Anda di halaman 1dari 56

Tutor

Tuberkulosis
Pembimbing:
dr. Hadiyanto Usman, Sp.KKLP, M.K.M.
Anggota Kelompok
Agata Monica Damayanti 202306010012
Aileen Alessandra Suryohusodo 202206010147
Helena Angelica John 202206010145
Martinus David Fortino 202306010003
Priscillia Quinn Nathania 202206010143
Samuel Dani 202306010002
Definisi Tuberkulosis

Tuberculosis adalah penyakit menular yang sering


menyerang paru dan organ atau sistem lain.
Tuberkulosis disebabkan oleh Mycobacterium
Tuberculosis

Tuberculosis disebarkan melalui droplet di udara


pada saat orang yang terinfeksi batuk, bersin, atau
mengeluarkan dahak
Etiologi Tuberkulosis
Bakteri penyebab infeksi TB → Mycobacterium tuberculosis (M.TB),
M. bovis, M. africanum, M. microti, M. cannettii.

Penularan M. Bovis → dapat melalui susu sapi yang terinfeksi →


penetrasi ke saluran cerna → invasi jaringan limfe orofaring

Transmisi droplet nucleus (<5 mikron) → pada saat orang yang


terinfeksi TB paru batuk, bersin, atau berbicara

3 Faktor yang menentukan transmisi M. TB:


1. Jumlah organisme yang keluar ke udara
2. Konsentrasi organisme dalam udara, ditentukan oleh volume ruang
dan ventilasi
3. Lama seseorang menghirup udara yang terkontaminasi
Epidemiologi TB
Epidemiologi TB
Indikasi Pemeriksaan
Semua pasien baru di
daerah dengan kasus
Semua pasien dengan
TB resistan obat
riwayat pengobatan OAT
primer >3%.

Semua pasien dengan Pasien baru atau riwayat


HIV yang didiagnosis TB OAT dengan sputum BTA
aktif tetap positif pada akhir
fase intensif. Sebaiknya
Pasien dengan TB aktif dilakukan pemeriksaan
yang terpajan dengan sputum BTA pada bulan
pasien TB resistan obat. berikutnya
Alur Diagnosis TB
Tata Laksana TB
1. Prinsip Tata Laskana TB
● Pengobatan diberikan dalam bentuk paduan OAT yang tepat mengandung
minimal 4 macam obat untuk mencegah terjadinya resistensi
● Diberikan dalam dosis yang tepat
● Ditelan secara teratur dan diawasi secara langsung oleh PMO
(pengawas menelan obat) sampai selesai masa pengobatan.
● Pengobatan diberikan dalam jangka waktu yang cukup terbagi dalam tahap
awal serta tahap lanjutan untuk mencegah
kekambuhan.
Tata Laksana TB
1. Tahap awal
- Pengobatan diberikan setiap hari.
- Tujuan: untuk menurunkan jumlah kuman yang ada dalam tubuh pasien dan meminimalisir
pengaruh dari sebagian kecil kuman yang mungkin sudah resistan sejak sebelum pasien
mendapatkan pengobatan.
- Diberikan selama 2 bulan.
- Daya penularan sudah sangat menurun setelah pengobatan selama 2 minggu pertama.
2. Tahap lanjutan
- Tujuan: untuk membunuh sisa-sisa kuman yang masih ada dalam tubuh, khususnya kuman
persisten sehingga pasien dapat sembuh dan mencegah terjadinya kekambuhan.
- Durasi tahap lanjutan selama 4 bulan.
- Pada fase lanjutan seharusnya obat diberikan setiap hari.
Pengobatan

Pasien berusia diatas 60 tahun tidak dapat mentoleransi lebih dari 500-700 mg perhari, beberapa pedoman
merekomendasikan dosis 10 mg/kg BB pada pasien kelompok usia ini. Pasien dengan berat badan di bawah 50 kg tidak
dapat mentoleransi dosis lebih dari 500-750 mg perhari.
TB pada Anak
Gejala Tb pada Anak
TB Resisten
International Standard for Tuberculosis Care (ISTC)
● Pedoman berstandar internasional dalam penanganan penyakit Tuberkulosis
dengan sekala global.
● Tujuan → menggambarkan tingkat perawatan yang diiterima secara luas yang
harus dicapai oleh semua praktisi, publik dan swasta, dalam mengelola pasien
yang menderita atau diduga menderita TB atau berada pada penigkatan risiko
mengembangkan penyakit.

