Anda di halaman 1dari 23

Ardiyan Cakra

31101700012

SGD 5

Learning Issue LBM 2 Modul 5.3

1. Diffuse ?
 Hasil gambaran radiografi dengan batas yang tidak jelas & menyebar
2. Radiografi ( Abses & Kista ) ? + gambar

Kista Radikular

Pada pemeriksaan radiografis, kista periapikal memperlihatkan


gambaran seperti dental granuloma yaitu lesi radiolusen berbatas jelas di
sekitar apeks gigi yang bersangkutan

Abses Periapikal Akut


Gambarannya radiolusen yang merupakan lesi pada periapikal gigi 22.
Ukuran lesi > 1/3 akar batasnya diffuse dan penebalan ligamen periodontal
3. Fluktuasi ?

Pada edema yang terjadi, perlu dinilai ada tidaknya fluktuasi (pergerakan cairan
pada lesi saat dipalpasi).
Adanya fluktuasi menunjukkan akumulasi pus yang terlokalisir dan merupakan
penanda lokasi dimana insisi dan drainase perlu dilakukan
4. Apa saja macam macam dari abses?

a. Abses periapikal

Abses periapikal sering juga disebut abses dento-alveolar, terjadi di daerah

periapikal gigi yang sudah mengalami kematian dan terjadi keadaan eksaserbasi akut.

Mungkin terjadi segera setelah kerusakan jaringan pulpa atau setelah periode laten

yang tiba-tiba menjadi infeksi akut dengan gejala inflamasi, pembengkakan dan

demam. Mikroba penyebab infeksi umumnya berasal dari pulpa, tetapi juga bisa

berasal sistemik (bakteremia).

Gambar 2.2 : Abses periapikal


Sumber : http://www.dental-health-index.com/toothabscess.html., (diakses 19
juli 2012.)

b. Abses subperiosteal

Gejala klinis abses subperiosteal ditandai dengan selulitis jaringan lunak mulut

dan daerah maksilofasial. Pembengkakan yang menyebar ke ekstra oral, warna kulit

sedikit merah pada daerah gigi penyebab. Penderita merasakan sakit yang hebat,

berdenyut dan dalam serta tidak terlokalisir. Pada rahang bawah bila berasal dari gigi

premolar atau molar pembengkakan dapat meluas dari pipi sampai pinggir mandibula,

tetapi masih dapat diraba. Gigi penyebab sensitif pada sentuhan atau tekanan.

a b

Gambar 2.3 : a. Ilustrasi gambar Abses subperiosteal dengan lokalisasi di


daearah lingual
b. Tampakan Klinis Abses Subperiosteal
Sumber : Oral Surgery, Fargiskos Fragiskos D, Germany, Springer

c. Abses submukosa

Abses ini disebut juga abses spasium vestibular, merupaan kelanjutan abses

subperiosteal yang kemudian pus berkumpul dan sampai dibawah mukosa setelah

periosteum tertembus. Rasa sakit mendadak berkurang, sedangkan pembengkakan


bertambah besar. Gejala lain yaitu masih terdapat pembengkakan ekstra oral kadang-

kadang disertai demam.lipatan mukobukal terangkat, pada palpasi lunak dan fluktuasi

podotip. Bila abses berasal darigigi insisivus atas maka sulkus nasolabial mendatar,

terangatnya sayap hidung dan kadang-kadang pembengkakan pelupuk mata bawah.

Kelenjar limfe submandibula membesar dan sakit pada palpasi.

Gambar 2.4 : a. Ilustrasi gambar Abses Submukosa dengan lokalisasi didaerah


bukal.
b. Tampakan klinis Abses Submukosa
Sumber : Oral Surgery, Fargiskos Fragiskos D, Germany, Springer

d. Abses fosa kanina

Fosa kanina sering merupakan tempat infeksi yang bersal dari gigi rahang atas

pada regio ini terdapat jaringan ikat dan lemak, serta memudahkan terjadinya

akumulasi cairan jaringan. Gejala klinis ditandai dengan pembengkakan pada muka,

kehilangan sulkus nasolabialis dan edema pelupuk mata bawah sehingga tampak

tertutup. Bibir atas bengkak, seluruh muka terasa sakit disertai kulit yang tegang

berwarna merah.
a b
Gambar 2.5 : a. Ilustrasi abses Fossa kanina
b. Tampakan klinis Abses Fossa kanina
Sumber : Oral Surgery, Fragiskos Fragiskos D, Germany, Springer

e. Abses spasium bukal

Spasium bukal berada diantara m. masseter ,m. pterigoidus interna dan m.

