Anda di halaman 1dari 9

ABSES PERIODONTAL

DEFINISI
Abses merupakan kumpulan nanah (netrofil yang telah mati) yang terakumulasi di
sebuah kavitas jaringan karena adanya proses infeksi (biasanya oleh bakteri atau parasit)
atau karena adanya benda asing (misalnya serpihan, luka peluru, atau jarum suntik).
Proses

ini

merupakan

reaksi

perlindungan

oleh

jaringan

untuk

mencegah

penyebaran/perluasan infeksi ke bagian tubuh yang lain. Abses adalah infeksi kulit dan
subkutis dengan gejala berupa kantong berisi nanah.1
Periodontal adalah merupakan sistem fungsional jaringan yang mengelilingi gigi dan
melekatkan pada tulang rahang, dengan demikian dapat mendukung gigi sehingga tidak
terlepas dari socketnya. Jaringan periodontal terdiri dari:
1. gingiva yang merupakan jaringan paling luar, yang merupakan bagian dari membran
mukosa mulut tipe mastikasi yang melekat pada tulang alveolar serta menutupi dan
mengelilingi leher gigi, pada permukaan rongga mulut, gingiva meluas dari puncak
marginal gingiva sampai ke mukogingival junction.
2. Tulang Alveolar merupakan bagian maksila dan mandibula yang membentuk dan
mendukung soket gigi. Secara anatomis tidak ada batas yang jelas antara tulang alveolar
dengan maksila maupun mandibula. Bagian tulang alveolar yang membentuk dinding
soket gigi disebut alveolar bone proper. Alveolar bone proper ini akan didukung oleh
bagian tulang alveolar lainnya yang dikenal dengan nama supporting alveolar bone
3. Ligamentum Periodontal merupakan jaringan pengikat yang mengisi ruangan antara
permukaan gigi dengan dinding soket, mengelilingi akar gigi bagian koronal dan turut
serta mendukung gingival. Ligamentum periodontal merupakan struktur jaringan
penyangga gigi yang mengelilingi akar gigi dan melekatnya ke tulang alveolar.
Ligamentum ini melanjutkan diri dengan jaringan ikat gingiva dan berhubungan dengan
sumsum melalui kanalis vaskuler yang ada pada bone proper
4. Sementum merupakan suatu lapisan jaringan kalsifikasi yang tipis dan menutupi
permukaan akar gigi. Sementum ini akan berbatasan dengan dentin dan email, maupun
ligament periodontal, strukturnya mempunyai banyak persamaan dengan struktur tulang.
Sementum merupakan jaringan mesenchymal yang tidak mengandung pembuluh
darah/saraf dan mengalami kalsifikasi serta menutupi permukaan akar gigi anatomis.
Selain melapisi akar gigi, sementum juga berperanan didalam mengikatkan gigi ke tulang

alveolar, yaitu dengan adanya serat utama ligementum periodontal yang tertanam didalam
sementum (serat sharpey). Sementum ini tipis pada daerah dekat perbatasannya dengan
enamel

dan

makin

menebal

kearah

apex

gigi.

Berdasarkan

morphologinya

sementum dibagi menjadi dua tipe yaitu sementum. Asesuler (sementum primer) dan
sementum seluler (sementum sekunder).
Abses periodontal adalah suatu inflamasi purulen yang terlokalisir pada jaringan
periodonsium. Lesi ini disebut juga dengan abses periodontal lateral atau abses parietal. 2
Abses periodontal diketahui sebagai lesi yang dapat dengan cepat merusak jaringan
periodonsium terjadi selama periode waktu yang terbatas serta mudah diketahui gejala klinis
dan tanda-tandanya seperti akumulasi lokal pus dan terletak di dalam saku periodontal.2
KLASIFIKASI
1. Berdasarkan lokasi abses

Abses gingiva
Abses gingiva merupakan infeksi lokal purulen yang terletak pada marginal
gingiva atau papila interdental dan merupakan lesi inflamasi akut yang mungkin
timbul dari berbagai faktor, termasuk infeksi plak mikroba, trauma, dan impaksi
benda asing. Gambaran klinisnya merah, licin, kadang-kadang sangat sakit dan
pembengkakan sering berfluktuasi.

