Anda di halaman 1dari 5

Pertumbuhan dan Perkembangan Maksila

Pre-Natal
Maksila juga berkembang dari pusat osifikasi di maxillary process yang terapat di branchial
arch pertama. Untuk maksila, tidak ada kartilago primer (primary cartilage) yang ada, tetapi pusat
osifikasi nya dekat dengan kartilago dari nasal capsule. Proses osifikasi dari maksila sama dengan
proses osifikasi mandibula. Dari pusat osifikasi, formasi tulang menyebar secara posterior menuju
zygoma, secara anterior menuju incisor, dan secara superior menuju ke frontal process. Akibat dari
perkembangan ini terjadi deposisi tulang pada bagian posterior. Osifikasi juga berkembang menuju
palatine process untuk membentuk palatum primer.
Dalam pertumbuhan maksila lebih lanjut, terdapat kartilago sekunder (secondary cartilage) yang
berpengaruh besar yaitu zygomatic/malar cartilage. Kartilago ini muncul pada saat perkembangan
tulang zygomatic dan dalam waktu yang singkat dapat berkontribusi dalam perkembangan maksila.

Post-Natal
Pertumbuhan maksila dipengaruhi oleh pertumbuhan otak, pertumbuhan tulang cranial, dan
nasalseptal guidance, yang memberikan pengaruh signifikan terhadap pergerakan maju mundur
maksila dari lahir hingga umur 7 tahun.
Setelah umur 7 tahun hingga dewasa pengaruh-pengaruh tersebut berkurang secara dramatis
seiring pertumbuhan sutural dan pertumbuhan permukaan intramembranosa mengambil alih.

Pertumbuhan dan Perkembangan Mandibula

Pre-Natal
Tulang kartilago dari branchial arch pertama yaitu Meckel's cartilage membentuk rahang bawah. Di
saat minggu ke-6 masa kehamilan, perkembangan tulang kartilago ini meluas sebagai batang hyaline
cartilage, dilapisi oleh kapsul fibroselular, dari tempat perkembangan telinga (otic capsule) hingga
midline dimana mandibula bersatu. Saraf mandibular terbagi menjadi lingual dan cabang alveolar
inferior. Cabang alveolar inferior dibagi lagi menjadi dua, yaitu incisor dan mental branches.
Di minggu ke-6, bagian lateral Meckel's cartilage mengalami kondensasi dari
mesenkim di sudut yang dibentuk oleh divisi dari saraf alveolar inferior, incisor, dan mental branches.
Pada 7 minggu osifikasi intramembranous dimulai dalam kondensasi ini, membentuk tulang pertama
dari mandibula. Dari pusat osifikasi ini, formasi tulang menyebar cepat secara anterior menuju ke
midline dan secara posterior menuju titik dimana saraf mandibula dibagi menjadi lingual dan cabang
alveolar inferior. Perkembangan formasi tulang ini terjadi di sepanjang bagian lateral dari Meckel's
cartilage, membentuk sebuah palung yang terdiri dari plate lateral dan medial yang bersatukan
diantara incisor. Lalu perkembangan tulang ini berlangsung hingga menuju midline. Dua pusat
osifikasi yang tersisa dipisahkan oleh mandibular symphysis sampai bayi akan lahir.
Perpanjangan Meckel's cartilage yang mengarah ke belakang, nantinya akan menjadi sebuah
saluran yang berisi saraf alveolar inferior. Ramus mandibula dikembangkan oleh osifikasi secara
posterior menuju mesenkim dari branchial arch pertama. Titik perbedaan ini ditandai oleh lingula
pada mandibula dewasa. Meckel's cartilage akan menjadi malleus di telinga dalam dan
sphenomalleolar ligament.

Pertumbuhan mandibula lebih lanjut dipengaruhi oleh tiga kartilago sekunder (secondary cartilage),
yaitu :
1. Kartilago Kondilar (condylar cartilage)
Kartilago kondilar muncul pada saat minggu ke-12 masa perkembangan dan secara cepat
membentuk cone yang berperan besar dalam perkembangan ramus. Kartilago ini dapat berkembang
menjadi tulang sejati melalui osifikasi endokondral. Tidak semua kartilago kondilar mengalami
osifikasi, akibatnya ada sisa kartilago yang bertahan hingga 20 tahun. Sisa kartilago kondilar ini
berguna untuk mekanisme pertumbuhan mandibula.
2. Kartilago Koronoid (coronoid cartilage)
Kartilago koronoid muncul saat bulan ke-4 dari masa perkembangan. Kartilago Koronoid ini
ukurannya melebihi batas anterior dari koronoid process. Kartilago ini bersifat sementara dan akan
hilang sebelum lahir.

