Tuberkulosis
Pembimbing:
dr. Hadiyanto Usman, Sp.KKLP, M.K.M.
Anggota Kelompok
Agata Monica Damayanti 202306010012
Aileen Alessandra Suryohusodo 202206010147
Helena Angelica John 202206010145
Martinus David Fortino 202306010003
Priscillia Quinn Nathania 202206010143
Samuel Dani 202306010002
Definisi Tuberkulosis
Pasien berusia diatas 60 tahun tidak dapat mentoleransi lebih dari 500-700 mg perhari, beberapa pedoman
merekomendasikan dosis 10 mg/kg BB pada pasien kelompok usia ini. Pasien dengan berat badan di bawah 50 kg tidak
dapat mentoleransi dosis lebih dari 500-750 mg perhari.
TB pada Anak
Gejala Tb pada Anak
TB Resisten
International Standard for Tuberculosis Care (ISTC)
● Pedoman berstandar internasional dalam penanganan penyakit Tuberkulosis
dengan sekala global.
● Tujuan → menggambarkan tingkat perawatan yang diiterima secara luas yang
harus dicapai oleh semua praktisi, publik dan swasta, dalam mengelola pasien
yang menderita atau diduga menderita TB atau berada pada penigkatan risiko
mengembangkan penyakit.
Semua pasien, termasuk anak-anak, dengan batuk yang tidak dapat dijelaskan yang
Standar 2 berlangsung dua minggu atau lebih atau dengan temuan sugestif tuberkulosis yang tidak
dapat dijelaskan pada radiografi dada harus dievaluasi untuk tuberkulosis.
Semua pasien, termasuk anak-anak, yang diduga menderita tuberkulosis paru dan
mampu mengeluarkan dahak harus memiliki setidaknya dua spesimen dahak yang
diajukan untuk pemeriksaan mikroskopis apus atau spesimen dahak tunggal untuk
Standar 3 pengujian Xpert® MTB/RIF di laboratorium yang terjamin kualitasnya. Pasien yang
berisiko resistensi obat, yang memiliki risiko HIV, atau yang sakit parah, harus menjalani
Xpert MTB/RIF sebagai tes diagnostik awal. Tes serologi berbasis darah dan tes
pelepasan interferon-gamma tidak boleh digunakan untuk diagnosis tuberkulosis aktif.
Standar untuk Diagnosis
Untuk semua pasien, termasuk anak-anak, yang diduga menderita TB ekstraparu,
spesimen yang sesuai dari tempat yang dicurigai terlibat harus diperoleh untuk
Standar 4 pemeriksaan mikrobiologis dan histologis. Tes Xpert MTB/RIF direkomendasikan sebagai
pemeriksaan mikrobiologi awal untuk suspek meningtis tuberkulosis karena kebutuhan
diagnosis cepat.
Pada pasien yang diduga menderita TB paru BTA (-), perlu dilakukan Xpert MTB/RIF
dan/atau biakan dahak. Di antara pasien BTA dan Xpert MTB/RIF negatif dengan klinis
Standar 5
yang sangat sugestif TB, pengobatan OAT harus segera dimulai setelah pengumpulan
spesimen untuk pemeriksaan kultur.
Untuk semua anak yang diduga menderita TB intratoraks (yaitu, paru, pleura, dan kelenjar
getah bening mediastinum/hilus), konfirmasi bakteriologis harus
Standar 6 didapatkan melalui pemeriksaan sekret pernapasan (sputum ekspektorat, sputum yang
diinduksi, lavage lambung) untuk pemeriksaan mikroskopis, Xpert MTB /uji RIF, dan/atau
kultur.
Standar untuk Pengobatan
Penyedia layanan kesehatan harus meresepkan rejimen pengobatan yang tepat,
Standar 7 memantau kepatuhan terhadap regimen, dan, bila perlu, mengatasi faktor-faktor yang
menyebabkan gangguan atau penghentian pengobatan.
