BAB I
PENDAHULUAN
harapan hidup, menurunnya angka kematian bayi, ibu dan anak, menurunnya angka
gizi masyarakat.(Beaglehola,2003).
Masalah kesehatan adalah suatu masalah yang sangat komplek yang saling
berkaitan dengan masalah lain diluar kesehatan itu sendiri. Pemecahan masalah
kesehatan masyarakat, tidak hanya dilihat dari segi kesehatannya sendiri, tetapi harus
dilihat dari seluruh segi yang ada pengaruhnya terhadap masalah “sehatsakit” atau
yaitu faktor lingkungan, faktor perilaku, faktor pelayanan kesehatan dan faktor
kesehatan, juga saling berpengaruh satu sama lainnya. Status kesehatan akan tercapai
1
2
pembuangan sampah dan pembuangan air limbah (air kotor). Salah satu penyakit
penyakit diare dengan angka kejadian lebih banyak terjadi pada bayi dan balita. Hasil
Survei Kesehatan Rumah tangga (SKRT) diperoleh angka kesakitan diare untuk
Dibandingkan dengan hasil survei yang sama pada tahun 2006 yaitu sebesar
280 per 1.000 penduduk. Angka kesakitan yang dilaporkan selama 3 tahun (2008-
2010) cenderung menurun, tahun 1999 dilaporkan sebesar 25,63 per 1.000 penduduk,
tahun 2009 turun menjadi 22,69 per 1.000 penduduk dan dua tahun 2008 turun lagi
menjadi 12,00 per 1.000 penduduk. Hal ini diduga karena rendahnya jumlah kasus
Hasil penelitian terhadap semua kasus balita yang disurvei pada Reskesdas
Tahun 2013 diketahui bahwa penyakit infeksi masih merupakan penyebab kematian
terbanyak. Penyakit diare masih merupakan penyebab utama kematian bayi dan balita
karena penyakit ini merupakan penyakit yang akut dan keterlambatan penderita
memperoleh pertolongan. Kematian balita (2,3 per 1.000 balita) menempati urutan
Berdasarkan laporan rumah sakit di Indonesia tahun 2014, jumlah balita rawat
inap di rumah sakit cukup tinggi. Selain itu juga sering terjadi penyakit Kejadian Luar
Biasa (KLB) di beberapa wilayah dengan jumlah penderita dan kematian yang cukup
tinggi. Laporan surveilans tahun 2013, KLB penyakit dengan jumlah kasus terbanyak
adalah penyakit diare sebanyak 6.922 kasus. Jumlah yang meninggal yang
disebabkan oleh KLB penyakit, terbanyak pada KLB diare dengan 180 orang
meninggal.(Budiarto, 2014).
bahwa 11% anak dibawah umur lima tahun mengalami diare. Angka ini serupa
dengan yang ditemukan dalam SDKI 1994 dan 1997 (masing-masing 9% dan 12%).
Anak yang sumber air minumnya berupa air permukaan, cenderung mengalami diare
daripada anak yang sumber air minumnya berupa perpipaan dan sumur.
bahwa pada kelompok umur kurang dari satu tahun menduduki urutan ketiga, yaitu
1.111 per 100.000, mengalami gangguan perinatal dan pneumonia. Pada kelompok
umur 1-4 tahun angka kematian menduduki urutan kedua, yaitu 134 per 100.000,
sedangkan pada kelompok umur 5-14 tahun berada pada urutan pertama mengalami
kematian yaitu 28 per 100.000. Salah satu penyebab masih tingginya angka kesakitan
secara langsung seperti faktor gizi, makanan dan lingkungan maupun pengaruh tidak
4
langsung seperti faktor sosial ekonomi. Kesehatan lingkungan yang buruk akan
Provinsi Aceh adalah 529.279 orang, sedangkan menurut jenis kelamin 2 71.071,
masih tinggi jumlah balita yang terkena penyakit antara lain penyakit diare 15.514
kasus, ISPA 8.083 kasus, Scabies 1,091 kasus, Typoid 201 kasus, dan penyakit
lainya 501 kasus. Balita Kecamatan Woyla Barat jumlah 1.320 balita, jumlah balita
yang terserang penyakit diare 989 kasus terjadi pada anak Balita. (Dinkes Aceh Barat,
2015)
Barat tahun 2014 masih rendah. Cakupan air bersih 56,58%, cakupan jamban
Berdasarkan kajian tersebut diduga kuat ada pengaruh perilaku ibu terhadap
personel Hygiene pada balita di Kecamatan Woyla Barat Kabupaten Aceh Barat.
