Anda di halaman 1dari 47

Pertumbuhan Dan Perkembangan

Dentomaksilofasial

Pertumbuhan Dan Perkembangan


Jaringan Keras/Tulang

Dosen Pembimbing:

Azyyati Putri, SKG, drg.

Disusun Oleh :

Kelompok 1
Kelas B

Bonita Suroso ( 201911031) Christina Johny (201911036)


Bunga Latifah (201911032) Cynthia Triska F
(201911037)
Carenina Claudia H. (201911033) D Jihan Tasya Firna (201911038)
Carissa Devina Putri (201911034) Diah Ayu Sri R (201911039)
Choi Jae Hyeon (201911035) Dianna Brilianty R (201911040)

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS PROF. DR. MOESTOPO (BERAGAMA)


2020
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
atas berkah dan rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada
waktunya. Dan kami berterimakasih kepada teman-teman yang telah bekerjasama
dalam pembuatan makalah, serta dosen yang telah membimbing dan memberi
masukkan dalam pembuatan makalah yang berjudul “Pertumbuhan Dan
Perkembangan Jaringan Keras/Tulang”.

Dan harapan kami semoga makalah ini dapat memberikan manfaat maupun
inspirasi serta menambah pengetahuan dan wawasan bagi para pembaca tentang
“Pertumbuhan Dan Perkembangan Jaringan Keras/Tulang”.

Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih belum


sempurna. Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati, kami menunggu kritik
dan saran yang membangun dari dosen pembimbing dan para pembaca yang
membaca makalah ini demi keberhasilan pembuatan makalah selajutnya.

Jakarta, 18 Maret 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................i

DAFTAR ISI...................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1

1.1..................................................................................................................... Lat
ar Belakang.................................................................................................1
1.2..................................................................................................................... Ru
musan Masalah...........................................................................................2
1.3..................................................................................................................... Tuj
uan Penulisan..............................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN.................................................................................4

2.1.....................................................................................................................Def
inisi Pertumbuhan dan Perkembangan, Deferensiasi, Translokasi, dan
Maturase.....................................................................................................4
2.2.....................................................................................................................Pro
ses Osteogenesis.........................................................................................9
2.3.....................................................................................................................Pert
umbuhan Mandibular..................................................................................17
2.3.1 Prenatal dan Posnatal.......................................................................17
2.3.2 Perpindahan Tulang (bone displacement)........................................30
2.3.3 Proses Pertumbuhan Aposisi dan Resorpsi......................................33
2.3.4 Modeling dan Remodeling...............................................................35
2.3.5 Prinsip V Enlow...............................................................................37

BAB III PENUTUP.........................................................................................40

3.1..................................................................................................................... Ke
simpulan......................................................................................................40

ii
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................41

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang
Setiap manusia akan mengalami pertumbuhan dan perkembangan
kraniofasial. Meskipun bervariasi antar individu, tetapi kecepatan
pertumbuhannya mengikuti suatu pola. Pertumbuhan tulang fasial (maksila dan
mandibula) pada bayi, berlangsung dengan kecepatan yang cukup tinggi,
melambat secara progresif selama kanak-kanak, dan mencapai kecepatan minimal
pada periode prapubertas. Laju pertumbuhan kemudian meningkat kembali
selama pubertas dan menjadi lambat setelah maturitas. Penting untuk dapat
membedakan standar variasi pertumbuhan normal dengan pertumbuhan ekstrem
diluar batas pola normal yang disebut deviasi (abnormal). Waktu pertumbuhan
setiap organ/ekstremitas fisik dari tubuh yang tidak selalu sama pada satuan
waktu, hal ini dapat dipengaruhi genetik dan faktor lainnya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan antara
lain nutrisi, penyakit sistemik/non sistemik, sosial ekonomi, kebiasaan buruk,
trauma, dan kelenjar/endokrin/hormon. Tulang kraniofasial dapat dibagi menjadi
neokranium (cranial vault dan basis kranium) dan viserokranium (maksila dan
mandibula). Hubungan ukuran antara wajah dan kranium jelas terlihat berbeda
pada saat lahir dan dewasa. Kranium (neurokranium) bertumbuh dengan cepat
pada periode prenatal untuk tempat otak yang juga berkembang dengan cepat.
Wajah (viserokranium) berkembang lebih lambat ke arah ukuran dewasa
dibandingkan kranium, sehingga sewaktu lahir wajah akan terlihat lebih kecil
pada dimensi vertikal dalam hubungannya dengan ukuran total dari kepala, bila
dibandingkan dengan proporsi pada orang dewasaProses pertumbuhan atau

1
pembentukan tulang terbagi atas osifikasi intramembranus dan osifikasi
endokondral, yaitu:
1. Osifikasi endokondral adalah pembentukan tulang yang terjadi saat sel-sel
kartilago berproliferasi dan hipertropi, sehingga mengakibatkan matriks
kartilago disekitarnya terkalsifikasi. Sel tulang terus berdegenerasi dan tulang
terosifikasi. Kartilago yang tidak terosifikasi akan menjadi jembatan antara
beberapa tulang yang disebut sikondrosis.
2. Osifikasi intramembranus adalah pembentukan tulang yang terjadi secara
langsung dalam jaringan mesenkim. Jaringan mesenkim berdiferensiasi
menjadi osteoblas, lalu osteoblas mensekresi matriks organik membentuk
osteoid dan terkalsifikasi. Osteoid membentuk tulang spongeus dan
berkondensasi menjadi periosteum. Proses ini banyak terjadi pada tulang pipih
tengkorak.

Kraniofasial dibagi menjadi empat daerah pertumbuhan karena cara


pertumbuhan masing-masing daerah tersebut berbeda antara satu dengan lainnya.
Keempat daerah tersebut adalah ruang kranium (cranial vault), basis kranium,
maksila dan mandibula.

1.2Rumusan Masalah
1. Apakah definisi dari pertumbuhan dan perkembangan, deferensiasi,
translokasi, dan maturase?
2. Bagaimanakah proses dari osteogenesis?
3. Apa sajakah jaringan dasar yang terlibat dalam pertumbuhan mandibular
prenatal dan postnatal?
4. Apakah yang dimaksud dengan bone displacement?
5. Bagaimanakah proses aposisi dan resorpsi?
6. Apakah yang dimaksud dengan modeling dan remodeling?
7. Apakah yang dimaksud dengan prinsip V Enlow?

2
1.3Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui definisi dari pertumbuhan dan perkembangan, deferensiasi,
translokasi, dan maturase.
2. Untuk mengetahui proses dari osteogenesis.
3. Untuk mengetahui jaringan dasar yang terlibat dalam pertumbuhan
mandibular prenatal dan postnatal.
4. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan bone displacement.
5. Untuk mengetahui proses aposisi dan resorpsi.
6. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan modeling dan remodeling.
7. Untuk mengetahui prinsip V Enlow.

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1Definisi Pertumbuhan dan Perkembangan, Deferensiasi,


Translokasi, dan Maturase
"Pertumbuhan" adalah istilah umum yang menyiratkan bahwa sesuatu
berubah dalam besarnya. Namun, itu tidak menganggap bertanggung jawab atas
bagaimana hal itu terjadi. Bagi dokter profesional, makna yang longgar seperti ini
sering digunakan dengan cukup baik. Namun, untuk mencoba memahami "cara
kerjanya", dan apa yang sebenarnya terjadi, ditambahkan istilah "pengembangan"
yang lebih deskriptif dan jelas. Ini mengartikan proses pematangan yang
melibatkan diferensiasi progresif pada tingkat seluler dan jaringan, sehingga
berfokus pada proses biologis yang sebenarnya. mekanisme yang menyebabkan
pertumbuhan.1
"Pertumbuhan dan perkembangan" adalah topik penting dalam banyak
disiplin ilmu dan spesialisasi, dan alasannya penting. Morfogenesis adalah proses
biologis yang memiliki sistem kontrol yang mendasarinya pada tingkat sel dan
jaringan. Dokter melakukan intervensi dalam proses kontrol ini pada tahap yang
tepat dan mengganti (menambah kekuatan, atau mengganti) beberapa kegiatan
mekanisme kontrol dengan perhitungan regulasi klinis. Penting untuk dipahami
bahwa proses perkembangan biologis yang sebenarnya itu sendiri adalah sama.
Artinya, fungsi histogenik sel dan jaringan masih menjalankan peran masing-
masing, tetapi sinyal kontrol yang secara selektif mengaktifkan kompositnya
sekarang dimanipulasi secara klinis. Tingkat, waktu, arah, dan besarnya divisi
seluler dan diferensiasi jaringan yang berubah ketika sinyal dokter memodifikasi
atau melengkapi sinyal pertumbuhan intrinsik tubuh sendiri. Kursus
pengembangan selanjutnya dilanjutkan sesuai dengan rencana perawatan yang