International Standard for Tuberculosis Care (ISTC) 3rd edition Standar

1 Standar untuk diagnosis 1-6

2 Standar untuk pengobatan 7-13

3 Standar penanganan infeksi HIV dan kondisi komorbid lainnya 14-17

4 Standar kesehatan masyarakat dan pencegahan 18-21


Standar untuk Diagnosis
Untuk memastikan diagnosis dini, penyedia layanan harus menyadari faktor risiko
individu dan kelompok untuk tuberkulosis dan melakukan evaluasi klinis yang cepat dan
Standar 1
tes diagnostik yang tepat untuk orang dengan gejala dan temuan yang konsisten dengan
tuberkulosis.

Semua pasien, termasuk anak-anak, dengan batuk yang tidak dapat dijelaskan yang
Standar 2 berlangsung dua minggu atau lebih atau dengan temuan sugestif tuberkulosis yang tidak
dapat dijelaskan pada radiografi dada harus dievaluasi untuk tuberkulosis.

Semua pasien, termasuk anak-anak, yang diduga menderita tuberkulosis paru dan
mampu mengeluarkan dahak harus memiliki setidaknya dua spesimen dahak yang
diajukan untuk pemeriksaan mikroskopis apus atau spesimen dahak tunggal untuk
Standar 3 pengujian Xpert® MTB/RIF di laboratorium yang terjamin kualitasnya. Pasien yang
berisiko resistensi obat, yang memiliki risiko HIV, atau yang sakit parah, harus menjalani
Xpert MTB/RIF sebagai tes diagnostik awal. Tes serologi berbasis darah dan tes
pelepasan interferon-gamma tidak boleh digunakan untuk diagnosis tuberkulosis aktif.
Standar untuk Diagnosis
Untuk semua pasien, termasuk anak-anak, yang diduga menderita TB ekstraparu,
spesimen yang sesuai dari tempat yang dicurigai terlibat harus diperoleh untuk
Standar 4 pemeriksaan mikrobiologis dan histologis. Tes Xpert MTB/RIF direkomendasikan sebagai
pemeriksaan mikrobiologi awal untuk suspek meningtis tuberkulosis karena kebutuhan
diagnosis cepat.

Pada pasien yang diduga menderita TB paru BTA (-), perlu dilakukan Xpert MTB/RIF
dan/atau biakan dahak. Di antara pasien BTA dan Xpert MTB/RIF negatif dengan klinis
Standar 5
yang sangat sugestif TB, pengobatan OAT harus segera dimulai setelah pengumpulan
spesimen untuk pemeriksaan kultur.

Untuk semua anak yang diduga menderita TB intratoraks (yaitu, paru, pleura, dan kelenjar
getah bening mediastinum/hilus), konfirmasi bakteriologis harus
Standar 6 didapatkan melalui pemeriksaan sekret pernapasan (sputum ekspektorat, sputum yang
diinduksi, lavage lambung) untuk pemeriksaan mikroskopis, Xpert MTB /uji RIF, dan/atau
kultur.
Standar untuk Pengobatan
Penyedia layanan kesehatan harus meresepkan rejimen pengobatan yang tepat,
Standar 7 memantau kepatuhan terhadap regimen, dan, bila perlu, mengatasi faktor-faktor yang
menyebabkan gangguan atau penghentian pengobatan.

