melainkan hanya meningkatkan kebersihan mulutnya, sehingga jaringan yang terinflamasi akan
menjadi normal dan hal ini akan diikuti dengan pertumbuhan gigi yang sempurna. 2,5
Gingivitis pada gigi karies dan loose teeth (eksfoliasi teeth) merupakan gingivitis yang terjadi
pada daerah gigi yang megalami karies di daerah servikal dan proksimal. Gigi sulung yang mengalami
loose teeth atau eksfoliasi teeth dapat menyebabkan gingivitis. Pada pinggiran margin yang tererosi
akan terdapat akumulasi plak sehingga dapat terjadi edema sampai dengan abses. Gingivitis pada gigi
karies dirawat dengan cara merestorasi kavitas gigi tersebut, sedangkan eksfoliasi parsial sebaiknya
dihilangkan bagian yang tajam atau bila diperlukan dilakukan pencabutan pada gigi tersebut. 2,5
Gingivitis pada maloklusi dan malposisi gigi merupakan gingivitis yang disebabkan adanya
maloklusi dan malposisi gigi. Gingivitis lebih parah dan lebih sering terjadi di sekitar malposisi gigi,
disebabkan adanya peningkatan akumulasi plak dan materi alba pada daerah tersebut. Gingivitis dapat
meningkat pada anak yang memiliki overjet dan overbite yang besar dan bernapas melalui mulut yang
merupakan bagian dari maloklusi. Hal ini menyebabkan penumpukan sisa makanan pada gigi anak
yang mengalami maloklusi. Perawatannya dengan memperbaiki maloklusi dan malposisi gigi,
pembersihan iritasi lokal seperti plak dan kalkulus. 2
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa prevalensi gingivitis meningkat menjelang pubertas.
Menjelang remaja prevalensi gingivitis dari 50-99%. Pembesaran level inflamasi gingiva tanpa terjadi
peningkatan akumulasi plak yang muncul pada anak-anak adalah ketika memasuki usia pubertas.
Sitoplasma sel gingiva mengandung afinitas tinggi yang spesifik, kapasitas reseptor yang rendah untuk
estrogen dan testosteron. Reseptor estrogen ditemukan di dalam basal dan lapisan spinous pada
epitelium dan di dalam fibroblas dan sel endotelial pada pembuluh darah kecil di dalam jaringan
konektif. Oleh karena itu, gingiva menjadi target dari beberapa hormon steroid. Hubungan antara
peningkatan level sirkulasi hormon seks dan prevalensi gingivitis pada pubertas diperkuat oleh
observasi tersebut, menjelang masa remaja, gingivitis pertama kali muncul pada perempuan (11-13
tahun) daripada laki-laki (13-14). Jumlah P.Intermedius berhubungan dengan plasma estrogen dan
progesteron, dan bukti secara in vivo menunjukkan bahwa hormon-hormon tersebut merupakan nutrisi
bagi P.Intermedius.3 Perawatan yang dapat dilakukan dengan meningkatkan kebersihan mulut, semua
iritasi lokal dihilangkan dengan skeling dan root planning yang sempurna, restorasi gigi dan
dibutuhkan rekomendasi diet untuk memastikan status nutrisi yang cukup. 3
Gingivitis dapat terjadi pada usia berapapun mulai dari anak-anak, remaja hingga dewasa.
Gingivitis dapat disebabkan karena adanya akumulasi plak dan kalkulus dari penumpukan sisa
makanan, namun dapat pula disebabkan karena faktor sistem endokrin seperti hormon estrogen dan
testosteron yang meningkat di usia remaja. Oleh karena itu, pasien perlu diberikan pengetahuan dalam
menjaga kesehatan dan kebersihan rongga mulut, pengarahan dari orang tua dan pemeriksaan gingiva
yang rutin untuk menjaga kesehatan dan kebersihan rongga mulut. 2,3
DAFTAR PUSTAKA
1. Dorland W.A. Newman. 2002. Kamus Kedokteran Dorland. 29th ed. Jakarta:EGC.
2. Carranza, FA.2002. Clinical Periodontology. 9th ed. Philadelphia: WB Saundaers Company.
3. Pari A, Ilango P, Subbareddy V, Katamreddy V, Parthasarthy H. Gingival Diseases in Childhood.
Journal of Clinical and Diagnostic Research 2014;8(10):2.
4. Mitchell RN, et al. 2008. Buku Saku Dasar Patologis Penyakit.7th ed. Jakarta:EGC.p. 457.
5. Mc Donald RE, Avery DR.2004. Dentistry for Child and Adolescent. 8 th ed. Missouri: Mosby
Company.