laksana HIV
PANDUAN PRAKTEK KLINIK
MALARIA
RSUD KSM PENYAKIT DALAM
dr. P.P Magretti No. Dokumen No. Revisi Halaman
Jl. Mr. Latuharhary – 1
Saumlaki
PEMERIKSAAN Laboratorium :
PENUNJANG
1. Pemeriksaan sediaan darah (SD) tebal dan tipis, menentukan :
- Ada tidaknya parasit malaria
- Spesies dan stadium plasmodium
- Kepadatan parasit
2. Tes diagnostik cepat ( Rapid Diagnostic Test )
3. Pemeriksaan penunjang lain sesuai dengan komplikasi yang
terjadi.
Medikamentosa
a. Malaria Falsiparum
a.1. Lini Pertama
1- DHP ¼ ½ 1 1½ 2 3 4
3
1 Primak - - ¾ 1½ 2 2 3
uin
TERAPI
Atau
1- Artes ¼ ½ 1 1½ 2 3 4 4
3 unat
Amodi ¼ ½ 1 1½ 2 3 4 4
akuin
1 Prima - - ¾ 1½ 2 2 2 3
kuin
a.2. Lini Kedua
Menggunakan Kina + Doksisiklin / Tetrasiklin + Primakuin
b. Malaria Vivaks
b.1. Lini Pertama
1- DHP ¼ ½ 1 1½ 2 3 4
3
1- Primak - - ¼ ½ ¾ 1 1
14 uin
Atau
1- Artes ¼ ½ 1 1½ 2 3 4 4
3 unat
Amodi ¼ ½ 1 1½ 2 3 4 4
akuin
1- Prima - - ¼ ½ ¾ 1 1 1
14 kuin
e. Malaria malariae
Pengobatan P.malariae cukup diberikan ACT 1 kali perhari selama 3
hari, dengan dosis sama dengan pengobatan malaria lainnya dan
tidak diberikan primakuin.
1- DHP ¼ ½ 1 1½ 2 3 4
3
1- Primak - - ¼ ½ ¾ 1 1
14 uin
Atau
Amodi ¼ ½ 1 1½ 2 3 4 4
akuin
1- Prima - - ¼ ½ ¾ 1 1 1
14 kuin
g. Malaria berat
Pilihan utama menggunakan Artesunate intravena atau Artemeter
intramuskular.
Kemasan dan cara pemberian artesunat
Artesunat parenteral tersedia dalam vial yang berisi 60 mg serbuk
kering asam artesunik dan pelarut dalam ampul yang berisi 0,6 ml
natrium bikarbonat 5%. Larutan artesunat dibuat dengan
mencampur 60 mg serbuk kering artesunik dan 0,6 ml natrium
bikarbonat 5%,diencerkandengan Dextrose 5% sebanyak 3-5 cc dan
diberikan secara bolus perlahan-lahan.
Artesunat (AS) diberikan dengan dosis 2,4 mg/kgbb per-iv sebanyak
3 kali jam ke 0, 12, 24. Selanjutnya diberikan 2,4 mg/kgbb per-iv
setiap 24 jam sampai penderita mampu minum obat. Pengobatan
dilanjutkan dengan regimen dihydroartemisinin-piperakuin (ACT
lainnya)+ primakuin.
Kemasan dan cara pemberian artemeter
Artemeter intramuskular tersedia dalam ampul yang berisi 80 mg
artemeter dalam larutan minyak. Artemeter diberikan dengan dosis
1,6 mg/kgbb intramuskular dan diulang setelah 12 jam. Selanjutnya
artemeter diberikan 1,6 mg/kgbb intramuskular satu kali sehari
sampai penderita mampu minum obat. Bila penderita sudah dapat
minum obat, pengobatan dilanjutkan dengan regimen
dihydroartemisinin-piperakuin (ACT lainnya)+ primakuin.
Ad fungsionam = ad bonam
Pemeriksaan 1. EKG
Penunjang 2. Rontgen dada
3. Lab: Hb, Ht, Leuo,Cr, Ur, GDS, Na÷,K÷,)’OGTT (bila belum
diketahui DM),urinalisa
4. Skrining hipertensi endokrin
5. USG abdomen: ginjal
6. Echocardiografi
7. CT-scan kepala
Terapi 1. Nitrat(IV)
2. CCB(IV)
3. ACE inhibitor/ARB
4. Diuretik: tiazid
5. Beta blocker
6. Calcium channel blocker
7. Central blocker
8. Alpha blocker
9. Vasodilator direk