Semua pasien yang belum pernah menjalani pengobatan sebelumnya dan tidak memiliki
faktor risiko lain untuk resistensi obat harus menerima rejimen pengobatan lini pertama
yang disetujui WHO dengan menggunakan obat yang terjamin kualitasnya. Fase awal
Standar 8
harus terdiri dari 2 bulan isoniazid, rifampisin, pirazinamid, dan etambutol. Fase lanjutan
harus terdiri dari isoniazid dan rifampisin yang diberikan selama 4 bulan. Dosis OAT yang
digunakan harus sesuai dengan rekomendasi WHO.

Pendekatan pengobatan yang berpusat pada pasien harus dikembangkan untuk semua
pasien untuk meningkatkan kepatuhan, meningkatkan kualitas hidup, dan meringankan
Standar 9
penderitaan. Pendekatan ini harus didasarkan pada kebutuhan pasien dan rasa
kepercayaan antara pasien dengan nakes.
Standar untuk Pengobatan
Memantau respon pengobatan pada pasien TB paru dengan pemeriksaan mikroskopis
dahak lanjutan pada saat selesainya fase awal pengobatan
(bulan ke-2). Jika apusan dahak positif pada penyelesaian fase awal, pemeriksaan
Standar 10
mikroskopis dahak harus dilakukan lagi pada bulan ke-3 dan, jika positif, uji sensitivitas
obat molekuler cepat (Xpert MTB/RIF) atau kultur dengan uji kepekaan obat harus
dilakukan.

Uji kepekaan obat harus dilakukan pada awal terapi untuk semua pasien dengan risiko
resistensi obat. Pasien yang sputumnya tetap positif setelah
bulan ke-3 pengobatan, pasien yang pengobatannya gagal, dan pasien yang kambuh
setelah satu atau lebih rangkaian pengobatan perlu dinilai untuk resistensi obat. Untuk
Standar 11 pasien yang dianggap kemungkinan resistensi obat harus menjalani pemeriksaan Xpert
MTB/RIF sebagai tes diagnostik awal. Jika resistensi rifampisin terdeteksi, kultur dan
pengujian kerentanan terhadap isoniazid, fluoroquinolones, dan obat suntik lini kedua
harus segera dilakukan. Konseling dan pendidikan pasien, serta pengobatan
dengan rejimen lini kedua empiris, harus segera meminimalkan potensi penularan.
Standar untuk Pengobatan
Pasien dengan atau kemungkinan besar menderita TB yang disebabkan oleh organisme
yang resisten terhadap obat (MDR/XDR) harus diobati
dengan rejimen khusus yang mengandung OAT lini kedua yang terjamin kualitasnya.
Dosis OAT harus sesuai dengan rekomendasi WHO. Setidaknya lima obat, pirazinamid
dan empat obat yang organismenya diketahui atau
Standar 12 diduga rentan, termasuk agen suntik, harus digunakan dalam fase intensif selama 6-8
bulan, dan setidaknya 3 obat yang organismenya diketahui atau dianggap rentan, harus
digunakan dalam fase lanjutan. Pengobatan harus diberikan setidaknya selama 18-24
bulan setelah konversi kultur. Konsultasi
dengan spesialis yang berpengalaman dalam pengobatan pasien TB MDR/XDR harus
dilakukan.

Catatan yang dapat diakses dan dipelihara secara sistematis dari semua obat yang
Standar 13 diberikan, respon bakteriologis, hasil akhir, dan reaksi yang merugikan harus dimonitor
untuk semua pasien
Standar Penanganan Infeksi HIV dan Kondisi Komorbid Lainnya

Tes dan konseling HIV harus dilakukan untuk semua pasien dengan, atau diduga
menderita TB, kecuali ada tes negatif yang dikonfirmasi dalam dua bulan sebelumnya.
Pendekatan terpadu untuk pencegahan, diagnosis, dan pengobatan TB dan infeksi HIV
Standar 14 direkomendasikan di daerah dengan prevalensi HIV yang tinggi. Tes HIV sangat penting
sebagai bagian dari manajemen rutin pasien di daerah dengan prevalensi infeksi HIV
yang tinggi, pasien dengan gejala dan/atau tanda kondisi terkait HIV, dan pasien yang
memiliki riwayat yang menunjukkan gejala risiko tinggi terpapar HIV.