3. Kartilago Symphyseal
Kartilago ini muncul di jaringan ikat diantara ujung Meckel's cartilage tetapi sepenuhnya
berdiri sendiri (tidak bergantung pada Meckel's cartilage). Mereka akan hilang setelah setahun
pertama kelahiran.
Post-Natal
Pertumbuhan mandibula terjadi oleh proses remodeling tulang. Pertumbuhan panjangnya
ukuran mandibula terjadi karena adanya bone deposition di permukaan posterior (ramus) dengan
pengimbangan apsorption pada permukaan anterior. Hal ini menyebabkan pertumbuhan mandibula
memanjang ke belakang.
Pertumbuhan lebar mandibula terjadi karena adanya bone deposition pada permukaan luar
mandibula dan apsorption pada permukaan dalam. Walaupun mandibula merupakan single bone,
namun mandibula merupakan sebuah skeletal units yang masing-masing berhubungan dengan
jaringan-jaringan halus di sekitar yang disebut dengan functional matrices. Functional matrices
merupakan penentu utama pertumbuhan skeletal units.
Mandibula memiliki ciri the most delayed growth dan the most post-natal growth dari semua
tulang wajah.
Bagian kanan dan kiri mandibula pada bayi yang baru lahir masih terpisah, kemudian menyatu
pada midline mental symphisis selama tahun pertama.
Lokasi utama pertumbuhan post-natal mandibula adalah :
- endochondral apposition pada tulang rawan condylar
- intramembraneous apposition pada aspek posterior
Pada saat lahir, mandibular condylers tumbuh lebih secara horizontal sehinggan condylar
tumbuh memanjang Sedangkan, pada anak-anak, pertumbuhan lebih secara vertical sehingga
pertumbuhan condylar meninggi. Pertumbuhan mandibula berlangsung hingga akhir masa remaja,
sekitar umur 20 tahun.

Tempomandibular Joint (TMJ)

TMJ adalah artikulasi antar dua tulang yang terbentuk dari pusat osifikasi membranosa. Sebelum
kartilago kondilar terbentuk, pita lebar dari mesenkim yang tidak berdiferensiasi terbentuk diantara
ramus mandibula dan tulang squamous lympanic yang sedang berkembang. Selama kartilago kondilar
terbentuk, pita ini berkurang lebarynya dan berubah menjadi potongan padat mesenkim. Mesenkim
segera berbatasan dengan potongan padat tersebut untuk memberntuk rongga sendi yang nantinya
akan menjadi articular disc dari sendi.

Maloklusi adalah suatu bentuk oklusi yang menyimpang dari bentuk standar yang diterima sebagai
bentuk normal. Hal ini dapat disebabkan oleh tidak ada keseimbangan pertumbuhan dan
perkembangan serta hubungan yang tidak harmonis antara gigi geligi dengan komponen kraniofasial.
Hubungan gigi geligi saat oklusi normal akan berdampak pada jarak gigit dan tumpang gigit yang
normal pula serta akan terjadi kesesuaian bentuk lengkung geligi dan inklinasi gigi antara rahang atas
dan rahang bawah. Faktor internal keturunan,eksternal lingkungan,etnik,

Membuka mulut

Seperti sudah diperkirakan, gerak membuka maksimal umumnyalebih kecil


d a r i p a d a k e k u a t a n g i g i t a n m a k s i m a l ( m e n u t u p ) . M u s k u l u s pterygoideus lateralis
berfungsi menarik prosessus kondiloideus ke depanm e n u j u e m i n e n s i a a r t i k u l a r i s .
P a d a s a a t b e r s a m a a n , s e r a b u t p o s t e r i o r muskulus temporalis harus
r e l a k s d a n k e a d a a n i n i a k a n d i i k u t i d e n g a n r e l a k s a s i m u s k u l u s m a s s e t e r,
serabut anterior muskulus tempor alis danm u s k u l u s p t e r y g o i d e u s m e d i a l i s
y a n g b e r l a n g s u n g c e p a t d a n l a n c a r. Keadaan ini akan memungkinkan
m a n d i b u l a b e r o t a s i d i s e k i t a r s u m b u horizontal, sehingga prosessus kondilus akan
bergerak ke depan sedangkanangulus mandibula bergerak ke belakang. Dagu akan terdepresi, keadaan
ini berlangsung dengan dibantu gerak membuka yang kuat dari muskulusdigastricus, muskulus
geniohyoideus dan muskulus mylohyoideus yang berkontraksi terhadap os hyoideum yang
relatif stabil, ditahan padat e m p a t n y a o l e h m u s k u l u s i n f r a h y o i d e i . S u m b u
t e m p a t b e r o t a s i n y a (Pedersen, 1996)

