Anda di halaman 1dari 9

A.

Defenisi Gingivitis
Radang gusi atau gingivitis adalah akibat dari infeksi gingival, dapat terjadi
pada anak-anak , orang dewasa, dan juga dapat terjadi pada masa remaja. Secara
klinis gingivitis ditandai dengan adanya inflamasi gingival berupa perubahan wama,
konsistensi, perubahan tekstur permukaan, perubahan ukuran, perubahan bentuk,
pendarahan pada probing dan perubahan pada tipe saku.
Bentuk penyakit gusi yang umum terjadi adalah gingivitis kronis ditandai
dengan pembengkakan gusi dan lepasnya epitel perlekatan. Gingivitis merupakan
peradangan gusi yang paling sering terjadi dan merupakan respon inflamasi tanpa
merusak jaringan pendukung (Carranza dan Newman, 1996; Jenkins dan Allan,
1999). Sedangkan menurut (Nevil, 2002) Inflamasi atau peradangan yang mengenai
jaringan lunak di sekitar gigi atau jaringan gingiva disebut gingivitis.

B. Etiologi Gingivitis
Secara umum penyebab penyakit gingiva dikelompokkan menjadi dua golongan
yaitu:
1. Faktor Lokal
Faktor lokal adalah faktor yang berada di sekitar gigi dan jaringan periodontium
a. Faktor Pencetus/utama: Plak bakteri
Plak bakteri sering juga disebut sebagai plak dental. Yang di maksudkan
dengan plak dental secara umum adalah bakteri yang berhubungan
dengan permukaan gigi.
b. Faktor Pendorong /predisposisi
Beberapa faktor yang berperan sebagai faktor lokal pendorong :
 Materia alba
Materia alba adalah deposit lunak dan transparan, terdiri dari
mikroorganisme, leukosit, protein saliva, sel-sel epitel dan deskuamasi
dan partikel-partikel makanan. Materi ini bisa melekat ke permukaan
gigi maupun restorasi dan gingiva,
 Debris Makanan
Debris makanan harus dibedakan dari impaksi makanan. Debris
makanan adalah partikel makanan yang bersisa di mulut akibat tidak
tuntas terlarutkan oleh enzim bakteri atau mekanis lidah, bibir dan
pipi.
 Stein Dental
Stein dental adalah deposit berpigmen yang melekat pada permukaan
gigi. Beberapa bakteri kromogenik menyebabkan stein seperti: stein
hitam (black stein) stein hijau (green stein) dan stein jingga (orange
stein)
 Kalkulus
Kalkulus atau yang dikenal juga sebagai karang gigi adalah plak bakteri
yang telah mengalami mineralisasi atau kalsifikasi.
 Karies
Karies terutama yang berada dekat margin gingiva, karena daerah ini
mudah terjadi penumpukan plak bakteri dan deposit lunak lainnya.