Semua pasien yang belum pernah menjalani pengobatan sebelumnya dan tidak memiliki
faktor risiko lain untuk resistensi obat harus menerima rejimen pengobatan lini pertama
yang disetujui WHO dengan menggunakan obat yang terjamin kualitasnya. Fase awal
Standar 8
harus terdiri dari 2 bulan isoniazid, rifampisin, pirazinamid, dan etambutol. Fase lanjutan
harus terdiri dari isoniazid dan rifampisin yang diberikan selama 4 bulan. Dosis OAT yang
digunakan harus sesuai dengan rekomendasi WHO.
Pendekatan pengobatan yang berpusat pada pasien harus dikembangkan untuk semua
pasien untuk meningkatkan kepatuhan, meningkatkan kualitas hidup, dan meringankan
Standar 9
penderitaan. Pendekatan ini harus didasarkan pada kebutuhan pasien dan rasa
kepercayaan antara pasien dengan nakes.
Standar untuk Pengobatan
Memantau respon pengobatan pada pasien TB paru dengan pemeriksaan mikroskopis
dahak lanjutan pada saat selesainya fase awal pengobatan
(bulan ke-2). Jika apusan dahak positif pada penyelesaian fase awal, pemeriksaan
Standar 10
mikroskopis dahak harus dilakukan lagi pada bulan ke-3 dan, jika positif, uji sensitivitas
obat molekuler cepat (Xpert MTB/RIF) atau kultur dengan uji kepekaan obat harus
dilakukan.
Uji kepekaan obat harus dilakukan pada awal terapi untuk semua pasien dengan risiko
resistensi obat. Pasien yang sputumnya tetap positif setelah
bulan ke-3 pengobatan, pasien yang pengobatannya gagal, dan pasien yang kambuh
setelah satu atau lebih rangkaian pengobatan perlu dinilai untuk resistensi obat. Untuk
Standar 11 pasien yang dianggap kemungkinan resistensi obat harus menjalani pemeriksaan Xpert
MTB/RIF sebagai tes diagnostik awal. Jika resistensi rifampisin terdeteksi, kultur dan
pengujian kerentanan terhadap isoniazid, fluoroquinolones, dan obat suntik lini kedua
harus segera dilakukan. Konseling dan pendidikan pasien, serta pengobatan
dengan rejimen lini kedua empiris, harus segera meminimalkan potensi penularan.
Standar untuk Pengobatan
Pasien dengan atau kemungkinan besar menderita TB yang disebabkan oleh organisme
yang resisten terhadap obat (MDR/XDR) harus diobati
dengan rejimen khusus yang mengandung OAT lini kedua yang terjamin kualitasnya.
Dosis OAT harus sesuai dengan rekomendasi WHO. Setidaknya lima obat, pirazinamid
dan empat obat yang organismenya diketahui atau
Standar 12 diduga rentan, termasuk agen suntik, harus digunakan dalam fase intensif selama 6-8
bulan, dan setidaknya 3 obat yang organismenya diketahui atau dianggap rentan, harus
digunakan dalam fase lanjutan. Pengobatan harus diberikan setidaknya selama 18-24
bulan setelah konversi kultur. Konsultasi
dengan spesialis yang berpengalaman dalam pengobatan pasien TB MDR/XDR harus
dilakukan.
Catatan yang dapat diakses dan dipelihara secara sistematis dari semua obat yang
Standar 13 diberikan, respon bakteriologis, hasil akhir, dan reaksi yang merugikan harus dimonitor
untuk semua pasien
Standar Penanganan Infeksi HIV dan Kondisi Komorbid Lainnya
Tes dan konseling HIV harus dilakukan untuk semua pasien dengan, atau diduga
menderita TB, kecuali ada tes negatif yang dikonfirmasi dalam dua bulan sebelumnya.
Pendekatan terpadu untuk pencegahan, diagnosis, dan pengobatan TB dan infeksi HIV
Standar 14 direkomendasikan di daerah dengan prevalensi HIV yang tinggi. Tes HIV sangat penting
sebagai bagian dari manajemen rutin pasien di daerah dengan prevalensi infeksi HIV
yang tinggi, pasien dengan gejala dan/atau tanda kondisi terkait HIV, dan pasien yang
memiliki riwayat yang menunjukkan gejala risiko tinggi terpapar HIV.