Pengobatan pada orang dengan infeksi HIV dan TB yang memiliki imunosupresi berat
(jumlah CD4 < 50 sel/mm3), ART harus dimulai dalam waktu 2 minggu setelah memulai
pengobatan untuk TB, kecuali meningitis TB. Untuk semua pasien lain dengan HIV dan
Standar 15
TB, terlepas dari jumlah CD4, terapi ART harus dimulai dalam waktu 8 minggu setelah
memulai pengobatan untuk TB. Pasien dengan TB dan infeksi HIV juga harus menerima
kotrimoksazol sebagai profilaksis untuk infeksi lain.
Standar Penanganan Infeksi HIV dan Kondisi Komorbid Lainnya

Orang dengan infeksi HIV yang, setelah evaluasi yang cermat, tidak memiliki TB aktif
Standar 16
harus diobati untuk suspek TB laten dengan isoniazid selama minimal 6 bulan.

Semua penyedia layanan harus melakukan penilaian menyeluruh untuk kondisi


komorbiditas dan faktor lain yang dapat mempengaruhi respons atau hasil pengobatan
TB dan mengidentifikasi layanan tambahan yang akan mendukung hasil yang optimal
untuk setiap pasien. Layanan ini harus dimasukkan ke dalam rencana perawatan
individual yang mencakup penilaian dan rujukan untuk pengobatan penyakit lain.
Standar 17
Perhatian khusus harus diberikan pada penyakit atau kondisi yang diketahui
mempengaruhi hasil pengobatan, misalnya: diabetes mellitus, penyalahgunaan obat dan
alkohol, kurang gizi, dan merokok tembakau. Rujukan ke layanan dukungan psikososial
lain atau layanan seperti perawatan antenatal atau perawatan bayi yang baik juga harus
disediakan.
Standar Kesehatan Masyarakat dan Pencegahan
Semua penyedia layanan kesehatan harus memastikan bahwa orang yang kontak dekat dengan pasien
TB dievaluasi dan dikelola sesuai dengan rekomendasi internasional. Prioritas tertinggi untuk evaluasi
adalah:
● Orang dengan gejala yang mengarah ke TB
Standar 18
● Anak usia <5 tahun
● Kontak dengan status immunocompromised yang diketahui atau dicurigai, khususnya
infeksi HIV
● Kontak TB MD/XDR

Anak-anak <5 tahun dan orang-orang dari segala usia dengan infeksi HIV yang merupakan kontak dekat
Standar 19 dengan seseorang dengan TB menular, dan setelah evaluasi yang cermat, tidak memiliki TB aktif, harus
diobati dengan dugaan infeksi TB laten dengan isoniazid selama setidaknya 6 bulan.

Setiap fasilitas perawatan kesehatan yang merawat pasien yang menderita, atau diduga menderita, TB
Standar 20 harus mengembangkan dan menerapkan rencana pengendalian infeksi TB yang tepat untuk
meminimalkan penularan M. tuberculosis kepada pasien dan petugas kesehatan.

Semua penyedia layanan harus melaporkan kasus TB baru dan pengobatan ulang serta hasil
Standar 21 pengobatannya kepada otoritas kesehatan masyarakat setempat, sesuai dengan persyaratan dan
kebijakan hukum yang berlaku.
Target Eliminasi TB
Pasal 4 Perpres 67 Tahun 2021

Tahun 2030
01 02

Incidence Rate Mortality Rate

penurunan angka kejadian penurunan angka kematian


(incidence rate) TB menjadi 65 (mortality rate) TB menjadi 6
per 100.000 penduduk per 100.000 penduduk.
Strategi Nasional Eliminasi TB
Pasal 5 Perpres 67 Tahun 2021