 Merokok
Beberapa ahli mengatakan dampak merokok terhadap periodontal
beragam, terdiri dari: stein, panas dan asap yang timbul pada waktu
menghisap rokok. Stein tembakau akibat merokok dianggap
mempermudah penumpukan plak.
 Impaksi makanan (food impaction)
Peranan impaksi makanan karena partikel makanan yang terjepit
tersebut merupakan suatu lingkungan yang menguntungkan bagi
perkembangbiakan plak dan merupakan iritasi mekanis terhadap
periodontium
 Kesalahan prosedur kedokteran gigi (faulty dentistry)
Bentuk kesalahan yang sering dijumpai adalah seperti : tambalan yang
terlalu tinggi (over hanging). Restorasi dengan kontak proksimal yang
terbuka, tepi mahkota tiruan yang tidak baik, restorasi yang
overkontur, gigi tiruan lepasan atau cekat yang tidak baik
kedudukannya, dan piranti orthodonti.
 Kontrol plak inadequat
Kontrol plak yang dilakukan secara inadequat menyebabkan plak dan
deposit lunak lainnya lebih mudah menumpuk dan tidak tersingkirkan
dari perlekatannya.
 Makanan berkonsistensi lunak dan mudah melekat
Makanan yang lunak dan melekat dipermukaan gigi merupakan
lingkungan yang menguntungkan bagi perkembangbiakan bakteri
plak. Sebaliknya makanan yang kenyal dan berserat menghalangi
penumpukan plak.
 Trauma mekanis
Trauma mekanis menyebabkan cedera pada ginggiva sehingga lebih
mempermudah timbulnya inflamasi akibat serangan bakteri plak.
Trauma mekanis ini bisa disebabkan oleh cara menyikat gigi yang
salah atau kebiasaan menggaruk-garuk gingiva dengan kuku.
 Trauma kimiawi
Tablet aspirin atau obat puyer yang sering diaplikasikan secara lokal
pada gusi sebagai usaha pasien menghilangkan nyeri sakit gigi
maupun obat kumur yang keras serta obat-obatan yang bersifat bisa
menyebabkan trauma kimiawi pada gingiva.

Faktor lokal fungsional:

Gigi yang hilang tanpa diganti, mal oklusi /mal posisi, kebiasaan bemapas dari
mulut dan mendorong-dorong dengan lidah, kebiasaan para fungsional serta
oklusi yang traumatik
2. Faktor Sistemik
Faktor sistemik adalah faktor yang dihubungkan dengan kondisi tubuh, yang
dapat mempengaruhi respon periodontium terhadap penyebab lokal. Faktor-
faktor sistemik tersebut adalah : Faktor-faktor endokrin (hormonal) meliputi :
pubertas, kehamilan dan menopouse, gangguan dan defisiensi nutrisi meliputi:
defisiensi vitamin dan defisiensi protein serta obat-obatan meliputi : Obat-obat
yang dapat menyebabkan hiperplasia gingiva non inflamatoris dan kontrasepsi
hormonal. Faktor-faktor psikologis (emosional), penyakit metabolisme : Diabetes
Melitus, gangguan penyakit hematologis : leukimia dan anemia, Penyakit-
penyakit yang melemahkan (debilatating disease)

