Anda di halaman 1dari 26

KARIES GIGI DAN STATUS GIZI ANAK

DISUSUN OLEH

drg. EMMA SUKMAWATI


NIP. 19600220 198709 2 001
1
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut Sestem Kesehatan Nasional 2004 tujuan pembangunan

kesehatan adalah meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan

hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan

masyarakat yang setinggi-tingginya. GBHN juga menetapkan tujuan untuk

membangun manusia seutuhnya yaitu membangun badan fisik biologis

dan mental spiritual serta membangun masyarakat Indonesia seluruhnya

yang berarti menjamin adanya peningkatan taraf hidup semua lapisan

masyarakat.

Anak yang sehat dan normal akan tumbuh sesuai dengan potensi

genetik yang dimilikinya. Pertumbuhan juga dipengaruhi oleh asupan zat

gizi yang dikonsumsi dalam bentuk makanan, kekurangan atau kelebihan

gizi akan dimanisfestasikan dalam bentuk pertumbuhan yang

menyimpang dari pola standar. Pertumbuhan fisik sering dijadikan

indikator untuk mengukur status gizi baik individu maupun populasi

(Khomsan, 2003)

Faktor gizi berpengaruh terhadap pengembangan kwalitas sumber

daya manusia yang mencakup dimensi kemampuan tubuh untuk bertahan

terhadap penyakit akut atau kronis, produktivitas kerja dan prestasi. Pada

masa pertumbuhan anak, gizi akan berpengaruh pada kwalitas

intelektual, prestasi belajar, dan pertumbuhan fisik (Seto, 2001). Tumbuh

2
kembang dan kesehatan anak antara lain dipengaruhi oleh gizi, penyakit

termasuk problema gigi, dan lingkungan baik fisik maupun sosial

(Departemen Kesehatan, 1995).

Penundaan pemberian perhatian pemeliharaan gizi yang tepat

terhadap anak-anak akan menurunkan nilai potensi mereka sebagai

sumberdaya pembangunan masyarakat dan ekonomi nasional. Anak-

anak memerlukan penanganan serius ketersedian zat-zat gizi sedini

mungkin karena kekurangan gizi adalah penyebab utama kematian bayi

dan anak-anak, meningkatnya angka kesakitan dan menurunnya

kecerdasan anak dan menurunnya daya tahan tubuh manusia

(Budiyanto , 2009)

Penyakit gigi dan mulut menjadi masalah kesehatan masyarakat

terutama penyakit karies gigi. Penyakit tersebut menimbulkan gangguan

fungsi pengunyahan yang dapat menyebabkan terganggunya penyerapan

dan pencernaan makan. Sedangkan gigi ganggrene (busuk) merupakan

fokal infeksi yang dapat menimbulkan penyakit atau infeksi pada organ

tubuh lain (Dep Kes 1991). Adanya gigi berlubang akan menimbulkan

rasa sakit terutama waktu mengunyah, sehingga anak takut makan. Anak

akan cenderung memilih makanan yang lembut daripada makanan yang

keras dan berserat. Hal tersebut dapat menyebabkan gangguan

pertumbuhan rahang, juga pola makan menjadi tidak seimbang sehingga

anak bisa menjadi kegemukan atau sulit makan, yang mengakibatkan

berat badan kurang (Dep Kes 1995). Ketika anak merasakan sakit gigi

membuat anak malas makan atau hilang selera makan dan akan

menimbulkan pengunyahan yang tidak sempurna. Sehingga anak-anak


3
rawan kekurangan gizi dampak lainnya kemampuan belajar turun

sehingga berpengaruh pada prestasi belajar anak (www.depkes.go.id).

Pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut pada anak usia pra

sekolah (TK) sangat penting karena anak pada usia ini sedang dalam

masa pertumbuhan yang pesat, maka gigi geligi yang sehat diperlukan

agar anak dapat mengunyah makanan dengan sempurna sehingga sari-

sari makanan dapat diserap dengan baik. Gigi yang mengalami karies

mengakibatkan kerusakan pada jaringan keras gigi. Bila dibiarkan gigi

akan terkena infeksi sehingga anak tidak dapat mengunyah dengan baik

(Dep Kes RI 1995).

B. Tujuan

Untuk mengetahui akibat karies gigi anak balita pada status gizi anak

balita.

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Karies

1. Definisi Karies

Karies dentis berasal dari bahasa latin, berarti ”lubang gigi” dan

ditandai oleh rusaknya email dan dentin yang progesif yang

disebabkan oleh keaktifan metabolisme plak bakteri. Proses karies

mulai dari permukaan gigi dan terus berpenetrasi makin kedalam

(www.multiply.com).

Kidd (1992) karies adalah suatu penyakit jaringan keras gigi

yaitu email, dentin dan cementum, yang disebabkan oleh aktivitas

suatu jasad renik dalam suatu karbohidrat yang diragikan.

