Anda di halaman 1dari 7

PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)

TATA LAKSANA KASUS


RUMAH SAKIT MUHAMMADIYAH
SELOGIRI - WONOGIRI

TUBERKULOSIS (TB) PARU

Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh


kuman tuberkulosis (TB) yang dikenal dengan nama Mycobacterium
Tuberculosis. Sebagian besar kuman TB menyerang paru, tetapi dapat
1. Pengertian juga mengenai organ tubuh lainnya.
(Defnisi) Pasien TB paru menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk droplet
(percikan dahak).

1. Batuk berdahak ≥ 2 minggu


2. Dahak bercampur darah
2. Anamnesis 3. Berat badan turun
4. Badan lemah (malaise)
5. Berkeringat pada malam hari
6. Demam berulang lebih dari sebulan
7. Nyeri dada, sesak napas
a. Status gizi pasien kurang
3. Pemeriksaan b. Adanya suara paru tambahan (bronkial, amforik, ronkhi basah)
Fisik c. Adanya tarikan otot diafragma
d. Bekerjanya otot-otot bantu pernapasan
e. Dispneu RR > 25 kali/menit

1. Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik


4. Kriteria 2. Skrining Radiologis : Pemeriksaan Foto Thorax.
Diagnosis Gambaran radiologik Foto Thorax yang dicurigai sebagai lesi TB
aktif :
 Bayangan infiltrat / nodular di segmen apikal dan
posteriorlobus atas paru dan segmen superior lobus bawah
 Kavitas, terumata lebih dari satu, dikelilingi oleh bayangan
opak infiltrat atau nodular
 Gambaran bercak milier
 Efusi pleura unilateral (pada umumnya) atau bilateral
(jarang)
3. Pemeriksaan Laboratorium :
1) Pemeriksaan Bakteriologis
Menggunakan sampel dahak dengan mengumpulkan 2
contoh uji dahak berupa dahak Sewaktu-Pagi (SP) dan
Sewaktu-Sewaktu (SS).
2) Pemeriksaan Tes Cepat Molekuler (TCM)
Pemeriksaan dengan metode Xpert MTB/Rif. Merupakan
sarana untuk menegakkan diagnosis, namun tidak dapat
dimanfaatkan untuk evaluasi hasil pengobatan. Pada faskes
yang tidak memiliki akses langsung terhadap pemeriksaan
TCM, maka pemeriksaan harus dirujuk dengan sistem
transportasi contoh uji. Hal ini bertujuan untuk
menjangkau pasien yang membutuhkan akses terhadap
pemeriksaan tersebut serta mengurangi risiko penularan
jika pasien bepergian langsung ke laboratorium.
Hasil :
a. TB Terkonfirmasi Bakteriologis :
- TB paru BTA positif
- TB paru hasil tes cepat M.Tb positif
- TB anak yang terdiagnosis dengan pemeriksaan
bakteriologis
b. TB Terdiagnosis Klinis :
- TB paru BTA negatif dengan hasil foto thorax
mendukung TB
- TB BTA negatif yang tidak ada perbaikan klinis setelah
pemberian antibiotik non OAT, dan mempunyai faktor
risiko TB
- TB ekstra paru yang terdiagnosis laboratoris dan
histopatologis tanpa konfirmasi bakteriologis.
- TB anak yang terdiagnosis dengan sistem skoring
5. Diagnosis Sesuai kumpulan gejada dan tanda
Kerja

1. Bronkopneumonia
6. Diagnosis 2. Bronkiektasis
Banding 3. Kanker paru
4. Bronkitis Kronik
1. Darah: GDS, Hb, Leko, Ht, Trombosit, Fungsi hati, Fungsi ginjal,
7. Pemeriksaan LED, USG, ECG (jika diperlukan),
Penunjang 2. Urine lengkap

Obat Anti Tuberkulosis (OAT) :