4
diprogramkan dengan "bekerja dengan pertumbuhan" (prinsip klinis lama). Tentu
saja, jika seseorang tidak memahami cara kerja biologi yang mendasarinya,
pemahaman nyata dari dasar aktual untuk desain dan hasil pengobatan, dan
mengapa, adalah ilusi. Yang penting, biologi kraniofasial tidak tergantung pada
strategi intervensi pengobatan. Oleh karena itu, beberapa dokter mungkin
berdebat tentang manfaat relatif dari strategi intervensi yang berbeda (mis., Tutup
kepala versus terapi alat Frankel). Aturan biologis dari gim ini sama. 1
Morfogenesis bekerja secara konstan menuju keadaan keseimbangan
arsitektonis yang komposit di antara semua bagian yang tumbuh terpisah. Ini
berarti bahwa berbagai bagian berkembang menjadi satu kesatuan fungsional,
dengan masing-masing bagian melengkapi yang lain karena mereka semua
tumbuh dan berfungsi bersama. 1
Selama perkembangan, keseimbangan terus berlangsung sementara dan tidak
pernah benar-benar dapat dicapai karena pertumbuhan itu sendiri terus-menerus
menciptakan ketidakseimbangan regional yang berkelanjutan dan normal. Ini
membutuhkan bagian lain untuk secara konstan beradaptasi (berkembang) karena
mereka semua bekerja menuju keseimbangan komposit. Ketidakseimbangan itu
sendiri yang membakar sinyal yang mengaktifkan interaksi respon histogenik.
Keseimbangan, ketika dicapai untuk sementara waktu, mematikan sinyal, dan
aktivitas pertumbuhan regional berhenti. Proses ini didaur ulang sepanjang masa
kanak-kanak, ke dan melalui masa dewasa (dengan perubahan besarnya), dan
akhirnya ke usia tua mempertahankan keseimbangan morfologis yang berubah
dalam menanggapi kondisi intrinsik dan eksternal yang terus berubah. Sebagai
contoh, ketika otot terus berkembang dalam massa dan fungsi, itu akan melebihi
tulang yang disisipkan, baik dalam ukuran dan dalam kapasitas mekanik. Namun,
ketidakseimbangan ini menandakan jaringan osteogenik, kondrogenik,
neurogenik, dan fibrogenik untuk segera merespon, dan seluruh tulang dengan
jaringan ikat, pasokan vaskular, dan persarafan berkembang (remodels) untuk
bekerja terus menerus menuju homeostasis. 1

5
Dengan pemahaman tentang bagaimana proses diferensiasi morfogenik dan
histogenik progresif ini beroperasi, spesialis klinis dengan demikian secara
selektif menambah sinyal pengaktifan intrinsik tubuh sendiri menggunakan
prosedur yang terkontrol untuk memulai proses remodeling dengan cara yang
mencapai hasil perawatan yang diinginkan. Sebagai contoh, ekspansi palatal yang
cepat memisahkan bagian kanan dan kiri dari maksila (perpindahan) dan memulai
periode peningkatan remodeling pada jahitan midpalatal. 1
Pemahaman tentang bagaimana pertumbuhan wajah beroperasi dimulai
dengan perbedaan antara dua jenis dasar gerakan pertumbuhan. Ini adalah (1)
renovasi dan (2) perpindahan (Gambar 1). Setiap kategori gerakan melibatkan
hampir semua jaringan keras dan lunak. Untuk kompleks craniofacial yang
bertulang, proses remodeling pertumbuhan dilakukan oleh komposit jaringan
lunak yang berkaitan dengan masing-masing tulang. Fungsi remodeling adalah
untuk (1) secara progresif menciptakan perubahan ukuran setiap tulang utuh; (2)
pindah secara berurutan setiap daerah komponen dari seluruh tulang untuk
memungkinkan pembesaran keseluruhan; (3) semakin membentuk tulang untuk
mengakomodasi berbagai fungsinya; (4) menyediakan pemasangan progresif
untuk semua tulang yang terpisah satu sama lain dan untuk jaringan lunak yang
berdekatan, tumbuh, dan berfungsi; dan (5) melakukan penyesuaian struktural
terus menerus untuk beradaptasi dengan perubahan kondisi intrinsik dan
ekstrinsik. Meskipun fungsi remodeling ini berhubungan dengan pertumbuhan
masa kanak-kanak, sebagian besar juga berlanjut hingga usia dewasa dan lanjut
usia dalam tingkat yang lebih rendah untuk menyediakan fungsi berkelanjutan
yang sama. Inilah yang dimaksud dengan histologi mahasiswa baru ketika
dinyatakan bahwa tulang "berubah bentuk sepanjang hidup," tetapi tanpa
penjelasan alasannya. Selain itu, sekarang, semua jaringan lunak juga mengalami
renovasi yang setara dan untuk semua alasan yang sama. 1

6
Gambar 1. Renovasi dan perpindahan

(a) (b)

Gambar 2. 2a dan 2b, perhatikan bahwa banyak permukaan eksternal (periosteal)


sebenarnya resorptif. Permukaan berlawanan adalah penyimpanan. Ini diperlukan
untuk memahat konfigurasi kompleks yang terlibat. Saat tulang membesar, ia secara
bersamaan dibawa dari tulang lain dalam artikulasi langsung dengannya. Ini
menciptakan "ruang" di mana pembesaran tulang terjadi pada antarmuka antara
kontak tulang-ke-tulang. Proses ini disebut perpindahan (juga disebut "translokasi").

7
Ini adalah gerakan fisik dari seluruh tulang dan terjadi sementara tulang secara
simultan membentuk ulang dengan resorpsi dan deposisi (sampai tingkat yang setara).
1

Maturasi: Sel-sel dan jaringan "ledakan" histogenik diaktifkan oleh


pancaran sinyal antar sel yang ditargetkan ke reseptor membran sel peka-sinyal
dari setiap jenis sel, termasuk chobroblast osteoblas, myoblas, fibroblas, sel
neuroblastik (satelit), dan leluhur lain atau tidak terdiferensiasi jenis seluler.
Sinyal termasuk kekuatan mekanik, potensi bioelektrik, hormon, tekanan oksigen
enzim, dan agen serupa lainnya. 1
Dalam setiap sel, rantai reaksi kemudian melewati sitoplasma ke dan dari
nukleus, retikulum endoplasma, atau organel seperti lisosom dan mitokondria,
yang berakhir dengan (1) keluaran sekresi seperti alkali dan asam fosfatase, bahan
dasar (protein mucopolysaccharides), dan kolagen; atau (2) diferensiasi
berdasarkan pembelahan sel dan maturasi menjadi tipe jaringan spesifik yang
terdiri dari tulang rawan, tulang, periosteum, otot, epitel, pembuluh darah, dan
saraf yang memanjang. Sinyal pengaktif yang sedang berlangsung adalah
"intrinsik" selama pengembangan, tetapi, seperti ditekankan di sini, tunduk pada
modifikasi klinis yang kemudian mengubah regulasi dari biologi dasar yang
sama. Ini mempengaruhi waktu dan durasi aktivitas seluler, dan vektor
pertumbuhan (besarnya dan arah). Ini adalah sifat selektif dari sinyal yang
mengatur pola aktivitas perkembangan yang mengarah pada variasi morfologi,
bukan perubahan nyata dalam biologi pertumbuhan itu sendiri. 1

2.2Proses Osteogenesis

8
Proses osteogenesis sesuai dengan asal jaringannya. Yaitu direct oton
intramembranous ontogenesis dan indirect atau endochondrul osteogenesis.
Istilah pada intromembanous sendiri berasal dari seorang anatomist yaitu
pembentukan tulang baru pada membrane jaringan ikat. Yaitu pada saat
penutupan fontanel pada tengkorak bayi. Pembentukan tulang sendiri tergolong
sederhana. Gejala awal dari tulang baru adalah suatu masa seperti tulang terdiri
dari sel mesenchyme yang tersusun parallel membentuk lapisan datar seperti di
tulang tengkorak, atau tersusun dengan kondensasi acak seperti di maksila.2