Martariwansyah (2008) karies adalah penyakit jaringan keras

gigi akibat aktivitas bakteri sehingga terjadilah (melunaknya) jaringan

keras gigi yang diikuti terbentuknya kavitas (rongga).

2. Penggolongan Karies

Karies di golongkan berdasarkan keparahan atau kecepatan

berkembangnya . karies ringan jika yang terkena adalah daerah yang

memang sangat rentan terhadap karies misalnya permukaan oklusal

gigi molar permanen. Dikatakan moderat jika karies meliputi

permukaan oklusal dan proksimal gigi posterior dan dikatakan parah

5
jika karies telah menyerang gigi anterior, suatu daerah yang biasanya

bebas karies (kidd, 1992).

Karies dibedakan letak lokasi pembusukan gigi yaitu :

a. Pembusukan permukaan yang licin atau rata. Sebuah karies

dimulai sebagai bintik putih dimana bakteri melarutkan kalsium

dari email.

b. Pembusukan lubang dan lekukan. Terbentuk pada gigi belakang

yaitu didalam lekukan yang sempit pada permukaan gigi untuk

mengunyah dan pada bagian gigi yang berhadapan dengan pipi.

c. Pembusukan akar gigi. Berawal dari jaringan yang menyerupai

tulang, yang membungkus permukaan akar (cementum).

Pembusukan ini sering terjadi karena penderita mengalami

kesulitan dalam membersihkan daerah akar gigi dan makanan

yang kaya akan gula.

d. Pembusukan dalam email. Pembusukan di dalam lapisan gigi

paling luar dan keras, tumbuh secara perlahan. Setelah

menembus kedalam lapisan kedua (dentin), pembusukan akan

lebih cepat dan masuk dalam lapisan gigi paling dalam yang

mengandung saraf dan pembuluh darah (pulpa)

(medicastore.com).

Berdasarkan daerah anatomis tempat karies itu timbul, lesi

bisa dimulai pada pit dan fissur atau pada permukaan halus. Lesi

permukaan halus di mulai pada email atau cementum dan dentin yang

6
terbuka (karies akar). Kemungkinan lain karies bisa timbul pada

tepian tambalan (restorasi) ini disebut karies rekuren atau karies

sekunder. Sedangkan kerusakan yang meliputi beberapa gigi yang

cepat sekali terjadinya, sering kali meliputi permukaan gigi yang

biasanya bebas karies disebut rampan karies. Terminologi yang

menggambarkan suatu lesi karies yang tidak berkembang adalah

karies berhenti, yang biasanya dijumpai pada lingkungan mulut (oral)

telah berubah dari yang menahan plak tadinya memudahkan

timbulnya karies ke keadaan yang cenderung untuk menghentikan

karies (kidd 1992).

Macam-macam karies yaitu

a. Karies superfisialis atau karies email yaitu gigi berlubang yang

hanya mengenai lapisan gigi terluar.

b. Karies media atau karies dentin yaitu gigi berlubang yang sudah

mengenai lapisan dentin.

c. Karies profunda atau karies pulpa yaitu gigi berlubang yang sudah

mengenai jaringan pulpa (Martariwansyah, 2008).

Klasifikasi karies gigi menurut G.V. Black yang di gunakan untuk

menentukan perawatan pasien yaitu :

a. Klas I yaitu karies pada permukaan oklusal yaitu pada 2/3 oklusal,

baik permukaan labial, lingual, palatal atau buccal dari gigi geligi.

7
b. Klas II yaitu karies yang terdapat pada permukaan aprokximal dari

gigi belakang termasuk karies yang menjalar ke permukaan

oklusal.

c. Klas III yaitu karies yang terdapat pada permukaan aproximal dari

gigi depan dan belum mengenai incisal edge.

d. Klas IV yaitu karies yang terdapat pada aproximal gigi depan dan

sudah mengenai incisal edge.

e. Klas v yaitu karies yang terdapat pada 1/3 cervical dari permukaan

buccal/labial atau lingual/palatal gigi.

f. Klas VI yaitu karies yang terdapat pada daerah incisal edge gigi

depan atau pada ujung cups dari gigi belakang.

3. Penyebab Karies

Penyebab karies adanya bakteri streptococcus mutans dan

lactobacilli. Bakteri spesifik inilah yang mengubah glukosa dan

karbohidrat pada makanan menjadi asam melalui proses fermentasi.

Asam terus di produksi oleh bakteri dan akhirnya merusak struktur

gigi sedikit demi sedikit dan akan merusak lapisan email gigi. Bakteri

akan mengikuti jalan yang sudah dibuat oleh asam dan menginfeksi

lapisan berikutnya yaitu dentin. Jika tidak dirawat, proses ini akan

terus berjalan sehingga lubang akan semakin dalam (pratiwi D,2007).