Businator. Berisi jaringan lemak yang meluas ke atas ke dalam diantara otot

pengunyah, menutupi fosa retrozogomatik dan spasium infratemporal. Abses dapat

berasal dari gigi molar kedua atau ketiga rahang atas masuk ke dalam spasium bukal.

Gejala klinis abses ini terbentuk di bawah mukosa bukaldan menonjol ke arah

rongga mulut. Pada perabaan tidak jelas ada proses supuratif, fluktuasi negatif dan

gigi penyebab kadang-kadang tidak jelas. Masa infeksi/pus dapat turun ke spasium

terdekat lainnya. Pada pemeriksaan estraoral tampak pembengkakan difus, tidak jelas

pada perabaan.
a b

Gambar 2.6 : a. Ilustrasi gambar memperlihatkan penyebaran abses


lateral ke muskulus buccinator
b. Tampakan Klinis
Sumber : Oral Surgery, Fragiskos Fragiskos D, Germany, Springer

f. Abses spasium infratemporal

Abses ini jarang terjadi, tetapi bila terjadi sangat berbahaya dan sering

menimbulkan komplikasi yang fatal. Spasium infratemporal terletak di bawah dataran

horisontal arkus-zigomatikus dan bagian lateral di batasi oleh ramus mandibula dan

bagian dalam oleh m.pterigoid interna. Bagian atas dibatasi oleh m.pterigoid

eksternus. Spasium ini dilalui a.maksilaris interna dan

n.mandibula,milohioid,lingual,businator dan n.chorda timpani. Berisi pleksus venus

pterigoid dan juga berdekatan dengan pleksus faringeal.

Gambar 2.7 : a. Ilustrasi gambar penyebaran abses ke rongga


infratemporal
b. Tampakan klinis
Sumber : Oral Surgery, Fargisos Fragiskos D, Germany, Springer
g. Abses spasium submasseter
Spasium submasseter berjalan ke bawah dan ke depan diantara insersi otot

masseter bagian superfisialis dan bagian dalam. Spasium ini berupa suatu celah

sempit yang berjalan dari tepi depan ramus antara origo m.masseter bagian tengah dan

permukaan tulang. Keatas dan belakang antara origo m.masseter bagian tengah dan

bagian dalam. Disebelah belakang dipisahkan dari parotis oleh lapisan tipis lembar

fibromuskular. Infeksi pada spasium ini berasal dari gigi molar tiga rahang bawah,

berjalan melalui permukaan lateral ramus ke atas spasium ini.

Gejala klinis dapat berupa sakit berdenyut diregio ramus mansibula bagian

dalam, pembengkakan jaringan lunak muka disertai trismus yang berjalan cepat,

toksik dan delirium. Bagian posterior ramus mempunyai daerah tegangan besar dan

sakit pada penekanan.

a b

Gambar 2.8 : a. Ilustrasi gambar menunjukkan penyebaran abses ke


daerah submasseter
b. Tampakan klinis
Sumber : Oral Surgery, Fragiskos Fragiskos D, Germany, Springer

h. Abses spasium submandibula

Spasium ini terletak dibagian bawah m.mylohioid yang memisahkannya dari

spasium sublingual. Lokasi ini di bawah dan medial bagian belakang mandibula.
Dibatasi oleh m.hiooglosus dan m.digastrikus dan bagian posterior oleh m.pterigoid

eksternus. Berisi kelenjar ludah submandibula yang meluas ke dalam spasium

sublingual. Juga berisi kelenjar limfe submaksila. Pada bagian luar ditutup oleh fasia

superfisial yang tipis dan ditembus oleh arteri submaksilaris eksterna.