1. OAT Lini pertama :
8. Terapi  INH (H)
 Rifampicin (R)
 Pirazinamid (Z)
 Etambutol (E)
 Streptomicin (S)
Pengobatan TB diberikan dalam 2 tahap :
1. Tahap Intensif
2. Tahap Lanjutan
Paduan OAT yang digunakan :
1. Kategori 1 (2HRZE/4H3R3)
- TB paru BTA positif
- TB paru BTA negatif, foto thorax positif
- TB ekstra paru
Paduan OAT Kategori 1 diberikan selama 6 bulan, dibagi
menjadi 2 tahapan, yaitu 2 bulan tahap awal dan 4 bulan tahap
lanjutan.
Dosis :

2. Kategori 2 (2HRZES/ HRZE/ 5H3R3E3)


- Pasien Kambuh
- Pasien Gagal
- Pasien putus obat (loss to followup)
Paduan OAT Kategori 2 diberikan selama 8 bulan, dibagi
menjadi 2 tahapan, yaitu 3 bulan tahap awal dan 5 bulan tahap
lanjutan.
Dosis :

 Cara melarutkan streptomisin vial 1 gram yaitu dengan


menambahkan aquabidest sebanyak 3,7ml sehingga menjadi
4ml. (1ml = 250mg).

9. Edukasi 1. Penyakit Tuberkulosis


(Hospital 2. PHBS pencegahan penularan Tuberkulosis
Health 3. Etika Batuk
Promotion)
Ad vitam: dubia ad bonam / malam
10. Prognosis Ad sanationam: dubia ad bonam / malam
Ad fungsionam: dubia ad bonam / malam

11. Tingkat IV
Evidens
12. Tingkat
Rekomendasi
13. Penelaah Spesialis Penyakit Dalam
Kritis
14. Indikator Pemeriksaan Bakteriologis
1. Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI).
Tuberkulosis Paru. Dalam: Rani AA, Soegondo S, Nasir AUZ, Wijaya
IP, Nafrialdi, Mansjoer A, editors. Standar Pelayanan Medik Ilmu
15. Kepustakaan Penyakit Dalam. Edisi 3. Jakarta: Pengurus Besar PAPDI, 2004. 251-5.
2. Aditama TY, et al. Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan
Tuberkulosis di Indonesia. Jakarta: Perhimpunan Dokter Paru Indonesia,
2006: 1-40.
3. Alsagaff H, Mukty A. Tuberkulosis paru. Dalam: Dasar-Dasar Ilmu
Penyakit Paru. Jakarta: Ailangga, 2002: 73-108.
4. Bahar A, Amin Z. Tuberkulosis paru. Dalam: Sudoyo AW, Setiyohadi
B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S, editors. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam. Jilid I. Edisi IV. Jakarta: Ilmu Penyakit Dalam FKUI, 2007: 988-
93.
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
TATA LAKSANA KASUS
RUMAH SAKIT MUHAMMADIYAH
SELOGIRI - WONOGIRI

TB EKSTRA PARU

Infeksi Tuberkulosis yang menyerang organ tubuh selain paru-paru, yaitu


1. Pengertian laring, kelenjar getah bening, selaput otak, usus, kulit, tulang, sendi,
(Defnisi) saluran kencing, dll

Gejala berbeda-beda tergantung lokasi organ yang terinfeksi kuman TB,


contoh :
1. TB laring : suara serak, nyeri telan
2. Meningitis TB : demam, nyeri kepala, muntah-muntah, penurunan
kesadaran
2. Anamnesis
3. Limfadenitis TB : pembesaran kelenjar, tidak nyeri, kadang
disertai nanah, konsistensi keras
4. TB tulang/sendi : nyeri pada tulang/sendi, demam
5. TB saluran pencernaan : penurunan berat badan, diare, nyeri perut,
massa abdomen, mual, muntah
1. Pembesaran kelenjar, teraba keras, kadang disertai nanah
2. Ulkus pada lidah/tenggorokan
3. Penurunan kesadaran
4. Kaku kuduk
3. Pemeriksaan 5. Peningkatan tekanan intra kranial
Fisik 6. Pupil anisokor
7. Pembengkakan sendi dan tulang
8. Abses pada persendian
9. Deformitas tulang belakang