Hal-hal yang mendukung terjadinya karies gigi yaitu

8
a. Gigi yang peka yaitu gigi yang mengandung sedikit fluor atau

memiliki lubang, lekukan maupun alur yang menahan plak.

b. Bakteri, mulut mengandung sejumlah bakteri, tetapi hanya bakteri

jenis tertentu yang menyebabkan pembusukan gigi. Yang paling

sering adalah bakteri streptococcus mutans.

c. Sisa-sisa makanan. Dalam keadaan normal, di dalam mulut

terdapat bakteri yang mengubah semua makanan (terutama gula

dan karbohidrat) menjadi asam.

Bakteri, asam, sisa makanan dan ludah bergabung

membentuk bahan lengket yang disebut plak yang menempel pada

gigi (Medicastore.com).

Banyak sekali faktor yang menyebabkan karies. Faktor utama

yang menyebabkan karies antara lain :

a. Gigi dan air ludah. Bentuk gigi yang tidak beraturan dan air ludah

yang banyak lagi kental mempermudah terjadinya karies.

b. Ada bakteri penyebab karies yaitu streptococcus dan lactobacillus.

c. Makanan yang dikonsumsi makanan yang mudah lengket dan

menempel di gigi seperti permen dan coklat memudahkan

terjadinya karies.

Sementara itu faktor lain yang turut andil adalah tingkat

kebersihan mulut, frekwensi makan, usia, jenis kelamin dan penyakit

yang sedang di derita seperti kencing manis dan Tuberkolose (TB)

9
serta sikap atau perilaku terhadap pemeliharaan kesehatan gigi

(www.asysyariah.com).

Penyebab karies gigi pada anak sama dengan gigi dewasa

yaitu larutnya mineral email gigi karena lamanya asam yang

menempel pada gigi. Terpendamnya sisa makanan dan minuman

pada gigi dapat menimbulkan bakteri dalam mulut yang dapat

merubah gula menjadi asam. Pada balita saat tidur sambil

mengkonsumsi nutrisi seperti susu, ASI dan lainnya. Hal ini

merupakan sumber awal terjadinya karies pada anak-anak di bawah 6

tahun.

Beberapa jenis karbohidrat makanan misalnya sukrosa dan

glukosa, dapat diragikan oleh bakteri tertentu dan membentuk asam

sehingga PH plak akan menurun sampai dibawah 5 dalam waktu 1-3

menit. Penurunan PH yang berulang-ulang dalam waktu tertentu akan

mengakibatkan demineralisasi permukaan gigi yang rentan dan

proses kariespun dimulai. Paduan keempat faktor penyebab tersebut

kadang-kadang digambarkan sebagai empat lingkaran yang

bersitumpang. Karies baru bisa terjadi hanya kalau keempat faktor

tersebut diatas ada.

10
MIKROORGANISME

HOST

(gigi&saliva SUBSTRAT

&SALIVA)

KARIES
WAKTU

Gambar 1 : Empat Lingkaran yang Menggambarkan Paduan


Faktor Penyebab Karies. Sumber : Dasar-dasar Karies, Penyakit
dan Penanggulangannya. Kidd & Bechal, 1992.

4. Akibat dari Karies

Gigi yang mengalami karies atau keropos mengakibatkan

kerusakan pada jaringan keras gigi. Bila dibiarkan gigi akan terkena

infeksi sehingga anak tidak dapat mengunyah dengan baik (Dep Kes

1995). Rasa sakit tergantung pada sensitivitas gigi Anda terhadap

rangsangan. Biasanya, Anda merasa ngilu setelah menikmati makanan

atau minuman yang manis, panas atau dingin (caninews. Com).

Jika kerusakan telah mencapai dentin, biasanya mengeluh sakit

atau timbul ngilu setelah makan atau minum manis, asam, panas atau

dingin. Apabila seorang pasien mengeluh rasa sakit bukan hanya

setelah makan saja berarti kerusakan gigi sudah mulai mencapai

pulpa. Kerusakan pulpa yang akut akan terjadi apabila keluhan sakit

terjadi terus-menerus yang akhirnya menggangu aktivitas sehari-hari

(Pratiwi, 2007). Apabila karies tidak dirawat dengan suatu tumpatan,

karies akan berlanjut menghancurkan gigi, karies akan menjadi besar

dan sampai pulpa. Pasien akan mengeluh sakit gigi terus menerus
11
(Frencken, 1999). Bakteri yang sudah mengenai pulpa akan

menyebabkan peradangan pada pulpa (Pulpitis) dan jika dibiarkan

tanpa pengobatan, tidak menutup kemungkinan akan mengakibatkan

kematian pulpa (gangrene pulpa). Pada kondisi ini, gigi menjadi mati

(nonvital) sehingga besar peluangnya menjadi sumber infeksi (fokal

infeksi). Oleh karena itu, tidak heran jika terkadang dapat

mengakibatkan pembengkaan pada gusi akibat menyebarnya bakteri

sampai ke ujung akar gigi yang akhirnya membentuk abces

(Martariwansyah, 2008).