Infeksi pada spasium ini dapat berasal dari abses dentoalveolar, abses

periodontal dan perikoronitis yang berasal dari gigi premolar atau molar mandibula.

a
b

Gambar 2.9 : a. Ilustrasi gambar penyebaran dari abses ke daerah


submandibular di bawah muskulus mylohyoid
b. Tampakan klinis
Sumber : Oral Surgery, Fragiskos Fragiskos D, Germany, Springer
i. Abses sublingual

Spasium sublingual dari garis median oleh fasia yang tebal , teletek diatas

m.milohioid dan bagian medial dibatasi oleh m.genioglosus dan lateral oleh

permukaan lingual mandibula.

Gejala klinis ditandai dengan pembengkakan daasarr mulut dan lidah terangkat,

bergerser ke sisi yang normal. Kelenjar sublingual aan tampak menonjol karena

terdesak oleh akumulasi pus di bawahnya. Penderita akan mengalami kesulitan

menelen dan terasa sakit.

Gambar
2.10 : a.

Perkembangan abses di daerah sublingual


b. Pembengkakan mukosa pada dasar mulut dan elevasi
lidah ke arah berlawanan
Sumber : Oral surgery, Fragiskos Fragiskos D, Germany, Springer

j. Abses spasium submental

Spasium ini terletak diantara m.milohioid dan m.plastima. di depannya

melintang m.digastrikus, berisi elenjar limfe submental. Perjalanan abses kebelakang

dapat meluas ke spasium mandibula dan sebaliknya infesi dapat berasal dari spasium

submandibula. Gigi penyebab biasanya gigi anterior atau premolar.


Gejala klinis ditandai dengan selulitis pada regio submental. Tahap akhir akan

terjadi supuratif dan pada perabaan fluktuatif positif. Pada npemeriksaan intra oral

tidak tampak adanya pembengkakan. Kadang-kadang gusi disekitar gigi penyebab

lebih merah dari jaringan sekitarnya. Pada tahap lanjut infeksi dapat menyebar juga

kearah spasium yang terdekat terutama kearah belakang.

a b

Gambar
2.11 : a.
Ilustrasi
penyebaran
abses ke
daerah
submental

b. Tampakan klinis
Sumber : Oral Surgery, Fragiskos Fragiskos D, Germany, Springer

k. Abses spasium parafaringeal

Spasium parafaringeal berbentuk konus dengan dasar kepala dan apeks

bergabung dengan selubung karotid. Bagian luar dibatasi oleh muskulus pterigoid

interna dan sebelah dalam oleh muskulus kostriktor. sebelah belakang oleh glandula

parotis, muskulus prevertebalis dan prosesus stiloideus serta struktur yang berasal dari

prosesus ini. Kebelakang dari spasium ini merupakan lokasi arteri karotis, vena

jugularis dan nervus vagus, serta sturktur saraf spinal, glosofaringeal, simpatik,

hipoglosal dan kenjar limfe.

Infeksi pada spasium ini mudah menyebar keatas melalui berbagai foramina

menuju bagian otak. Kejadian tersebut dapat menimbulkan abses otak, meningitis atau
trombosis sinus. Bila infeksi berjalan ke bawah dapat melalui selubung karotis sampai

mediastinuim.