penelitian ini adalah ”Apakah ada pengaruh perilaku ibu terhadap personal Hygiene
Barat
Aceh Barat
Barat
Barat
6
penyakit.
1.5. Hipotesis
Kabupaten Aceh.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Perilaku
terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem seseorang
terhadap sakit atau penyakit adalah cara manusia merespon baik secara pasif
Stimulus Reaksi Tingkah laku (terbuka) Sikap (tertutup) penyakit yang ada pada
(dirinya dan diluar dirinya) maupun secara aktif (praktik) yang dilakukan sehubungan
oleh beberapa faktor yaitu: a) Latar belakang seseorang yang meliputi norma - norma
yang ada, kebiasaan, nilai budaya dan keadaan sosial ekonomi yang berlaku dalam
dimaksud meliputi manfaat yang akan didapat, hambatan yang ada, kerugian dan
seseorang yang mempunyai latar belakang pengetahuan yang baik dan bertempat
tinggal dekat dengan sarana kesehatan, bisa saja belum pernah memanfaatkan sarana
kesahatan tersebut. Suatu ketika orang tersebut terpaksa minta bantuan dokter karena
7
8
perilaku orang tersebut untuk memanfaatkan sarana kesehatan yang sudah ada.
2.1.1. Umur
Dalam model system kesehatan (Health System Models) oleh Anderson (1974,
Menurut Depkes RI (2009) Umur atau usia adalah satuan waktu yang
mengukur waktu keberadaan suatu benda atau makhluk, baik yang hidup
maupun yang mati. Semisal, umur manusia dikatakan lima belas tahun diukur
sejak dia lahir hingga waktu umur itu dihitung. Oleh yang demikian, umur itu
diukur dari tarikh ianya lahir sehingga tarikh semasa (masa kini). Manakala
usia pula diukur dari tarikh kejadian itu bermula sehinggalah tarikh
semasa(masa kini). Usia kronologis adalah perhitungan usia yang dimulai dari
seorang anak secara kronologis berusia empat tahun akan tetapi masih
menunjukkan kemampuan yang setara dengan anak berusia satu tahun, maka
9
dinyatakan bahwa usia mental anak tersebut adalah satu tahun.Usia biologis
dimiliki oleh seseorang sebagai berikut Masa balita 0 - 5 tahun, Masa kanak-
25 tahun, Masa dewasa Awal 26- 35 tahun, Masa dewasa Akhir 36- 45 tahun,
Masa Lansia Awal 46- 55 tahun, Masa Lansia Akhir 56 - 65 tahun, Masa
2.1.2. Pendidikan
tidak mendukung (unfavorable) pada suatu objek. Sikap bersifat evaluatif dan
berakhir pada nilai yang dianut dan terbentuk kaitannya dengan suatu objek.
Sikap merupakan perasaan positif atau negatif atau keadaan mental yang selalu
pengaruh khusus pada respon seseorang terhadap objek, orang dan keadaan.