Gambar 3. Proses pembentukan tulang3

Intramembranous ostogenesis berasal dari sel mesenchyme membrane


jaringan ikat yang berubah menjadi osteoblast dan matriks osteoid dan akan
mengalami kalsifikasi dan akan menghasilkan tulang. Intramembranous
osteogenesis terjadi pada pada perkmukaan luar periosteum, endosteum,
permukan trabekula tulang berongga, sebagian kecil pada tulang berongga, dan
tepi struktur atau system sutura. System suturan adalah salah satu jenis
penghubung tulang yang berlawanan melalui serabut jaringan. Selain bersifat

9
kaku, system ini merupakan tempat aktif untuk pertubuhan. Diantara kedua tepi
tulang terdapat jaringan ikat dan berbagai jenis sel. termasuk osteoblas dan
osteoklas. System suturan pada tulang calvarium memberi kesempatan pada
tulang untuk berkembang dan berkonta dengan sekitarnya. Dan dapat terjadi pada
saat otak bertambah besar sedangkan system suturan antara maksila dan basis
cranium merespons tumbuhan jaringan lunak sehingga maksila bergerak kearah
bawah dan depan.2
Indirect atau endocondral osteogenesis lebih kompleks daripada
intamembranous osteogenesis, diaphysis yang berbentuk silinder dikelilingi oleh
tulang korteks yang relative tebal dengan lubang sum-sum tulang pada bagian
tengah. Ephy[ises juga dilpaisi oleh tulang korteks tetapi lebih tipis. Ephypises
meliputi tulang medulla dalam dengan rongga intertrabekulla yang berhubungan
dengan rongga sum-sum.2
Awal osteogenesis tulang panjang tampak pada tulang osifikasi primer
yakni pertengahan diaphysis. Sel kartilago atau chondrocytes yang tersusun
dalam coloumns membesar bersama lacuna dan cytoplasm menjadi kosong.
Matriks mengalami kalsifikasi, suplai nutrisi terhambat maka sel berdegenerasi
dan mati. Ketika kartilago berubah menjadi tulang, osteoblast berdeferensiasi
didalam lapisan dalam periosteum yang merupakan asal intramembranous. Semua
kartilago di ephyphase berubah menjadi tulang kecuali daerah diantara diaphysis
dan ephypisis,atau ephypiseal plate. Daerah ephyseal plate terus berproliferasi
sehingga ukuran tulang bertambah panjang. Kartilago yang tersisa di tepi
ephypises kartilago disebut kartilago artikulasi. Pembentukan tulang endocondral
merupakan penyesuaian morfogenik. Seperti pada joint yang bergerak atau
beberapa bagian basis cranium.2

a) Morfologis kartilago
Dijumpai sebagian besar pada permukaan tulang, merupakan
penghubung dan berisfat tahan terhadap tekanan kompresif yang fungsinya

10
adalah untuk artikulasi dengan beban terputus dan mempunyai daya pegas
sehingga dapat menyebar dan menyerapkan kekejutan.meskipun jaringan
tulang lebih keras tetapi bila tertekan akan mengalami resorbsi pada daerah
artikulasi. Kartilago dapat berekspansi melalui interstisial growth atau
melakukan pembelahan sel, deposisi matriks, atau kombinasi keduanya.
Kartilago sendiri tidak terdapat pada permukaan aposisi seperti tulang karena
tidak mengalami klasifikasi dan matriks cendrung berekspansi untuk
menampung sel dan sekresi ekstra sel baru.2
Sel kartilago yang berperan dalam aktifitas pertumbuhan disebut
hyaline artilago yang berasal dari mesenkim yaitu kondroblast.dan pada saat
kondroblast membelah dan pelepasan matriks, jaringan mengekspansi dan
menekan jaringan disekitar mesekim. Yang akan membentuk serabut amplop
yang disebut pericondrium. Terdiri dari jaringan luar dan lapisan sel dalam
atau precondroblast dan sel ini mampus berdeferensiasi menjadi condroblast
dan membentuk kumpulan matriks baru.2
Mekanisme konversi kartilago terdapat pada 3 area. Yaitu pada 1
kepala postnatal, dan 2 berupa sisa kartilago condrocranium ekstensif dari
perkembangan fetus. Tiap mekanisme mempunyai kontribusi khusus dakam
pertumbuhan skelet kraniofasial. Konversi kartilago adalah meknisme
pembentukan tulang pada plat pertumbuhan dan pusat ini digunakan untuk
standart pembanding mekanisme pergantian. Pericondrium disekitar
pertengahan anlage menjadi tebal dan membentuk ring pericondral. Hal ini
merupakan pengerutan baru yang mengurangi penyatuan dan sebagai trigger
mineralisasi kartilago bagian tengah tungkai.2
Konversi di kartilago skelet kraniofasial tampak pada syncrondosis
spheno-occipital, kartilago nasal, dan kondil mandibula. Syncondrosis adalah
proliferasi kartilago yang terdapat diantara tulang sphenoid yang berjalan
disepanjang midline basis cranium dan occipital pada struktuh tengkorak
mirip dengan growth plate tulang panjang. Ekspansi interstisial dua arah

11
menambah ukuran tulang secara simultans. Syncondrosis phenol-occipital
tampak seperti growth back to back. Sehingga, berperan sebagai pusat
pertumbuhan. Pertumbuhan syncondrosis mungkin berhubungan dengan
pertumbuhan otak. Pada tengkorak orang dewasa kartilago nasal atau
kartilago septum nasal membagi kavitas nasal menjadi 2 bagian. Vertical
terhadap midline fasial dari ethmoid, keatas sphenoid dan ke bawah vomer.
Awalnya septum nasal berasal dari kartilago, setelah dewasa berubah menjadi
tulang kecuali pada bagian anterior yang menjadi satu dengan jaringan lunak
nostril. Perluasan tulang melintas diagonal kartilago, kebawah kedepan.2

b) Prinsip tumbuh kembang tulang skelet


Adanya persamaan pada drift versus displacement, posterior growth,
anterior displacement dan prinsip V. Definisi pada drift adalah geakan tulang
kearah rungan yang tersedia. Aposisi terjadi pada satu sisi permukaan atau
korteks dan resorpsi diarah yang berlawanan. Displacement juga dapat
diartikan sebagai perpindahan lokasi akibat proses tumbuh kembang. Sebagai
contoh, drift dapat digambarkan sebagai pergeseran gantion menjauhi basis
cranium karena aposisi langsung di sisi dagu. Sedangkan diplascement
merupakan relokasi kondil kearah depan akibat pertumbuhan mandibular.
Posterior growth-anterior displacement.2

12
Gambar 4. Sistem skeleton4

Disebut juga sebagai prinsip backward growth-forward movement.


Contohnya seperti pertubumbuhan mandibula. Yaitu proses penjangan pada
tubuh mandibula terjadi pada ramus dan kondil mandibula. Tampak bahwa
kondil berartikulasi melawan dinding yang tidak bergerak dalam flossa
glenoid, dan mandibular displacement ke anterior. Menurut prinsip backward
growth-forward movement, tulang baru berlawanan arah dengan arah
pertumbuhan.2
Pada prinsip V, teori baru mengatakan bahwa arah pertumbuhan
tulang dihubungkan dengan ruang yang tersedia hal ini terjadi pada diameter
tungkai tulang panjang yang semakin memanjang selama pertumbuhan.
Prinsip ini memudahkan penjelasan mengenai pertumbuhan tulang

13
berdasarkan pada pola aposisi dan resorpso pada tulang yang kompleks
seperti maksila dan mandibula.2
Arah dan permukaan pertumbuhan tulang tidak dapat dibedakan.
Seperti contohnya pada pertumbuhan tulang panjang. Ephypises yang akan
bergerak menjauhi diaphysis dan selama remodeling akan dijumpai daerah
resorpsi. Tetapi, arah pertumbuhan dan perkembangan pada aposisi serta
asorpsi tidak dapat dibedakan. Hasil observasi pada Enlaw menyatakan
bahwa beberapa pada permukaan lebih mencerminkan bentuk V daripada
datar.2

c) Mekanisme tumbuh kembang skelet kraniofasial


Gabungan antara gabungan deposisi dan resorpsi tulang yang
dihubungkan dengan pertumbuhan jaringan lunak disekitar tulang merupakan
dasar dari semua pertumbuhan tulang. Mekanisme pertumbuhan tulang
sendiri terbagi menjadi 4 bagian.2 Yaitu:
1) Deposisi dan resorpsi
Perubahan ukurn dan bentuk tulang yang terjadi karena suatu korteks
tulang yang disebabkan karena proses deposisi dan resorpsi material
permukaan eksterna dan internal pada tulang deposisi adalah pembentukan
tulang barupada sisi korteks, sedangkan resorpsi adalah merupakan
kehilangan tulang pada sisi yang berlawanan. Pergeseran karna adanya
resopsi dan arbsorpsi disebut dengan cortical drift dan tumbuh secara
bertahap. Tulang tidak dapat bertambah besar pada permukaan luar.
Morfologi pada tulang fasial yang kompleks menjadikan pembesaran yang
tidak akan mungkin seragam dengan perbedaan percepatan pertumbuhan
sehingga beberapa bagian tumbuh lebih cepat serta beberapa permukaan
luar menalami rearsopsi.2
Pada prinsip V enlow sangat berguna untuk mempelajari rearpsorpsi
dan deposisi yang terjadi pada remodeling selama pertumbuhan. Deposisi

