31101700012
SGD 5
1. Diffuse ?
Hasil gambaran radiografi dengan batas yang tidak jelas & menyebar
2. Radiografi ( Abses & Kista ) ? + gambar
Kista Radikular
Pada edema yang terjadi, perlu dinilai ada tidaknya fluktuasi (pergerakan cairan
pada lesi saat dipalpasi).
Adanya fluktuasi menunjukkan akumulasi pus yang terlokalisir dan merupakan
penanda lokasi dimana insisi dan drainase perlu dilakukan
4. Apa saja macam macam dari abses?
a. Abses periapikal
periapikal gigi yang sudah mengalami kematian dan terjadi keadaan eksaserbasi akut.
Mungkin terjadi segera setelah kerusakan jaringan pulpa atau setelah periode laten
yang tiba-tiba menjadi infeksi akut dengan gejala inflamasi, pembengkakan dan
demam. Mikroba penyebab infeksi umumnya berasal dari pulpa, tetapi juga bisa
b. Abses subperiosteal
Gejala klinis abses subperiosteal ditandai dengan selulitis jaringan lunak mulut
dan daerah maksilofasial. Pembengkakan yang menyebar ke ekstra oral, warna kulit
sedikit merah pada daerah gigi penyebab. Penderita merasakan sakit yang hebat,
berdenyut dan dalam serta tidak terlokalisir. Pada rahang bawah bila berasal dari gigi
premolar atau molar pembengkakan dapat meluas dari pipi sampai pinggir mandibula,
tetapi masih dapat diraba. Gigi penyebab sensitif pada sentuhan atau tekanan.
a b
c. Abses submukosa
Abses ini disebut juga abses spasium vestibular, merupaan kelanjutan abses
subperiosteal yang kemudian pus berkumpul dan sampai dibawah mukosa setelah
kadang disertai demam.lipatan mukobukal terangkat, pada palpasi lunak dan fluktuasi
podotip. Bila abses berasal darigigi insisivus atas maka sulkus nasolabial mendatar,
Fosa kanina sering merupakan tempat infeksi yang bersal dari gigi rahang atas
pada regio ini terdapat jaringan ikat dan lemak, serta memudahkan terjadinya
akumulasi cairan jaringan. Gejala klinis ditandai dengan pembengkakan pada muka,
kehilangan sulkus nasolabialis dan edema pelupuk mata bawah sehingga tampak
tertutup. Bibir atas bengkak, seluruh muka terasa sakit disertai kulit yang tegang
berwarna merah.
a b
Gambar 2.5 : a. Ilustrasi abses Fossa kanina
b. Tampakan klinis Abses Fossa kanina
Sumber : Oral Surgery, Fragiskos Fragiskos D, Germany, Springer
Businator. Berisi jaringan lemak yang meluas ke atas ke dalam diantara otot
berasal dari gigi molar kedua atau ketiga rahang atas masuk ke dalam spasium bukal.
Gejala klinis abses ini terbentuk di bawah mukosa bukaldan menonjol ke arah
rongga mulut. Pada perabaan tidak jelas ada proses supuratif, fluktuasi negatif dan
gigi penyebab kadang-kadang tidak jelas. Masa infeksi/pus dapat turun ke spasium
terdekat lainnya. Pada pemeriksaan estraoral tampak pembengkakan difus, tidak jelas
pada perabaan.
a b
Abses ini jarang terjadi, tetapi bila terjadi sangat berbahaya dan sering
horisontal arkus-zigomatikus dan bagian lateral di batasi oleh ramus mandibula dan
bagian dalam oleh m.pterigoid interna. Bagian atas dibatasi oleh m.pterigoid
masseter bagian superfisialis dan bagian dalam. Spasium ini berupa suatu celah
sempit yang berjalan dari tepi depan ramus antara origo m.masseter bagian tengah dan
permukaan tulang. Keatas dan belakang antara origo m.masseter bagian tengah dan
bagian dalam. Disebelah belakang dipisahkan dari parotis oleh lapisan tipis lembar
fibromuskular. Infeksi pada spasium ini berasal dari gigi molar tiga rahang bawah,
Gejala klinis dapat berupa sakit berdenyut diregio ramus mansibula bagian
dalam, pembengkakan jaringan lunak muka disertai trismus yang berjalan cepat,
toksik dan delirium. Bagian posterior ramus mempunyai daerah tegangan besar dan
a b
spasium sublingual. Lokasi ini di bawah dan medial bagian belakang mandibula.
