Anda di halaman 1dari 13

PANDUAN PRAKTEK KLINIK ( PPK )

TUBERKULOSIS PARU (Kode ICD10: A16.2)

Nomor Dokumen No. Revisi Halaman


RSUD Subang
1/3

Tanggal Terbit Ditetapkan di Subang


Direktur Rumah Sakit Umum Subang

dr. ACHMAD NASUHI


NIP. 19690726 200212 1 005

Diagnosis Tuberkulosis Paru


Pengertian Penyakit infeksi di paru yang bersifat kronis dan menular
( Definisi )
disebabkan oleh Mycobakterium Tuberculosis.
Anamnesis a. Batuk berdahak >2-3 minggu
b. Batuk darah
c. Sesak nafas
d. Nyeri dada
e. Demam
f. Lemah badan
g. Penurunan nafsu makan
h. Penurunan berat badan
i. Keringat malam
Pemeriksaan a. Tidak spesifik tergantung kelainannya
Fisik
b. Bisa didapatkan:
 Rochi.
 Wheezing
Kriteria Diagnosis a. Anamnesa
b. Pemeriksaan fisik
c. Pemeriksaan sputum PS (Pagi-Sewaktu) dengan
pengecatan ZN.
d. Pemeriksaan foto toraks didapatkan gambaran khas TB
paru
e. Pemeriksaan tes cepat/Xpert MTB/RIF.
Diagnosis Kerja Tuberkulosis Paru
Diagnosa  Pneumonia (Kode ICD 10:J18.9)
Banding
 Carsinoma paru (Kode ICD 10:D14.3)
 Infeksi jamur (Kode ICD 10:ICD-10:B49)
 Bronchiectasis (Kode ICD10:J47.9)
Pemeriksaan 1. Fotothorax PA & lateral
Penunjang
2. Sputum BTA / Tes Cepat Molekuler (TCM)
3. Darah : limfositosis/monositosis, LED meningkat, Hb turun
4. Bila perlu : kultur, uji mantoux , fungsi liver.
Tatalaksana Panduan OAT dan peruntukannya
 Kategori-1 (2HRZE/4H3R3atau2HRZE/4HR)
Panduan OAT ini diberikan untuk pasien baru:
- Pasien baru TB Paru BTA positif
- Pasien TB Paru BTA negatif fototoraks positif
- Pasien TB ekstra paru

 Kategori-2 (2HRZES/HRZE/5H3R3E3)
Panduan OAT ini diberikan untuk pasien BTA positif yang
telah diobati sebelumnya:
- Pasien kambuh
- Pasien gagal
- Pasien dengan pengobatan setelah default (terputus)
Penyakit
Penyerta
Prognosis
Kriteria Pulang a. Gejala klinis berkurang
b. Konversi sputum BTA dari +-
c. Perbaikan fotothorax.
Edukasi a. Edukasi tentang terapi OAT dan efek sampingnya
b. Edukasi tentang cuci tangan, etika batuk, masker, ventilasi.
c. Edukasi PMO (Pengawas Menelan Obat)
d. Evaluasi terapi (pemeriksaan sputum dan foto toraks sesuai
program)
e. Edukasi kontrol rutin poli rawat jalan
f. Edukasi sosial (pencarian kontak serumah)

Kepustakaan 1. Standart Pelayanan Medis Penyakit Paru


2. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis,
PERMENKES, 2020
3. International Standards for TB Care,2014

Ketua Komite Medik Kepala SMF Penyakit Dalam

dr. Ocin Sei, Sp.B dr. Frengky Supriatna Sp.PD


NIP. 19751014 200701 1 002 NIP. 19610326 198803 1 003
PANDUAN PRAKTEK KLINIK ( PPK )
TUBERKULOSIS PARU RESISTEN OBAT (MDR)
(Kode ICD 10:A15.0)

Nomor Dokumen No. Revisi Halaman


RSUD Subang

Tanggal Terbit Ditetapkan di Subang


Direktur Rumah Sakit Umum Subang

dr. ACHMAD NASUHI


NIP. 19690726 200212 1 005

Diagnosis Tuberkulosis Paru Resisten Obat (MDR)


