Anda di halaman 1dari 9

DEFINISI

Mukokel merupakan lesi pada mukosa oral yang terbentuk akibat pecahnya duktus glandula saliva
minor dan penumpukan mucin pada sekeliling jaringan lunak (Neville,2002). Mukokel merupakan
kista benigna, tetapi dikatakan bukan kista yang sesungguhnya, karena tidak dibatasi oleh sel epitel
pada gambaran histopatologisnya (Asgari,2009). Mucocele dapat terjadi pada daerah manapun di
dalam rongga mulut yang mengandung kelenjar saliva minor, tetapi bibir bawah merupakan lokasi
paling umum karena paling mudah mengalami trauma. Biasanya terletak di bagian lateral mengarah
ke midline. Beberapa kasus ditemui pada mukosa bukal dan ventral lidah, dan jarang terjadi pada
bibir atas dan palatum mole. Mucocele sering diakibatkan oleh trauma lokal atau mekanik. Mucocele
dapat terjadi laki-laki maupun perempuan, kebanyakan kasus melaporkan insidensi tertinggi mukokel
adalah usia muda tetapi hingga saat ini belum ada studi khusus pada usia yang spesifik.

2.1.2 Etiopatogenesis

Mucocele dapat diakibatkan oleh trauma lokal dan mekanik pada duktus glandula saliva minor.
Mucocele tipe ini disebut mukus ekstravasasi. Trauma lokal atau mekanik dapat disebabkan karena
trauma pada mukosa mulut hingga melibatkan duktu glandula saliva minor seperti pengunyahan,
kebiasaan buruk seperti menghisap mukosa bibir diantara dua gigi yang jarang, menggigit-gigit bibir,
kebiasaan menggesek-gesekkan bagian ventral lidah pada permukaan gigi rahang bawah (biasanya pada
anak yang memiliki kebiasaan minum susu botol atau dot), dan lain-lain. (Krol,2007)

Mucocele juga dapat disebabkan oleh trauma pada proses kelahiran bayi. Mucocele jenis ibi
disebut mucocele kongenital. Sebagai contoh yaitu trauma akibat proses kelahiran bayi yang
menggunakan alat bantu forceps, trauma pada saat dilakukan suction untuk membersihkan saluran
nafas sesaat setelah bayi dilahirkan, ataupun trauma yang disebabkan karena ibu jari bayi yang
dilahirkan masih berada dalam posisi sucking (menghisap) pada saat bayi melewati jalan lahir.1 Setelah
terjadi trauma maka duktus glandula saliva minor rusak yang mengakibatkan saliva keluar menuju
lapisan submukosa kemudian cairan mukus terdorong dan sekresinya tertahan lalu terbentuk inflamasi.
Inflamasi ini akan mengakibatkan penyumbatan pada daerah tersebut, kemudian terbentuk
pembengkakan lunak, berfluktuasi, translusen kebiruan pada mukosa mulut yang disebut
mucocele.(Regezi,1989)

Apabila mucocele diakibatkan oleh adanya genangan mukus dalam duktus ekskresi yang
tersumbat dan melebar, maka mucocele tersebut dinamakan mucocele retensi. Genangan mukus dalam
duktus ekskresi yang tersumbat dan melebar dapat disebabkan karena plug mukus dari sialolit atau
inflamasi pada mukosa yang menekan duktus glandula saliva minor lalu mengakibatkan terjadinya
penyumbatan pada duktus glandula saliva minor tersebut, terjadi dilatasi akibat cairan mukus yang
menggenang dan menumpuk pada duktus glandula saliva, dan pada akhirnya pecah kemudian lapisan
subepitel digenangi oleh cairan mukus dan menimbulkan pembengkakan pada mukosa mulut yang
disebut mucocele. (Langlais,1994)

Differential diagnosis

Beberapa penyakit mulut memiliki kemiripan gambaran klinis dengan mukokel, diantaranya
hemangioma, lymphangioma, pyogenic granuloma (apabila letaknya pada bagian anterior lidah),
salivary gland neoplasm, dan lain-lain.Untuk dapat membedakan mukokel dengan penyakit-penyakit
tersebut maka dibutuhkan riwayat timbulnya massa dan gambaran klinis yang jelas yang
menggambarkan ciri khas mukokel yang tidak dimiliki oleh penyakit mulut lain, dan dibutuhkan hasil
pemeriksaan fisik dan hasil pemeriksaan pendukung lain yang akurat seperti pemeriksaan
laboratorium dan pemeriksaan radiografi.(Hasibuan,2006)