Abses periodontal
Abses periodontal merupakan infeksi lokal purulen di dalam dinding gingiva pada
saku periodontal yang dapat menyebabkan destruksi ligamen periodontal dan
tulang alveolar. Abses periodontal secara khusus ditemukan pada pasien dengan
periodontitis yang tidak dirawat dan berhubungan dengan saku periodontal yang
sedang dan dalam, biasanya terletak diluar daerah mukogingiva. Gambaran
klinisnya terlihat licin, pembengkakan gingiva mengkilat disertai rasa sakit,
daerah pembengkakan gingivanya lunak karena adanya eksudat purulen dan
meningkatnya kedalaman probing, gigi menjadi sensitif bila diperkusi dan
mungkin menjadi mobiliti serta kehilangan perlekatan periodontal dengan cepat
dapat terjadi. Abses periodontal sering muncul sebagai eksaserbasi akut dari saku
periodontal yang ada sebelumnya terutama terkait pada ketidaksempurnaan dalam
menghilangkan kalkulus dan tindakan medis seperti pada pasien setelah
perawatan bedah periodontal, setelah pemeliharaan preventif, setelah terapi

antibiotik sistemik dan akibat dari penyakit rekuren. Abses periodontal yang tidak
berhubungan dengan inflamasi penyakit periodontal termasuk perforasi gigi,
fraktur dan impaksi benda asing. Kurangnya kontrol terhadap diabetes mellitus
merupakan faktor predisposisi dari pembentukan abses periodontal. Pembentukan
abses periodontal merupakan penyebab utama kehilangan gigi. Namun, dengan
perawatan yang tepat dan perawatan preventif yang konsisten, gigi dengan
kehilangan tulang yang signifikan dapat dipertahankan selama bertahun-tahun.

Abses perikoronal
Abses perikoronal merupakan akibat dari inflamasi jaringan lunak operkulum,
yang menutupi sebagian erupsi gigi. Keadaan ini paling sering terjadi pada gigi
molar tiga rahang atas dan rahang bawah.3,12 Sama halnya dengan abses gingiva,
abses perikoronal dapat disebabkan oleh retensi dari plak mikroba dan impaksi
makanan atau trauma.3 Gambaran klinis berupa gingiva berwarna merah
terlokalisir, bengkak, lesi yang sakit jika disentuh dan memungkinkan
terbentuknya eksudat purulen, trismus, limfadenopati, demam dan malaise.

2. Berdasarkan jalannya lesi

Abses periodontal akut


Abses akut umumnya berupa eksaserbasi lesi periodontal inflamasi kronis.
Faktor-faktor yang mempengaruhinya antara lain tingginya jumlah dan
kemampuan virulensi bakteri yang ada, dikombinasikan dengan penurunan
resistensi jaringan dan kurangnya drainase spontan. Drainase dapat dihambat oleh
morfologi poket yang dalam dan rumit, debris atau epitelium poket yang
susunannya padat sehingga menyumbat orifisium poket. Abses akut ditandai oleh
pembengkakan jaringan gingiva yang berbentuk bulat/oval, menimbulkan rasa
nyeri,

berwarna

merah,

edematus,

dan

halus. Eksudat dapat dikeluarkan

menggunakan tekanan ringan; gigi-geligi sensitif saat diperkusi dan terasa


terdapat penonjolan di dalam soket. Kadang terjadi demam dan limfadenopati
regional.

Abses periodontal kronik


Abses kronis terbentuk setelah penyebaran infeksi dapat dikendalikan oleh
drainase spontan, respon host, ataupun terapi. Jika homeostasis antara host dan
infeksi tercapai, pasien hanya memiliki

sedikit

gejala

ataupun

tidak

ada

gejala

sama

sekali.

Namun,

nyeri

tumpul disebabkan oleh tanda-tanda

klinis berupa poket periodontal, inflamasi, dan saluran fistula.


3. Berdasarkan jumlah abses

Abses periodontal tunggal


Abses periodontal tunggal biasanya berkaitan dengan faktor-faktor lokal
mengakibatkan tertutupnya drainase saku periodontal yang ada.