14
dan resorpsi permukaan tulang terjadi berurutan dan merupakan
mekanisme penting untuk translation dan remodeling tulang. Terjadi
karnena adanya sisi korteks tulang yang sama dan bentuk tulang juga akan
berubah.perubahan ini dapat terjadi karena adanya kedua mekanisme.
Fungsi periosteum pada membrane osteogenik yang melindungi
permukaan tulang berguna untuk deposisi dan resorpsi tulang.2
Terdapat pada permukaan dalam ataupun luar dari berbagai jenis
tulang dan dilapisi oleh pola daerah pertumbuhan yang tidak beratuan
berupa membaran jaringan osteogenik dan kartilago. Pertumbuhan
dipengaruhi oleh pertumbuhan jaringan lunak pada sekitarnya. Separuh
pada tulang korterks adlah periosteal yang berasal dari convering
membrane dan sisanya hasil dari endosteal dari lining membrane. Hampir
separuh pada keduanya yakni periosteal dan endosteal mengalami
resorpsi, sedangkan sisanya deposit
2) Remodeling
Ukuran kompleks tulang facial bertambah besar karena
deposisi dan resorpsi simultan yang terjadi pada permukaan dalam dan
luar tulang sesaui dengan contour yang ada. Remodeling adalah proses
dasar proses pertumbuhan tulang. Buksn hanya melengkapi perubahan
bentuk, dimensi, dan proporsi, tetapi juga menghasilkan keseimbangan
dan fungsi perkembangan tulang dan berbagai pertumbuhan jaringan
lunak. Terdapat beberapa jenis remodeling tulang. Yaitu2:
a) Remodeling biochemical
Yaitu melibatkan deposisi dan resorpsi yang terus menerus dari
ion untuk pemeliharaan homeostatis mineral dan remodeling
pertumbuhan dan pergantian tulang yang constant selama masa
anak-anak.2

b) Remodeling havians

15
Yaitu remodeling skunder dari reonstruksi korteks sebagai
awal sebagian tulang vascular, regenerasi dan kontruksi akibat
patologi atau trauma. Selama masa anak-anak dan remaja meliputi
tulang vascular akibat deposisi yang cepat. Tulang yang asli secara
bertahap digantikan dan pada pertumbuhan orag dewasa akan
melambat karena adanya atau sedikit tersedianya vascular di
beberapa tempat. Kecepatan remodeling yang intensif selama amsa
anak-anak dan remaja akan menurun.2
Remodeling pertubuhan dipengruhi oleh pertumbuhan dan
fngsi jaringan lunak disekitar tulang. Sesuai dengan fungsi jaringan
dan pertumbuhan maka tulang terbentuk akibat adaptasi perubahan
fungsi, relokasi bagian tulang yang dihasilkan, dan ikatan antara
tulang terpisah dengan pertubuhan jaringan lunak disekitarnya.
Proses ini terjadi karena searah dengan gaya tarik sedangkan
aposisi berlawanan.2
3) Growth movement
Atau nama lainnya adalah pergerakan tulang, adalah displacement
atau remodeling pada umunya berbentuk dari pertumbuhan yang sulit
dibedakan. Tetpi dalam prosedur klinis, bila seluruh jaringan tulang dan
jaringan lunak berpindah, dan remodeling merupakan jaringan lunak yang
mengisi bagian lunak yang ditinggalkan setelah terjadi displacement.2
4) Growth sites versus growth centers
Menurut Baume, growth centers adalah adalah daerah ossifikasi
endocondral dengan tekanan jaringan pemisah yang memberikan
kontribusi untuk menambah masa sekeletal, sedangkan growth sites
merupakan bagian dari periosteal atau tulang sutura, yang beradaptasi
terhadap lingkungan melalui resorpsi remodeling. Beberapa growth sites
terkadang bisa disebut growth center karena tempat pertumbuhan dapat
mengendalikan seluruh pertumbuhan tulang atau dihubugnkan dengan

16
force dan energy. Atau motor tulang perintis atau memang growth center.
Konsep ini mendapatkan hubungan seperti halnya pada the ephypyseal
plate dari tulang panjang akan terus tumbuh melawan gaya gravitasi yang
besar. Dan adanya kontraksi otot. Pada ragio kraniofasial dan konsep
growth center kurang penting.2
Dan menurut Moss, kartilago nasal dan kondil mandibular
merupakan growth site maka tidak mungkin dipisahkan oleh
jaringan, sehingga translasi dari tengah wajah kearah bawah dan
depan harus sesuai dengan kapsul oral-nasal-pharyngeal semua
lokus pembentukan tulang baru seperti sutura, periosteum,
syncondrosis, spheno-occipital, kartilago nasal, dan kondil
mandibular dan bukan growth center.2

2.3Pertumbuhan Mandibular
2.3.1 Prenatal dan Posnatal
Pertumbuhan dan Perkembangan Prenatal
Tulang kartilago dari lengkung brankial pertama yaitu tulang rawan
Meckel membentuk rahang bawah. Di saat minggu ke-6 IUL,
perkembangan tulang kartilago ini meluas sebagai batang hyaline
cartilage, dilapisi oleh kapsul fibroseluler, dari tempat perkembangan
telinga (otic capsule) hingga midline di mana mandibula berada.
Pertumbuhan dan perkembangan tulang rawan Meckel ini berada dekat
dengan pembentukan n. mandibularis. Pada saat n. mandibularis dibentuk
mencapai 1/3 dorsal tulang rawan Meckel, n. mandibularis ini kemudian
bercabang menjadi n. alveolaris inferior dan n. alveolaris lingualis dan
akan melintas di tulang rawan. Selanjutnya n. alveolaris inferior berjalan
ke arah anterior dan bercabang menjadi n. mentalis dan n. insisivus. Di
tempat lateral percabangan inilah jaringan ikat fibrosa mengalami

17
osifikasi pada minggu ke-7 IUL. Pada minggu ke-7 IUL osifikasi
intramembranous dimulai dalam kondensasi ini, membentuk tulang
pertama dari mandibula. Dari pusat osifikasi ini, formasi tulang menyebar
cepat secara anterior menuju ke midline dan secara posterior menuju titik
dimana saraf mandibula dibagi menjadi lingual dan cabang alveolar
inferior. Pusat osifikasinya sekitar foramen mandibula. Kemudian
pertumbuhan dan perkembangan berlangsung ke arah anterior mencapai
simfisis mandibula ke arah posterior membentuk ramus mandibula hingga
terbentuk mandibula yang lengkap, sedang tulang rawan Meckel
menghilang. Mandibula merupakan sebuah bentuk yang kokoh terdapat n.
insisivus yang telah bercabang dari n. alveolaris inferior. Bentuk yang
kokoh ini meskipun akhirnya akan menjadi kanal dan setelah kelahiran,
dua bagian mandibula akan berfusi di midline.5
Kanal yang mengandung n. alveolaris juga terbentuk, tempat alveolar
medialis dan lateralis terbentuk sehingga benih-benih gigi dapat
terbentuk. Tulang mandibula akan terus tumbuh mengikuti perkembangan
gigi geligi. Sekitar 10 minggu IUL, mandibula dapat dikenali dan banyak
tulang yang telah terbentuk. Setelah periode ini akan ada ketergantungan
yang kuat untuk pembentukan pada pertumbuhan tiga tulang rawan5 :
1. Kartilago Kondilar (Condylar Cartilage)
Kartilago kondilar muncul saat minggu ke-12 IUL dan secara
cepat membentuk cone yang berperan besar dalam perkembangan
ramus. Kartilago ini dapat berkembang sehat melalui osifikasi
endokondral. Tidak semua kartilago kondilar mengalami osifikasi,
akibatnya ada sisa kartilago yang bertahan hingga 20 tahun. Sisa
kartilago kondilar ini berguna untuk mekanisme pertumbuhan
mandibula. Hal ini cepat dikonversi menjadi tulang dengan osifikasi
endokhondral (minggu ke-14 IUL) sehingga memberikan
pertumbuhan :