5. Bagaimana patogenesis dari skenario? ( bagan )


Abses gigi dimulai dengan nekrosis pulpa gigi, yang mengarah ke invasi bakteri dari
ruang pulpa dan jaringan yang lebih dalam. Dalam kavitas (karies) menyebabkan
nekrosis dengan memicu vasodilatasi dan edema, yang menyebabkan tekanan dan
nyeri pada dinding gigi. Tekanan ini memotong sirkulasi ke pulp, dan infeksi dapat
menyerang tulang di sekitarnya. Proses inflamasi kemudian meluas ke jaringan
periapikal melalui foramen apikal, yang menyebabkan pembentukan abses periapikal.
Jika terdapat infeksi bakteri di dalam saluran akar, abses periapikal dapat terjadi.
Abses periapikal dapat bersifat akut atau mungkin ada sebagai abses kronis. Dalam
tahap awal abses tidak terlihat dalam radiograf. Namun, infiltrasi besar sel inflamasi
di daerah periapikal, dan aktivitas osteoklastik selanjutnya menyebabkan kerusakan
tulang terlihat dalam waktu 3-4 minggu. (Buttaro et al, 2013; Baumann MA and Beer
R, 2010; King C and Henretig FM, 2008)
6. preparasi saluran akar teknik preparasi saluran akar
7. Antibiotik untuk abses
 antibiotik golongan penisilin dan metronidazole Kuman Gram positif
anaerob seperti Clostridium tetani dan Clostridium botulinum.
 antibiotik golongan penisilin, sefalosporin, dan eritromisin Kuman
Gram positif aerob Staphylococcus dan Streptococcus.
 antibiotik seperti penisilin, tetrasiklin, kloramfenikol, dan sefalosporin
Kuman Gram negatif aerob seperti Neisseria gonorrhoeae, Neisseria
meningitidis, Klebsiella, Enterobacter, Escherichia coli, Pseudomonas,
Salmonella.
 golongan Penisilin paling sering digunakan pada abses amoksisilin,
metronidazol, klindamisin dan eritromisin.
 linkomisin dan klindamisin, metronidazol, serta kombinasi amoksisilin-
asam klavulanat kuman Gram negatif anaerob seperti Bacterioides dan
Fusobacterium.

8. Bahan pengisi post PSA apa aja


a. Bahan Pengisi Padat
 Cone Perak
Keuntungan pemakaian cone perak yaitu mudah digunakan dan dapat
disesuaikan dengan panjang kerja. Kekakuan dan fleksibelitasnya
memungkinkan pengisian saluran akar yang bengkok dan sempit, silver cone
fleksibel tetapi tidak resilien sehingga mudah mengadaptasi kurvatur saluran.
Silver cone sesuai dengan bagian apical bila saluran dipreparasi ke bentuk
standar, tanpa pelebaran servikal saluran dengan aksi reaming. Silver cone
sangat populer karena mudah dimasukkan ke saluran yang sempit atau
berkelok-kelok karena cone terkecil sekalipun mempunyai kekakuan yang
baik, dapat dimasukkan ke saluran pada panjang yang tepat, dapat terlihat
pada radiograf.
b. Bahan Pengisi Pasta
 Zinc Oksida
- Zinc oksida eugenol (tanpa modifikasi)
Oksida seng dapat dicampur dengan eugenol membentuk campuran murni
(tanpa aditif) yang kental. Formula lain berupa campuran oksida eugenol
(OSE) dengan berbagai aditif. Tipe yang umum dikenal adalah N2 atau
RC2B. Jenis ini merupakan derifat dari formula Sargenti dan mengantung
opaker, oksida metalik (timah) atau klorida (mercuri), steroid (sekali-kali),
plasticizers, paraformaldehid, dan berbagai bahan lainnya.
- Grossman Sealer
Grossman memiliki komposisi yaitu powder dan liqiud. Powder terdiri dari
ZnO, Staybellite resin, bismuth subcarbonate, sodium borate anhydrous
sedang liquid terdiri dari Eugenol. Grossman membuat kriteria ideal untuk
semen saluran akar. Tidak ada satupun semen saluran akar yang dapat
memenuhi kriteria tersebut walaupun memiliki kelebihan. Kriteria tersebut
adalah :
 Toleransi jaringan, bahan tidak boleh menyebabkan kerusakan jaringan
maupun kematian sel
 Memiliki dimensi yang stabil, tidak mengerut sewaktu pengerasan.
 Memiliki waktu pengerasan yang lama agar waktu kerja lama dan
hasilnya baik.
 Tidak mewarnai gigi dan jaringan sekitarnya.
 Tidak larut dalam cairan rongga mulut
 Bersifat bakteriostatis
 Memiliki daya adhesif yang kuat.