Pengertian TB resistant obat adalah TB yang disebabkan oleh kuman
( Definisi )
Mycobacterium Tuberkulosis yang telah mengalami
kekebalan terhadap OAT
Multi Drug Resistant Tuberculosis (MDRTB) adalah TB
yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium Tuberkulosis
yang telah mengalami kekebalan terhadap OAT minimal dua
(2) obat anti TB yang paling poten yaitu INH dan Rifampicin
secara bersama-sama atau disertai resisten terhadap obat
anti TB lini pertama lainnya, seperti Etambutol, Streptomycin,
dan Pirazinamid
Pre-Extensively Drug-Resistant Tuberculosis (Pre XDR-
TB) adalah M.Tuberculosis yang resisten terhadap
fluoroquinolon
Extensively Drug-Resistant Tuberculosis (XDR-TB)
adalah M.Tuberculosis yang resisten terhadap fluoroquinolon
disertai resisten terhadap minimal satu obat group A
( Bedaquilin atau Linezolid )
1. Monoresisten (TB MR ) : Mycobacterum tuberculosis
resisten terhadap salah satu jenis OAT lini pertama saja
2. Poliresisten (TB PR) : Mycobacterum tuberculosis
resisten terhadap lebih dari satu jenis OAT lini pertama
selain isoniazid (H) dan Rifampicin (R) secara
bersamaan. Resisten Rifampicin (TB RR) :
Mycobacterum tuberculosis resisten terhadap rifampicin
dengan atau tanpa resistensi terhadap OAT lain yang
terdeteksi menggunakan metode genotip (Tes Cepat
Molekuler) atau metode fenotip (Konvensional)

Secara umum resistensi terhadap obat tuberkulosis dibagi


menjadi:
a. Resistensi primer adalah apabila pasien sebelumnya
tidak pernah mendapat pengobatan TB
b. Resistensi inisial adalah apabila kita tidak tahu pasti
apakah pasiennya sudah pernah ada riwayat
pengobatan sebelumnya atau tidak
c. Resistensi sekunder adalah apabila pasien telah punya
riwayat pengobatan sebelumnya

Suspek MDRTB adalah semua orang yang mempunyai


gejala TB dan memenuhi salah satu kriteria di bawah ini:
1. Pasien TB gagal pengobatan kategori 2
2. Pasien TB pengobatan kategori 2 yang tidak konversi
setelah 3 bulan pengobatan
3. Pasien TB yang mempunyai riwayat pengobatan TB
yang tidak standart serta menggunakan quinolone dan
obat injeksi lini kedua paling sedikit selama 1 bulan
4. Pasien TB gagal pengobatan kategori 1
5. Pasien TB pengobatan kategori 1 yang tidak konversi
setelah 2 bulan pengobatan
6. Kasus TB kambuh (Relaps) dengan pengobatan OAT
kategori 1 atau 2
7. Pasien TB yang kembali setelah loss to follow up (lalai
berobat/default)
8. Terduga TB yang mempunyai riwayat kontak erat
dengan pasien TB RO termasuk dalam hal ini warga
binaan yang ada di Lapas atau Rutan, hunian padat
seperti asrama, barak dan buruh pabrik
9. Pasien Ko infeksi TB-HIV yang tidak respon secara
bakteriologis maupun klinis terhadap pemberian OAT
(bila penegakan awal tidak menggunakan TCM)

Anamnesis a. Batuk berdahak >2-3 minggu.