Akibat dari karies gigi adalah terganggunya fungsi pengunyahan

(mastikasi) akibat gangguan pengunyahan dapat berpengaruh pada

asupan makanan. Dengan demikian diduga adanya gangguan

pengunyahan tersebut dapat berpengaruh terhadap status gizi (pusat

data dan jurnal.com).

B. Status Gizi

Konsumsi gizi makanan pada seseorang dapat menentukan

tercapainya tingkat kesehatan, atau sering disebut status gizi. Apabila

tubuh berada dalam tingkat kesehatan gizi optimal, dimana jaringan

jenuh oleh semua zat gizi, maka di sebut gizi optimal. Dalam kondisi

demikian tubuh terbebas dari penyakit dan mempunyai daya tahan yang

setinggi-tingginya. Apabila konsumsi gizi makanan pada seseorang tidak

seimbang dengan kebutuhan tubuh, maka akan terjadi kesalahan akibat

gizi (malnutrisi). Malnutrisi ini mencakup kelebihan nutrisi atau gizi

12
disebut gizi lebih (overnutrisi) dan kekurangan gizi atau gizi kurang

(undernutrition) (Notoatmojo, 2003).

Pemeliharaan gizi anak sangat menentukan pertumbuhan

fisiknya. Selain itu organ dan jaringan tubuh baru dapat berfungsi secara

sempurna bila seseorang memperoleh makanan yang cukup dan bergizi

seimbang. Kekurangan gizi pada anak balita dapat mengakibatkan

gangguan. Sehingga perlu dilakukan pemantauan pertumbuhan anak

balita melalui pemantauan status gizi (Dep Kes, 1995).

Konsumsi makanan berpengaruh terhadap status gizi seseorang.

Status gizi baik atau status gizi optimal terjadi bila tubuh memperoleh

cukup zat-zat gizi yang digunakan secara efisien, sehingga

memungkinkan pertumbuhan fisik, perkembangan otak, kemampuan

kerja dan kesehatan secara umum pada tingkat setinggi mungkin. Status

gizi kurang terjadi bila tubuh mengalami kekurangan satu atau lebih zat-

zat gizi asensial. Status gizi lebih terjadi bila tubuh memperoleh zat-zat

gizi dalam jumlah berlebihan, sehingga menimbulkan efek toksis atau

membahayakan. Baik status gizi kurang maupun gizi lebih terjadi

gangguan gizi. Gangguan gizi disebabkan oleh faktor primer atau

sekunder. Faktor primer adalah bila susunan makanan seseorang salah

dalam kuantitas atau kwalitas yang disebabkan oleh kurangnya

penyediaan pangan, kurang baiknya distribusi pangan, kemiskinan,

ketidaktahuan, kebiasaan makan yang salah. Faktor sekunder meliputi

semua faktor yang menyebabkan zat-zat gizi tidak sampai di sel-sel

tubuh setelah makanan di konsumsi. Misalnya faktor-faktor yang

menyebabkan terganggunya pencernaan, seperti gigi geligi yang tidak


13
baik, kelainan struktur saluran cerna dan kekurangan enzim (Almatsier A,

2002).

Faktor-faktor yang mempengaruhi asupan makanan adalah

lingkungan keluarga, media, teman sebaya, dan penyakit. Penyakit dapat

menurunkan nafsu makan dan asupan makanan. Penyakit akut walaupun

berlangsung singkat dapat singkat meningkatkan kebutuhan air, protein

dan zat makanan lainnya (Seto S, 2002)

Pangan menyediakan unsur-unsur kimia tubuh yang dikenal

sebagai zat gizi. Zat gizi tersebut menyediakan tenaga bagi tubuh,

mengatur proses dalam tubuh dan membuat lancarnya pertumbuhan

serta memperbaiki jaringan tubuh. Susunan pangan dalam makanan

yang seimbang adalah susunan bahan pangan yang dapat menyediakan

zat gizi penting dalam jumlah cukup yang diperlukan tubuh untuk tenaga,

pemeliharaan, pertumbuhan, dan perbaikan jaringan. Berdasarkan

asupan gizi tersebutlah seseorang akan mempunyai status gizi. Secara

umum ada tiga status gizi yaitu status gizi kurang, status gizi seimbang

(normal) dan status gizi lebih (Budianto AK, 2009).