 Kalsium Hidroksida
Kalsium hidroksida merupakan senyawa kimia dengan rumus Ca(OH)2,
berwarna bubuk putih atau kristal dan terjadi oleh karena reaksi pencampuran
antara kalsium oksida dengan air. Kalsium hidroksida juga bisa didaptkan dari
reaksi antara larutan kalium dengan sodium hidroksida. Kalsium hidroksida
memiliki sifat seperti :

 Kalsium hidroksida dapat menetralisir asam fosfor yang terlepas dari semen
fosfat.
 Memiliki pH 11-12, kebasaan ini dapat menghancurkan daya tahan
mikroorganisme yang terdapat pada gigi yang karies.
 Kelarutannya tinggi.
 Penggunaannya mudah
 Radiopak
 Tidak iritasi
 Bakterisid

c. Bahan pengisi Plastis


 Gutta Percha
Gutta Percha adalah lateks koagulasi dari sejumlah pohon tropis. Secara kimia
merupakan transisomer karet. Gutta percha merupakan suatu bahan alami yang
terdiri dari eksudat koagulasi yang telah dimurnikan dari pohon Mazer
(Isonandra percha). Gutta percha yang biasa digunakan dalam bidang
kedokteran gigi terdiri dari dua bentuk yaitu bentuk α dan bentuk β. Bentuk α
biasa digunakan untuk produk-produk yang diinjeksikan karena memiliki sifat
aliran yang lebih baik. Sedangkan bentuk β biasa digunakan untuk batangan
gutta percha atau gutta percha cone. Biokompabilitas dari bahan ini relative
baik, walaupun sitotoksik (Monaco, Miller dan Uverett, 1978; Holland dkk,
1982; Tanzilli, Nevins dan Borden, 1983). Plastisnya dianggap sangat
menguntungkan. Baru-baru ini terbukti bahwa gutta percha mempunyai
aktivitas antibakteri (Moorer dan Genet, 1982). Aktivitas ini berhubungan
dengan komponen zinc okside (Moorer dan Genet, 1982). Gutta percha dapat
digunakan untuk cone saluran akar serta berisi gutta percha (19-22%), zinc
oksid(59-75%) dan malam, bahan pewarna, bahan antioksidasi dan bahan
opak (2-17%), bervariasi dari merek satu ke yang lain (Friedman dkk, 1975).

c. Bahan Pengisi Semen


 Semen Seng Oksida-Resin
Sebagian besar semen untuk penggunaan umum mengandung resin seng-
oksida sebagai dasar serbuk. Termasuk dalam kelompok ini adalah semen
Grossman, Sealer Saluran Akar Kerr, Tubli-Seal Kerr, Kloroperka N-O, N2
normal, Semen Wachs dan Endomethasone. Cairannya biasanya terdiri dari
hanya eugenol atau dalam kombinasi dengan cairan lain seperti balsam
Canada, eukaliptol, beechwood creosote, atau minyak amandel manis dalam
berbagai jumlah. Kloroperca N-O dan Kloroperca dicampur dengan klorofom.

 Semen Kalsium Hidroksida


Beberapa semen seng-oksida-eugenol telah dimodifikasi dengan memasukkan
kalsium hidroksida. Sealapex, suatu produk Kerr manufacturing Company
merupakan sealer saluran akar polimerik kalsium hidroksida, noneugenol.

 Semen glass-ionomer
Semen glass-ionomer terbukti lebih efektif daripada semen zinc oksida
eugenol untuk mencegah kebocoran secara in vitro (Pitt Ford, 1979; Zidan dan
ElDeeb, 1985)

 Semen polikarboksilat
Semen polikarboksilat merupakan sealer efektif asalkan ada kontak yang
cukup dengan dinding saluran akar(McComb dan Smith, 1976).
Kekurangannya adanya perlunya alat plastic khusus karena sangat adhesive
terhadap logam.

 Semen kalsium fosfat


Semen kalsium fosfat mempunyai kemampuan yang baik untuk membasahi
dinding dentin dan membentuk hidrosiapatit sebagai produk samping dari
pengerasan, membuat semen ini dapat di toleir dengan baik oleh jaringan vital.

d. Bahan yang ditambah obat-obatan :


Dapat dibagi dalam dua kelompok :
 pertama yang merupakan desinfektan dan antiphlogistik yang ditambahkan untuk
menekan sakit pascaoperatif;
 kedua yang ditambah dengan kalsium hidroksid untuk merangsang
sementogenesis dan dentinogenesis pada foramen, sehingga membentuk seal
biologi permanen.
 Semen Saluran Akar
Kegunaannya biasanya untuk menyemen bahan pengisi saluran akar, melapisi saluran
akar, mengisi saluran akar tambahan, mengontrol pertumbuhan bakteri yang masih
ada dalam saluran akar.