ETIOLOGI

Berdasarkan etiologi, patogenesis, dan secara umum mukokel dapat diklasifikasikan menjadi tiga,
yaitu mukokel ekstravasasi mukus yang sering disebut sebagai mukokel superfisial dimana etiologinya
trauma lokal atau mekanik, mukokel retensi mukus atau sering disebut kista retensi mukus dimana
etiologinya plug mukus akibat sialolith atau inflamasi pada mukosa mulut yang menyebabkan duktus
glandula saliva tertekan dan tersumbat secara tidak langsung, dan mukokel kongenital yang
etiologinya trauma pada proses kelahiran bayi. (Menta,2008)

Mucocel jg diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu superficial mucocele yang letaknya tepat di bawah
lapisan mukosa dengan diameter 0,1-0,4 cm, classic mucocele yang letaknya tepat di atas lapisan
submukosa dengan diameter lebih kecil dari 1 cm, dan deep mucocele yang letaknya lebih dalam dari
kedua mukokel sebelumnya.

Gambaran Klinis

Secara intraoral gambaran klinis mucocele pembengkakan yang berbentuk kubah dengan
diameter 1-2 mm, umumnya kurang dari 1 cm. Warna dari lesi tergantung pada kedalaman lesinya dan
derajat keratinisasi mukosa yang menutupinya. Lesi superfisial mempunyai gambaran vesikular dengan
batas yang teratur. Lesi transparan dengan warna kebiruan. Lesi yang lebih dalam kurang memberi
gambaran vesikular dan tampak sewarna dengan mukosa normal.Konsistensi lesi pada palpasi biasanya
lunak dan fluktuan. Mucocele yang sudah terdrainase tidak memberi gambaran fluktuan sedangkan
mucocele kronis akan mengalami fibrosis. (Ata Ali,2010)

Mucocele biasanya tidak menyebabkan nyeri, dan terasa jika tekanan pada rongga bertambah.
Jika nyeri timbul dapat mengakibatkan kesulitan berbicara, mengunyah dan menelan. Pada banyak
kasus mucocele dapat pecah secara spontan oleh trauma yang dapat memicu pelepasan mukus di dalam
lesi. Akan tetapi pada kebanyakan kasus lesinya dapat muncul kembali. Jika mucocele pecah oleh
trauma terus-menerus, lesi dapat menjadi kenyal pada palpasi dan tidak dapat pecah dengan mudah.
(Neville, 2002)
Pemeriksaan Penunjang

Mucocele bisa didiagnosis secara langsung dari riwayat penyakit, keadaan klinis dan palpasi.
Mucocele sering didapatkan pada anak-anak dan dewasa muda, timbul sebagai lesi fluktuan, warna
kebiruan dan tidak nyeri (Gambar 1). Pada saat dipalpasi jelas terasa bahwa lesi berisi cairan.
Biasanya riwayatnya hilang timbul memperkuat dugaan adanya mucocele.6 (Lihat Gambar 1) Lesi
superfisial di mukosa/ submukosa terlihat berupa tonjolan kecil (diameter 1 atau 2 cm) dengan
penebalan atau pembesaran jaringan di atasnya. Bila lesi ini terletak pada jaringan yang lebih dalam,
maka diagnosisnya akan lebih sulit ditentukan karena tidak terlihat ciri lesi yang berisi cairan. Untuk
menentukan lesi mucocele bisa digunakan perbedaan histologis dimana lesi akibat retensi cairan akan
terlihat lapisan epitel, sementara lesi akibat kebocoran cairan hanya akan menunjukkan jaringan ikat.
Pada mucocele sering ditemukan ketiadaan epitel pada lesi tersebut.7