● Penguatan komitmen dan kepemimpinan Pemerintah Pusat, Pemerintah


Daerah provinsi, dan Pemerintah Daerah kabupaten/kota
● Peningkatan akses layanan TBC yang bermutu dan berpihak pada pasien
● Intensifikasi upaya kesehatan dalam rangka Penanggulangan TB
● Peningkatan penelitian, pengembangan, dan inovasi di bidang
Penanggulangan TB
● peningkatan peran serta komunitas, Pemangku Kepentingan, dan multisektor
lainnya dalam Penanggulangan TB
● penguatan manajemen program.
Strategi Penanggulangan TB
Pasal 6 Permenkes 67 Tahun 2016
Surveilans dan Sistem
Promosi Kesehatan
1 2 Informasi

Penemuan dan
Pengendalian Faktor
Penangananan
4 3 Risiko
Kasus

Pemberian Pemberian Obat


Kekebalan 5 6 Pencegahan
Promosi Kesehatan
1. Meningkatkan pengetahuan, kesadaran, dan perubahan perilaku masyarakat
mengenai TB
2. Dilakukan secara berkesinambungan melalui kegiatan advokasi, komunikasi, dan
mobilisasi sosial dengan jangkauan yang luas.
● Penyebarluasan informasi yang benar mengenai TB ke masyarakat secara
masif melalui saluran komunikasi publik
● Penyelenggaraan upaya perubahan perilaku masyarakat dalam pencegahan
dan pengobatan TB
● Pelibatan tokoh masyarakat, tokoh agama, dan influencer media sosial
untuk menyebarkan materi komunikasi, informasi, dan edukasi mengenai TB
● Penyampaian informasi kepada masyarakat mengenai layanan TB yang
sesuai standar
Surveilans TB
1. Surveilans Berbasis Indikator ⇒ Data layanan rutin
● Pencatatan dan pelaporan TB sensitif obat
● Pencatatan dan pelaporan TB resisten obat
2. Surveilans Berbasis Kejadian
● Kejadian Khusus
i. Survei secara periodik atau sentinel
ii. Dilakukan cross sectional
iii. Mewakili suatu daerah tertentu
● Kejadian Luar Biasa
i. Dilakukan secara lintas negara
ii. Diutamakan pada masyarakat dengan mobilisasi tinggi
Sistem Informasi TB
Monitoring dan Evaluasi Program TB
1. Fungsi manajemen untuk menilai keberhasilan pelaksanaan program TB
2. Monitoring dilakukan secara rutin dan berkala sebagai deteksi awal masalah
3. Evaluasi untuk menilai pencapaian tujuan, target dan kesesuaian program
dengan rencana
● Pencatatan dan Pelaporan Program TB
● Indikator Program TB
i. Indikator Dampak ⇒ menggambarkan keseluruhan dampak atau
manfaat kegiatan penanggulangan TB
ii. Indikator Utama ⇒ menilai pencapaian strategi nasional
penanggulangan TB
iii. Indikator Operasional ⇒ indikator pendukung untuk tercapainya
indikator dampak dan utama
Indikator Dampak
1. Angka Prevalensi TB
2. Angka Insidensi/Kejadian TB
3. Angka Mortalitas/Kematian TB
Indikator Utama
1. Cakupan pengobatan semua kasus TB (case detection rate/CDR) yang diobati
2. Angka notifikasi semua kasus TB (case notification rate/CNR) yang diobati per
100.000 penduduk
3. Angka keberhasilan pengobatan pasien TB semua kasus
4. Cakupan penemuan kasus resisten obat
5. Angka keberhasilan pengobatan pasien TB resisten obat
6. Persentase pasien TB yang mengetahui status HIV
Indikator Operasional
1. Persentase kasus pengobatan ulang TB yang diperiksa uji kepekaan obat dengan
tes cepat molukuler atau metode konvensional
2. Persentase kasus TB resistan obat yang memulai pengobatan lini kedua
3. Persentase Pasien TB-HIV yang mendapatkan ARV selama pengobatan TB