Status gizi merupakan cerminan kualitas dan kuantitas pasokan

zat gizi makanan yang dikonsumsi dan kemampuan tubuh untuk

memanfaatkan secara optimal (bulletin gizi kita, 2005). Tingkat

kesehatan balita dipengaruhi oleh konsumsi makanan, penyerapan dan

penggunaannya oleh tubuh juga disebut status gizi (Bulletin gizi kita,

2007). Bila manusia kekurangan zat-zat gizi yang diperlukan tubuh maka

akan menimbulkan masalah kesehatan, daya tahan tubuh menurun,

14
sehingga mudah terserang penyakit atau infeksi. Oleh sebab itu

kebutuhan gizi setiap individu harus terpenuhi agar tubuh tetap sehat

(Bulletin gizi kita, 2008).

Faktor- faktor yang mempengaruhi status gizi yaitu Faktor yang

menyebabkan kurang gizi telah diperkenalkan UNICEF dan telah

digunakan secara internasional, yang meliputi beberapa tahapan

penyebab timbulnya kurang gizi pada anak balita, baik penyebab

langsung, tidak langsung, akar masalah dan pokok masalah.

Berdasarkan Soekirman dalam materi Aksi Pangan dan Gizi nasional

(Depkes, 2000 cit rajawali. com), penyebab kurang gizi dapat dijelaskan

sebagai berikut:

Pertama, penyebab langsung yaitu makanan anak dan penyakit

infeksi yang mungkin diderita anak. Penyebab gizi kurang tidak hanya

disebabkan makanan yang kurang tetapi juga karena penyakit. Anak

yang mendapat makanan yang baik tetapi karena sering sakit diare atau

demam  dapat menderita kurang gizi. Demikian pada anak yang

makannya tidak cukup baik maka daya tahan tubuh akan melemah dan

mudah terserang penyakit. Kenyatannya baik makanan maupun penyakit

secara bersama-sama merupakan penyebab kurang gizi.

Kedua, penyebab tidak langsung yaitu ketahanan pangan di

keluarga, pola pengasuhan anak, serta pelayanan kesehatan dan

kesehatan lingkungan. Ketahanan pangan adalah kemampuan keluarga

untuk memenuhi kebutuhan pangan seluruh anggota keluarga dalam

jumlah yang cukup dan baik mutunya. Pola pengasuhan adalah


15
kemampuan keluarga untuk menyediakan waktunya, perhatian dan

dukungan terhadap anak agar dapat tumbuh dan berkembang secara

optimal baik fisik, mental, dan sosial. Pelayanan kesehatan dan sanitasi

lingkungan adalah tersedianya air bersih dan sarana pelayanan

kesehatan dasar yang terjangkau oleh seluruh keluarga.

Faktor-faktor tersebut sangat terkait dengan tingkat pendidikan,

pengetahuan, dan ketrampilan keluarga. Makin tinggi pendidikan,

pengetahuan dan ketrampilan terdapat kemungkinan makin baik tingkat

ketahanan pangan keluarga, makin baik pola pengasuhan anak dan

keluarga makin banyak memanfaatkan pelayanan yang ada. Ketahanan

pangan keluarga juga terkait dengan ketersediaan pangan, harga

pangan, dan daya beli keluarga, serta pengetahuan tentang gizi dan

kesehatan (Rajawali.com)

Kelompok rentan gizi adalah suatu kelompok dalam masyarakat

yang paling mudah menderita gangguan kesehatannya atau rentan

karena kekurangan gizi. Biasanya kelompok rentan gizi berhubungan

dengan proses kehidupan manusia, kelompok ini terdiri dari kelompok

umur tertentu dalam siklus kehidupan manusia. Pada kelompok-kelompok

umur tersebut berada pada suatu siklus pertumbuhan dan perkembangan

yang memerlukan zat-zat gizi dalam jumlah yang lebih besar dari

kelompok yang lain. Kekurangan zat gizi maka akan terjadi gangguan gizi

atau kesehatannya. Kelompok anak balita merupakan umur yang rawan

gizi dan rawan penyakit (Notoatmojo, 2003).

16
Salah satu masalah pokok kesehatan di negara-negara sedang

berkembang adalah masalah gangguan terhadap kesehatan masyarakat

yang disebabkan oleh kekurangan gizi. Menurut tingkatannya keadaan

gizi dapat di golongkan dalam tiga tingkat yaitu keadaan gizi lebih,

keadaan gizi baik, dan keadaan gizi kurang. Gizi baik akan dapat dicapai

dengan memberi makan yang seimbang bagi tubuh menurut kebutuhan.

Sedang gizi kurang menggambarkan ketidak seimbangan (kekurangan)

makanan yang di makan dengan kebutuhan tubuh (Budianto AK, 2009).

Dalam menjaga agar anak tetap sehat dari segi gizi diperlukan

dua hal penting yaitu :

1. Anak diberi makanan yang cukup dengan menu seimbang. Sesuai

dengan tingkat pertumbuhan jasmaninya, anak memerlukan makanan

yang bergizi tinggi dan mudah di cerna.