b. Batuk darah.
c. Sesak nafas
d. Nyeri dada
e. Demam (subfebris), kadang seperti flu
f. Lemah badan
g. Penurunan nafsu makan
h. Penurunan berat badan
i. Keringat malam
j. Adanya riwayat penyakit yang memenuhi kriteria suspek
TB RO
Pemeriksaan a. Tanda Vital
Fisik
b. Pemeriksaan Fisik : kurang spesifik namun bisa
ditemukan suara nafas bronchial, amforik, suara nafas
melemah, ronchi basah tergantung luas lesi
Kriteria Diagnosis 1. Anamnesa : mmenuhi kriteria suspek TB Resisten Obat
2. Pemeriksaan fisik
3. Pemeriksaan sputum SPS dengan pengecatan Ziehl
Niellsen
4. Hasil Gene Expert : Resistant Rifampicin
5. Hasil DST (Drug Suceptibility Test) lini 1 dan 2
Diagnosis Kerja Tuberkulosis Paru Resisten Obat (MDR)
Diagnosa a. Pneumonia (Kode ICD10:J18.9)
Banding
b. Tumor Paru (Kode ICD10:D14.3)
c. Infeksi jamur paru(Kode ICD10:ICD-10:B49)
Pemeriksaan A. Pemeriksaan Komprehensif:
Penunjang
1. Pemeriksaan sputum BTA SPS
2. Kultur Sputum
3. Foto Thorax PA/AP/Lateral
4. Pemeriksaan Darah Rutin, Kimia Klinik, dan Analisa
Gas Darah
B. Pemeriksaan Optimal
1. Foto Thorax PA/Lateral
2. DST
3. Gene Expert
4. Pemeriksaan Darah Rutin, Kimia Klinik, dan Analisa
Gas Darah, SGOT/SGPT, Asam Urat, GDS, Serum
Elektrolit, TSH, Plano Test, Tes HIV (bila status HIV
belum diketahui), EKG, Tes pendengaran, pemeriksaan
mata, pemeriksaan kejiwaan (fokus pada kecenderungan
psikosa dan kepatuhan berobat)
Tatalaksana  Kriteria Penetapan pasien untuk Panduan Pengobatan TB
RO Jangka Pendek
1. Tidak resisten terhadap Fluroquinolon
2. Tidak ada kontak dengan pasien TB pre/XDR
3. Tidak pernah mendapat OAT lini kedua selama ≥ 1 bulan
4. Tidak ada resistansi atau dugaan tidak efektif terhadap OAT
pada paduan jangka pendek (kecuali resistan INH dengan
mutasi inh A atau kat G)
5. Tidak sedang hamil atau menyusui
6. Bukan kasus TB paru berat
7. Bukan kasus TB ekstraparu berat
8. Pasien TB RO (paru ataupun ekstra paru) dengan HIV
9. Anak usia lebih dari 6 tahun
Panduan OAT TB RO Jangka Pendek : 4-6 Bdq (6
bulan)-Lfx- HDT –Z-E- Eto/ 5Lfx-Cfz-Z-E
 Kriteria Penetapan pasien untuk Panduan Pengobatan TB
RO Jangka Panjang :
1. Pasien TB RR/ MDR dengan resistansi terhadap florokuinolon
(TB pre-XDR)
2. Pasien TB XDR
3. Pasien gagal pengobatan jangka pendek sebelumnya
4. Pasien TB RO yang pernah mendapatkan OAT lini kedua
selama ≥ 1 bulan
5. Pasien TB RR/ MDR yang terbukti atau diduga resistan
terhadap Bedaquiline, Clofazimine atau Linezolid
6. Pasien TB MDR dengan hasil LPA terdapat mutasi pada inhA
dan katG
7. Pasien TB RR/MDR paru dengan lesi luas, kavitas di kedua
lapang paru
8. Pasien TB RR/MDR ekstra paru berat atau dengan komplikasi
(yang harus diobati jangka panjang), seperti TB meningitis, TB
tulang, TB spondilitis, TB milier, TB perikarditis, TB abdomen
9. Pasien TB RO dengan kondisi klinis tertentu, misalnya alergi
berat / intoleran terhadap obat-obatan pada paduan jangka
pendek
10. Ibu hamil, menyusui