Menutup mulut

Penggerak utama adalah muskulus masseter, muskulus temporalis, dan muskulus


pterygoideus medialis. Rahang dapat menutup pada berbagai posisi, dari menutup pada posisi protrusi
penuh sampai menutup padakeadaan prosesus kondiloideus berada pada posisi paling
posterior dalamfosa glenoidalis. Gerak menutup pada posisi protrusi memerlukan
kontraksimuskulus pterygoideus lateralis, yang dibantu oleh muskulus pterygoideus
medialis. Caput mandibula akan tetap pada posisi ke depan pada
eminensiaa r t i k u l a r i s . P a d a g e r a k m e n u t u p r e t r u s i , s e r a b u t p o s t e r i o r
muskulust e m p o r a l i s a k a n b e k e r j a b e r s a m a d e n g a n m u s k u l u s
m a s s e t e r u n t u k mengembalikan prosesus kondiloideus ke dalam fosa glenoidalis,
sehinggagigi geligi dapat saling berkontak pada oklusi normal (Pedersen, 1996).P a d a g e r a k
m e n u t u p c a v u m o r i s , k e k u a t a n y a n g d i k e l u a r k a n o t o t pengunyahan akan diteruskan
terutama melalui gigi geligi ke rangka wajah bagian atas. Muskulus pterygoideus lateralis dan serabut
posterior muskulustemporalis cenderung menghilangkan tekanan dari caput mandibula
padasaat otot-otot ini berkontraksi, yaitu dengan sedikit mendepresi caput selamag i g i g e l i g i
m e n g g e r e t a k . K e a d a a n i n i b e r h u b u n g a n d e n g a n f a k t a b a h w a sumbu rotasi
mandibula akan melintas di sekitar ramus, di daerah manapun d i d e k a t o r i f i s u m
canalis m a ndibul ar. Wa l a u p u n demikian m a s i h diperdebatkan
t e n t a n g a p a k a h a r t i c u l a t i o t e m p o r o m a n d i b u l a m e r u p a k a n sendi yang tahan
terhadap stres atau tidak. Hasil-hasil penelitian mutakhir dengan menggunakan model
fotoelastik dan dengan cahaya polarisasi pada berbagai kondisi beban menunjukkan bahwa artikulasio
ini langsung berperan dalam mekanisme stress (Pedersen, 1996)