18
 Kepala dan leher kondilus dari mandibula.
 Setengah posterior ramus ke arah depan foramen gigi geligi. 5
2. Kartilago Koronoid (Coronoid Cartilage)
Kartilago koronoid muncul saat minggu ke-16 IUL. Kartilago
koronoid ini ukurannya melebihi batas anterior dari prosesus
koronoideus. Kartilago ini bersifat sementara dan akan hilang
sebelum lahir, memberikan pengaruh pertumbuhan terhadap5:
 Proses koronoideus.
 Setengah anterior ramus ke arah depan foramen gigi geligi. 5
3. Kartilago Symphyseal
Kartilago ini muncul di jaringan ikat antara ujung tulang rawan
Meckel tetapi sepenuhnya berdiri sendiri (tidak tergantung pada
tulang rawan Meckel). Mereka akan hilang setelah setahun pertama
kelahiran. 5

Gambar 5. Condylar cartilage (warna biru). A. Area yang terpisah dari kondensasi
mesenkimal pada minggu ke-8 IUL. B. Fusi dari tulang kartilago dengan badan
mandibula pada bulan ke-4. C. Situasi pada saat lahir. 5

Osifikasi terjadi di membran yang menutupi permukaan luar


tulang rawan Meckel dan masing-masing setengah dari tulang

19
terbentuk dari pusat osifikasi yang muncul, di wilayah bifurkasi
cabang mentale dan insisivus, sekitar minggu ke-6 IUL. Osifikasi
berkembang ke bagian tengah bawah saraf insisivus dan kemudian
menyebar ke atas antara n. incisivus dan tulang rawan Meckel
sehingga n. insisivus yang terkandung melalui alur tulang dibentuk
oleh plat lateral dan medial yang bersatu di bawah saraf. Pada tahap
yang sama lekukan mengandung n. insisivus meluas ventral di sekitar
n. mentalis untuk membentuk foramen mentalis. Juga lekukan tulang
tumbuh pesat ke depan menuju garis tengah berhubungan dengan
tulang yang sama dari sisi yang berlawanan tetapi dipisahkan oleh
jaringan ikat. Osifikasi berhenti di lokasi lingualis. Dengan proses-
proses pertumbuhan pusat utama osifikasi menghasilkan badan
mandibula. 5

Gambar 6. Gambaran ilustrasi hubungan pembentukan awal tulang pada mandibula


dari tulang rawan Meckel dan n. alveolaris inferior. Pembentukan tulang mulai pada
lateral tulang rawan Meckel dan memanjang secara posterior tanpa perpindahan dari
tulang rawan dengan adanya pembentukan tulang mandibula. 5

20
Gambar 7. Area perkembangan mandibula dan respon dari rangsangannya.
Mandibula berkembang dari beberapa bagian, kondiloideus dalam tulang rawan
adalah tempat sambungan koronoideus yang berkembang sebagai respon dari m.
temporalis, daerah angulus adalah respon dari m. pterigoideus medialis dan masseter,
mandibula dalam tulang membran adalah penggabungan struktur yang seragam dari
semua bagian-bagian, dan prosesus alveolaris berkembang sebagai respon dari
perkembangan gigi. 5

21
Gambar 8. Pertumbuhan foramen mentalis dan badan mandibula. 5

Ramus mandibula berkembang dengan cepatnya penyebaran


penulangan ke belakang ke dalam mesenkim dari lengkung brankial
pertama menyebar jauh dari tulang rawan Meckel yang kemudian
aksesori inti tulang rawan membuat tampilan:
 Inti berbentuk baji dalam prosesus kondiloideus dan memperluas ke
bawah melalui ramus.
 Strip kecil sepanjang perbatasan anterior dari prosesus koronoideus. 5

Processus alveolaris tumbuh dan berkembang dimulai ketika benih


gigi desidui mencapai tahap bell awal. Tulang mandibula mulai tumbuh
dan berkembang pada setiap sisi dari benih gigi hingga setiap benih gigi
berada dalam atau melalui alur pertumbuhan tulang, yang juga termasuk
n. alveolaris dan pembuluh darah. Kemudian, septum tulang antara benih
gigi sebelahnya berkembang sesuai benih gigi menjaga setiap gigi
terpisah pada tulang alveolar. Kanalis mandibula dipisahkan dari tulang

22
oleh tulang horizontal yang pipih. Prosesus alveolaris tumbuh pada
tingkat yang cepat selama periode erupsi.

Pertumbuhan dan Perkembangan Postnatal


Pertumbuhan mandibula terjadi oleh proses remodelling tulang.
Pertumbuhan panjangnya ukuran mandibula terjadi karena adanya
deposisi tulang di permukaan posterior (ramus) dengan pengimbangan
absorpsi pada permukaan anterior. Hal ini menyebabkan pertumbuhan
mandibula memanjang ke belakang.5
Pertumbuhan lebar mandibula terjadi karena adanya deposisi tulang
pada permukaan luar mandibula dan absorpsi pada permukaan dalam.
Walaupun mandibula merupakan tulang utama (single bone), namun
mandibula merupakan sebuah skeletal unit yang masing-masing
berhubungan dengan jaringan-jaringan halus di sekitar yang disebut
dengan functional matrices. Functional matrices merupakan penentu
utama pertumbuhan skeletal unit. Pertumbuhan mandibula ada dua
macam yaitu5:
1. Pola pertama, bagian posterior mandibula dan basis kranium tetap,
sementara dagu bergerak ke bawah dan depan.
2. Pola kedua, dagu dan korpus mandibula hanya berubah sedikit
sementara pertumbuhan sebagian besar terjadi pada tepi posterior
ramus, koronoideus dan kondilus mandibula. 5

Pertumbuhan mandibula dibagi atas lima bagian (Gambar 44) yaitu:

1. Pertumbuhan kondilus artikularis.


2. Pertumbuhan perlekatan otot
3. Pertumbuhan ramus mandibularis
4. Pertumbuhan korpus mandibularis
5. Pertumbuhan tulang alveolaris. 5

23
Gambar 9. Pertumbuhan mandibula yang dibagi atas lima bagian. 5

Mandibula memiliki ciri pertumbuhan yang paling lambat dan the


most natal growth dari semua tulang wajah. Bagian kanan dan kiri
mandibula pada bayi yang baru lahir masih terpisah, kemudian menyatu
pada midline mental simfisis selama tahun pertama. Lokasi utama
pertumbuhan postnatal mandibula adalah5:
 Endochondral apposition pada tulang rawan condilus.
 Intramembraneous apposition pada aspek posterior. 5

Pada saat bayi dilahirkan, mandibula sangat kecil dan terdiri dari dua
bagian yang sama dan dihubungkan oleh jaringan fibrosa. Saat bayi baru
lahir prosesus koronalis, prosesus koronoideus, prosesus alveolaris, dan
angulus mandibula belum berkembang dengan baik sehingga mandibula
tersebut hanya terlihat sebagai tulang yang berbentuk lengkung. Sebagian
peneliti berpendapat bahwa mandibula dapat dipandang sebagai tulang
panjang dengan dua prosesus untuk perlekatan otot dan prosesus
alveolaris untuk tempat gigi. Mandibula bertambah melalui pertumbuhan
kartilago dan periosteal serta endosteal. 5

24
Pertumbuhan periosteal dan endosteal mempunyai peranan penting
dalam pertumbuhan mandibula. Osifikasi endokondral pada kondilus
berperan pada pertumbuhanmandibula ke arah posterior. Aposisi dan
remodelling di tempattempat lain menyebabkan mandibula bertambah
besar sesuai dengan bentuknya. Arah pertumbuhan mandibula ke bawah
dan ke depan. Pertambahan panjang mandibula disebabkan adanya aposisi
di sisi posterior ramus dan terjadi resorpsi di sisi anterior ramus.
Pertambahan tinggi korpus mandibula sebagian besar disebabkan adanya
pertumbuhan tulang alveolaris. 5