4. Kriteria 1. Pemeriksaan Histopatologis


Diagnosis 2. Pemeriksaan Bakteriologis
3. Pemeriksaan Radiologis

5. Diagnosis Sesuai kumpulan tanda dan gejala


Kerja

6. Diagnosis 1. Keganasan
Banding 2. Infeksi bakterial non tuberkulosis
7. Pemeriksaan 3. Darah: GDS, Hb, Leko, Ht, Trombosit, BT, CT, Fungsi hati, Fungsi
Penunjang ginjal, Gol. Darah, Elektrolit (jk diperlukan),USG, ECG (jika
diperlukan),
4. Urine lengkap

Paduan OAT yang digunakan :


8. Terapi Kategori 1 (2HRZE/4H3R3)
- TB ekstra paru
Paduan OAT Kategori 1 diberikan selama 6 bulan, dibagi
menjadi 2 tahapan, yaitu 2 bulan tahap awal dan 4 bulan tahap
lanjutan.
Dosis :

Kortikosteroid diberikan pada kondisi :


1. TB meningitis
2. Sumbatan jalan napas akibat TB kelenjar (endobronkial TB)
3. Perikarditis TB
4. TB milier dengan gangguan napas yang berat
5. Efusi pleura TB
6. TB abdomen dengan asites
Obat yang digunakan adalah Prednison dengan dosis 2 mg/kgBB/hari,
sampai 4 mg/kgBB/hari pada kasus sakit berat dengan dosis maksimal 60
mg/hari selama 4 minggu. Tappering off dilakukan secara bertahap
setelah 2 minggu pemberian kecuali pada TB meningitis pemberian 4
minggu sebelum tappering off.

9. Edukasi 1. Penyakit Tuberkulosis


(Hospital 2. PHBS pencegahan penularan Tuberkulosis
Health 3. Etika Batuk
Promotion)
Ad vitam: dubia ad bonam / malam
10. Prognosis Ad sanationam: dubia ad bonam / malam
Ad fungsionam: dubia ad bonam / malam

11. Tingkat IV
Evidens
12. Tingkat
Rekomendasi
13. Penelaah Kritis Spesialis Anak
Spesialis Penyakit Dalam
Spesialis Bedah
Spesialis Kulit dan Kelamin

14. Indikator Pemeriksaan Histopatologis

1. Fauci AS, Kasper DL. Extrapulmonary Tuberculosis in Infectious


Diseases. In: Isselbacher KJ, et al, editors. Harrison’s Principles of
Internal Medicine. Volume 1. 13th Edition United State America:
McGraw Hill, 2005: 712-4.
2. Mehta JB, Dutt A, Harvill L, Mathews KM. Epidemiology of
Extrapulmonary Tuberculosisa – A Comparative Analysis with
Pre-AIDS Era. Chest 1998; 99:1134-38.
3. Antaz PR, Ding L, Hackman J, Hammock LR, Shintani AK,
15. Kepustakaan
Schiffer J, et al. Decreased CD4+ Lymphocytes and Innate
Immune Responses in Adults with Previous Ekstrapulmonary
Tuberculosis. J Allergy Clin Immunol 2006; 117:916-23.
4. Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia
(PAPDI). Tuberkulosis Paru. Dalam: Rani AA, Soegondo S, Nasir
AUZ, Wijaya IP, Nafrialdi, Mansjoer A, editors. Standar
Pelayanan Medik Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 3. Jakarta: Pengurus
Besar PAPDI, 2004. 251-5.
5. Gardjito, Widjoseno. Tuberkulosis ekstrapulmonal. Dalam:
Sjamsuhidayat, Jong WD, editors. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2.
Jakarta: EGC,2005: 25-30, 415, 725-55, 910.

Anda mungkin juga menyukai