Pengobatan pada orang dengan infeksi HIV dan TB yang memiliki imunosupresi berat
(jumlah CD4 < 50 sel/mm3), ART harus dimulai dalam waktu 2 minggu setelah memulai
pengobatan untuk TB, kecuali meningitis TB. Untuk semua pasien lain dengan HIV dan
Standar 15
TB, terlepas dari jumlah CD4, terapi ART harus dimulai dalam waktu 8 minggu setelah
memulai pengobatan untuk TB. Pasien dengan TB dan infeksi HIV juga harus menerima
kotrimoksazol sebagai profilaksis untuk infeksi lain.
Standar Penanganan Infeksi HIV dan Kondisi Komorbid Lainnya
Orang dengan infeksi HIV yang, setelah evaluasi yang cermat, tidak memiliki TB aktif
Standar 16
harus diobati untuk suspek TB laten dengan isoniazid selama minimal 6 bulan.
Anak-anak <5 tahun dan orang-orang dari segala usia dengan infeksi HIV yang merupakan kontak dekat
Standar 19 dengan seseorang dengan TB menular, dan setelah evaluasi yang cermat, tidak memiliki TB aktif, harus
diobati dengan dugaan infeksi TB laten dengan isoniazid selama setidaknya 6 bulan.
Setiap fasilitas perawatan kesehatan yang merawat pasien yang menderita, atau diduga menderita, TB
Standar 20 harus mengembangkan dan menerapkan rencana pengendalian infeksi TB yang tepat untuk
meminimalkan penularan M. tuberculosis kepada pasien dan petugas kesehatan.
Semua penyedia layanan harus melaporkan kasus TB baru dan pengobatan ulang serta hasil
Standar 21 pengobatannya kepada otoritas kesehatan masyarakat setempat, sesuai dengan persyaratan dan
kebijakan hukum yang berlaku.
Target Eliminasi TB
Pasal 4 Perpres 67 Tahun 2021
Tahun 2030
01 02
Penemuan dan
Pengendalian Faktor
Penangananan
4 3 Risiko
Kasus
02 04
Mars Jupiter
Despite being red, Mars Jupiter is a gas giant
is a cold place. It’s full and the biggest planet
of iron oxide dust in the Solar System
Tuberculosis infographics
24% 15%
Mercury Venus
Mercury is the closest Venus has a beautiful
planet to the Sun and the name and is the second
smallest of them all planet from the Sun
30% 38%
Mars Jupiter
Despite being red, Mars is Jupiter is a gas giant and
actually a cold place. It’s the biggest planet in the
full of iron oxide dust Solar System
Follow the link in the graph to modify its data and then paste the new one here. For more info, click here
Tuberculosis infographics
Treatment for tuberculosis
Mercury is the
smallest planet
Venus is the second Mars is full of iron oxide dust Saturn is a gas giant and has
Venus planet from the Sun and a cold place several rings
Jupiter is the biggest Neptune is the farthest Mercury is the closest planet
Mars planet of them all planet from the Sun to the Sun
International Standard for Tuberculosis Care (ISTC)
Pemantauan TB
Tujuan Monitoring Kegiatan Manajemen Tuberkulosis
Tujuan =
2. Pengobatan lengkap: menyelesaikan pengobatan sesuai pedoman pengobatan TB RO, tetapi belum diketahui
sembuh/ gagal.
4. Gagal:
6. Tidak dievaluasi → tidak diketahui hasil akhir pengobatan TB-RO (termasuk pindah fasyankes & tidak diketahui
hasilnya di tempat tersebut).
Evaluasi Lanjutan Setelah Pasien Sembuh atau Pengobatan Lengkap
Pemantauan juga dilakukan meskipun
pasien sudah dinyatakan sembuh atau
pengobatan lengkap dengan tujuan untuk
mengevaluasi kondisi pasien pasca
pengobatan.