 Zinc oksid Eugenol

Indikasi Penggunaan : Biasanya digunakan untuk indikasi perawatan pulpa gigi sulung
nonvital/medikamen pulpektomi.

 Kalsium Hidroksida

Indikasi : sebagai bahan pulp capping, medikasi intrakanal/intrakanal dressing dan


perawatan pulpa gigi sulung (vital).

 Guttapercha

Indikasi : pengisian saluran akar yang kompleks

9. Apa saja indikasi dan kontraindikasi dari perawatan kasus di skenario?

NDIKASI
1. Gigi dengan kelainan yg telah mengenai jaringan pulpa
2. Sebagai pencegahan untuk menghindari infeksi jaringan periapikal
3. Untuk rencana pembuatan mahkota pasak
4. Sebagai abutmen gigi tiruan
5. Kesehatan umum pasien baik
6. Oral higiene pasien baik
7. Masih didukung janringan penyangga gigi yang baik
8. Pasien bersedia untuk dilakukan perawatan

KONTRAINDIKASI
1. Kerusakan luas jaringan periapikal yang melibatkan lebih dari sepertiga panjang
akar
2. Foramen apikal terbuka lebar
3. Perforasi permukaan akar
4. Resorbsi yang luas baik interna maupun eksterna
5. Gigi dengan saluran akar tidak dapat dipreparasi, akar terlalu bengkok, saluran akar
banyak berbelit-belit
6. Gigi tidak dapat direstorasi lagi
7. Tidak didukung jaringan penyangga yg cukup
8. Gigi yang keluar dari lengkung ggi
9. Fraktur vertikal
10. Jarak interoklusi yang pendek sehingga akan menyulitkan dalam instrumentasi
11. Kesehatan umum pasien buruk
12. Pasien tidak bersedia dilakukan perawatan
13. Operator tidak mampu

10. Bagaimana evaluasi pasca perawatan pada skenario?

Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan dan kegagalan perawatan saluran akar


adalah faktor patologi, faktor penderita, faktor anatomi, faktor perawatan dan kecelakaan
prosedur perawatan(Ingle, 1985; Cohen & Burn, 1994; Walton & Torabinejab, 1996).
Faktor Patologis
1. Keadaan patologis jaringan pulpa.
Beberapa peneliti melaporkan tidak ada perbedaan yang berarti dalam keberhasilan atau
kegagalan perawatan saluran akar yang melibatkan jaringan pulpa vital dengan pulpa
nekrosis. Peneliti lain menemukan bahwa kasus dengan pulpa nekrosis memiliki prognosis
yang lebih baik bila tidak terdapat lesi periapikal.

2. Keadaan patologis periapikal


Adanya granuloma atau kista di periapikal dapat mempengaruhi hasil perawatan saluran akar.
Secara umum dipercaya bahwa kista apikalis menghasilkan prognosis yang lebih buruk
dibandingkan dengan lesi granulomatosa. Teori ini belum dapat dibuktikan karena secara
radiografis belum dapat dibedakan dengan jelas ke dua lesi ini dan pemeriksaan histologi
kista periapikal sulit dilakukan.
3. Keadaan periodontal
Kerusakan jaringan periodontal merupakan faktor yang dapat mempengaruhi prognosis
perawatan saluran akar. Bila ada hubungan antara rongga mulut dengan daerah periapikal
melalui suatu poket periodontal, akan mencegah terjadinya proses penyembuhan jaringan
lunak di periapikal. Toksin yang dihasilkan oleh plak dentobakterial dapat menambah
bertahannya reaksi inflamasi.
4. Resorpsi internal dan eksternal
Kesuksesan perawatan saluran akar bergantung pada kemampuan menghentikan
perkembangan resorpsi. Resorpsi internal sebagian besar prognosisnya buruk karena sulit
menentukan gambaran radiografis, apakah resorpsi internal telah menyebabkan perforasi.
Bermacam-macam cara pengisian saluran akar yang teresorpsi agar mendapatkan pengisian
yang hermetis.