Pertumbuhan mandibula ke arah anterior sangat cepat, posisi dagu


menjadi lebih menonjol karena mandibula memanjang dan terdapat
sedikit penambahan tulang pada dagu. Tetapi dengan bertambahnya usia
maka hubungannya menjadi harmonis, lebar mandibula mengikuti
kondilaris mandibula dan berhubungan dengan tulang kranial. Terdapat
penelitian yang menyatakan hubungan yang kuat antara pertumbuhan
maksimal pada masa pubertas dalam hal tinggi badan dengan
pertumbuhan maksimal pada kondilus. Pertumbuhan mandibula akan
berlanjut kira-kira dua tahun lebih lama daripada maksila. 5

Perbedaan pertumbuhan antara kedua rahang ini sangat mempunyai


peranan penting untuk rencana perawatan ortodontik. Mandibula
mengalami kuantitas terbesar pertumbuhan pada postnatal dan juga
menunjukkan variasi morfologi terbesar. Badan mandibula membentuk 1
unit, yang diletakkan pada prosesus alveolaris, prosesus koronoideus,
prosesus kondiloideus, prosesus angularis, ramus, tuberositas lingualis
dan dagu. 5

25
Bagian-bagian mandibula meliputi:
1. Ramus
Pergerakkan ramus ke arah posterior oleh suatu kombinasi dari
aposisi dan resorpsi. Resorpsi terjadi pada bagian anterior ramus,
sementara aposisi tulang terjadi pada regio posterior. Hal ini
mengakibatkan suatu pergeseran dari ramus dalam arah posterior.
Fungsi dari remodelling ramus adalah5 :
 Untuk mengakomodasikan peningkatan masa otot-otot mastikasi
yang disisipkan ke dalam ramus mandibula.
 Untuk mengakomodasikan pelebaran space pharyngeal.
 Untuk membantu perpanjangan badan mandibula, yang menga-
komod- asikan erupsi molar. 5
2. Korpus Mandibula
Tepi anterior pada ramus orang dewasa menunjukkan resorpsi,
sementara tepi posterior perubahan dari pembentukan tulang rawan ke
bagian posterior dari badan mandibula. Hal ini berarti, badan
mandibula memanjang. Jadi penambahan ruang yang dibuat oleh
resorpsi tepi anterior ramus untuk mengkomodasikan erupsi molar. 5
3. Sudut Mandibula
Pada sisi lingual sudut mandibula, resorpsi bertempat pada
aspek posterior-anterior sementara aposisi terjadi pada aspek anterior-
posterior. Pada sisi bukal, resorpsi terjadi pada bagian posterior-
superior. Hal ini mengakibatkan pelebaran sudut mandibula sesuai
dengan bertambahnya usia. 5
4. Tuberositas lingualis
Sama dengan tuberositas maksilaris, tuberositas lingualis
membentuk satu bagian besar pertumbuhan untuk lengkung tulang
mandibula. Tuberositas maksilaris membentuk perbatasan antara
ramus dan badan ramus. Tuberositas lingualis bergerak ke posterior

26
dan aposisi pada pemukaan posterior wajah. Dapat dikatakan bahwa
tuberositas lingualis terlihat menonjol dalam arah lingual. 5
5. Tulang Alveolar
Terbentuknya tulang alveolar merupakan respon terhadap
adanya benih gigi. Jika gigi tidak mempunyai benih, tulang alveolar
akan gagal untuk berkembang. Kelainan genetik seperti anodontia,
hipodonsia, mempengaruhi terjadinya tumbuh kembang alveolar. 5
6. Kondilus
Awalnya dipercayai bahwa pertumbuhan kondilus terjadi
karena permukaan kartilago kondilus oleh aposisi tulang. Jadi
pertumbuhaan kondilus ke arah dasar kranial. Saat kondilus mendesak
dasar kranial, bagian mandibula akan mengalami perpindahan ke arah
depan dan ke bawah. Sekarang dipercayai bahwa pertumbuhan
jaringan lunak yang meliputi otot dan jaringan ikat, membawa
mandibula jauh ke depan dari basis kranii. Pertumbuhan tulang
mengikuti secara sekunder pada kondilus untuk memelihara kontak
yang konstan dengan basis kranii. Pertumbuhan kondilus rata-rata
meningkat pada masa pubertas antara 121/2-14 tahun dan terhenti
kira-kira pada umur 20 tahun. 5
7. Tulang Koronoideus
Pertumbuhan tulang koronoideus mengikuti prinsip huruf v.
Bagian longitudinal tulang koronoideus dari aspek posterior dapat
dilihat bahwa terjadi aposisi pada permukaan lingual dari tulang
koronoid bagian kanan dan kiri. Mengikuti prinsip huruf v,
penampakan dari oklusal, aposisi pada bagian lingual tulang koronoid
menghasilkan suatu pergerakkan pertumbuhan posterior dalam pola
huruf v. 5

27
8. Dagu
Pada laki-laki sangat berkembang dibanding perempuan. Dagu
biasanya berkembang seiring bertambahnya umur. Pertumbuhan dagu
menjadi sangat signifikan untuk perkembangan wajah. Hal ini
dipengaruhi oleh faktor seksual dan genetik. 5

Gambar 10. Arah pertumbuhan kondilus. 5

28
Gambar 11. Pertumbuhan mandibula. A. Dagu maju ke depan dan ke bawah. B.
Pertumbuhan mandibula terjadi perubahan minimal pada area badan dan dagu
sedangkan terjadi pertumbuhan yang signifikan pada ramus, bergerak secara
posterior. 5

Gambar 12. Remodelling mandibula. Dengan bertambah panjangnya pertumbuhan


mandibula maka ramus secara signifikan akan berubah atau remodelling dimana
ujung dari prosesus kondilus dapat ditemukan pada permukaan anterior dari ramus
beberapa tahun kemudian.5

29
2.3.2 Perpindahan Tulang (bone displacement)
Perpindahan (Displacement)
Perpindahan di sisi lain, adalah pergerakan seluruh tulang
sebagai satu kesatuan (lihat gambar 13 D). Sebagai tulang dibawa dari
artikulasi dengan tulang lain, remodeling pertumbuhan secara simultan
mempertahankan hubungan tulang renggang satu sama lain. Misalnya,
karena seluruh mandibula dipindahkan dari artikulasinya di glenoid
fossa, maka kondilus dan ramus perlu tumbuh ke atas dan belakang
untuk mempertahankan hubungan. sebagai leher condylar, proses
coronoid, dan ramus merombak untuk mengakomodasi perpindahan
(displacement) , mereka juga tumbuh dalam ukuran dan
mempertahankan bentuk dasar (lihat gambar 13 F). Seluruh proses ini
disebut perpindahan primer (primary displacement) , yaitu perpindahan
yang terkait dengan pembesaran tulang itu sendiri. perpindahan
sekunder (secondary displacement) adalah pergerakan tulang yang
berhubungan dengan pembesaran tulang lainnya.6
Pergeseran (drift) dan perpindahan (displacement) terjadi
bersama-sama dan saling melengkapi (yaitu, mereka bergerak dalam
arah yang sama) atau mungkin terjadi dalam arah yang berbeda (lihat
gambar 14), sehingga sulit untuk menentukan kontribusi terpisah dari
renovasi dan perpindahan selama analisis sefalometrik.6

30
Gambar 13. representasi diagram prinsip-prinsip pertumbuhan kraniofasial.
Penjelasan tentang pertumbuhan kraniofasial seringkali terlalu disederhanakan dalam
literatur. Berbagai tulang kerangka kraniofasial tidak membesar dengan proses akresi
permukaan umum mengikuti kontur yang ada, seperti pada A. Pertumbuhan wajah
telah disajikan sebagai proses yang terjadi sebagian besar dalam bentuk muka wajah
(1, 2, 3, dan 4 dalam B) dan penyederhanaan yang berlebihan tidak memperhitungkan
pertumbuhan remodeling luas yang terjadi di hampir semua bagian tulang
kraniofasial. Tulang dapat bergerak dengan dua cara: ia dapat tumbuh (drift kortikal)
dengan deposisi selektif dan resorpsi (C) atau dapat menjadi perpindahan (displace)
(D). dari satu posisi ke posisi lain. Relokasi ditunjukkan oleh segmen yang terencana
(E). di E, segmen hitam di sebelah kiri menempati posisi nomor 1. karena
pertumbuhan longitudinal (penambahan segmen baru) berlanjut, namun, segmen
hitam dipindahkan ke posisi nomor 2, 3, 4, dll. Meskipun posisi relatifnya
sehubungan dengan segmen lainnya terus berubah, perhatikan bahwa ia tidak