C. Diagnosa
Gambaran klinis Gingivitis
Ciri-ciri gingivitis mencakup pendarahan, perubahan warna, perubahan konsistensi,
perubahan tekstur permukaan, pembentukan konftu/bentuk, perubahan saku gusi,
resesi gingiva, halitosis dan rasa sakit.
a. Perdarahan
Perdarahan gingiva bisa terjadi secara spontan atau karena trauma
mekanis, misalnya sewaktu menyikat gigi. Terjadinya pendarahan gingiva pada
waktu probing merupakan tanda klinis gingivitis yang penting. Pendarahan ini
mudah terjadi karena inflamasi kronis menyebabkan penipisan dan ulserasi epitel
sulkus, dan pembuluh darah yang penuh berisi darah menjadi rapuh dan
terdesak oleh cairan dan sel radang sehingga berada lebih dekat ke permukaan
epitel sulkus.
b. Perubahan warna
Perubahan warna gingiva biasanya bermula pada papila interdental dan
gingiva bebas. Bila inflamasi bertambah parah terjadi perubahan warna pada
gingiva cekat Akibat inflamasi kron is warna gingiva yang normainya merah
jambu akan berubah menjadi sedikit merah sampai merah tua karena terjadinya
proliferasi vaskular dan berkurangnya keratinisasi akibat terhimpitnya epitel oleh
jaringan yang terinflamasi. Terjadinya stasis venous menyebabkan warna gingiva
menjadi merah kebiru-biruan sampai biru, apabila vaskularisasi bericurang
(berkaitan dengan terjadinya fibrosis atau proses reparatif) warna gingiva terlihat
pueat atau hampir menyerupai warna normal.
c. Perubahan Konsistensi
Pada tahap awal konsistensi gingiva belum mengalami perubahan.
Konsistensi gingiva kemudian dapat berubah menjadi lunak dan menggembung,
serta berlekuk apabila ditekan. Hal ini adalah akibat jaringan ikat gingiva
diinfiltrasi oleh cairan dan sel-sel eksudai inflamasi. Dalam tahap lanjut
konsistensinya menjadi sangat lunak dan rapuh yang mudah koyak apabila
diprobing, Konsistensi yang demikian disebabkan karena degenerasi jaringan ikat
dan epitel gingiva. Bila inflamasi kronis berlangsung lama terjadi fibrosis dan
proliferasi epitel sehingga konsistensi gingiva menjadi kaku seperti kulit.
d. Perubahan tekstur permukaan
Perubahan tekstur permukaan yang sering terlihat adalah hilangnya
tekstur seperti kulit jeruk, dan berubah menjadi licin dan berkilat karena
perubahan histopatologis yang terjadi didominasi oleh eksudasi. Tekstur yang
demikian terjadi pada gingiva yang berkonsistensi lunak. Perubahan
histopatologisnya didominasi oleh fibrosis, tekstur permukaannya adalah
bernodul-nodul.
e. Perubahan kontur/bentuk
Perubahan kontur gingiva pada gingivitis umumnya berkaitan dengan
terjadinya pembesaran gingiva (gingival enlargement), meskipun pembesaran
gingiva ini juga bisa disebabkan oleh sebab-sebab lain sebagaimana biasanya
akibat pembesaran gingiva ini tepi giginya membulat dan papila interdental
menjadi tumpul.
f. Perubahan saku gusi
Pada gingivitis terjadi pembentukan saku gusi (gingival pseudo pocket)
yaitu sulkus gingiva yang dinding jaringan lunaknya terinflamasi tanpa adanya
migrasi epitel saku ke apikal. Perbedaan saku gusi dengan sulkus gingiva adalah
pada saku gusi terdapat tanda-tanda inflamasi gingiva. Kedalamannya bisa tetap,
tetapi bisa juga bertambah apabila terjadi pembesaran gingiva atau naiknya tepi
gingiva ke koronal.
g. Resesi
Resesi adalah tersingkapnya permukaan akar gigi akibat bergesernya
posisi gingiva ke apikal, bisa terjadi pada gingiva yang terinflamasi apabila
gingivanya tipis terutama bila gingiva cekatnya inadequate
h. Halitosis
Halitosis atau nafas yang terasa bau sering dikeluhkan penderita
gingivitis, dan keluhan inilah yang sering menjadi alasan bagi pasien untuk
meminta perawatan. Penyebabnya adalah sisa makanan yang tertinggal, dan
eksudat radang. Halitosis yang disebabkan oleh gingivitis harus dibedakan
dengan yang disebabkan oleh sebab-sebab lain seperti kelainan pada saluran
pernafasan dan pencernaan dan penyakit-penyakit metabolisme seperti^
diabetes melitus dan uremia.
i. Nyeri Sakit
Nyeri sakit jarang menyertai gingivitis pada tahap awal, kalaii terjadi
eksaserbasi akut, gingiva terasa nyeri waktu menyikat gigi karena penderita
menyikat giginya hanya dengan tekanan yang lebih ringan dan lebih jarang
menyikat gigi, sehingga plak lebih banyak menumpuk dan kondisi penyakit
bertambah parah.

D. Penatalaksanaan
a. Gambaran umum lokasi
1. Lokasi
Puskesmas Tamamaung merupakan salah satu Puskesmas dalam wilayah
kerja Dinas Kesehatan Kota Makassar. Tepatnya berada di jalan Jl Abd Dg
Sirua No. 158 Kel Masale Kecamatan Tamamaung Kota Makassar.
2. Letak Geografi
Puskesmas ini berada dalam wilayah Pemerintahan Kelurahan Masale dan
Kecamatan Panakkukang Kota Makassar dengan luas wilayah jangkauan
Puskesmas Tamamaung adalah 2,76 Km .
3. Data Demografi
Puskesmas Tamamaung sekarang ini membawahi 1 (satu) Kelurahan dengan
jumlah penduduk 22.880 jiwa dengan distribusi berdasarkan jenis kelamin
rumah tangga perkelurahan di wilayah kerja puskesmas Tamamaung.

b. Analisa data
1. Analisa data tahun 2019

Grafik 1 : Jumlah kasus penyakit Gingivitis pada puskesmas Tamammaung


tahun 2019
Data Gingivitis 2019 Di Puskesmas
Tamammaung Kota Makassar
27 26
25 25
22 21 21
16

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul agu

Gingivitis

Dari data diatas, dapat dilihat bahwa kasus Gingivtis di puskesmas Tamammaung
pada tahun 2019 jumlah terbanyak pada bulan Januari dan Mei dengan jumlah 9
kasus, dan jumlah kasus paling rendah yaitu pada bulan Juni yaitu 6 kasus.

Grafik 2: Jumlah kasus penyakit Gingivitis tahun 2019 berdasarkan umur


penderita

Data berdasarkan umur


60

50

40

30
Frekuensi

20

10

0
4-10 Thn
11-16 Thn
17-25 Thn
26-40 Thn
40 Thn ke atas

Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa penyakit Gingivitis pada tahun 2019 yang
paling banyak adalah terdapat pada umur 26-40 tahun yaitu sebanyak 56 orang,
dan paling sedikit pada umur 40 tahun ke atas yaitu hanya 16 orang.
E. Pencegahan
Langkah yang bisa dilakukan dalam mencegah gingivitis adalah:
 Rutin memeriksakan kesehatan gigi dan mulut ke dokter gigi, pada jadwal
yang direkomendasikan oleh petugas gigi.
 Menggunakan sikat gigi yang lembut dan menggantinya setidaknya setiap tiga
sampai empat bulan.
 Menyikat gigi dua kali sehari, atau lebih baik lagi, setiap sehabis makan.
 Menggunakan obat kumur antiseptik, jika direkomendasikan oleh petugas
kesehatan gigi

F. Pengobatan
Pengobatan yang tepat dapat memperbaiki gejala gingivitis dan mencegah
perkembangan penyakit gusi yang lebih serius dan tanggalnya gigi. Pengobatan yang
efektif membutuhkan perawatan oleh tenaga kesehatan gigi diikuti dengan
peningkatan penjagaan kebersihan gigi dan mulut harian di rumah.

Perawatan gingivitis oleh tenaga kesehatan gigi meliputi:

 Evaluasi awal dan pembersihan gigi secara menyeluruh untuk menghilangkan


plak dan tartar dengan metode scaling.
 Instruksi perawatan gigi harian, seperti cara menggosok gigi yang tepat dan
efektif serta anjuran penggunaan dental flossing, obat kumur serta
membersihkan lidah.
 Rutin memeriksakan kesehatan gigi dan mulut ke tenaga kesehatan gigi untuk
membersihkan karang gigi.
 Bila diperlukan, maka dapat dilakukan perbaikan atau penambalanan (restorasi
gigi) pada gigi yang rusak dan berlubang yang membuat penjagaan kebersihan
gigi menjadi sulit.

Gingivitis biasanya akan hilang setelah pembersihan secara menyeluruh oleh


tenaga profesional disertai dengan pemeliharaan kebersihan mulut dengan baik di
rumah. Dokter gigi akan membantu Anda merencanakan program efektif program di
rumah.

BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

DAFTAR PUSTAKA

Carranza, F. A., Newman, M. G. 2002. Clinical Periodontology. 10th ed. Tokyo: W. B.


Saunders Company.

http://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/gingivitis/basics/prevention/con-20021422

Anda mungkin juga menyukai