Secara histopatologis mucocele terdiri atas mucocele ekstravasasi dan mucocele rentensi. Mucocele
ekstravasasi terdiri atas jaringan granulasi dikelilingi oleh jaringan ikat padat dengan sejumlah inflamasi.
Pada mucocele tipe retensi mucin dilapisi oleh epitel kolumnar atau kuboidal.2 Pada pemeriksaan
mikroskopis mucocele menunjukkan area yang diisi oleh mucin dikelilingi oleh jaringan granulasi.
Inflamasi biasanya terdiri dari buihbuih hystiosit (makrofag). Pada beberapa kasus kelenjar saliva yang
ruptur dapat mengidentifikasi feeding (pemberi suplai) ke daerah tersebut. Pada sekitar kelenjar saliva
minor sering diisi oleh infiltrat sel inflamasi kronis dan duktus yang melebar.8

Selanjutnya dilakukan pemeriksaan pendukung meliputi pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan


radiografi.27 Pemeriksaan laboratorium sangat

membantu dalam menegakkan diagnosa. Pada kasus mukokel, cairan diambil secara

aspirasi dan jaringan diambil secara biopsi, kemudian dievaluasi secara mikroskopis

untuk mengetahui kelainan-kelainan jaringan yang terlibat. Kemudian dapat

dilakukan pemeriksaan radiografi, meliputi pemeriksaan secara MRI (Magnetic

Resonance Imaging), CT Scan (Computed Tomography Scan), ultrasonografi, sialografi, dan juga
radiografi konfensional.27

Treatment

Riwayat lesi sering pecah dengan sendirinya dan kemudian timbul kembali sehingga diperlukan tindakan
untuk mencegah rekurensi. Perawatan mucocele dengan eksisi secara bedah merupakan cara yang
paling tepat disertai diseksi secara perlahan pada kelenjar saliva minor yang terkena.2 Pada saat dieksisi,
dokter gigi sebaiknya mengangkat semua kelenjar liur minor yang berdekatan, dan dilakukan
pemeriksaan mikroskopis untuk menegaskan diagnosa dan menentukan apakah ada kemungkinan
tumor kelenjar liur. Selain dengan pembedahan, mucocele juga dapat diangkat dengan laser.
Untuk meminimalkan resiko rekurensi, eksisi harus melibatkan area sekitar kelenjar saliva minor yang
kemungkinan menjadi feeding bagi area tersebut. Hasil eksisi lesi akan diperiksa patologi anatomi untuk
mengkorfirmasi diagnosis karena adanya kemungkinan tumor pada kelenjar saliva.8 Eksisi mucocele
dapat dilakukan dengan membuat insisi berbentuk ellips. Hal tersebut berguna untuk mengurangi
luasnya kehilangan jaringan mukosa, mengurangi kemungkinan timbulnya jaringan scar yang luas dan
membantu mencegah tumpahan saliva ke jaringan sekitar yang dapat menyebabkan terjadinya
kekambuhan.9 Eksisi merupakan pilihan perawatan untuk mukocele ukuran kecil hingga sedang. Setelah
dilakukan suatu insisi pada mukosa dan lesi didrainase, penting dilakukan pengambilan jaringan kelenjar
saliva yang terlibat pada mucocele tersebut, yang menjadi sumber penyebab guna mencegah rekurensi.
Penting juga untuk mencegah kerusakan karena pembedahan pada kelenjar sekitarnya, yang dapat
menimbulkan lesi yang baru. Permukaan dasar dari mucocele tidak dianjurkan untuk diambil karena
mempertimbangkan jaringan ikat yang ada. Umumnya, mucocele yang besar juga dirawat dengan eksisi.
Walaupun, bila prosedur eksisi dipertimbangkan terlalu ekstensif, atau lesi berdekatan sekali dengan
saraf atau pembuluh darah besar, dapat dilakukan marsupialisasi. Jika marsupialisasi gagal dan terjadi
rekurensi, maka diperlukan tindakan eksisi kelenjar yang menjadi feeding mukocele tersebut.4

Ranula by definition is a mucous filled cavity, a mucocele, in the floor of the mouth in relation to the
sub lingual gland. The name “ranula” has been derived from the latin word “Rana” which means
“Frog”. The swelling resembles a frog's translucent under belly or air sacs. Ranulas are
characteristically large (>2cm) and appear as a tense fluctuant dome shaped swelling, commonly in
the lateral floor of the oral cavity.(1)

Ranula

Ranula adalah kista retensi pada kelenjar berikut ini (kelenjar sublingual, submandibula atau kelenjar
ludah minor dasar mulut). Ciri khas dari ranula adalah bentuknya yang mirip perut katak (Rana=
katak) ranula bersifat lunak, fluktuatif dan tidak sakit.