4. Persentase laboratorium mikroskopik yang mengikuti uji silang
5. Persentase laboratorium mikroskopis yang mengikuti uji silang dengan hasil baik
6. Cakupan penemuan kasus TB anak
7. Cakupan anak < 5 tahun yang mendapat pengobatan pencegahan INH
8. Jumlah kasus TB yang ditemukan di Populasi Khusus (Lapas/Rutan, Asrama,
Tempat Kerja, Institusi Pendidikan, Tempat Pengungsian)
9. Persentase kasus TB yang ditemukan dan dirujuk oleh masyarakat atau
organisasi kemasyarakatan
Faktor Risiko TB
1. Faktor kuman TB
● Hasil BTA positif
● Jumlah kuman dalam dahak
● Lamanya terpapar kuman TB
2. Faktor individu
● Faktor usia dan jenis kelamin (Laki-laki, Usia produktif)
● Daya tahan tubuh
● Perilaku (kebiasaan batuk, merokok)
● Status ekonomi (menengah kebawah)
3. Faktor lingkungan
● Lingkungan perumahan padat dan kumuh
● Sirkulasi udara kurang adekuat
Pengendalian Faktor Risiko
1. Pengendalian Kuman Penyebab TB ⇒ cakupan pengobatan tinggi,
penanganan penyakit komorbid
2. Pengendalian Faktor Risiko Individu ⇒ Budaya PHBS, etika batuk,
perbaikan nutrisi, vaksinasi BCG, profilaksis INH pada pasien HIV
3. Pengendalian Faktor Lingkungan ⇒ Mengupayakan lingkungan
sehat, pemeliharaan dan perbaikan kualitas perumahan
4. Penetapan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI)
Penemuan dan Penanganan Kasus
1. Penemuan secara pasif intensif ⇒ dilakukan di fasilitas kesehatan
● Meliputi jejaring layanan TB secara Public-Private Mix (PPM)
● Dapat berkolaborasi dengan program kesehatan lain
2. Penemuan secara aktif/masif ⇒ berbasis keluarga dan masyarakat
● Investigasi kontak erat dengan pasien TB (10-15 orang)
● Penemuan kasus di tempat khusus (Lapas/Rutan, tempat kerja, asrama,
pondok pesantren, sekolah, panti jompo)
● Penemuan kasus di populasi berisiko (tempat penampungan pengungsi,
daerah kumuh)
Pemberian Kekebalan
1. Vaksinasi BCG (Program Pengembangan Imunisasi)
● Diberikan pada bayi usia 0-2 bulan
● Dilakukan tes tuberkulin sebelum pemberian vaksin
● Bertujuan menurunkan risiko TB meningitis dan TB milier pada usia muda
2. Perhatian khusus vaksinasi BCG
● Bayi lahir dari ibu dengan TB terkonfirmasi BTA ⇒ Berikan vaksin pada ibu
dan anak
● Bayi lahir dari ibu dengan HIV ⇒ Tunda vaksin sampai status HIV
ditegakkan
● Limfadenitis BCG ⇒ komplikasi vaksin BCG yang ditandai oleh pembesaran
KGB di daerah injeksi
i. Non-supuratif ⇒ Self limiting
Pemberian Obat Pencegahan
1. Upaya pencegahan TB aktif pada orang dengan HIV-AIDS (ODHA)
2. Pemberian berupa pengobatan pencegahan dengan Isoniazid
(PP INH)
3. Dosis minimal 300 mg/hari, maksimal 600 mg/hari
4. Dapat ditambah Vitamin B6 25 mg
5. Diberikan selama 6 bulan
PP INH pada Anak
1. Diberikan pada anak balita dengan atau tanpa HIV yang memiliki kontak dengan
pasien TB namun tidak terbukti mengidap TB
2. Dosis 10 mg/kgBB/hari (maks 300 mg/hari) selama 6 bulan
Tuberculosis infographics
Tuberculosis infection: How does it spread?
01 03
Mercury Venus
Mercury is the closest Venus has a beautiful
planet to the Sun and name and is the second
the smallest of them all planet from the Sun

02 04
Mars Jupiter
Despite being red, Mars Jupiter is a gas giant
is a cold place. It’s full and the biggest planet
of iron oxide dust in the Solar System
Tuberculosis infographics