Faktor Penderita
faktor penderita yang dapat mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan suatu
perawatan saluran akar adalah sebagai berikut (Ingle, 1985; Cohen & Burns, 1994;
Walton &Torabinejad, 1996) :
1. Motivasi Penderita
Pasien yang merasa kurang penting memelihara kesehatan mulut dan melalaikannya,
mempunyai risiko perawatan yang buruk. Ketidaksenangan yang mungkin timbul selama
perawatan akan menyebabkan mereka memilih untuk diekstraksi (Sommer, 1961).
2. Usia Penderita
Usia penderita tidak merupakan faktor yang berarti bagi kemungkinan keberhasilan atau
kegagalan perawatan saluran akar. Pasien yang lebih tua usianya mengalami penyembuhan
yang sama cepatnya dengan pasien yang muda. Tetapi penting diketahui bahwa perawatan
lebih sulit dilakukan pada orang tua karena giginya telah banyak mengalami kalsifikasi. Hali
ini mengakibatkan prognosis yang buruk, tingkat perawatan bergantung pada kasusnya
(Ingle, 1985).
3. Keadaan kesehatan umum
Pasien yang memiliki kesehatan umum buruk secara umum memiliki risiko yang buruk
terhadap perawatan saluran akar, ketahanan terhadap infeksi di bawah normal. Oleh karena
itu keadaan penyakit sistemik, misalnya penyakit jantung, diabetes atau hepatitis, dapat
menjelaskan kegagalan perawatan saluran akar di luar kontrol ahli endodontis (Sommer, dkk,
1961; Cohen & Burns, 1994).

Faktor Perawatan
Faktor perawatan yang dapat mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan suatu perawatan
saluran akar bergantung kepada :
1. Perbedaan operator
Dalam perawatan saluran akar dibutuhkan pengetahuan dan aplikasi ilmu biologi serta
pelatihan, kecakapan dan kemampuan dalam manipulasi dan menggunakan instrumen-
instrumen yang dirancang khusus. Prosedur-prosedur khusus dalam perawatan saluran akar
digunakan untuk memperoleh keberhasilan perawatan. Menjadi kewajiban bagi dokter gigi
untuk menganalisa pengetahuan serta kemampuan dalam merawat gigi secara benar dan
efektif (Healey, 1960; Walton &Torabinejad, 1996).
2. Teknik-teknik perawatan
Banyak teknik instrumentasi dan pengisian saluran akar yang tersedia bagin dokter gigi,
namun keuntungan klinis secara individual dari masing-masing ukuran keberhasilan secara
umum belum dapat ditetapkan. Suatu penelitian menunjukan bahwa teknik yang
menghasilkan penutupan apikal yang buruk, akan menghasilkan prognosis yang buruk pula
(Walton & Torabinejad, 1996).
3. Perluasan preparasi atau pengisian saluran akar.
Belum ada penetapan panjang kerja dan tingkat pengisian saluran akar yang ideal dan pasti.
Tingkat yang disarankan ialah 0,5 mm, 1 mm atau 1-2 mm lebih pendek dari akar radiografis
dan disesuaikan dengan usia penderita. Tingkat keberhasilan yang rendah biasanya
berhubungan dengan pengisian yang berlebih, mungkin disebabkan iritasi oleh bahan-bahan
dan penutupan apikal yang buruk. Dengan tetap melakukan pengisian saluran akar yang lebih
pendek dari apeks
radiografis, akan mengurangi kemungkinan kerusakan jaringan periapikal yang lebih jauh
(Walton & Torabinejad, 1996).