Ada 2 tipe Ranula, yaitu:

1. Simple Ranula sircumscribe Cyst à sublingual ; superior dari m. milohioid

2. Plungin Ranulaà adalah simple Ranula cyst yang meluas ke inferior m. Milohyoid dan masuk ke
ruangan submandibula
Ranula sering di diagnosis banding dengan abses sublingual. Terapi yang diberikan untuk jenis simple
ranula adalah marsupialisasi, sedangkan untuk tipe pluging ranula dilakukan dengan terapi
pembedahan transoral dan transservikal, fenestrasi serta penekanan pada plunging

Definisi

Ranula adalah istilah yang digunakan untuk menyebut mukokel yang letaknya di dasar mulut.11,12
Kata ranula yang digunakan berasal dari bahasa latin “RANA”

yang berarti katak, karena pembengkakannya menyerupai bentuk tenggorokan bagian bawah dari
katak.5,6,11,12,15 Merupakan pembengkakan dasar mulut yang berhubungan

dan melibatkan glandula sublingualis, dapat juga melibatkan glandula salivari minor.4,5 Ukuran
ranula dapat membesar, dan apabila tidak segera diatasi akan

memberikan dampak yang buruk, karena pembengkakannya dapat mengganggu fungsi bicara,
mengunyah, menelan, dan bernafas.1,15,24,28

Ranula berasal dari bahasa latin “RANA” yang berarti katak karena pembengkakan dari ranula
menyerupai bentuk tenggorokan bagian bawah dari katak.(Zhi,2008) Ranula merupakan pembengkakan
dasar mulut yang melibatkan glandula sublingualis, dapat juga melibatkan glandula salivari minor.
Ukuran ranula dapat membesar sehingga apabila tidak segera diatasi dapat memberikan dampak yang
buruk, karena pembengkakannya dapat mengganggu fungsi bicara, mengunyah, menelan, dan bernafas.
(Yuca,2005)

2.2.2 Etiologi

Etiologinya tidak diketahui namun diduga ranula terjadi akibat trauma, obstruksi kelenjar saliva, dan
aneurisma duktus glandula saliva. Trauma pada glandula sublingual atau submandibula akan
menyebabkan kerusakan langsung pada saluran atau bagian dalam dari glandula yang nantinya
mengakibatkan ekstravasasi mucus dan pembentukan pseudokista. Ranula juga dikatakan berkaitan
dengan penyakit kelenjar saliva dan anomali kongenital dimana duktus saliva tidak terbuka. (Pang,2005)

Gambaran Klinis, Radiografi, dan Histopatologi

gambaran klinis ranula merupakan massa lunak yang berfluktusi dan berwarna translusen kebiruan
yang terletak di dasar mulut atau bagian bawah lidah 6 Apabila dipalpasi, massa ini tidak akan
berubah warna menjadi pucat. Apabila terletak agak jauh ke dasar mulut, maka ranula tidak lagi
berwarna kebiruan melainkan berwarna normal seperti mukosa mulut yang sehat.1 Diameternya
mulai dari 1 sampai dengan beberapa sentimeter.1,11,15 Ranula tidak diikuti rasa sakit. Keluhan yang
paling sering diungkapkan pasien adalah mulutnya terasa penuh dan lidah terangkat ke atas.1 Apabila
tidak segera diatasi akan terus mengganggu fungsi bicara, mengunyah, menelan, dan bernafas.1
secara ekstraoral, gambaran klinis ranula terdapat pada ranula plunging. Ranula plunging akan
menimbulkan pembengkakan pada leher dan biasanya berdiameter 4-10 cm dan melibatkan ruang
submandibula. Terdapat juga laporan yang menunjukkan ruang submental, daerah kontralateral
leher, nasofaring, retrofaring, dan juga mediastinum.(Al Tubaikh,2009)

Pemeriksaan Penunjang

Untuk menegakkan diagnosa ranula pertama dilakukan anamnese dan mencatat riwayat pasien.
Kemduian pemeriksaan yang dilakukan meliputi pemeriksaan fisik, pemeriksaan ekstra oral,
kemudian pemeriksaan intra oral yaitu secara visual melihat pembengkakan pada rongga mulut yang
dikeluhkan pasien dan melakukan palpasi pada massa tersebut. Selanjutnya dilakukan pemeriksaan
pendukung meliputi pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan radiografi. Pemeriksaan
laboratorium sangat membantu dalam menegakkan diagnosa. Pada kasus ranula, cairan diambil
secara aspirasi dan jaringan diambil secara biopsi, kemudian dievaluasi secara mikroskopis untuk
mengetahui kelainan-kelainan jaringan yang terlibat.