2. Anak diikuti pertumbuhan jasmaninya dengan memantau berat badan

dan tinggi badan secara teratur tiap bulan. Anak yang sehat,

bertambah umur bertambah berat, yang mengikuti pola standar

seperti grafik pertumbuhan pada Kartu Menuju Sehat (KMS). Anak

yang pertumbuhannya normal adalah anak yang berat badannya

berada dalam lajur hijau sampai hijau kekuningan diatas garis titik-titik

dalam KMS. Setiap anak mempunyai pola pertumbuhannya sendiri

sehingga anak yang sama umurnya, berat atau tinggi badannya

mungkin berbeda jauh tetapi keduanya masih normal. Bila anak

dalam dua bulan berturut-turut tidak naik berat badannya, biasanya

ada sesuatu hal yang menyebabkannya misalnya penyakit atau

17
jumlah makanan yang dimakan kurang. Bila hal ini terjadi, anak perlu

diperiksa lebih lanjut di Puskesmas atau tempat pelayanan kesehatan

lainnya (DepKes, 1995).

Ada beberapa jenis parameter yang dilakukan untuk mengukur

tubuh manusia yaitu umur, berat badan, tinggi badan, lingkar lengan

atas, lingkar kepala, lingkar dada, lingkar pinggul, dan tebal lemak bawah

kulit (Hadi, 2002; soetjiningsih, 1998;supasiasa, dkk, 2001; Nurrahmah,

2001cit rajawana.com).

1. Umur

Faktor umur sangat penting dalam penentuan gizi. Kesalahan

penentuan umur akan menyebabkan interpretasi status gizi menjadi

salah sehingga hasil pengukuran berat badan dan tinggi badan tidak

akan berarti. Berdasarkan puslitbang gizi Bogar (1980), batas umur

yang digunakan adalah tahun penuh dan untuk anak 0-24 bulan

digunakan bulan penuh.

2. Berat Badan

Berat badan merupakan hasil peningkatan atau penurunan semua

jaringan yang ada pada tubuh antara tulang, otot, lemak, dan cairan

tubuh. Parameter ini yang paling baik untuk melihat perubahan yang

terjadi dalam waktu singkat karena konsumsi makanan dan kondisi

kesehatan (Soetjingngsih, 1998). Penentuan berat badan dilakukan

dengan cara menimbang.

18
3. Tinggi Badan

Tinggi badan merupakan ukuran antromentrik kedua yang cukup

penting. Keistimewaan bahwa ukuran tinggi badan akan meningkat

terus pada waktu pertumbuhan sampai mencapai tinggi optimal. Di

samping itu tinggi badan dapat dihitung dengan membandingkan

berat badan dapat mengesampingkan umur.

4. Lingkar Kepala

Lingkar kepala untuk mengetahui volume intracranial dan dipakai

untuk menafsir pertumbuhan otak. Apabila kepala tumbuh tidak

normal maka kepala akan mengecil dan menunjukan reterdasi mental

sebaliknya bila kepala membesar kemungkinan ada penyumbatan

aliran serebros pinal seperti pada hidrosifalus yang meningkat volume

kepala.

5. Lingkar Lengan Atas

Pengukuran ini mencerminkan tubuh kembang jaringan lemak dan

otot yang tidak terpengaruh banyak oleh keadaan cairan tubuh

dibanding berat badan.

6. Lipatan Kulit

Tebalnya lipatan kulit bagian trisepsda subkapular

menggambarkan refleksi tubuh kembang jaringan lemak dibawah

kulit, yang mecerminkan kecukupan energi (Rajawana com).

19
Throwbridge, F (1970) cit Notoatmojo, 2003 dari hasil studinya

menyimpulkan bahwa ukuran berat badan per umur tidak atau kurang

mampu dapat membedakan antara malnutrisi akut dan malnutrisi kronik.

Oleh sebab itu, ia menyarankan bahwa berat badan per tinggi badan dan

lingkar lengan atas adalah indicator yang paling baik untuk mengetahui

prevalensi malnutrisi akut pada anak. Sedang prevalensi malnutrisi kronik

dipergunakan ukuran tinggi badan per umur.

Zeitlin, MF (1973) cit Notoatmojo, 2003 menyarankan, untuk anak

umur kurang dari 2 tahun sebagai indicator pertumbuhan anak cukup

menggunakan ukuran berat badan per umur saja. Dari hasil pengamatan

untuk anak umur 2-5 thn yang mempunyai berat badan rendah

menunjukan adanya gejala malnutrisi yang berat. Selanjutnya ia

menyarankan bahwa berat badan per umur saja sudah dapat

dipergunakan untuk mengukur status gizi pada anak dibawah 5 tahun ,

bahkan anak yang lebih tua pun dapat mempergunakan ukuran tersebut.