31
bergerak; melainkan dipindahkan karena pertumbuhan terjadi di daerah lain. Relokasi
(F) mendasari sebagian besar renovasi yang terjadi selama pertumbuhan mandibula.
Sebagai contoh, bagian-bagian kondilus diubah menjadi leher. Pada tahap
pertumbuhan yang dilapis ini, bagian a dan b menunjukkan perubahan lokal yang
terjadi ketika tulang membesar. Renovasi adalah proses sehaping dan mengubah
ukuran sebagai konsekuensi dari relokasi berkelanjutan progresif.6

Gambar 14. pergeseran dan perpindahan kortikal. Di A, model telah diposisikan dari
P ke P '. Ini dapat dilakukan dengan menggabungkan dua proses dasar: pertumbuhan
kortikal langsung (drift) (B) atau perpindahan (C). Kedua proses ini sering
menghasilkan gerakan dalam arah yang berbeda secara bersamaan. Dalam D,
misalnya, model itu sendiri tumbuh ke kanan (panah) tetapi sedang dibawa ke kiri
pada saat yang sama. Dalam E, model melayang (deposisi dalam hubungannya
dengan resorpsi pada permukaan kontralateral) dari P ke P 'untuk jarak yang
ditetapkan sebagai d1. pembawa bergerak dalam arah berlawanan dari X ke Z untuk
jarak d2. Dalam F, hubungan asli sebelum gerakan ini diinduksi oleh X dan I. Posisi

32
relatif model jika bergeser sendiri terjadi pada m. Akan tetapi, pembawa telah
berpindah dari X ke Z. jika perpindahan saja terjadi, posisi relatif model akan berada
pada j. Kombinasi drift dan displacement, bagaimanapun, menghasilkan hubungan
posisi akhir yang terlihat antara Z dan k.6

2.3.3 Proses Pertumbuhan Aposisi dan Resorpsi


Pertumbuhan mandibula biasanya didahului dengan pertumbuhan
cartilago Meckel. Pada embrio manusia cartilago Meckel akan
berkembang ke bentuk sempurna pada minggu ke-6. Cartilago Meckel
pada tahap perkembangan ini berhubungan erat terhadap n. Mandibularis,
saraf arcus pharyngeus prismus, cabang-cabangnya akan berfungsi
sebagai pendukung skeletal. Riwayat perkembangan selanjutnya dari
cartilago Meckel umumnya berhubungan dengan perkembangan corpus
mandibula. Pada mandibula terdapat 3 daerah pembentukan cartilago
sekunder yang utama. Yang pertama dan terbesar adalah cartilago
condylaris berperan penting pada pertumbuhan mandibula. Cartilago ini
muncul pertama kali pada minggu ke-12. Pada tahap ini terlihat berupa
potongan cartilago pada aspek superior dan lateral tulang pada proc.
Condylaris.
Dagu bergerak ke bawah dan depan hanya sebagai akibat
pertumbuhan kondilus dan tepi posterior ramus mandibula. Korpus
mandibula bertambah panjang melalui aposisi tepi posteriornya,
sementara ramus bertambah tinggi melalui osifikasi endokondral pada
kondilus dan remodeling tulang. Selain tumbuh ke bawah dan ke depan,
mandibula juga tumbuh ke lateral melaui aposisi permukaan lateral
korpus, ramus dan alveolaris mandibula. Untuk mengimbangi aposisi
lateral, terjadi resorpsi pada permukaan lingualnya.7

33
Deposisi tulang terjadi di perbatasan posterior ramus, dimana
resorpsi secara bersamaan juga terjadi di batas anterior untuk
mempertahankan proporsi ramus, yang pada dasarnya , menggerakkan
ramus kebelakang dalam kaitannya dengan corpus mandibula. Deposisi
dan resorpsi yang bersamaan meluas sampai processus koronoideus,
melibatkan mandib- ular notch, dan mereposisi secara progressif foramen
mandibula ke posterior. 7
Prosesus alveolaris berkembang sebagai palung pelindung dalam
responnya terhadap benih gigi dan menjadi sumperimposed pada tulang
basal mandibula. Hal ini menambah ketinggian dan ketebalan korpus
mandibula dan terutama berguna untuk penempatan gigi molar ketiga.
Tulang alveolar gagal terbentuk jika gigi tidak ada dan mengalami
resorbsi yang dikarenakan oleh ekstraksi gigi. 7
Dagu dibentuk pada bagian dari ossicles mental dari kartilago
aksesori dan ujung ventral kartilago Meckel, sangat kurang berkembang
pada bayi, yang terbentuk sebagai sub-unit yang independen pada
mandibula, dipengaruhi oleh oleh faktor seksual dan faktor genetik yang
spesifik.. perbedaan jenis kelamin pada daerah symphyseal mandibula
tidak signifikan hingga terbentuk karakteristik seksual sekunder. Dengan
demikian, dagu menjadi signifikan hanya pada masa remaja, dari
perkembangan tonjolan mental dan tuberkel. Sedangkan dagu yang kecil
ditemukan pada orang dewasa pada kedua jenis kelamin, dagu yang
sangat besar memiliki karakteristik maskulin. "Unit" kerangka dagu
muncul sebagai ekspresi dari kekuatan fungsional yang diberikan oleh
otot-otot pterygoideus lateral, dalam menarik mandibula ke depan, secara
tidak langsung menekan daerah symphyseal mental. Bone buttressing
untuk menahan tekanan otot, yang lebih kuat pada pria, terlihat dalam
dagu laki-laki lebih menonjol. Dagu yang menonjol adalah keunikan
manusia,tidak ada pada primata lain. 7

34
Selama hidup janin, ukuran relatif dari rahang atas dan rahang bawah
bervariasi. Awalnya, mandibula yang jauh lebih besar dari rahang atas,
yang kemudian terlihar bahwa pertumbuhan maksila lebih besar; sekitar
8 minggu pasca konsepsi, pertumbuhan maksila overlap dengan
mandibula. Pertumbuhan yang lebih besar pada mandibula menghasilkan
ukuran yang hampir sama antara rahang atas dan rahang bawah pada
minggu ke 11. Pertumbuhan mandibula lebih lambat dari perumbuhan
maksila antara minggu ke 13 dan 20 karena adanya peralihan dari
kartilago Meckel ke kartilago sekunder kondilus sebagai penentu utama
pertumbuhan pada mandibula. Saat lahir, mandibula cenderung lebih
retrognati daripada maksila walaupun kedua rahang dapat saja berukuran
sama. Kondisi retrognati ini biasanya terkoreksi dengan sendirinya pada
awal kehidupan postnatal oleh pertumbuhan mandibula yang sangat cepat
dan perpindahan ke arah depan untuk mencapai hubungan
maksilomandibula kelas I Angle. Pertumbuhan mandibula yang tidak
adekuat akan menghasilkan hubungaan kelas II Angle (retrognati), dan
pertumbuhan mandibula yang sangat berlebih menghasilkan hubungan
kelas III (prognati). Mandibula dapat tumbuh lebih panjang dibandingkan
maksila. 7

2.3.4 Modeling dan Remodeling


Tulang rahang dapat mengalami kerusakan yang terjadi karena
kerusakan disekitar akar gigi (kerusakan jaringan periodonsium),
kerusakan yang terjadi setelah ekstraksi gigi, pengurangan jumlah
kuantitas tulang rahang yang disebabkan karena trauma atau gigi yang
hilang dalam jangka waktu lama, kerusakan disekitar implant, kerusakan
tulang yang dihasilkan dari kista atau operasi tumor.8
Setelah terjadi kerusakan tulang, maka tulang dengan sendirinya
akan melakukan proses osteointegrasi menstimulasi formasi tulang baru