Masalah TMJ

1. Dislokasi misalnya luksasi terjadi bila kapsul dan ligamen temporomandibula mengalami
gangguan sehingga memungkinkan processus condylaris untuk bergerak lebih kedepan dari
eminentia articularis dan ke superior pada saat membuka mulut. Kontriksi otot dan spasme
yang terjadi selanjutnya akan mengunci processus condylaris dalam posisi ini, sehingga
mengakibatkan gerakan menutup. Dislokasi dapat terjadi satu sisi atau dua sisi, dan kadang
terjadi secara sepontan bila mulut dubuka lebar, misalnya pada saat makan atau mengunyah.
Dislokasi dapat juga ditimbulkan oleh trauma saat penahanan mandibula waktu dilakukan
anestesi umum atau akibat pukulan. Dislokasi dapat bersifat kronis dan kambuh, dimana
pasien akan mengalami serangkaian serangan yang menyebabkan kelemahan abnormal
kapsul pendukung dan ligamen(subluksasi kronis) (Pedersen, 1996).
2. Kelainan internal ini jika perlekatan meniscus pada kutub processus condylaris lateral
mengendur atau terputus, atau jika zona bilaminar mengalami kerusakan atau degenerasi
akibat trauma atau penyakit sendi ataupun keduanya, maka stabilitas sendi akan terganggu.
Akibatnya akan terjadi pergeseran discus kearah anteromedial akibat tidak adanya penahanan
terhadap pergerakan musculus pterygoideus laterralis superior. Berkurangnya pergeseran
kearah anterior yang spontan dari discus ini akan menimbulkan kliking yang khas, yang
akan terjadi bila jarak antara insisal meningkat. Sumber klikingsendi ini berhubungan
dengan pergeseran prosescus condylaris melewati pita posterior meniscus yang tebal. Dengan
memendeknya pergeseran anterior dari meniscus, terjadi kliking berikutnya. Pada tahap
inilah discus akan bersifat fibrokartilagenus, yang mendorong terbentuknya konfirgurasi
cembung-cembung (Pedersen, 1996).
Closed lock merupakan akibat dari pergeseran discus ke anterior yang terus
bertahan. Bila pita posterior dari discus yang mengalami deformasi tertahan di anterior
processus condylaris, akan terbentuk barier mekanis untuk pergeseran processus condylaris
yang normal. Jarak antar insisial jarang melebihi 25 mm, tidak terjadi translasi, dan fenomena
clicking hilang. Closed lock dapat terjadi sebentar-sebentar dengan disela oleh clicking
dan locking, atau bisa juga bersifat permanen. Pada kondisi parsisten, jarak antar insisal
secara bertahap akan meningkat akibat peregangan dari perlekatan posterior discus, dan
bukannya oleh karena pengurangan pergeseran yang terjadi. Keadaan ini dapat berkembang
ke arah perforasi discus yang disertai dengan osteoarthritis pada processus condylaris dan
eminentia articularis (Pedersen, 1996).
3. Closed lock akut Keadaan closed lock yang akut biasanya diakibatkan oleh trauma yang
menyebabkan processus condylaris terdorong ke posterior dan akibat terjadi cedera pada
perlekatan posterior. Rasa sakit atau tidak enak yang ditimbulkan dapat sangat parah, dan
keadaan ini kadang disebut sebagai discitis. Discitis ini lebih menggambarkan keradangan
pada perlekatan discus daripada keadaan discus yang avaskular/aneural (Pedersen, 1996).
4. Artritis. Keradanga sendi temporomandibula yang disebabkan oleh trauma, atritis tertentu,
dan infeksi disebut sebagai artritis. Trauma, baik akut atau pun kronis, menyebabkan suatu
keadaan progresif yang ditandai dengan pembekaan, rasa sakit yang timbul hilang dan
keterbatasan luas pergerakan sendi yang terlibat (Pedersen, 1996).
5. Spasme otot. Miospasme atau kekejangan otot, yaitu kontraksi tak sadar dari satu atau
kelompok otot yang terjadi secara tiba-tiba, biasanya nyeri dan sering kali dapat
menimbulkan gangguan fungsi. Devisiasi mandibula saat membuka mulut dan berbagai
macam gangguan/keterbatasan pergerakan merupakan tanda obyektif dari miospasme. Bila
musculus maseter dan temporalis mengalami kekejangan satu sisi, maka pergerakan
membuka dari mandibula akan tertahan, dan akan terjadi deviasi mandibula ke arah sisi yang
kejang. Pada saat membuka mulut mengunyah dan menutupkan gerakan akan timbul rasa
nyeri ekstraartikular. Bil;a musculus pterygoideus lateralis inferior mengalami spasme akan
terjadi maloklusi akut, yang ditunjukkan dengan tidak beroklusinya gigi-gigi posterior pada
sisi yang sama dengan musculus tersebut, dan terjadi kontak prematur gigi-gigi anterior pada
sisi yang berlawanan. Nyeri akibat spasme pterygoideus lateralis kadang terasa pada sendi itu
sendiri. Bila terjadi kekejangan pada musculus masseter, temporalis, dan musculus
pterygoideus lateralis inferior terjadi secara berurutan, baik unilateral ataupun bilateral, maka
dapat timbul maloklusi akut (Pedersen, 1996).
6. Oklusi. Pemeriksan gigi secara menyeluruh dengan memperhatikan khususnya faktor oklusi,
merupakan awal yamg tepat. Gangguan oklusi secara umum bisa langsung diperiksa, yaitu
misalnya gigitan silang, gigitan dalam, gigi supraerupsi dan daerah tak bergigi yang tidak
direstorasi. Abrasi ekstrem dan aus karena pemakain seringakali merupakan tanda khas
penderita bruxism, yang bisa langsung dikenali. Protesa yang digunakan diperiksa stabilitas,
fungsi dan abrasi/aus pada oklusal (Pedersen, 1996).
7. Sters. Walaupu sters dikatakan memiliki peranan etiologis yang penting dalam dialami
penderita atau reaksi penderita dalam menghadapinya. Beberapa penderita akan mengalami
kualitas tidurnya menjadi rendah dengan mulai timbulnya bruxism dengan keadaan sters
(Pedersen, 1996).

Anda mungkin juga menyukai