Morley, D (1971) cit Notoatmojo, 2003 membahas bahwa

pengukuran berat badan dan tinggi badan mempunyai beberapa

kelemahan, antara lain kurang akuratnya dalam pelaksanaan pengukuran

oleh para petugas. Tapi ia menyatakan bahwa ukuran lain pun tidak

mempunyai nilai dinamis untuk pertumbuhan anak. Akhirnya

menyimpulkan bahwa berat dan tinggi badan per umur dapat

mencerminkan status gizi anak, baik pada waktu yang lampau maupun

status pada saat ini.

20
Berat badan merupakan ukuran antropometri yang terpenting.

Dipakai pada setiap kesempatan memeriksa kesehatan anak pada setiap

kelompok umur. Indikator tunggal yang terbaik pada waktu ini untuk

keadaan gizi dan keadaan tumbuh kembang. Di Indonesia pengukuran

berat badan telah memasyarakat dengan digunakannya kartu menuju

sehat untuk monitoring pertumbuhan (Seto S, 2002).

Berat badan yang normal yang dianggap normal ialah diatas 80%

standar, kurang gizi ringan atau sedang ialah antara 80% sampai 60%

standar, dan kurang gizi berat ialah 60% standar atau dibawahnya (Brown

J, 1996

Tabel I : berat badan berdasarkan usia.

Umur tahun Bulan Standar 80% standar 60% standar


(kg) (kg) (kg)

3 0 14.5 11.6 8.7

3 15.0 12.0 9.0

6 15.5 12.4 9.3

9 16.0 12.9 9.6

4 0 16.5 13.2 9.9

3 17.0 13.6 10.2

6 17.4 14.0 10.5

9 17.9 14.4 10.8

5 0 18.4 14.7 11.0

21
C. Pengukuran Status Karies Gigi

Adalah keadaan gigi geligi seseorang yang pernah mengalami

kerusakan, hilang, perbaikan yang disebabkan oleh karies. Untuk

pengukuran pengalaman karies gigi tetap menggunakan Decayed

Missing Filled Teeth (DMF-T) dan Decayed Missing Filled Surface (DMF-

S) dan untuk gigi susu menggunakan decayed extractie filled teeth (def-

t).

Penentuan skore menggunakan kode status gigi def-t. komponen

d yaitu decayed atau karies dengan kode B dan C tumpatan dengan

karies. Komponen e yaitu extractie atau pencabutan dengan kode E.

Komponen f yaitu filling atau penambalan tanpa karies dengan kode D.

Sedang kode F artinya gigi dicabut oleh sebab lain (Depkes, 1995).

22
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. karies adalah penyakit jaringan keras gigi akibat aktivitas bakteri

sehingga terjadilah (melunaknya) jaringan keras gigi yang diikuti

terbentuknya kavitas (rongga).

2. Konsumsi gizi makanan pada seseorang dapat menentukan

tercapainya tingkat kesehatan, atau sering disebut status gizi. Apabila

tubuh berada dalam tingkat kesehatan gizi optimal, dimana jaringan

jenuh oleh semua zat gizi, maka di sebut gizi optimal. Dalam kondisi

demikian tubuh terbebas dari penyakit dan mempunyai daya tahan

yang setinggi-tingginya. Apabila konsumsi gizi makanan pada

seseorang tidak seimbang dengan kebutuhan tubuh, maka akan terjadi

kesalahan akibat gizi (malnutrisi). Malnutrisi ini mencakup kelebihan

nutrisi atau gizi disebut gizi lebih (overnutrisi) dan kekurangan gizi atau

gizi kurang

3. Akibat dari karies gigi adalah terganggunya fungsi pengunyahan

(mastikasi) akibat gangguan pengunyahan dapat berpengaruh pada

asupan makanan. Dengan demikian diduga adanya gangguan

pengunyahan tersebut dapat berpengaruh terhadap status gizi

B. Saran

Dari hasil kesimpulan tersebut maka penulis dapat memberi saran :

1. Bagi orang tua yang mempunyai anak untuk meningkatkan dalam

menjaga kesehata gigi dan mulutnya sehingga anak tidak mempunyai


23
gangguan pada gigi (karies gigi) sehingga anak tidak terganngu dalam

pengunyahan yang dapat mengganggu asupan gizi anak dengan cara :

a. Anak yang berusia 1 tahun untuk tidak menggunakan dot ketika

minum ajarkan menggunakan gelas atau cup.

b. Berikan anak minum air mineral tanpa tambahan gula setelah

mengkonsumsi susu atau minuman nutrisi lainnya.

c. Lakukan pembersihan gigi pada anak minimal 2 kali sehari.

d. Batasi makanan dan minuman yang dapat menmbulkan kerusakan

gigi

e. Ketika anak umur 1 tahun periksakan gigi pada dokter gigi.

