Anda di halaman 1dari 14

Ardiyan Cakra

31101700012

SGD 5

Learning Issue LBM 2 Modul 5.3

1. Diffuse ?
 Hasil gambaran radiografi dengan batas yang tidak jelas & menyebar
2. Radiografi ( Abses & Kista ) ? + gambar

Kista Radikular

Pada pemeriksaan radiografis, kista periapikal memperlihatkan


gambaran seperti dental granuloma yaitu lesi radiolusen berbatas jelas di
sekitar apeks gigi yang bersangkutan

Abses Periapikal Akut


Gambarannya radiolusen yang merupakan lesi pada periapikal gigi 22.
Ukuran lesi > 1/3 akar batasnya diffuse dan penebalan ligamen periodontal
3. Fluktuasi ?

Pada edema yang terjadi, perlu dinilai ada tidaknya fluktuasi (pergerakan cairan pada lesi
saat dipalpasi).
Adanya fluktuasi menunjukkan akumulasi pus yang terlokalisir dan merupakan penanda
lokasi dimana insisi dan drainase perlu dilakukan
4. Apa saja macam macam dari abses?

a. Abses periapikal

Abses periapikal sering juga disebut abses dento-alveolar, terjadi di daerah

periapikal gigi yang sudah mengalami kematian dan terjadi keadaan eksaserbasi akut.

Mungkin terjadi segera setelah kerusakan jaringan pulpa atau setelah periode laten

yang tiba-tiba menjadi infeksi akut dengan gejala inflamasi, pembengkakan dan

demam. Mikroba penyebab infeksi umumnya berasal dari pulpa, tetapi juga bisa

berasal sistemik (bakteremia).

Gambar 2.2 : Abses periapikal


Sumber : http://www.dental-health-index.com/toothabscess.html., (diakses 19 juli
2012.)

b. Abses subperiosteal

Gejala klinis abses subperiosteal ditandai dengan selulitis jaringan lunak mulut

dan daerah maksilofasial. Pembengkakan yang menyebar ke ekstra oral, warna kulit

sedikit merah pada daerah gigi penyebab. Penderita merasakan sakit yang hebat,

berdenyut dan dalam serta tidak terlokalisir. Pada rahang bawah bila berasal dari gigi

premolar atau molar pembengkakan dapat meluas dari pipi sampai pinggir mandibula,

tetapi masih dapat diraba. Gigi penyebab sensitif pada sentuhan atau tekanan.

a b

Gambar 2.3 : a. Ilustrasi gambar Abses subperiosteal dengan lokalisasi di


daearah lingual
b. Tampakan Klinis Abses Subperiosteal
Sumber : Oral Surgery, Fargiskos Fragiskos D, Germany, Springer

c. Abses submukosa

Abses ini disebut juga abses spasium vestibular, merupaan kelanjutan abses

subperiosteal yang kemudian pus berkumpul dan sampai dibawah mukosa setelah

periosteum tertembus. Rasa sakit mendadak berkurang, sedangkan pembengkakan

bertambah besar. Gejala lain yaitu masih terdapat pembengkakan ekstra oral kadang-
kadang disertai demam.lipatan mukobukal terangkat, pada palpasi lunak dan fluktuasi

podotip. Bila abses berasal darigigi insisivus atas maka sulkus nasolabial mendatar,

terangatnya sayap hidung dan kadang-kadang pembengkakan pelupuk mata bawah.

Kelenjar limfe submandibula membesar dan sakit pada palpasi.

b
Gambar 2.4 : a. Ilustrasi gambar Abses Submukosa dengan lokalisasi didaerah bukal.
b. Tampakan klinis Abses Submukosa
Sumber : Oral Surgery, Fargiskos Fragiskos D, Germany, Springer

d. Abses fosa kanina

Fosa kanina sering merupakan tempat infeksi yang bersal dari gigi rahang atas

pada regio ini terdapat jaringan ikat dan lemak, serta memudahkan terjadinya

akumulasi cairan jaringan. Gejala klinis ditandai dengan pembengkakan pada muka,

kehilangan sulkus nasolabialis dan edema pelupuk mata bawah sehingga tampak

tertutup. Bibir atas bengkak, seluruh muka terasa sakit disertai kulit yang tegang

berwarna merah.
a b
Gambar 2.5 : a. Ilustrasi abses Fossa kanina
b. Tampakan klinis Abses Fossa kanina
Sumber : Oral Surgery, Fragiskos Fragiskos D, Germany, Springer

e. Abses spasium bukal

Spasium bukal berada diantara m. masseter ,m. pterigoidus interna dan m.