Secara histopatologi, kebanyakan ranula tidak mempunyai lapisan epitel dan dinding dari ranula
terdiri dari jaringan ikat fibrous yang menyerupai jaringan granulasi. Penemuan histopatologi
menunjukkan ruang dalam kista dan dindingnya didominasi oleh histiosit, dan juga dijumpai mucin.
Kemudian dapat dilakukan pemeriksaan radiografi, meliputi pemeriksaan secara MRI (Magnetic
Resonance Imaging), CT Scan (Computed Tomography Scan), ultrasonografi, sialografi, dan juga
radiografi konfensional. (Hasibuan, 2006)

2.2.7 Diagnosa Banding

ada beberapa penyakit mulut yang memiliki kemiripan gambaran klinis dengan ranula, diantaranya
kista dermoid, sialolithiasis, thyroglossal duct cyst, cystic hygroma, neoplastic thyroid disease,

Thyroglossal duct cyst, Lingual thyroid, Dermoid cyst, Granular cell myoblastoma and Heterotopic gastric
mucosal cyst (Woo,2003)

Untuk dapat membedakan ranula dengan penyakit-penyakit tersebut maka dibutuhkan riwayat
timbulnya massa atau pembengkakan yang jelas, gambaran klinis yang jelas yang menggambarkan ciri
khas ranula yang tidak dimiliki oleh penyakit mulut lain dibutuhkan hasil pemeriksaan fisik dan hasil
pemeriksaan pendukung lain yang akurat seperti pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan
radiografi.

2.2.8 Perawatan
Umumnya pasien yang berkunjung ke dokter gigi dan meminta perawatan, memiliki ukuran
ranula yang relatif besar. Perawatan ranula umumnya dilakukan untuk mengurangi dan
menghilangkan gangguan fungsi mulut yang dirasakan pasien akibat ukuran dan keberadaan
massa.Perawatan yang dilakukan meliputi penanggulangan faktor penyebab dan pembedahan massa.
Penanggulangan faktor penyebab dimaksudkan untuk menghindarkan terjadinya rekurensi. Biasanya
ranula yang etiologinya trauma akibat kebiasaan buruk atau trauma lokal atau mekanik yang terjadi
terus menerus dapat menyebabkan terjadinya rekurensi ranula. Karena apabila kebiasaan buruk atau
hal yang menyebabkan terjadinya trauma tidak segera dihilangkan, maka ranula akan dengan mudah
muncul kembali walaupun sebelumnya sudah dilakukan perawatan pembedahan. Pembedahan massa
dibagi atas tiga jenis, yaitu eksisi, marsupialisasi, dan dissecting. Pemilihan teknik pembedahan
tergantung kepada ukuran dari massa.

Types:

According to their site of location, Ranulas can be classified as 3 types They can be as follows: (Akyol,
2004)

1 Simple ranula

Berlokasi di dasar mulut

Ranula simpel yang juga disebut dengan oral ranula merupakanranula yang terbentuk karena
obstruksi duktus glandula saliva tanpa diikuti denganrupturnya duktus tersebut.Letaknya tidak
melewati ruang submandibula, dengan kata lain tidak berpenetrasi ke otot milohioideus.

2 Cervical ranula

Berlokasi di daerah paracervical

3 Plunging ranula

Berlokasi di dekat saluran nafas bagian atas dan memanjang ke dasar mulut. [plunging ranulas juga
dikenal dengan sebutan ‘tail sign’ pada MRI]

Sedangkan ranula plunging atau sering disebut ranula diving merupakan massa yang terbentuk akibat
rupturnya glandula saliva tanpa diikuti rupturnya ruang submandibula yang kemudian menimbulkan
plug pseudokista yang meluas hingga ke ruang submandibula atau dengan kata lain berpenetrasi ke
otot milohioideus.