Dibatasi oleh m.hiooglosus dan m.digastrikus dan bagian posterior oleh m.pterigoid
sublingual. Juga berisi kelenjar limfe submaksila. Pada bagian luar ditutup oleh fasia
Infeksi pada spasium ini dapat berasal dari abses dentoalveolar, abses
periodontal dan perikoronitis yang berasal dari gigi premolar atau molar mandibula.
a
b
Spasium sublingual dari garis median oleh fasia yang tebal , teletek diatas
m.milohioid dan bagian medial dibatasi oleh m.genioglosus dan lateral oleh
Gejala klinis ditandai dengan pembengkakan daasarr mulut dan lidah terangkat,
bergerser ke sisi yang normal. Kelenjar sublingual aan tampak menonjol karena
Gambar
2.10 : a.
dapat meluas ke spasium mandibula dan sebaliknya infesi dapat berasal dari spasium
terjadi supuratif dan pada perabaan fluktuatif positif. Pada npemeriksaan intra oral
lebih merah dari jaringan sekitarnya. Pada tahap lanjut infeksi dapat menyebar juga
a b
Gambar
2.11 : a.
Ilustrasi
penyebaran
abses ke
daerah
submental
b. Tampakan klinis
Sumber : Oral Surgery, Fragiskos Fragiskos D, Germany, Springer
bergabung dengan selubung karotid. Bagian luar dibatasi oleh muskulus pterigoid
interna dan sebelah dalam oleh muskulus kostriktor. sebelah belakang oleh glandula
parotis, muskulus prevertebalis dan prosesus stiloideus serta struktur yang berasal dari
prosesus ini. Kebelakang dari spasium ini merupakan lokasi arteri karotis, vena
jugularis dan nervus vagus, serta sturktur saraf spinal, glosofaringeal, simpatik,
Infeksi pada spasium ini mudah menyebar keatas melalui berbagai foramina
menuju bagian otak. Kejadian tersebut dapat menimbulkan abses otak, meningitis atau
trombosis sinus. Bila infeksi berjalan ke bawah dapat melalui selubung karotis sampai
mediastinuim.
Kalsium Hidroksida
Kalsium hidroksida merupakan senyawa kimia dengan rumus Ca(OH)2,
berwarna bubuk putih atau kristal dan terjadi oleh karena reaksi pencampuran
antara kalsium oksida dengan air. Kalsium hidroksida juga bisa didaptkan dari
reaksi antara larutan kalium dengan sodium hidroksida. Kalsium hidroksida
memiliki sifat seperti :
Kalsium hidroksida dapat menetralisir asam fosfor yang terlepas dari semen
fosfat.
Memiliki pH 11-12, kebasaan ini dapat menghancurkan daya tahan
mikroorganisme yang terdapat pada gigi yang karies.
Kelarutannya tinggi.
Penggunaannya mudah
Radiopak
Tidak iritasi
Bakterisid
Semen glass-ionomer
Semen glass-ionomer terbukti lebih efektif daripada semen zinc oksida
eugenol untuk mencegah kebocoran secara in vitro (Pitt Ford, 1979; Zidan dan
ElDeeb, 1985)
Semen polikarboksilat
Semen polikarboksilat merupakan sealer efektif asalkan ada kontak yang
cukup dengan dinding saluran akar(McComb dan Smith, 1976).
Kekurangannya adanya perlunya alat plastic khusus karena sangat adhesive
terhadap logam.
Indikasi Penggunaan : Biasanya digunakan untuk indikasi perawatan pulpa gigi sulung
nonvital/medikamen pulpektomi.
Kalsium Hidroksida
Guttapercha
NDIKASI
1. Gigi dengan kelainan yg telah mengenai jaringan pulpa
2. Sebagai pencegahan untuk menghindari infeksi jaringan periapikal
3. Untuk rencana pembuatan mahkota pasak
4. Sebagai abutmen gigi tiruan
5. Kesehatan umum pasien baik
6. Oral higiene pasien baik
7. Masih didukung janringan penyangga gigi yang baik
8. Pasien bersedia untuk dilakukan perawatan
KONTRAINDIKASI
1. Kerusakan luas jaringan periapikal yang melibatkan lebih dari sepertiga panjang
akar
2. Foramen apikal terbuka lebar
3. Perforasi permukaan akar
4. Resorbsi yang luas baik interna maupun eksterna
5. Gigi dengan saluran akar tidak dapat dipreparasi, akar terlalu bengkok, saluran akar
banyak berbelit-belit
6. Gigi tidak dapat direstorasi lagi
7. Tidak didukung jaringan penyangga yg cukup
8. Gigi yang keluar dari lengkung ggi
9. Fraktur vertikal
10. Jarak interoklusi yang pendek sehingga akan menyulitkan dalam instrumentasi
11. Kesehatan umum pasien buruk
12. Pasien tidak bersedia dilakukan perawatan
13. Operator tidak mampu
Faktor Penderita
faktor penderita yang dapat mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan suatu
perawatan saluran akar adalah sebagai berikut (Ingle, 1985; Cohen & Burns, 1994;
Walton &Torabinejad, 1996) :
1. Motivasi Penderita
Pasien yang merasa kurang penting memelihara kesehatan mulut dan melalaikannya,
mempunyai risiko perawatan yang buruk. Ketidaksenangan yang mungkin timbul selama
perawatan akan menyebabkan mereka memilih untuk diekstraksi (Sommer, 1961).