2. Orang tua harus slalu menjaga kebutuhan gizi anaknya untuk

perkembangan dan kesehatan anak. Pastikan anak mengkonsumsi

makanan yang sehat dan seimbang. Mengurangi makanan yang kurang

mengandung gizi atau menghilangkan kebiasaan anak makan jajanan

yang tidak sehat.

24
DAFTAR PUSTAKA
Akhmadi, 2009 mei 12. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Status Gizi.
Diunduh Tanggal 24 April 2010 Dari
http://www.rajawana.com/artikel/kesehatan.

Almatsier A, 2006. Prinsip Dasar Ilmi Gizi, PT Gramedia Pustaka Utama,


Jakarta.

Aritonang I, 2005. Antara Lumbung Padi Dan Busung Lapar, Bulletin Gizi
Kita, Seksi Gizi Dinas Kesehatan Propinsi DIY.

Brown JE, 1996. Metode Mencari Penyebab Kekurangan Gizi Pada Anak-
anak, Jakarta.

Budianto AK, 2009. Dasar-Dasar Ilmu Gizi, UMM Press, Malang.

Departemen Kesehatan RI, 1991/1992. Pedoman Kerja Puskesmas Jilid


IV, Jakarta.

________, 1995. Pedoman Pembinaan Kesehatan Anak TK. Direktorat


Jendral Pembinaan Kesehatan Masyarakat Direktorat Bina
Kesehatan Keluarga , Jakarta.

________, 1995. Tata Cara Kerja Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi Dan
Mulut Di Puskesmas,Jakarta.

Empat jenis parameter status gizi, 2009, mei 12. diunduh tanggal 12
desember 2009 dari http://www.rajawana.com/artikel/kesehatan.

Hadi DA, 2003, april 29. Gigi Berlubang? Lebih Baik Mencegah Daripada
Mengobati. Diunduh tanggal 25 november 2009 dari
http://www.asysyariah.com.

Hadi, 2002; soetjiningsih, 1998;supasiasa, dkk, 2001; Nurrahmah, 2001


cit rajawan com Empat jenis parameter status gizi, 2009.

Health Sakit Gigi, No Way, 2007. diunduh tanggal 25 november 2009 dari
http://www.caninews.com.

Ilustrasi Singkat, Tahap Terjadinya Karies Gigi, 2006. diunduh 11


november 2009 dari
http://rumahkusurgaku.multiply.com/journal/item/40.

Junaidi, 2004. Tesis Hubungan Keparahan Karies Gigi Gengan Asupan


Zat Gizi Dan Status Gizi Anak Sekolah Dasar Kecamatan
Lhoknga Kabupaten Aceh Besar.

Karies, 2009, april 4. diunduh 25 november 2009 dari http;// one


indoskripsi.com.

Karies Gigi (Kavitas). Diunduh tanggal 11 november 2009 dari


http://medicastore.com/penyakit_sub kategori/6/Indek.html

25
Khomsam A, 2002. Pangan Dan Gizi Untuk Kesehatan, Rajagrafida
Persada, Jakarta.

Kidd, Joyston, Bechal, 1992. Dasar-Dasar Karies Penyakit Dan


Penanggulangannya, EGC, Jakarta.

Martariwansyah, 2008. Gigiku Kuatmulutku Sehat, Karya Kita, Bandung.

Morley D 1971 cit Notoatmojo, 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat Prinsip-


Prinsip Dasar, Rineka Cipta, Jakarta.

Notoatmojo S, 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat Prinsip-Prinsip Dasar,


Rineka Cipta, Jakarta.

Pratiwi D, 2007. Gigi Sehat Merawat Gigi Sehari-Hari, Penerbit Buku


Kompas, Jakarta.

Sasiwi NR. Hubungan tingkat keparahan karies gigi dengan status gizi
anak. Diunduh 25 november 2009 dari http//pusat data dan
jurnal com

Seto S, 2001. Pangan Dan Gizi, Bekerjasama Dengan Jurusan Teknologi


Pangan Dan Gizi Fakultas Teknologi Pertanian Institute
Pertanian Bogor.

Throwbridge, F 1970 cit Notoatmojo, 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat


Prinsip-Prinsip Dasar, Rineka Cipta, Jakarta.

Waryana, 2007. Pelacakan Kasus Balita Kep Berat Di Tingkat


Puskesmas, Bulletin Gizi Kita, Seksi Gizi Dinas Kesehatan
Propinsi DIY.

________, 2008. Keluarga Sadar Gizi Untuk Mendukung Perilaku Hidup


Bersih Dan Sehat, Bulletin Gizi Kita, Seksi Gizi Dinas Kesehatan
Propinsi DIY.

Zeitlin, MF 1973 cit Notoatmojo, 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat


Prinsip-Prinsip Dasar, Rineka Cipta, Jakarta.

26

Anda mungkin juga menyukai