1
digunakan untuk mendiagnosis TB aktif.
2
G. Pemeriksaan 1. Darah: limfositosis/ monositosis, LED meningkat, Hb
Penunjang turun.
2. Pemeriksaan mikroskopis kuman TB
(BakteriTahanAsam/BTA) atau kultur kuman dari
spesimen sputum/dahak sewaktu-pagi-sewaktu.
3. Untuk TB non paru, spesimen dapat diambil dari bilas
lambung, cairan serebrospinal, cairan pleura ataupun
biopsy jaringan.
4. Radiologi dengan fototoraks PA-Lateral/ top lordotik.
5. Pada TB, umumnya di apeks paru terdapat gambaran
bercak-bercak awan dengan batas yang tidak jelas atau
bila dengan batas jelas membentuk tuberkuloma.
Gambaran lain yang dapat menyertai yaitu, kavitas
(bayangan berupa cincin berdinding tipis), pleuritis
(penebalan pleura), efusi pleura (sudut kostrofrenikus
tumpul).
3
Pengobatan TB diberikan dalam 2 tahap, yaitu tahap awal
dan lanjutan
1. Tahap awal menggunakan paduan obat rifampisin,
isoniazid, pirazinamid dan etambutol.
a. Pada tahap awal pasien mendapat obat yang terdiri
dari 4 jenis (rifampisin, isoniazid, pirazinamid dan
etambutol), diminum setiap hari dan diawasi secara
langsung untuk menjamin kepatuhan minum obat
dan mencegah terjadinya kekebalan obat.
4
b. Bila pengobatan tahap awal diberikan secara
adekuat, daya penularan menurun dalam kurun
waktu 2 minggu.
c. Pasien TB paru BTA positif sebagian besar menjadi
BTA negatif (konversi) setelah menyelesaikan
pengobatan tahap awal. Setelah terjadi konversi
pengobatan dilanjutkan dengan tahap lanjut.
L. Tingkat A/B/C
Rekomendasi
M. Penelaah Kritis 1. dr. Arif Puguh Santoso, Sp.PD., M.Kes
2. dr. Adi Sumanta Sembiring, Sp.PD
3. dr. Wahyuni, Sp.PD
5
pengobatan karena sebab apapun.
4. Putus berobat (default): pasien yang tidak berobat 2
bulan berturut-turut atau lebih sebelum masa
pengobatannya selesai.
5. Gagal: Pasien yang hasil pemeriksaan dahaknya tetap
positif atau kembali menjadi positif pada bulan kelima
atau selama pengobatan.
6. Pindah (transfer out): pasien yang dipindah ke unit
pencatatan dan pelaporan (register) lain dan hasil
pengobatannya tidak diketahui.