Abses periodontal multiple


Abses ini bisa terjadi pada pasien diabetes mellitus yang tidak terkontrol, pasien
dengan penyakit sistemik dan pasien dengan periodontitis tidak terawat setelah
terapi antibiotik sistemik untuk masalah non oral. Abses ini juga ditemukan pada
pasien multipel eksternal resopsi akar, dimana faktor lokal ditemukan pada
beberapa gigi.

ETIOLOGI ABSES PERIODONTAL


Ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya abses periodontal, salah satunya
adalah faktor lingkungan, seperti poket yang telah ada sebelumnya, impaksi makanan. Faktor
mikrobiologi, seperti Fusobacterium nucleatum, Peptostreptococcus micros, Prevotella
intermedia, Porphiromonas gingivalis, dan Tannerella forsythia.
Etiologi abses periodontal dibagi atas 2, yaitu:
a. Abses periodontal berhubungan dengan periodontitis
Hal- hal yang menyebabkan abses periodontal yang berhubungan dengan periodontitis
adalah:
1. Adanya saku periodontal yang dalam dan berliku.
2. Penutupan marginal saku periodontal yang dapat mengakibatkan perluasan infeksi ke
jaringan periodontal sekitarnya karena tekanan pus di dalam saku tertutup.
3. Perubahan dalam komposisi mikroflora, virulensi bakteri, atau dalam pertahanan host
bisa juga membuat lumen saku tidak efisien dalam meningkatkan pengeluaran
suppurasi
4. Pengobatan dengan antibiotik sistemik tanpa debridemen subgingiva pada pasien
dengan periodontitis lanjut juga dapat menyebabkan pembentukan abses.
b. Abses periodontal tidak berhubungan dengan periodontitis

Hal-hal yang menyebabkan abses periodontal yang tidak berhubungan dengan periodontitis
adalah:
1. Impaksi dari benda asing seperti potongan dental floss, biji popcorn, potongan tusuk
gigi, tulang ikan, atau objek yang tidak diketahui.
2. Perforasi dari dinding gigi oleh instrumen endodontik.
3. Infeksi lateral kista.
4. Faktor-faktor lokal yang mempengaruhi morfologi akar dapat menjadi predisposisi
pembentukan abses periodontal. Adanya cervical cemental tears dapat memicu
pekembangan yang cepat dari periodontitis dan perkembangan abses.
DIAGNOSIS
Penegakan diagnosis pada abses periodontal dapat diperoleh melalaui, anamnesa,
pemeriksaan fisik dan pemeriksan penunjang. Pada anamnesa biasanya didapatkan adanya
rasa sakit yang terus menerus,timbul,dan terlokalisasi, sakit menghebat jika gigi ditekan atau
jaringan lunak diatasnya ditekan, demam dan lemas. Pada pemeriksaan fisik didapatkan
limfadenopati, pembengkakan meliputi jaringan gingiva, dan terkadang adanya fistula,
sensitif terhadap perkusi.
Pada pemeriksaan penunjang, Gambaran radioghrapy pada periodontal abses pada
umumnya tampak radio luncent pada samping permukaan gigi, secara khas nampak di apex
dari akar. Walau bagaimanapun karena lokasi anatomi, kadang-kadang tidak ada perubahan
gambaran radiography, kerusakan tulang yang luas dapat terlihat. Gambaran radiography
tidak bisa digunakan sebagai satu-satunya pembantu diagnosa periodontal absesm karena
variasi lokasi dan langkah-langkah perkembangan dari abses.

DIAGNOSIS BANDING
1.

Abses Gingiva
Infeksi purulen yang mengenai gingiva marginal atau papila interdental. Manifestasi
klinis yang membedakan dengan abses gingiva adalah riwayat trauma sebelumnya,
mengenai gingiva dan tidak ada poket periodontal.

2.

Abses Periapikal

Keadaan inflamasi yang di tandai dengan pembentukan eksudat purulen yang menyertai
pulpa dental atau pulpa remnant dan jaringan yang mengelilingi apex gigi. Abses
periapikal dapat dibedakan dengan menifestasi seperti berlokasi disekitar apeks akar,
mengenai gigi yang tidak vital, restorasi yang berat, Karies yang besar dengan
keterlibatan pulpa, riwayat kepekaan (sensitif) terhadap panas dan dingin, tidak ada tanda
atau gejala penyakit periodontal serta gambaran periapikal radiolusen pada radiografi
intraoral.
3.