Sikap merupakan reaksi yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu
atau kesediaan bertindak. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas,
akan tetapi adalah merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. Sikap belum
tindakan suatu perilaku. Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih
tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap merupakan
2.1.4. Pengetahuan
stimulus tersebut bagi dirinya. Trail yaitu subjek mulai mencoba melakukan
terjadinya infeksi pada tubuh seseorang. Personal hygiene lebih dari sekedar bersih
namun mencakup banyak kegiatan yang dapat membantu orang menjadi bersih dan
sehat. Dengan menjaga kebersihan supaya tidak akan menyebarkan kuman kepada
pada masa remaja. Maka, harus terdapat suatu usaha yang lebih untuk
keluarga dengan fasilitas yang ada, seperti ketersediaan air mengalir. Hal
memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi, sikat gigi, shampo,
13
kuku dan lain-lain. Selain itu, seseorang memiliki selera tersendiri dalam
g. Kondisi fisik atau psikis; orang yang menderita penyakit tertentu atau
melakukannya.
kebersihan gigi dan mulut, kebersihan mata telinga dan hidung, mencuci tangan
bersih dan sabun. Memakai pakaian bersih dan mandi adalah dasar untuk
kulit dari bongkol atau sekret, keringat, kotoran dan kuman yang
lain dari mandi adalah dapat mengaktifkan sirkulasi darah, relaksasi tubuh
Bagian yang menyelimuti tubuh adalah kulit, dimana kulit sebagai lini
sabun lunak. Tujuannya agar kulit tidak mengundang debu, kuman, dan
kotoran yang bisa memasuki pori dan kelenjar minyak kulit. Jerawat, bisul,
dan infeksi kulit mudah muncul jika kulit berminyak kurang dirawat.
15
kuku dan jemari sebagai sebuah keisengan, bukan jarang akan terbentuk
b) Kebersihan Rambut
Mencuci rambut atau biasa disebut dengan keramas merupakan salah satu
berminyak perlu dibilas lebih sering daripada rambut kering karena rambut
Demikian juga orang-orang yang terkena lebih banyak debu dan asap perlu
Merawat kebersihan gigi dan mulut adalah salah satu dasar perilaku
kesehatan yang baik. Oleh karena itu, setiap orang harus dibiasakan untuk
menyikat gigi setidaknya dua kali sehari atau setelah makan untuk
2010).
Mata perlu dibersihkan setiap hari dari sudut dalam (yang dekat dengan
hidung), diseka dengan kapas atau saputangan atau tissue yang lembut
menuju sudut luar untuk menghilangkan sekresi mata dan debu masuk ke
Mencuci muka di pagi hari membantu seseorang baik orang sehat atau sakit
dengan handuk halus, selain itu juga dianjurkan untuk berulang kali
mencuci tangan seseorang dengan sabun dan air untuk mencegah infeksi
f) Kebersihan Pakaian
Pakaian yang ketat dan dari bahan yang tidak nyaman dapat menimbulkan
(Nadesul, 2008). Pakaian kotor harus dicuci dengan sabun cuci sebelum
dipakai lagi, lalu menjemur pakaian di bawah sinar matahari sampai kering.
g) Perawatan Genitalia
dalam upaya mencegah timbulnya keputihan dan untuk deteksi dini kanker
serviks. Kulit daerah kelamin dan sekitarnya harus diusahakan agar tetap
bersih dan kering, karena kulit yang lembab atau basah dapat menimbulkan
et al., 2012).
sekolah. Tidak membuang sampah dari jendela mobil dan ditempat umum
dengan sembarangan.
c. Menutup mulut dan hidung dengan tissue jika batuk atau bersin dan
Faktor Internal
- Pendidikan
- Usia
- Pekerjaan
Personal hygiene
Perilaku
-Pengetahuan
- Sikap
- Tindakan
Faktor eksternal
- Lingkungan
- Sosial Budaya
Pendidikan
Umur
Personel hygiene
Sikap
Pengetahuan
Tindakan
BAB III
METODE PENELITIAN
analitik dengan desain Cross Sectioanl yang bertujuan untu mengetahui pengaruh
perilaku ibu terhadap personal hygiene pada balita di Kecamatan Woyla Barat
3.3.1 Populasi
balita yang ada di wilayah Kecamatan Woyla Barat Kabupaten Aceh Barat
3.3.2 Sampel
Sampel penelitian ini adalah sebagian dari ibu yang mempunyai balita yang
Wayla Barat.