Businator. Berisi jaringan lemak yang meluas ke atas ke dalam diantara otot

pengunyah, menutupi fosa retrozogomatik dan spasium infratemporal. Abses dapat

berasal dari gigi molar kedua atau ketiga rahang atas masuk ke dalam spasium bukal.

Gejala klinis abses ini terbentuk di bawah mukosa bukaldan menonjol ke arah

rongga mulut. Pada perabaan tidak jelas ada proses supuratif, fluktuasi negatif dan

gigi penyebab kadang-kadang tidak jelas. Masa infeksi/pus dapat turun ke spasium

terdekat lainnya. Pada pemeriksaan estraoral tampak pembengkakan difus, tidak jelas

pada perabaan.

a b

Gambar 2.6 : a. Ilustrasi gambar memperlihatkan penyebaran abses


lateral ke muskulus buccinator
b. Tampakan Klinis
Sumber : Oral Surgery, Fragiskos Fragiskos D, Germany, Springer

f. Abses spasium infratemporal

Abses ini jarang terjadi, tetapi bila terjadi sangat berbahaya dan sering

menimbulkan komplikasi yang fatal. Spasium infratemporal terletak di bawah dataran

horisontal arkus-zigomatikus dan bagian lateral di batasi oleh ramus mandibula dan

bagian dalam oleh m.pterigoid interna. Bagian atas dibatasi oleh m.pterigoid

eksternus. Spasium ini dilalui a.maksilaris interna dan

n.mandibula,milohioid,lingual,businator dan n.chorda timpani. Berisi pleksus venus

pterigoid dan juga berdekatan dengan pleksus faringeal.

a
b

Gambar 2.7 : a. Ilustrasi gambar penyebaran abses ke rongga


infratemporal
b. Tampakan klinis
Sumber : Oral Surgery, Fargisos Fragiskos D, Germany, Springer
g. Abses spasium submasseter

Spasium submasseter berjalan ke bawah dan ke depan diantara insersi otot

masseter bagian superfisialis dan bagian dalam. Spasium ini berupa suatu celah

sempit yang berjalan dari tepi depan ramus antara origo m.masseter bagian tengah dan
permukaan tulang. Keatas dan belakang antara origo m.masseter bagian tengah dan

bagian dalam. Disebelah belakang dipisahkan dari parotis oleh lapisan tipis lembar

fibromuskular. Infeksi pada spasium ini berasal dari gigi molar tiga rahang bawah,

berjalan melalui permukaan lateral ramus ke atas spasium ini.

Gejala klinis dapat berupa sakit berdenyut diregio ramus mansibula bagian

dalam, pembengkakan jaringan lunak muka disertai trismus yang berjalan cepat,

toksik dan delirium. Bagian posterior ramus mempunyai daerah tegangan besar dan

sakit pada penekanan.

a b

Gambar 2.8 : a. Ilustrasi gambar menunjukkan penyebaran abses ke


daerah submasseter
b. Tampakan klinis
Sumber : Oral Surgery, Fragiskos Fragiskos D, Germany, Springer

h. Abses spasium submandibula

Spasium ini terletak dibagian bawah m.mylohioid yang memisahkannya dari

spasium sublingual. Lokasi ini di bawah dan medial bagian belakang mandibula.

Dibatasi oleh m.hiooglosus dan m.digastrikus dan bagian posterior oleh m.pterigoid

eksternus. Berisi kelenjar ludah submandibula yang meluas ke dalam spasium

sublingual. Juga berisi kelenjar limfe submaksila. Pada bagian luar ditutup oleh fasia

superfisial yang tipis dan ditembus oleh arteri submaksilaris eksterna.


Infeksi pada spasium ini dapat berasal dari abses dentoalveolar, abses

periodontal dan perikoronitis yang berasal dari gigi premolar atau molar mandibula.

a b

Gambar 2.9 : a. Ilustrasi gambar penyebaran dari abses ke daerah


submandibular di bawah muskulus mylohyoid
b. Tampakan klinis
Sumber : Oral Surgery, Fragiskos Fragiskos D, Germany, Springer
i. Abses sublingual

Spasium sublingual dari garis median oleh fasia yang tebal , teletek diatas

m.milohioid dan bagian medial dibatasi oleh m.genioglosus dan lateral oleh

permukaan lingual mandibula.