Lesi Perio-endo
Lesi perio-endo biasanya ditunjukkan dengan penyakit periodontal parah yang mungkin
melibatkan pencabangan, kerusakan tulang berat yang mencapai apeks sehingga
menyebabkan infeksi pulpa, gigi non vital yang terestorasi minimal.

4.

Lesi Endo-Perio
Lesi endo-perio dapat dibedakan dengan abses periodontal dengan adanya infeksi pulpa
yang menyebar melalui saluran lateral ke dalam poket periodontal dan biasanya
menyerang gigi non-vital dengan gambaran radiolusen periapikal gigi.

TERAPI
Prinsip manajemen abses periodontal adalah:
1. Lokal
a.

drainase

b.

Eliminasi penyebab

2. Sistemik : Antibiotik
Pentalaksanaan pasien dengan abses periodontal dapat dibedakan menjadi tiga tingkat:
a.

Manajemen segera
Pada infeksi yang mengancam jiwa, pasien dirawat inap, terapi suportif

bersamaan dengan terapi antibiotik akan sangat dibutuhkan


Bergantung pada keparahan infeksi dan pemeriksaan klinis tanda serta gejala
lokal, investigasi dan terapi awal dapat ditunda

Pada kondisi sistemik yang tidak mengancam jiwa, analgetika oral dan
kemoterapi antimikrobial akan sangat dibutuhkan untuk mengeliminasi gejala

sistemik, trismus berat dan penyebaran infeksi difus (selulitis fasialis)


Antibiotik diresepkan secara empiris setelah analisis mikrobiologikal dan uji

sensitifitas antibiotik dari spesimen pus dan jaringan


Regimen empiris bergantung dari tingkat keparahan infeksi. Antibiotik yang

umum digunakan antara lain :


o Phenoxymethyle penicilin 250-550 mg 4 kali sehari selama 5-7 hari
o Amoksisilin 250-500 mg 3 kali sehari selama 5-7 hari
o Eritromisin 250-500 mg 4 kali sehari selama 5-7 hari
o Doksisiklin 100 mg ..... selama 7-14 hari
o Clindamisin 150-300 mg 4 kali sehari selama 5-7 hari
b. Manajemen awal
Irigasi kantong abses dengan antiseptik atau larutan salin
Membuang benda asing
Drainase melalui sulkus dengan sebuah probe atau scaling ringan dari permukaan

c.

gigi
Kompresi dan debridement dinding jaringan lunak
Instruksikan oral higiene
Diulang dalam 24-48 jam
Terapi definitif
Terapi definitif diulang setelah terapi awal dilakukan untuk mengembalikan, fungsi,
estetika dari peridontium dan membuat pasien menjaga kebersihan periodontal.
Gingivectomi atau operasi pemasangan flap periodontal dengan antibiotik sistemik
atau lokal antibiotik (tetrasikln) diindikasikan sebagai terapi definitif dari abses
periodontal.

PENCEGAHAN
Pencegahan penyakit periodontal merupakan kerja sama yang dilakukan oleh dokter
gigi, pasien dan individu pendukung. Pencegahan dilakukan dengan memelihara gigi-gigi dan
mencegah serangan serta kambuhnya penyakit. Pencegahan dimulai pada jaringan
periodontal yang sehat yang bertujuan untuk memelihara dan mempertahankan kesehatan
jaringan periodontal. Pencegahan penyakit periodontal meliputi beberapa prosedur yang
saling berhubungan satu sama lain yaitu:
1.