20
21
Data sekunder data pendukung dari Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Barat,
Puskesmas Woyla Barat. Dalam penelitian ini data sekunder berupa data
jumlah rumah balita, serta data tentang gambaran umum wilayah penelitian
serta data lain yang berguna untuk mendukung pembahasan data primer.
dan predisposisi
tindakan (konasi)
seseorang terhadap
suatu aspek di
lingkungan sekitarnya
4 Pengetahuan hasil dari tahu yang Wawancara Kuesioner 1. Baik Ordinal
terjadi setelah 2. Tidak baik
melakukan
pengindraan terhadap
suatu obyek tertentu
5 Tindakan Tindakan adalah Wawancara Kuesioner 1. Pisitif Ordinal
tanggapan atau reaksi / Opservasi 2. Negatif
responden yang
terwujud dalam
gerakan (sikap), tidak
hanya bedan atau
ucapan
Variabel Dependen
6 Personel Hygiene perawatan diri sendiri Wawancara Kuesioner 1. Bersih Ordinal
yang dilakukan untuk / Opservasi 2.Tidak
mempertahankan Bersih
kesehatan baik secara
fisik maupun
psikologis
1. Pendidikan
2. Umur
3. Sikap
4. Pengetahuan
5. Tindakan
6. Personel Hygiene
(data sampah).
memerlukan penskoran.
5) Entry Data yaitu memasukkan data-data yang sudah terkumpul dan siap
X² =∑ (fo-fe)²
fe
∑ : Jumlah
fo : Frekuensi harapan
fe : Frekuensi pengamatan
25
Menurut Sastroasmoro dan Ismal, (2011). Yang dimaksud dengan resiko relatif
pada Cross Sectonal adalah perbandingan antara prevalens penyakit (efek) pada
kelompok dengan resiko, dengan prevalens efek pada kelompok tanpa resiko. Rasio
RP = a/(a+b) : c/(c+d)
mengalami efek
c/(c+d) = Proporsi (prevalens) subjek tanpa foktor risiko yang mengalami efek
a. Bila rasio prevalens (RP) = 1 berarti variabel yang diduga sebagai faktor resiko
b. Bila rasio prevalens (RP) >1 dan rentang interval kepercayaan tidak mencakup 1,
c. Bila rasio prevalens (RP) <1 dan rentang interval kepercayaan tidak mencakup 1,
d. Bila nilai interval kepercayaan rasio prevalens mencakup angka 1, maka berarti
pada populasi yang diwakili oleh sampel tersebut masih mungkin nilai
prevalensnya = 1, ini berarti bahwa dari data yang ada belum dapat disimpulkan
bahwa faktor yang dikaji benar-benar merupakan faktor risiko atau faktor protetif.
26
BAB IV
Sayang, Karak, Mon Pasong, Pasi Jeut, Pasi Mali, Pasi Panah, Simpang Keumaron,
Ule Pulo, Alue Leuhop, Alue Permen, Blang Cot Mameh, Blang Cot Rubek, Blang
Luah LM, Cot Lagan LM, Cot Rambong, Kulam Kaju, Lhok Malee, Lubuk Pasi Ara,
Lueng Baro, Napai, Pasi Malee, Peuleukueng, Ulei Pasi Ara dengan jumlah
penduduk adapun batas wilayah Kecamatan woyla Barat adalah sebagai berikut:
123,00 Km². Jarak Kecamatan Woyla Barat dengan ibu Kota Kabupaten Aceh Barat
52 Km
pekerjaan dan pendidikan. Jumlah penduduk adalah 7.928 jiwa dengan perbandingan
26
27
jumlah penduduk laki-laki 4.034 jiwa jumlah penduduk perempuan adalah 3.928 jiwa
Responden dalam penelitian ini adalah ibu yang yang memiliki balita di
wilayah Kecamatan Woyla Barat Kabupaten Aceh Barat berjumlah 110 Ibu.
dalam bentuk distribusi frekuensi dari setiap variabel penelitian. Analisis univariat di
4.2.1.1 Pendidikan
No Pendidikan f %
1 Rendah 46 28,2
2 Menengah 66 60,0
3 Tinggi 2 1,8
Jumlah 110 100
4.2.1.2 Umur
No Umur f %
1 Tua 42 38.2
2 Muda 68 61.8
Jumlah 110 100
4.2.1.3 Sikap
No Sikap f %
1 Kurang 47 42,7
2 Baik 63 57,3
Jumlah 110 100
Aceh Barat yang mempunyai sikap kurang 47 responden (42,7%) dan yang
4.2.1.4 Pengetahuan
No Pengetahuan f %
1 Tidak Baik 53 48,2
2 Baik 57 51,8
Jumlah 110 100
4.2.1.5 Tindakan
No Tindakan f %
1 Negatif 42 38,2
2 Positif 68 61,8
Jumlah 110 100
Kabupaten Aceh Barat yang mempunyai tindakan negatif 42 responden (38,2%) dan
No Sikap f %
1 Tidak Bersih 41 37,3
2 Bersih 69 62,7
Jumlah 110 100
Kabupaten Aceh Barat tidak bersih 41 responden (37,3%) dan bersih 69 responden
(62,7%).
responden yang memiliki pendidikan menengah yang tidak bersih personal Hygiene
31
Pendidikan tinggi yang memiliki personal Hygiene tidak bersih 2 responden (100%).
diketahui bahwa nilai p value adalah 0,001 < α 0,05 artinya ada pengaruh antara
memiliki umur tua 22 responden (52,4%) tidak bersih dan yang bersih 20 responden
(47,6%). Sedangkan dari 68 responden yang umur muda yang tidak bersih 19
diketahui bahwa nilai p value adalah 0,018 < α 0,05 artinya ada pengaruh antara
Tabel 4.9 Pengaruh sikap dengan Personal Hygiene pada Balita di Kecamatan
Woyla Barat Kabupaten Aceh Barat Tahun 2016
memiliki sikap kurang 24 responden (51,1%) tidak bersih dan yang bersih 23
responden (48,9%). Sedangkan dari 63 responden yang memiliki sikap baik yang
diketahui bahwa nilai p value adalah 0,01 < α 0,017 artinya ada pengaruh antara
memiliki pengetahuan tidak baik 24 responden (45,3%) tidak bersih dan yang bersih
diketahui bahwa nilai p value adalah 0,139 > α 0,05 artinya tidak ada pengaruh
menunjukan pengetahuan baik lebih bersih dari pada pengeatuan tidak baik.
34
memiliki tindakan negatif 23 responden (54,8%) tidak bersih dan yang bersih 19
diketahui bahwa nilai p value adalah 0,005 < α 0,05 artinya ada pengaruh antara
4.3. Pembahasan
responden yang memiliki pendidikan menengah yang tidak bersih personal Hygiene
35
Pendidikan tinggi yang memiliki personal Hygiene tidak bersih 2 responden (100%).
diketahui bahwa nilai p value adalah 0,001 < α 0,05 artinya ada pengaruh antara
pendidikan dengan personal Hygiene. Penelitian ini sesuai dengan hasil Survay
bahwa ada hubungan negatif antara pendidikan ibu dengan personal hygiene. Tepai
berdeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Giyantini, (2010) bahwa ibu yang
berpendidikan dasar akan berisiko personal hygiene tidak bersih pada balitanya 3,42
Pendidikan merupakan suatu kebutuhan dasar, oleh karena itu pada prinsipnya
pendidikan informal (kursus, pelatihan dan diklat). Pendidikan dasar sembilan tahun
pendidikan paling rendah adalah bila tamat sekolah menegah pertama (SMP) atau
memiliki umur tua 22 responden (52,4%) tidak bersih dan yang bersih 20 responden
(47,6%). Sedangkan dari 68 responden yang umur muda yang tidak bersih 19
diketahui bahwa nilai p value adalah 0,01 < α 0,05 artinya ada pengaruh antara umur
muda lebih bersih dari pada umur tua. Dalam model system kesehatan (Health System
Models) oleh Anderson (1974, dalam Notoatmodjo 2007) menyebutkan bahwa umur
Donan (1990) mengatakan bahwa ada hubungan antara umur dengan pemilihan
Menurut Depkes RI (2009) Umur atau usia adalah satuan waktu yang
mengukur waktu keberadaan suatu benda atau makhluk, baik yang hidup maupun
yang mati. Semisal, umur manusia dikatakan lima belas tahun diukur sejak dia lahir
hingga waktu umur itu dihitung. Oleh yang demikian, umur itu diukur dari tarikh
ianya lahir sehingga tarikh semasa (masa kini). Manakala usia pula diukur dari tarikh
kejadian itu bermula sehinggalah tarikh semasa(masa kini). Usia kronologis adalah
perhitungan usia yang dimulai dari saat kelahiran seseorang sampai dengan waktu
37
penghitungan usia. Misalkan seorang anak secara kronologis berusia empat tahun
akan tetapi masih merangkak dan belum dapat berbicara dengan kalimat lengkap dan
menunjukkan kemampuan yang setara dengan anak berusia satu tahun, maka
dinyatakan bahwa usia mental anak tersebut adalah satu tahun.Usia biologis Usia
biologis adalah perhitungan usia berdasarkan kematangan biologis yang dimiliki oleh
Masa remaja Awal 12 - 1 6 tahun, Masa remaja Akhir 17 - 25 tahun, Masa dewasa
Awal 26- 35 tahun, Masa dewasa Akhir 36- 45 tahun, Masa Lansia Awal 46- 55
memiliki sikap kurang 24 responden (51,1%) tidak bersih dan yang bersih 23
responden (48,9%). Sedangkan dari 63 responden yang memiliki sikap baik yang
diketahui bahwa nilai p value adalah 0,01 < α 0,05 artinya ada pengaruh antara sikap
Penelitian ini sejalan dengan dengan penelitian Dedeh, (2010) bahwa sikap
merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu
stimulus atau objek. Berdasarkan hasil penelitian pada 8 menunjukkan bahwa dari 67
ibu yang menjadi responden didapatkan hasil yaitu sebanyak 37 Ibu (55,2%)
38
memiliki sikap positif terhadap personal hygiene dan sebanyak 30 ibu (44,8%)
memiliki sikap negatif terhadap personal hygiene .Sikap ibu yang positif tercermin
Hasil penelitian ini juga didukung pula oleh pendapat Notoatmodjo (2007), yang
mengungkapkan bahwa dalam penentuan sikap yang utuh, pikiran, keyakinan, dan
emosi memegang peranan penting. Dengan kata lain, setelah ibu mengetahui tentang
personal hygiene ,mayoritas ibu memiliki pemikiran dan berusaha supaya anaknya
tidak terkena penyakit. Sikap ibu yang negatif tercermin dari sikap terhadap
lingkungan sekitar ibu yang masih beranggapan bahwa penyakit merupakan penyakit
yang biasa dan tidak terlalu berbahaya bagi kesehatan anaknya. Hasil ini sesuai
dengan pendapat Azwar (2005) bahwa sikap adalah teraturan tertentu dalam hal
lingkungan sekitarnya.