2. Usia Penderita
Usia penderita tidak merupakan faktor yang berarti bagi kemungkinan keberhasilan atau
kegagalan perawatan saluran akar. Pasien yang lebih tua usianya mengalami penyembuhan
yang sama cepatnya dengan pasien yang muda. Tetapi penting diketahui bahwa perawatan
lebih sulit dilakukan pada orang tua karena giginya telah banyak mengalami kalsifikasi. Hali
ini mengakibatkan prognosis yang buruk, tingkat perawatan bergantung pada kasusnya
(Ingle, 1985).
3. Keadaan kesehatan umum
Pasien yang memiliki kesehatan umum buruk secara umum memiliki risiko yang buruk
terhadap perawatan saluran akar, ketahanan terhadap infeksi di bawah normal. Oleh karena
itu keadaan penyakit sistemik, misalnya penyakit jantung, diabetes atau hepatitis, dapat
menjelaskan kegagalan perawatan saluran akar di luar kontrol ahli endodontis (Sommer, dkk,
1961; Cohen & Burns, 1994).
Faktor Perawatan
Faktor perawatan yang dapat mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan suatu perawatan
saluran akar bergantung kepada :
1. Perbedaan operator
Dalam perawatan saluran akar dibutuhkan pengetahuan dan aplikasi ilmu biologi serta
pelatihan, kecakapan dan kemampuan dalam manipulasi dan menggunakan instrumen-
instrumen yang dirancang khusus. Prosedur-prosedur khusus dalam perawatan saluran akar
digunakan untuk memperoleh keberhasilan perawatan. Menjadi kewajiban bagi dokter gigi
untuk menganalisa pengetahuan serta kemampuan dalam merawat gigi secara benar dan
efektif (Healey, 1960; Walton &Torabinejad, 1996).
2. Teknik-teknik perawatan
Banyak teknik instrumentasi dan pengisian saluran akar yang tersedia bagin dokter gigi,
namun keuntungan klinis secara individual dari masing-masing ukuran keberhasilan secara
umum belum dapat ditetapkan. Suatu penelitian menunjukan bahwa teknik yang
menghasilkan penutupan apikal yang buruk, akan menghasilkan prognosis yang buruk pula
(Walton & Torabinejad, 1996).
3. Perluasan preparasi atau pengisian saluran akar.
Belum ada penetapan panjang kerja dan tingkat pengisian saluran akar yang ideal dan pasti.
Tingkat yang disarankan ialah 0,5 mm, 1 mm atau 1-2 mm lebih pendek dari akar radiografis
dan disesuaikan dengan usia penderita. Tingkat keberhasilan yang rendah biasanya
berhubungan dengan pengisian yang berlebih, mungkin disebabkan iritasi oleh bahan-bahan
dan penutupan apikal yang buruk. Dengan tetap melakukan pengisian saluran akar yang lebih
pendek dari apeks
radiografis, akan mengurangi kemungkinan kerusakan jaringan periapikal yang lebih jauh
(Walton & Torabinejad, 1996).
Kecelakaan Prosedural
Kecelakaan pada perawatan saluran akar dapat memberi pengaruh pada hasil akhir perawatan
saluran akar, misalnya :
1. Terbentuknya ledge (birai) atau perforasi lateral.
Birai adalah suatu daerah artifikasi yang tidak beraturan pada permukaan dinding saluran
akar yang merintangi penempatan instrumen untuk mencapai ujung saluran (Guttman, et all,
1992). Birai terbentuk karena penggunaan instrumen yang terlalu besar, tidak sesuai dengan
urutan; penempatan instrumen yang kurang dari panjang kerja atau penggunaan instrumen
yang lurus serta tidak fleksibel di dalam saluran akar yang bengkok (Grossman, 1988, Weine,
1996). Birai dan ferforasi lateral dapat memberikan pengaruh yang merugikan pada prognosis
selama kejadian ini menghalangi pembersihan, pembentukan dan pengisian saluran akar yang
memadai (Walton & Torabinejad, 1966).
2. Instrumen patah
Patahnya instrumen yang terjadi pada waktu melakukan perawatan saluran akar akan
mempengaruhi prognosis keberhasilan dan kegagalan perawatan. Prognosisnya bergantung
pada seberapa banyak saluran sebelah apikal patahan yang masih belum dibersihkan dan
belum diobturasi serta seberapa banyak patahannya. Prognosis yang baik jika patahan
instrumen yang besar dan terjadi ditahap akhir preparasi serta mendekati panjang kerja.
Prognosis yang lebih buruk jika saluran akar belum dibersihkan dan patahannya terjadi dekat
apeks atau diluar foramen apikalis pada tahap awal preparasi (Grossman, 1988; Walton &
Torabinejad, 1996).
4. Fraktur akar vertikal
Fraktur akar vertikal dapat disebabkan oleh kekuatan kondensasi aplikasi yang berlebihan
pada waktu mengisi saluran akar atau pada waktu penempatan pasak. Adanya fraktur akar
vertikal memiliki prognosis yang buruk terhadap hasil perawatan karena menyebabkan iritasi
terhadap ligamen periodontal (Walton &Torabinejad, 1996).