Kontrol Plak

Kontrol plak merupakan cara yang paling efektif dalam mencegah pembentukan
kalkulus dan merupakan dasar pokok pencegahan penyakit periodontal, tanpa kontrol
plak kesehatan mulut tidak dapat dicapai atau dipelihara.
a. Bagi pasien dengan jaringan periodonsium yang sehat, kontrol plak berarti
pemeliharaan kesehatan.
b. Bagi penderita penyakit periodontal, kontrol plak berarti penyembuhan.
c. Bagi pasien pasca perawatan penyakit periodontal, kontrol plak berarti mencegah
kambuhnya penyakit ini.
Metode kontrol plak dibagi atas:
a. Secara mekanis merupakan cara yang paling dapat dipercaya, meliputi penggunaan
alat-alat fisik dengan memakai sikat gigi, alat pembersih proksimal seperti dental
floss, tusuk gigi dan kumur-kumur dengan air.
b. Secara kimia dengan memakai bahan kumur - kumur seperti chlorhexidine (Betadine,
Isodine).
2.

Profilaksis mulut
Profilaksis mulut merupakan pembersihan gigi di klinik, terdiri dari penyingkiran
materi alba, kalkulus, stain dan pemolisan gigi. Untuk memberikan manfaat yang
maksimum bagi pasien, profilaksis mulut harus lebih luas dan meliputi hal-hal berikut :

3.

a.

Memakai larutan pewarna (disclosing solution) untuk mendeteksi plak. Gincu

b.
c.
d.
e.
f.

kue warna ras dapat dipakai untuk mendeteksi plak pada anak-anak.
Penyingkiran plak, kalkulus (supra dan sub gingiva) pada seluruh permukaan.
Membersihkan dan memolis gigi, menggunakan pasta pemolis/pasta gigi
Memakai zat pencegah yang ada dalam pasta pemolis/pasta gigi.
Memeriksa tambalan gigi, memperbaiki tepi tambalan yang menggantung .
Memeriksa tanda dan gejala impaksi makanan.

Pencegahan trauma dari oklusi


Menyesuaikan hubungan gigi-gigi yang mengalami perubahan secara perlahanlahan
(akibat pemakaian yang lama).

4.

Pencegahan dengan tindakan sistemik


Cara lain untuk mencegah penyakit periodontal adalah dengan tindakan sistemik
sehingga daya tahan tubuh meningkat yang juga mempengaruhi kesehatan jaringan
periodontal. Agen pencedera seperti plak bakteri dapat dinetralkan aksinya bila jaringan
sehat

5.

Pencegahan dengan prosedur ortodontik


Tujuan koreksi secara ortodontik ini adalah untuk pemeliharaan tempat gigi tetap
pengganti, letak gigi dan panjang lengkung rahang

6.

Pendidikan kesehatan gigi masyarakat


Hal yang penting diketahui masyarakat ialah bukti bahwa penyakit periodontal dapat
dicegah dengan metode yang sama atau lebih efektif dari metode pencegahan karies
gigi. Perlu diluruskan adanya pertentangan psikologis pada masyarakat, seperti:
a. Menerangkan bahwa kerusakan yang disebabkan penyakit periodontal pada orang
dewasa dimulai pada masa anak-anak.
b. Menghilangkan dugaan bahwa pyorrhea (gusi berdarah) tidak dapat dielakkan dan
disembuhkan. Juga menghilangkan pendapat masyarakat bahwa kehilangan gigi
selalu terjadi bila mereka sudah tua.
c. Menegaskan bukti bahwa seperti karies gigi, penyakit periodontal biasanya tidak
menimbulkan rasa sakit pada awalnya sehingga masyarakat tidak menyadarinya.
Pemeriksaan gigi dan mulut secara teratur diperlukan untuk mengetahui adanya karies
gigi dan penyakit periodontal secepatnya kemudian segera merawatnya bila
ditemukan adanya penyakit
d. Memberi penjelasan bahwa perawatan periodontal yang efektif adalah bila segera
dirawat sehingga lebih besar kemungkinan berhasil disembuhkan. Disamping itu
waktu yang digunakan lebih sedikit dan merupakan cara yang paling ekonomis
daripada menanggulangi penyakit.
e. Menegaskan manfaat pencegahan dengan higine mulut yang baik dan perawatan gigi
yang teratur .
f. Menerangkan bahwa tindakan pencegahan penyakit gigi dan mulut harus merupakan
inti dari perencanaan kesehatan gigi masyarakat.

7.

Pencegahan kambuhnya penyakit

Anda mungkin juga menyukai