1 Mercury Mercury is the closest 75 % 50 % 100 % 60 %


planet from the sun

Despite being red, Mars is


2 Mars actually a cold place

Saturn is a gas giant and


3 Saturn has several rings

Neptune is the farthest


4 Neptune planet from the Sun
Tuberculosis infographics

24% 15%
Mercury Venus
Mercury is the closest Venus has a beautiful
planet to the Sun and the name and is the second
smallest of them all planet from the Sun

30% 38%
Mars Jupiter
Despite being red, Mars is Jupiter is a gas giant and
actually a cold place. It’s the biggest planet in the
full of iron oxide dust Solar System

Follow the link in the graph to modify its data and then paste the new one here. For more info, click here
Tuberculosis infographics
Treatment for tuberculosis

Saturn Venus Mars

Mercury is the
smallest planet

Venus is the second Mars is full of iron oxide dust Saturn is a gas giant and has
Venus planet from the Sun and a cold place several rings

Jupiter is the biggest Neptune is the farthest Mercury is the closest planet
Mars planet of them all planet from the Sun to the Sun
International Standard for Tuberculosis Care (ISTC)
Pemantauan TB
Tujuan Monitoring Kegiatan Manajemen Tuberkulosis
Tujuan =

- Memperoleh gambaran yang akan digunakan dalam perencanaan,


pelaksanaan, dan penilaian program penanggulangan TB
- Meningkatkan kewaspadaan dini dan tindakan respon terhadap terjadinya
peningkatan TB resisten obat (TB RO)

Home - TBC Indonesia. Available at: https://tbindonesia.or.id/wp-content/uploads/2021/06/TBRO_Buku-Juknis-Tuberkulosis-2020-Website.pdf


(Accessed: February 21, 2024).
Pemantauan Kemajuan
Pengobatan TB-RO

Home - TBC Indonesia. Available at:


https://tbindonesia.or.id/wp-content/uploads/2021/06/TBRO_Buku-Jukni
s-Tuberkulosis-2020-Website.pdf
(Accessed: February 21, 2024).
Home - TBC Indonesia. Available at: https://tbindonesia.or.id/wp-content/uploads/2021/06/TBRO_Buku-Juknis-Tuberkulosis-2020-Website.pdf
(Accessed: February 21, 2024).

Evaluasi Pengobatan TB-RO


1. Sembuh: Menyelesaikan pengobatan tanpa bukti kegagalan, dan Biakan negatif minimal 3x berturut-turut (jarak
pemeriksaan 30 hari).

2. Pengobatan lengkap: menyelesaikan pengobatan sesuai pedoman pengobatan TB RO, tetapi belum diketahui
sembuh/ gagal.

3. Meninggal: karena sebab apapun selama pengobatan TB-RO.

4. Gagal:

- Tidak terjadi konversi sampai akhir bulan ke-8 pengobatan, atau


- Terjadi reversi pada fase lanjutan, atau
- Terbukti resistensi tambahan pada gol. kuinolon/ injeksi lini dua, atau
- Terjadi efek samping obat yang berat.

5. Lost to follow-up → putus pengobatan minimal 2 bulan berturut-turut.

6. Tidak dievaluasi → tidak diketahui hasil akhir pengobatan TB-RO (termasuk pindah fasyankes & tidak diketahui
hasilnya di tempat tersebut).
Evaluasi Lanjutan Setelah Pasien Sembuh atau Pengobatan Lengkap
Pemantauan juga dilakukan meskipun
pasien sudah dinyatakan sembuh atau
pengobatan lengkap dengan tujuan untuk
mengevaluasi kondisi pasien pasca
pengobatan.

Pemeriksaan yang dilakukan meliputi


pemeriksaan fisik, pemeriksaan dahak,
biakan dan foto toraks, dilakukan setiap 6
bulan sekali selama 2 tahun kecuali timbul
gejala dan keluhan TB
Home - TBC Indonesia. Available at: https://tbindonesia.or.id/wp-content/uploads/2021/06/TBRO_Buku-Juknis-Tuberkulosis-2020-Website.pdf
(Accessed: February 21, 2024).
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai