Gingiva pada anak-anak berwarna pink pucat seperti pada gambar 1, tetapi tidak pucat
seperti pada gingiva dewasa karena pada dewasa lapisan keratinnya lebih tipis.
Gambar 1. Gambaran gingiva normal pada anak usia 5 tahun yang menunjukkan adanya
stipping dan interproksimal gingiva yang datar
Sumber: Newman GM, Takei H. Carranzas clinical periodontology. 10th ed
Kedalaman sulkus gingiva pada gigi sulung lebih dangkal daripada gigi permanen.
Gigi sulung memiliki kedalaman gingiva 2,1 mm ( 0,2 mm). Sulkus gingival melekat
dengan lebar anteroposterior yang bervariasi, daerah insisivus lebih lebar kemudian terjadi
penyempitan di daerah cusp dan meluas lagi di daerah posterior molar. Secara anatomis
gingiva terdiri dari marginal gingiva, sulkus gingiva, attached gingiva, dan interdental
1 Marginal Gingiva.
Marginal gingiva atau unattched gingiva adalah sambungan tepi atau pinggiran dari
gingiva yang mengelilingi gigi berbentuk seperti lingkaran. Dalam 50% kasus, marginal
gingiva dibatasi dengan attached gingiva oleh depresi linear yang dangkal disebut free
gingiva groove. Biasa lebarnya sekitar 1 mm dari dinding jaringan lunak sulkus gingiva.
Marginal gingiva dapat dipisahkan dari permukaan gigi dengan probe periodontal.1
2 Sulkus Gingiva.
Sulkus gingiva adalah celah dangkal atau ruang disekitar gigi yang mengelilingi gigi
pada satu lapisan epitelium free gingiva margin gigi dengan gigi yang lainnya. Sulkus ini
berbentuk V dan hanya sedikit saja yang dapat dimasuki oleh probe periodontal.
Determinasi klinik dari kedalaman sulkus gingiva merupakan parameter diagnostik yang
penting. Ukuran normal atau ukuran ideal kedalaman sulkus gingiva sekitar 0 mm.1
2
3 Attached gingiva.
Attached gingiva merupakan suatu lanjutan dari marginal gingiva. Attached gingiva
berbatas tegas, elastik dan melekat erat pada periosteum dari tulang alveolar. Aspek fasial
dari attached gingiva meluas ke mukosa alveolar dibatasi oleh mucogingiva junction.
Lebar dari attached gingiva merupakan parameter klinik penting lainnya. Yang dapat
diukur sesuai jarak antara mucogingiva junction dan proyeksi dari permukaan dasar luar
Lebar dari attached gingiva dari aspek fasial berbeda pada tiap daerah dalam rongga
mulut. Attached gingiva pada daerah insisivus rahang atas 3,5-4,5 mm dan pada insisivus
rahang bawah sebesar 3,3-3,9 mm. Tetapi lebih sempit pada daerah posterior dan
tersempit pada daerah premolar sebesar 1,9 mm untuk rahang atas dan 1,8 untuk rahang
bawah.3
Mucogingiva junction tetap tidak bergerak hingga dewasa, perubahan lebar attached
gingiva disebabkan oleh perubahan posisi coronal end. Lebar dari attached gingiva
meningkat sesuai umur dan pada gigi yang supraerupsi. Dari aspek lingual alveolar, akhir
4 Interdental Gingiva.
interproksimal dibawah daerah kontak gigi. Interdental gigi dapat berbertuk pyramidal
atau berbentuk kol. Bentuk ruang interdental gingiva tergantung dari titik kontak antara
cembung pada daerah mesial dan distal. Ujung lateral dari interdental gingiva dibentuk
oleh kontibuitas marginal gingiva ke gigi sebelahnya. Jika terjadi diastem, gingiva
berbentuk datar membulat di atas tulang interdental dan halus tanpa papilla interdental.3
1. GINGIVITIS
Gingivitis adalah inflamasi gingiva yang hanya meliputi jaringan gingiva sekitar gigi.
Secara mikroskopis, gingivitis ditandai dengan adanya eksudat inflamasi dan edema,
kerusakan serat kolagen gingiva terjadi ulserasi, proliferasi epitelium dari permukaan gigi
marginal merupakan penyakit periodontal yang paling sering ditemukan pada anak-anak.4
Gambar 3. Gingivitis Marginalis Kronis karena kebersihan mulut yang buruk dan susunan
gigi yang tidak beraturan.
Sumber: Newman GM, Takei H. Carranzas clinical periodontology. 10th ed
4
2. ETIOLOGI GINGIVITIS
Penyebab utama gingivitis pada anak-anak sama seperti pada orang dewasa yaitu plak
gigi disebabkan oleh karena kebersihan mulut yang buruk, posisi gigi yang tidak teratur
dapat menjadi faktor pendukung. Umumnya plak berakumulasi dalam jumlah yang sangat
banyak di regio interdental yang sempit, inflamasi gusi cenderung dimulai pada daerah
papila interdental dan menyebar dari daerah tersebut ke sekitar leher gigi. Respon setiap
demikian, sejumlah kecil plak biasanya tidak mengganggu kesehatan gingiva dan
periodontal, dan beberapa pasien bahkan mempunyai jumlah plak yang cukup besar yang
mengalami gingivitis.
Ada beberapa faktor lain baik lokal maupun sistemik yang merupakan predisposisi
dari akumulasi plak atau perubahan respon gingiva terhadap plak. Faktor ini dapat
Faktor-faktor sekunder dapat lokal atau sistemik. Beberapa faktor lokal pada
lingkungan gingiva merupakan predisposisii dari akumulasi deposit plak dan menghalangi
5
pembersihan plak. Faktor-faktor ini disebut sebagai faktor retensi plak. Faktor sistemik
A. Faktor lokal6
bagi retensi plak. Tepi tumpatan yang berlebihan sangat sering ditemukan dan berasal
dari penggunaan matriks yang ceroboh dan kegagalan memoles bagian tepi. Restorasi
dengan kontur yang buruk, terutama yang konturnya terlalu besar dan mahkota atau
tumpatan yang terlalu cembung, dapat menghalangi aksi penyikatan gigi yang efektif.
2. Kavitas karies
Sisa makanan adalah baji yang kuat dari makanan terhadap gingiva di antara gigi-
geligi. Bila gigi-geligi bergerak saling menjauhi dapat terbentuk baji makanan,
Geligi tiruan adalah benda asing yang dapat menimbulkan iritasi jaringan melalui
berbagai cara. Geligi tiruan yang longgar atau tidak terpoles dengan baik cenderung
berfungsi sebagai fokus timbunan plak. Geligi tiruan tisue borne seringkali terbenam
di dalam mukosa dan menekan tepi gingiva, menyebabkan inflamasi dan kerusakan
6
jaringan. Efek ini makin bertambah buruk bila gigi-geligi tiruan tidak dibersihkan
5. Pesawat ortodonsi
Pesawat ortodonsi yang dipakai siang dan malam, kecuali bila pasien sudah
diajarkan cara membersihkan plak yang bertumpuk pada pesawat. Karena sebagian
besar pasien ortodonsi masih muda, inflamasi yang parah disertai dengan
Susunan gigi yang tidak beraturan yang merupakan predisposisi dari retensi plak
suatu fenomena klinis yang sering ditemukan adalah gingivitis hiperplasia pada
segmen anterior, biasanya pada regio insisivus atas, di mana sel bibir kurang
sempurna. Selain itu, pada sebagian besar kasus daerah hiperplasia jelas dibatasi oleh
garis bibir. Walaupun kurangnya seal bibir sering berhubungan dengan kebiasaan
bernafas melalui mulut, seal bibir yang kurang memadai juga dapat terjadi walaupun
pasien bernafas melalui hidung. Bila bibir terbuka gingiva bagian depan tentunya
tidak terlumasi saliva. Keadaan ini kelihatannya mempunyai dua efek: (i) aksi
pembersihan normal dari saliva berkurang sehingga timbunan plak bertambah; (ii)
8. Merokok
7
Efek yang paling jelas dari kebiasaan merokok adalah perubahan warna gigi-
geligi dan bertambahnya keratinisasi epitelium mulut disertai dengan produksi bercak
putih pada perokok berat di daerah pipi dan palatum, yang kadang-kadang dapat juga
ditemukan pada jaringan periodontal. Insiden gingivitis kronis dan gingivitis ulseratif
akut kelihatannya lebih besar pada perokok yang juga menunjukkan adanya
Groove pada permukaan akar atau daerah servikal mahkota dapat merangsang
akumulasi bakteri dan tidak mungkin dibersihkan. Keadaan ini dapat menimbulkan
daerah-daerah gingivitis lokal dan pembentukan poket, yang paling sering terlihat di
sebelah palatal insisivus atas. Fosa kaninus pada permukaan mesial gigi premolar atas
B. Faktor sistemik6
1. Faktor genetik
ada beberapa individu yang mencapai usia tua tanpa menunjukkan tanda-tanda
8
Ada sejumlah penyakit genetik, beberapa diantaranya sangat langkah, yang
2. Faktor nutrisional
Secara teoritis defisiensi dari nutrien dapat mempengaruhi keadaan gingiva dan
elemen diet yang berkembang, sangatlah sulit untuk mendifinisikan akibat defisiensi
kebersihan mulut yang sangat buruk, terlihat adanya kerusakan jaringan periodontal
yang berkembang dengan cepat dan tanggalnya gigi yang cukup dini.
3. Faktor hormonal
Perubahan ini tetap terjadi walaupun kontrol plak tetap tidak berubah. Oleh karena
itu, sejumlah kecil plak yang pada usia yang lain hanya menyebabkan terjadinya
sedikit inflamasi gingiva, akan dapat menyebabkan inflamasi yang hebat pada masa
puberitas yang diikuti dengan pembengkakan gingiva dan perdarahan. Bila masa
9
puberitas sudah lewat, inflamasi cenderung reda sendiri tetapi tidak dapat hilang sama
umum pada leukimia akut dan dokter gigi mungkin merupakan orang pertama yang
dan leukopenia.
Menurut Carranza dan Newman, Jenkins dan Allan, dikutip oleh Riyanti E, gingivitis
berawal dari daerah margin gusi yang dapat disebabkan oleh invasi bakteri atau rangsang
endotoksin. Endotoksin dan enzim dilepaskan oleh bakteri gram negatif yang
pada jaringan pendukung sebagai akibat dari dilatasi dan pertambahan permeabilitas
pembuluh darah, sehingga menyebabkan warna merah pada jaringan, edema, perdarahan,
a. Tahap I
10
Manifestasi awal dari inflamasi gingiva berupa lesi inisial atau awal dengan adanya
perubahan vaskuler berupa dilatasi pembuluh darah kapiler dan peningkatan aliran darah.
Perubahan ini terjadi sebagai respon awal dari inflamasi terhadap aktivasi mikroba
leukosit dan stimulasi berikutnya sel endotel. Secara klinis, respon awal gingiva untuk
Dapat juga sudah terjadi perubahan perlekatan epitelium junctional dan jaringan ikat
perivaskular pada tahap awal. Limfosit mulai menumpuk, peningkatan migrasi leukosit
dan berakumulasi di dalam sulkus disertai peningkatan aliran darah cairan gingiva ke
dalam sulkus. Jika keadaan berlanjut, makrofag dan sel-sel limfoid juga terinfiltrasi hanya
b. Tahap II
Dengan berjalannya waktu, tanda-tanda klinis berupa lesi dini (early lesion) mulai
terlihat dengan adanya tanda klinis eritema. Eritema ini terjadi karena proliferasi kapiler
dan meningkatnya pembentukan loops capiler. Epitel sulkus menipis atau terbentuk
ulserasi. Pada tahap ini mulai terjadi perdarahan pada probing. Ditemukan 70% jaringan
Neutrofil keluar dari pembuluh darah sebagai respon terhadap stimulus kemotaktik dari
komponen plak, menembus lamina dasar ke arah epitelium dan masuk ke sulkus. Sel-sel
kaitan memproses bakteri. Dalam tahap ini fibroblas jelas terlihat menunjukkan perubahan
c. Tahap III
11
Pada tahap III, lesi mantap (establish lesion) disebut sebagai gingivitis kronis karena
pembuluh darah membengkak dan padat, sedangkan pembuluh balik terganggu atau rusak,
sehingga aliran darah menjadi lamban. Terlihat anoksemia lokal sebagai perubahan warna
kebiruan pada gingiva yang merah. Selanjutnya sel darah merah keluar ke jaringan ikat,
sebagian pecah sehingga haemoglobin menyebabkan warna area perdarahan menjadi lebih
gelap.
Lesi ini dapat disebut sebagai peradangan gingiva moderat hingga berat. Aktivitas
kolagen sangat meningkat karena kolagenase banyak terdapat di jaringan gingiva yang
d. Tahap IV
Perpanjangan lesi ke dalam tulang alveolar ciri tahap yang keempat yang dikenal
4. KLASIFIKASI GINGIVITIS
1. Gingivitis akut (rasa sakit timbul secara tiba-tiba dan dalam jangka waktu pendek)
2. Gingivitis subakut (tahap yang lebih hebat dari kondisi gingivitis akut)
3. Gingivitis rekuren, peradangan gusi yang dapat timbul kembali setelah dibersihkan
dengan perawatan atau hilang secara spontan dan dapat timbul kembali
12
4. Gingivitis kronis (peradangan gusi yang paling umum ditemukan, timbul secara
perlahan-lahan dalam waktu yang lama, dan tidak terasa sakit apabila tidak ada
berikut :8
1. Localized gingivitis (membatasi gusi pada satu daerah gigi atau beberapa daerah gigi)
3. Marginal gingivitis (meliputi margin gusi tetapi juga termasuk bagian batas gusi
cekat)
4. Papillary gingivitis (meliputi papila interdental, sering meluas sampai batas margin
5. Diffuse gingivitis (meliputi margin gusi, gusi cekat, dan papilla interdental).
Menurut Sillnes dan Loe, Gingiva Indeks digunakan sebagai metode untuk menilai
tingkat keparahan dan kuantitas inflamasi gingiva pada pasien. Analisis dengan GI hanya
dilakukan pada jaringan gingiva. Menurut metode ini, daerah gingiva yang diperiksa
terdiri atas empat bagian gigi (bukal/fasial, mesial, distal, dan lingual), dan diberikan skor
dari 0 sampai 3 sebagai kriteria identifikasi untuk mengukur tingkat keparahan radang
1 : peradangan ringan, sedikit perubahan dalam warna, sedikit edema, tidak ada
probing.
6. TANDA-TANDA GINGIVITIS
Menurut Be Kien Nio (1987), gingivitis merupakan tahap awal dari penyakit
1. Gingiva biasanya berwarna merah muda menjadi merah tua sampai ungu karena
adanya vasodilatasi pembuluh darah sehingga terjadi suplay darah berlebihan pada
2. Bila menggosok gigi biasanya pada bulu sikat ada noda darah oleh karena adanya
5. Pada peradangan gingiva yang lebih parah tampak adanya nanah di sekitar gigi
dan gingival.
14
1. Adanya pendarahan pada gingiva
Dalam mengevaluasi tanda klinis gingivitis perlu cara yang sistimatis dan di fokuskan
pada perubahan jaringan yang hampir tidak kelihatan.
1. Faktor lokal
2. Faktor sistemik
7. DIAGNOSA
Dalam mendiagnosis radang gusi, dokter terlebih dahulu akan menanyakan gejala-gejala
yang dialami oleh pasien dan meninjau riwayat kesehatannya. Dokter kemudian akan
memeriksa kondisi gigi serta gusi pasien untuk melihat keberadaan plak atau karang gigi,
Pemeriksaan kedalaman kantong yang terbentuk di antara gigi dan gusi juga penting
dalam proses diagnosis. Pada pemeriksaan ini, dokter akan memasukkan suatu alat ke
dalam kantong tersebut. Normalnya, kedalaman kantong ini berkisar antara 1-3 mm.
15
Dokter juga mungkin akan menyarankan Anda untuk melakukan X-ray gigi untuk melihat
8. PENGOBATAN10
dengan membersihkan karang gigi (scaling). Membersihkan karang gigi dapat dilakukan
di praktik dokter gigi. Satu minggu pasca pembersihan karang gigi, dicek apakah kondisi
sudah membaik atau belum. Jika kondisi gusi masih radang atau belum membaik
9. AKIBAT GINGIVITIS
Menurut Be Kien Nio (1987), Anonim (2010), apabila gingivitis tidak segera ditangani
Sulcus gingiva akan tampak lebih dalam dari keadaan normal, akibat pembengkakan
gingival ,gingiva mudah berdarah, gingiva berwarna merah, nafas bau busuk, dan gigi
goyang
Menurut Depkes RI. (2002), untuk mencegah terjadinya gingivitis, kita harus berusaha
agar bakteri dan plak pada permukaan gigi tidak diberi kesempatan untuk bertambah dan
harus dihilangkan, sebenarnya setiap orang mampu, tetapi untuk melakukannya secara
sebelum tidur.
2. Mengatur pola makan dan menghindari makan yang merusak gigi, yaitu makanan yang
banyak gula.
3. Periksalah gigi secara teratur ke dokter gigi, Puskesmas setiap enam bulan sekali.
PROGNOSIS
periodontal. Dapat dibedakan dalam tiga hal yaitu gigi geligi,kondisi mulut dan kondisi
penderita
17
DAFTAR PUSTAKA
1. Fiorellini JP, Kim DM, Ishikawa SO. The gingival. In: Newman MG, takei HH,
Carranza FA, editors. Clinical periodontology. 9th ed. Philadelphia, London,
Toronto: WB Saunder Co; 2002. p.46.
2. Duperon D, Takei HH. Gingival desease in childhood. In: Newman MG, takei HH,
Carranza FA, editors. Clinical periodontology. 9th ed. Philadelphia, London,
Toronto: WB Saunder Co; 2002. p. 404-5.
3. Itoiz ME, Carranza FA. The gingival. In: Newman MG, takei HH, Carranza FA,
editors. Clinical periodontology. 9th ed. Philadelphia, London, Toronto: WB
Saunder Co; 2002. p. 17-8.
4. McDonald RE, Avery DR, Weddell JA. Gingivitis and periodontal desease. In:
Sokolowski, editor. Dentistry for the child and adolescent. 9th ed. Mosby Elsevier.
St. Louis Missouri; 2004. p. 415
6. Manson J D, Eley BM. Buku ajar periodonti (outline of periodontics). 2nd Ed. Ahli
bahasa: Anastasia S. Editor ; Kentjana S. Hipokrates; Jakarta. 1993. p 44-7; 66-
71; 101-2
10. MayoClinic, PubMed Health, WebMD, Atlas Berwarna Kelainan Rongga Mulut
yang Lazim (Langlais dan Miller, 1998)
63
64