Anda di halaman 1dari 3

TERAPI ARV PADA PENDERITA KO-INFEKSI

TB-HIV

No.Dokumen :
No.Revisi :
SOP
Tanggal Terbit : 2/8/2022
Halaman :
UPTD
Herni, SKM
PUSKESMAS
NIP. 19870519 199903 1 003
DELATOPE
1. Pengertian Pemberian terapi ARV pada penderita HIV dengan ko-infeksi TB HIV baik dengan
gejala TB BTA positif ataupun TB BTA negatif rontgen positif.
2. Tujuan Memberikan petunjuk pemberian terapi ARV pada penderita ko-infeksi
tuberkulosis (TB) dan Human Immunodeficiency Virus (HIV), sehingga
menurunkan angka mortalitas.
3. Kebijakan SK Kepala Puskesmas No......................................tentang jenis-jenis pelayanan di
Puskesmas Delatope
4. Referensi
5. Prosedur Alur diagnosis, penatalaksanaan dan evaluasi TB paru pada ODHA pada
fasilitas pelayanan kesehatan antara lain :
1. Dengan gejala yang menjurus TB
a. Anamnesis adanya gejala Trias TB (batuk lama, penurunan
berat badan, keringat malam).
b. Ekplorasi TB ekstra pulmonal (misalnya : pembesaran kelenjar
getah bening, TB miliar, efusi pleura, TB genital, TB spondilitis)
c. Pemeriksaan foto thorax
d. Pemeriksaan BTA sputum (S-P-S)
e. Kultur sputum dan tes kepekaan anti tuberculosis untuk M.
tuberculosis.
2. Temukan HIV pada penderita TB dengan faktor resiko
a. Penderita TB dengan riwayat penggunaan narkoba suntik (intravenous
drug users = IDU)
b. Penderita TB dengan riwayat seks bebas
c. Penderita TB ekstra pulmonal usia muda
d. PenderitaTB dengan kuman penyebab multi drug resistant (MDR).
3. Pemeriksaan laboratorium awal sebelum pengobatan (baseline)
a. Pemeriksaan hematologi dasar (darah lengkap)
b. Pemeriksaan fungsi hati (SGOT, SGPT)
c. Pemeriksaan hitung CD4
4. Obati TB sesuai panduan DOTS
a. Semua ODHA TB yang belum pernah diobati harus diberi paduan OAT
lini pertama.
b. ODHA dengan TB yang pernah diobati dan dinyatakan gagal terapi
atau putus obat, maka diberikan paduan OAT kategori 2 yaitu :
- Fase awal : 2 bulan injeksi Streptomisin, INH, RIF, PZA dan EMB
diberikan setiap hari, selanjutnya 1 bulan INH, RIF, PZA dan EMB
diberikan setiap hari
- Fase lanjutan : 5 bulan INH, RIF dan EMB diberikan setiap hari
5. Pengobatan Anti retro Viral (ARV)
a. Pengobatan untuk TB harus dimulai terlebih dahulu sebelum
memulai pengobatan ARV
b. Pertimbangkan nilai CD 4 sebelum memulai ARV.
c. Bila CD 4 < 200 se/ mm 2, maka ARV dimulai setelah 2 bulan fase
intensif.
d. Bila CD 4 < 50 sel/mm2, maka ARV dimulai segera setelah penderita
dapat mentolerir obat-obat anti tuberculosis (OAT)
e. ARV lini pertama untuk penderita yang mendapat pengobatan
OAT dan ARV adalah Zidovudin (ZDV)/ Lamivudin (3TC) atau
d4T/3TC ditambah dengan salah satu obat golongan Non-nucleocide
Reverse Transcriptase Inhibitor (NNRTI)/Abacair (ABC).
f. Jika dipakai rejimen yang mengandung NNRTI, maka Evavirenz
(EFZ) lebih dianjurkan karena toksisitas heparnya lebih rendah
dibandingkan Nevirapine (NVP).
g. Semua protease inhibitor tidak boleh digunakan selama
pengobatan OAT yang mengandung rifampicin, kecuali saquinavir
(SQV/r)
6. Lakukan evaluasi
a. Evaluasi efek samping ARV dan OAT sesuai dengan kombinasi obat
yang dipilih.
b. Evaluasi apakah terjadi Immune Reconstitution Inflamatory Syndrome
(IRIS)
c. Evaluasi hitung CD 4 tiap 3 bulan
d. Evaluasi viral load tiap 6-12 bulan.
e. Pemberian Kotrimoksasol pada ODHA dengan TB
7. Pemberian kotrimoksazol dosis 1 x 960 mg per hari selama mendapat
terapi OAT tanpa menilai berapapun jumlah CD4. Apabila pengobatan OAT
selesai dan CD4 >200 maka pemberian kotrimoksazol dapat dihentikan,
tetapi bila CD4 < 200 maka kotrimoksazol diteruskan dengan dosis yang
sama sampai CD4 > 200 sel/mm3.
6. Unit 1. Poli Umum
Terkait 2. Poli TB

7. Dokumen
Terkait

Anda mungkin juga menyukai