Based on the pathogenesis there are two different types of ranulas: (Harrison, 2010)

1) True cyst
Whenever there is an obstruction in the ducts of sublingual gland or ducts of one of the minor
salivary glands leads to formation of a true cyst. This type of ranula has an epithelial lining.
Setiap kali ada obstruksi di saluran kelenjar sublingual atau saluran dari salah satu kelenjar ludah kecil mengarah ke
pembentukan kista yang sebenarnya. Ranula jenis ini memiliki lapisan epitel

2) Pseudocyst
This type of ranula does not have an epithelial lining. This is formed due to ductal injury of the
sublingual salivary gland, leads to extravasation of saliva and accumulation into the submucous
tissue. occasionally this type of ranula is surrounded by granulation tissue or condensed
connective tissue.

Ranula jenis ini tidak memiliki lapisan epitel. Ini terbentuk karena cedera duktus dari kelenjar ludah sublingual,
menyebabkan ekstravasasi air liur dan akumulasi ke dalam jaringan submukosa. kadang-kadang jenis ranula ini
dikelilingi oleh jaringan granulasi atau jaringan konektif kenta

Klasifikasi

Ranula juga dapat dibedakan atas fenomena ekstravasasi mukus dan kista retensi mukus.

Ekstravasasi mucus merupakan akibat dari trauma, sedangkan kista retensi mukus terjadi akibat
obstruksiduktus glandula saliva.

Selain tipe ranula di atas, dikenal pula ranula kongenital, yaitu ranula yang diakibatkan anomali
kongenital, misalnya atresia duktus saliva atau kegagalan pada proses pembentukan kanal/duktus
ekskresi, tetapi kasus seperti inisangat jarang ditemui.

Akyol MU and Orhan D. “Lingual tumors in infants: a case report and review of the literature”.
International Journal of Pediatric Otorhinolaryngology 68.1 (2004): 111-115.

Al-Tubaikh JA, Reiser MF. Congenital Disease and Syndromes : The Head and Neck. Berlin Heidenberg
2009:47-8

Asgari A, Kourtsounis P, Jacobson BL, Zhivago P. Mucocele Resection : A Comparison of Two Techniques.
Dentistry Today 2009 May 31:1.

Ata-Ali J, Carrillo C, Bonet C,Balaguer J, Penarrocha M. Oral mucocele: review of the literature. J clin exp
dent. 2010; 2: 18 – 21.

Harrison JD. “Modern management and pathophysiology of ranula: literature review”. Head Neck 32.10
(2010): 1310-1320.

Hasibuan S. Penuntun Prosedur Diagnosa Penyakit Mulut : Prosedur-prosedur untuk Menegakkan


Diagnosa Penyakit Jaringan Lunak Mulut. Bina Teknik Press. Edisi II;2006:30-1.

Krol DM, Keels MA. Pediatric in Riview : Oral Condition. American Academy of Pediatrics Journal 2007
Januari 1;28:18
Langlais RP, Miller CS. Atlas Berwarna Kelainan Rongga Mulut Yang Lazim. Alih Bahasa. Budi Susetyo.
Jakarta:Hipokrates,1994:40-1.

Menta MSN, Hee JP, Vanessa SL. Mucocele in Pediatric Patients : Analysis of 36 Children. Pediatric
Dermatology. Vol 25. Blackwell Publishing Inc,2008:308- 11.

Neville BW, Damm DD, Allen CM, Bouquot JE. Oral & Maxillofacial Pathology : Salivary Gland Pathology.
2nd ed. W.B. Saunders Co, 2002:389-93.

Pang CE., et al. “Thoracic ranula: an extremely rare case”. Journal of Laryngology and Otology 119.3
(2005): 233-234.

Regezi JA, Sciubba JJ. Oral Pathology : Salivary Gland Diseases. WB Saunders Co, 1989:225-311.

Woo JS., et al. “Recurrent plunging ranula treated with OK-432”. European Archives of Oto-
RhinoLaryngology 260.4 (2003): 226-228.

Yuca K, Bayram I, Cankaya H et al. Pediatric Intra Oral Ranula : An Analysys of Nine Case. Tohoku J Exp
Med 2005;205:151-5

Zhi KQ, Wen YM, Zhou H. Management of The Pediatric Plunging Ranula : Result of 15 Years Clinical
Experience. China Xi’an Jiaotong University and Sichuan University 2008 Jun 1;107:499-500.

Anda mungkin juga menyukai