memiliki pengetahuan tidak baik 24 responden (45,3%) tidak bersih dan yang bersih
39
diketahui bahwa nilai p value adalah 0,09 > α 0,05 artinya tidak ada pengaruh antara
menunjukan pengetahuan baik lebih bersih dari pada pengeatuan tidak baik
Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Qomariyah,
SN (2012) bahwa tidak ada hubungan bermakna antara tingkat pengetahuan ibu
dengan personal hygiene. Bahwa ibu yang berpengetahuan rendah tidak memiliki
baik mata, hidung, telinga, dan sebaginya ( Notoatmodjo, 2007). Pengetahuan ibu
Berdasarkan hal tersebut pada penelitian ini tidak ada pengaruh antara
pengetahuan ibu dengan personal hygiene hal ini menunjukkan bahwa peranan
masyarakat terutama ibu balita mengenai penyakit pada balita dan tidak kalah penting
juga tentang peningkatan pengetahuan petugas tentang tata laksana penyakit menular
40
yang benar di puskemas, karena pengetahuan yang dimiliki oleh petugas akan
pada saat petugas menyampaikan materi tentang penyakit menular pada masyarakat.
memiliki tindakan negatif 23 responden (54,8%) tidak bersih dan yang bersih 19
diketahui bahwa nilai p value adalah 0,003 < α 0,05 artinya ada pengaruh antara
yang menerangkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara tindakan terhadap
personal hygiene penelitian tersebut didapati bahwa proporsi personal hygiene yang
baik dan tidak menderita penyakit (87,5%), lebih besar dibanding yang menderita
penyakit (27,3%). Dengan hasil uji chi-square diperoleh p = 0,000 (< 0,05).
mengadakan penilaian atau pendapat terhadap apa yang diketahui, proses selanjutnya
mandi seminggu sekali, mengunakan masker waktu bekerja di tempat yang berdebu,
penyembuhuan penyakit seperti minum obat sesuai dengan petunjuk dokter, berobat
seimbang, malakukan olahraga secara teratur, tidak merokok, tidak minum minuman
jamban (WC), membuang sampah di tempat sampah, mengunakan air bersih untuk
BAB V
5.1. Kesimpulan
berikut :
1. Ada pengaruh antara pendidikan ibu dengan personal Hygiene pada anak
balita
2. Ada pengaruh antara umur ibu dengan personal Hygiene pada anak balita.
3. Ada pengaruh antara sikap ibu dengan personal Hygiene pada anak balita.
4. Tidak ada pengaruh antara penegatahuan ibu dengan personal hygiene pada
anak balita
5. ada pengaruh antara tindakan ibu dengan personal Hygiene pada anak balita.
5.2. Saran
sebagai berikut.
menular
Masyarakat atau ibu balita secara rutin meperhatikan personal hygiene pada
anak balita sehingga terhidar dari berbagai penyakit terutama penyakit menular yang
DAFTAR PUSTAKA
Azwar, S. 2005. Sikap Manusia; Teori dan Pengukurannya. Ed. II Cet. XVIII.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Boediarso, A., 2008. Sindroma Klinik Penyakit Diare. Bagian Ilmu Kesehatan
Denkes Aceh, 2015, Profil Kesehatan Aceh tahun 2014. Banda Aceh
Dinkes Aceh Barat.2015. Profil Kesehatan Aceh Barat Tahun 2014. Meulaboh
Notoadmojo, S. 2007. Kesehatan Masyarakat: Ilmu dan Seni. Jakarta: Rineka Cipta.
Newman,2006.PatientEducation;PersonalHygienehttp://www.newmanrh.org/Portals/
490/Skins/IH-RH/files/PatientEducationSheets /Personal_Hygiene.
pdf
44
45
YUVA. 2010. Personal Hygiene – The First Step to Good Health!. India: YUVA
SchoolLiveSkillPrograms(LSP).http://edudel.nic.in/new_circulars/45
78_4581_dt_101008/the_first_step_to_g ood_health_dt_101008.pdf.