35
melalui modeling dan remodeling. Modeling adalah proses awal yang
meliputi perubahan awal pembentukan tulang dan remodeling adalah
suatu proses dimana terjadi pembuangan tulang yang telah tua (resorpsi)
dan penggantian dengan tulang yang baru dibentuk. Proses osteointegrasi
menstimulasi formasi tulang baru yang terjadi secara natural dan selama
penyembuhan pada defek osteotomy. 8
Tulang secara konstan mengalami remodeling dimana merupakan
proses kompleks yang mengikutsertakan resorpsi tulang pada beberapa
permukaan, lalu diikuti oleh fase pembentukan tulang. Urutan dari
remodeling tulang pada keadaannormal selalu sama, yaitu: resorpsi tulang
oleh osteoklas, fase reversal, lalu diikuti pembentukan tulang oleh
osteoblas untuk memperbaiki defek. 8
Selama resorpsi tulang, osteoklas melepaskan faktor local dari
tulang, dimana memiliki dua efek: menghambat fungsi osteoklas dan
stimulasi aktivitas osteoblas. Lebih lanjut lagi, osteoklas memproduksi
dan melepaskan faktor yang memiliki efek pengaturan yang negatif pada
aktivitasnya dan mendorong fungsi osteoklas. Akhirnya saat osteoklas
menyelesaikan siklus resorptif, mereka akan mensekresikan protein yang
nantinya akan menjadi substrat untuk perlekatan osteoblas. Resorpsi
tulang mengikutsertakan beberapa tahap yang langsung mengarah pada
pembuangan baik mineral dan konstituen organik dari matriks tulang oleh
osteoklas, dibantu oleh osteoblas. Tahap pertama adalah pengerahan dan
penyebaran progenitor osteoklast ke tulang. Sel-sel progenitor ditarik dari
jaringan haemophoietik seperti sumsum tulang dan jaringan slenic ke
tulang melalui aliran darah sirkulasi. Mereka akan berproliferasi dan
berdiferensiasi menjadi osteoklas melalui mekanisme yang menyertakan
interaksi sel terhadap sel dengan sel stromal osteoblas. Tahap selanjutnya
melibatkan persiapan permukaan tulang dengan pembuangan lapisan
osteoid yang tidak termineralisasi oleh osteoblas, yang memproduksi

36
beragam enzim proteolitik, dalam beberapa matriks metalloproteinase,
kolagenase dan gelaitnase. 8
Setelah osteoklas meresorpsi maksimum, maka akan terjadi transisi
dari aktivitas osteoklastik menjadi aktivitas osteoblastik. Peristiwa
transisi ini dikenal dengan fase reversal, yang terjadi selama ~9 hari.
Pembentukan tulang muncul dari kompleks peristiwa yang melibatkan
proliferasi sel mesenkim primitif, diferensiasi menjadi sel prekursor
osteoblas (osteoprogenitor, pre-osteoblas), pematangan osteoblas,
pembentukan matriks dan akhirnya mineralisasi. Osteoblas berkumpul
pada dasar kavitas resorpsi dan membentuk osteoid yang mulai untuk
mineralisasi setelah 13 hari pada rasio awal ~1µm/hari. Osteoblas terus
membentuk dan melakukan mineralisasi osteoid hingga kavitas terisi.
Waktu kavitas terisi hingga permukaan adalah 124-168 hari pada individu
normal. 8
Seperti yang telah dijelaskan diatas, penyembuhan jaringan tulang
terdiri dari regenerasi dan perbaikan. Namun perbaikannnya tergantung
dari karakteristik luka. Faktor-faktor yang dapat mengganggu formasi
jaringan tulang karena luka, yaitu8:
1. Kegagalan pembuluh darah untuk berproliferasi pada luka
2. Improper stabilisasi pada coagulum dan jaringan granulasi pada luka
3. Ingrowth of “non-osseous” tissue dengan aktivitas proliferasi yang
tinggi
4. Kontaminasi bakteri. 8

2.3.5 Prinsip V Enlow


Prinsip V adalah mekanisme pertumbuhan kerangka wajah yang
penting, karena banyak tulang wajah dan tengkorak memiliki konfigurasi
V atau daerah berbentuk V. Area seperti itu tumbuh melalui resorpsi

37
tulang pada permukaan luar V dan deposisi pada sisi dalam karena
konsep pertumbuhan permukaan tergantung pada arah pertumbuhan. V
bergerak menjauh dari ujungnya dan membesar secara bersamaan.
Dengan demikian, peningkatan ukuran dan pergerakan pertumbuhan
adalah proses yang terpadu.9

Gambar 15. Prinsip V - ekspansi vertikal: Kiri: menurut konsep pertumbuhan ini,
tulang mengendap di permukaan dalam V, membentuk tulang dan menutupinya
kembali pada permukaan luar. Jadi, V bergerak menjauh dari sempit serta ke arah
anak panah dan memperbesar ukuran keseluruhan. Kanan: bagian longitudinal
melalui proses koronoid mandibula kanan dan kiri. Proses diperbesar selama
pertumbuhan sesuai dengan prinsip V. Tulang diendapkan pada permukaan lingual
dan diserap dari permukaan bukal yang berlawanan. Strukturnya bertambah tinggi,
ujung proses koronoid menyimpang lebih jauh, dan basis tulangnya bertemu.

38
Gambar 16. Prinsip V - ekspansi horizontal: Mandibula dilihat dari atas. Termasuk
bagian horizontal melalui pangkal proses koronoid. Tulang diendapkan pada sisi
lingual struktur mandibula hingga permukaan ramal. Dengan demikian, proses
koronoid bergerak - mengurangi deposisi tulang pada permukaan bagian dalam - ke
arah belakang, dan bagian posterior mandibula melebar. Kiri: konfigurasi mandibula
anak berusia 5 tahun yang dilihat dari atas.

39
BAB III
PENUTUP

3.1Kesimpulan
Setiap manusia akan mengalami pertumbuhan dan perkembangan
kraniofasial. Kraniofasial dibagi menjadi empat daerah pertumbuhan, karena
cara pertumbuhan masing-masing daerah tersebut berbeda antara satu dengan
lainnya. Keempat daerah tersebut adalah ruang kranium (cranial vault), basis
kranium, maksila dan mandibula.

Tulang mengalami osteogenesis, osteogenesis adalah suatu proses


pembentukan tulang baru oleh sel yang disebut dengan osteoblas. Pada tulang
mandibular terdapat pertumbuhan dan perkembangan prenatal (proses konsepsi,
yakni pertemuan sperma dan ovum hingga berakhir pada saat bayi dilahirkan) dan
postnatal (masa sejak dilahirkan sampai pulihnya alat-alat reproduksi dan anggota
tubuh lainnya). Mandibular juga mengalami proses aposisi dan resorbsi. Resorpsi
tulang pada batas anterior dan deposisi pada batas posterior kedua ramus
menyebabkan pertumbuhan anteroposterior pada ramus dan badan mandibula,
sehingga meningkatkan panjang posterior badan mandibular.

Modeling adalah proses awal yang meliputi perubahan awal pembentukan


tulang dan remodeling adalah suatu proses dimana terjadi pembuangan tulang
yang telah tua (resorpsi) dan penggantian dengan tulang yang baru dibentuk.
Remodeling adalah proses dasar proses pertumbuhan tulang.

Prinsip V adalah mekanisme pertumbuhan kerangka wajah yang penting,


karena banyak tulang wajah dan tengkorak memiliki konfigurasi V atau daerah
berbentuk V.

40
DAFTAR PUSTAKA

1. Enlow DH, Hans MG. Essential of Facial Growth. Philadephia: W. B. Saunders


Company. 1996: 18-36
2. Sarworini B. Budiardjo. Osteogenesis dan tumbuh-Kembang Skelet Kraniofasial
Manusia. Jurnal Kcdokteran Gigi Universitas Indonesia 2003:10 (Edisi Khusus):
301-306
3. Ulfa. Proses Pembentukan Tulang Secara Singkat. https://dosenbiologi.com/
manusia/proses-pembentukan-tulang. 31 Maret 2017. Diakses pada tanggal 16
Maret 2020.
4. Nadya Cesar. System Skeleton. http://nadyacesar.blogspot.com/2016/10/sistem-
skeleton-sistem-skeleton-adalah.html. 05 Oktober 2015. Diakses pada tanggal 16
Maret 2020.
5. Primasari, Ameta. Embriologi Dan Tmbuh Kembang Rongga Mulut. Medan: USU
pres. 2018: 71-76
6. Moyers RE. Handbook Of Orthodontics. 4th ed. Canada: Mosby Elsevier. 2007:
46-48
7. Purwanti, Heryuliani, dan Sari, Fitria. Proses Pertumbuhan Mandibula. Program
Studi Spesialis Ilmu Kedokteran Gigi Anak Fakultas Kedokteran Gigi Universitas
Padjajaran Bandung. 2012: 1-2; 11-13
8. Universitas Indonesia.
file:///C:/Users/ASUS/AppData/Local/Packages/microsoft
.windowscommunicationsapps_8wekyb3d8bbwe/LocalState/Files/S0/77/Attachm
ents/file[322].pdf. Diakses pada tanggal 18 Maret 2020: 8-10
9. Rakossi T, Jonas I, Graber TM. Orthodontic Diagnosis. New York: Thieme
Medical Publhisher. 1993: 19

41
42

Anda mungkin juga menyukai