Faktor Anatomi Gigi


Faktor anatomi gigi dapat mempengaruhi keberhasilan dan kegagalan suatu perawatan
saluran akar dengan mempertimbangkan :
1. Bentuk saluran akar
Adanya pengbengkokan, penyumbatan,saluran akar yang sempit, atau bentuk abnormal
lainnya akan berpengaruh terhadap derajat kesulitan perawatan saluran akar yang dilakukan
yang memberi efek langsung terhadap prognosis (Walton & Torabinejad, 1996).
2. Kelompok gigi
Ada yang berpendapat bahwa perawatan saluran akar pada gigi tunggal mempunyai hasil
yang lebih baik dari pada yang berakar jamak. Hal ini disebabkan karena ada hubungannya
dengan interpretasi dan visualisasi daerah apikal pada gambaran radiografi. Tulang kortikal
gigi-gigi anterior lebih tipis dibandingkan dengan gigi-gigi posterior sehingga lesi resorpsi
pada apeks gigi
anterior terlihat lebih jelas. Selain itu, superimposisi struktur radioopak daerah periapikal
untuk gigi-gigi anterior terjadi lebih sedikit, sehingga interpretasi radiografinya mudah
dilakukan. Radiografi standar lebih mudah didapat pada gigi anterior, sehingga perubahan
periapikal lebih mudah diobservasi dibandingkan dengan gambaran radiologi gigi posterior
(Walton & Torabinejad, 1989).
3. Saluran lateral atau saluran tambahan
Hubungan pulpa dengan ligamen periodontal tidak terbatas melalui bagian apikal saja, tetapi
juga melalui saluran tambahan yang dapat ditemukan pada setiap permukaan akar. Sebagian
besar ditemukan pada setengah apikal akar dan daerah percabangan akar gigi molar yang
umumnya berjalan langsung dari saluran akar ke ligamen periodontal (Ingle, 1985). Preparasi
dan pengisian saluran akar tanpa memperhitungkan adanya saluran tambahan, sering
menimbulkan rasa sakit yang hebat sesudah perawatan dan menjurus ke arah kegagalan
perawatan akhir (Guttman, 1988).

Kecelakaan Prosedural
Kecelakaan pada perawatan saluran akar dapat memberi pengaruh pada hasil akhir perawatan
saluran akar, misalnya :
1. Terbentuknya ledge (birai) atau perforasi lateral.
Birai adalah suatu daerah artifikasi yang tidak beraturan pada permukaan dinding saluran
akar yang merintangi penempatan instrumen untuk mencapai ujung saluran (Guttman, et all,
1992). Birai terbentuk karena penggunaan instrumen yang terlalu besar, tidak sesuai dengan
urutan; penempatan instrumen yang kurang dari panjang kerja atau penggunaan instrumen
yang lurus serta tidak fleksibel di dalam saluran akar yang bengkok (Grossman, 1988, Weine,
1996). Birai dan ferforasi lateral dapat memberikan pengaruh yang merugikan pada prognosis
selama kejadian ini menghalangi pembersihan, pembentukan dan pengisian saluran akar yang
memadai (Walton & Torabinejad, 1966).
2. Instrumen patah
Patahnya instrumen yang terjadi pada waktu melakukan perawatan saluran akar akan
mempengaruhi prognosis keberhasilan dan kegagalan perawatan. Prognosisnya bergantung
pada seberapa banyak saluran sebelah apikal patahan yang masih belum dibersihkan dan
belum diobturasi serta seberapa banyak patahannya. Prognosis yang baik jika patahan
instrumen yang besar dan terjadi ditahap akhir preparasi serta mendekati panjang kerja.
Prognosis yang lebih buruk jika saluran akar belum dibersihkan dan patahannya terjadi dekat
apeks atau diluar foramen apikalis pada tahap awal preparasi (Grossman, 1988; Walton &
Torabinejad, 1996).
4. Fraktur akar vertikal
Fraktur akar vertikal dapat disebabkan oleh kekuatan kondensasi aplikasi yang berlebihan
pada waktu mengisi saluran akar atau pada waktu penempatan pasak. Adanya fraktur akar
vertikal memiliki prognosis yang buruk terhadap hasil perawatan karena menyebabkan iritasi
terhadap ligamen periodontal (Walton &Torabinejad, 1996).

Anda mungkin juga menyukai