Gejala klinis ditandai dengan pembengkakan daasarr mulut dan lidah terangkat,

bergerser ke sisi yang normal. Kelenjar sublingual aan tampak menonjol karena

terdesak oleh akumulasi pus di bawahnya. Penderita akan mengalami kesulitan

menelen dan terasa sakit.

Gambar
2.10 : a.

Perkembangan abses di daerah sublingual


b. Pembengkakan mukosa pada dasar mulut dan elevasi
lidah ke arah berlawanan
Sumber : Oral surgery, Fragiskos Fragiskos D, Germany, Springer

j. Abses spasium submental

Spasium ini terletak diantara m.milohioid dan m.plastima. di depannya

melintang m.digastrikus, berisi elenjar limfe submental. Perjalanan abses kebelakang

dapat meluas ke spasium mandibula dan sebaliknya infesi dapat berasal dari spasium

submandibula. Gigi penyebab biasanya gigi anterior atau premolar.


Gejala klinis ditandai dengan selulitis pada regio submental. Tahap akhir akan

terjadi supuratif dan pada perabaan fluktuatif positif. Pada npemeriksaan intra oral

tidak tampak adanya pembengkakan. Kadang-kadang gusi disekitar gigi penyebab

lebih merah dari jaringan sekitarnya. Pada tahap lanjut infeksi dapat menyebar juga

kearah spasium yang terdekat terutama kearah belakang.

a b

Gambar 2.11
: a. Ilustrasi
penyebaran
abses ke
daerah
submental

b. Tampakan klinis
Sumber : Oral Surgery, Fragiskos Fragiskos D, Germany, Springer

k. Abses spasium parafaringeal

Spasium parafaringeal berbentuk konus dengan dasar kepala dan apeks

bergabung dengan selubung karotid. Bagian luar dibatasi oleh muskulus pterigoid

interna dan sebelah dalam oleh muskulus kostriktor. sebelah belakang oleh glandula

parotis, muskulus prevertebalis dan prosesus stiloideus serta struktur yang berasal dari

prosesus ini. Kebelakang dari spasium ini merupakan lokasi arteri karotis, vena

jugularis dan nervus vagus, serta sturktur saraf spinal, glosofaringeal, simpatik,

hipoglosal dan kenjar limfe.

Infeksi pada spasium ini mudah menyebar keatas melalui berbagai foramina

menuju bagian otak. Kejadian tersebut dapat menimbulkan abses otak, meningitis atau
trombosis sinus. Bila infeksi berjalan ke bawah dapat melalui selubung karotis sampai

mediastinuim.

5. Bagaimana patogenesis dari skenario? ( bagan )

6. preparasi saluran akar teknik preparasi saluran akar


7. Antibiotik untuk abses

8. Bahan pengisi post PSA apa aja

9. Apa saja indikasi dan kontraindikasi dari perawatan kasus di skenario?

NDIKASI
1. Gigi dengan kelainan yg telah mengenai jaringan pulpa
2. Sebagai pencegahan untuk menghindari infeksi jaringan periapikal
3. Untuk rencana pembuatan mahkota pasak
4. Sebagai abutmen gigi tiruan
5. Kesehatan umum pasien baik
6. Oral higiene pasien baik
7. Masih didukung janringan penyangga gigi yang baik
8. Pasien bersedia untuk dilakukan perawatan
KONTRAINDIKASI
1. Kerusakan luas jaringan periapikal yang melibatkan lebih dari sepertiga panjang
akar
2. Foramen apikal terbuka lebar
3. Perforasi permukaan akar
4. Resorbsi yang luas baik interna maupun eksterna
5. Gigi dengan saluran akar tidak dapat dipreparasi, akar terlalu bengkok, saluran akar
banyak berbelit-belit
6. Gigi tidak dapat direstorasi lagi
7. Tidak didukung jaringan penyangga yg cukup
8. Gigi yang keluar dari lengkung ggi
9. Fraktur vertikal
10. Jarak interoklusi yang pendek sehingga akan menyulitkan dalam instrumentasi
11. Kesehatan umum pasien buruk
12. Pasien tidak bersedia dilakukan perawatan
13. Operator tidak mampu

10. Bagaimana evaluasi pasca perawatan pada skenario?

Anda mungkin juga menyukai