Panduan OAT TB RO Individual (3 group A+ 2 group


B) : 6 Bdq-Lfx/Mfx- Lzd-Cfz-Cs/14 Lfx/Mfx-Lnz-Cfz-Cs

Penyakit
Penyerta
Prognosis Ad vitam : dubia ad malam
Ad sanationam: dubia ad malam
Ad fungsionam: dubia ad malam
Kriteria Pulang 80 % pasien MDR TB tegak diagnosis dan terapi dalam 7
hari, serta dapat diserah terimakan dalam 14 hari sesuai hasil
hari dengan tim ahli sebelumnya
Edukasi a. Edukasi tentang terapi OAT MDR dan efek sampingnya
b. Edukasi kontrol lingkungan (cara batuk, masker, ventilasi)
c. Edukasi Pengawas Menelan Obat
d. Evaluasi Terapu (pemeriksaan sputum, lab, dan foto thorax
sesuai program)
e. Edukasi kontrol rutin poli MDR
f. Edukasi sosisal (pencarian kontak serumah)
Kepustakaan 1. Direktorat jenderal pengendalian penyakit dan
penyehatan lingkungan kementrian kesehatan republik
indonesia. 2020. Pedoman nasional pengendalian
tuberkulosis.Jakarta
2. Direktorat jenderal pengendalian penyakit dan
penyehatan lingkungan kementrian kesehatan republik
indonesia. 2020. Petunjuk Teknis penatalaksanaan TB
MDR.Jakarta
3. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. 2011.
Tuberkulosis. Jakarta
4. Smith,I. 2003. Mycobacterium tuberculosis
Pathogenesis and Molecular Determinants of
Virulence.Clin Microbio l Rev.16(3):463-496
5. WHO treatment guideline,for drugresistant tuberculosis
2020

Ketua Komite Medik Kepala SMF Penyakit Dalam

dr. Ocin Sei, Sp.B dr. Frengky Supriatna Sp.PD


NIP. 19751014 200701 1 002 NIP. 19610326 198803 1 003
PANDUAN PRAKTEK KLINIK ( PPK )
POST TB PARU (Kode ICD10:B90.9)

Nomor Dokumen No. Revisi Halaman


RSUD Subang
Tanggal Terbit Ditetapkan di Subang
Direktur Rumah Sakit Umum Subang

dr. ACHMAD NASUHI


NIP. 19690726 200212 1 005

Diagnosis Post TB Paru


Pengertian ( Definisi ) TB Paru yang telah dinyatakan sembuh
Anamnesis a. Batuk
b. Batuk darah.
c. Sesak
d. Nyeri dada
e. Demam (subfebris), kadang seperti flu
f. Keringat malam

Pemeriksaan Fisik a. Tidak spesifik tergantung kelainannya


b. Bisa didapatkan:
 Rochi.
 Wheezing

Kriteria Diagnosis a. Batuk >2minggu, bisa batuk darah


b. Keringat malam
c. Sumer-sumer
d. Sputum BTA
e. Foto thorax sesuai gambaran TB.

Diagnosis Kerja Post TB Paru


Diagnosa Banding a. Pneumonia (Kode ICD 10:J 18.9)
b. Carsinoma Paru (Kode ICD10:C34.9)
c. Infeksi jamur (Kode ICD10:B49)
d. Bronchicetasis (Kode ICD10:J.47)

Pemeriksaan a. Foto thorax PA & lateral


Penunjang
b. Sputum BTA
c. LED >30mm/jam
d. Hitung jenis biasanya lymfosit meningkat
e. Bila perlu ; kultur, uji mantoux, fungsi lever.

Tatalaksana a. Penderita TB yang telah dinyatakan sembuh


sebaiknya tetap dievaluasi minimal dalam 2 tahun
pertama setelah sembuh, hal ini dimaksudkan untuk
mengetahui kekambuhan
b. Evaluasi meliputi mikroskopis BTA dahak dan
fotothorax. BTA dahak pada 3, 6, 12, dan 24 bulan
(sesuai indikasi/bila ada gejala) setelah dinyatakan
sembuh. Evaluasi foto thorax pada 6, 12, 24 bulan
setelah dinyatakan sembuh (bila ada kecurigaan TB
kambuh)
c. Terapi simtomatik
d. Fisioterapi

Penyakit Penyerta
Prognosis
Kriteria Pulang a. Gejala klinis tidak ada
b. Konversi iputum BTA dari + menjadi -
c. Perbaikan foto thorax.

Edukasi a. Makanan bergizi.


b. Istirahat cukup.

Kepustakaan PDPI, 2006. Tuberkulosis. Pedoman Diagnosa &


Penatalaksanaan di Indonesia

Ketua Komite Medik Kepala SMF Penyakit Dalam

dr. Ocin Sei, Sp.B dr. Frengky Supriatna Sp.PD


NIP. 19751014 200701 1 002 NIP. 19610326 198803 1 003

Anda mungkin juga menyukai