E-ISSN.2615-7802
Kailina Delian
ABSTRAK
_____________________________________________________
Latar Belakang: Trauma gigi permanen muda Pemeriksaan radiografis menunjukkan akar gigi 11
merupakan kasus yang sering dijumpai. Intrusi telah menutup, terdapat gambaran radiolusen difus
merupakan salah satu akibat trauma dentoalveolar. di sekitar akar gigi 11, tidak terdapat fraktur akar
Penatalaksanaan dasar intrusi adalah dengan maupun fraktur mahkota. Tindakan yang dilakukan
reerupsi spontan, perawatan ortodontik dan adalah reposisi gigi intrusi menggunakan alat
pendekatan bedah. Reposisi menggunakan alat ortodontik pada keempat gigi insisivus maksila dan
ortodontik dilakukan dengan pertimbangan usia, fiksasi interdental maksila dengan metode 2 by 4.
waktu, kondisi umum, lama kejadian, kondisi Perawatan endodontik dilakukan 2 minggu setelah
mahkota dan pertumbuhan akar. reposisi gigi 11.
Tujuan: Laporan kasus ini bertujuan untuk Hasil: Penatalaksanaan intrusi dan fiksasi
melaporkan keberhasilan perawatan intrusi akibat interdental memberikan hasil yang baik. Hasil
trauma dentoalveolar menggunakan alat ortodonti. kontrol perawatan didapatkan oklusi, mastikasi,
Laporan Kasus: Seorang anak perempuan hasil perawatan endodontik dan estetika baik.
berusia 10 tahun datang dengan keluhan gigi Simpulan: Salah satu alternatif reposisi intrusi pada
depan rahang atas terlihat lebih pendek dari gigi gigi permanen muda akibat trauma dentoaveolar
sebelahnya setelah mengalami kecelakaan lalu dapat dilakukan dengan menggunakan alat
lintas 2 hari sebelumnya. Pemeriksaan intra oral ortodonti. Keuntungan metode ini diantaranya
menunjukkan gigi 11 mengalami intrusi kurang lebih waktu perawatan relatif singkat, kenyamanan
2 mm. Gigi 12, 21, dan 22 dalam kondisi normal. pasien dan tingkat keberhasilan tinggi.
_____________________________________________________
Kata Kunci: Fraktur Dentoalveolar, Reposisi Intrusi
_____________________________________________________
PENDAHULUAN remaining teeth, recurrent or persistent periapical
radiolucency was more frequent in overfilled than
Mayoritas trauma gigi terjadi pada anak, adequately filled teeth (P = 0.0001 Keparahan
terutama luksasi intrusi gigi permanen paling sering intrusi dan jenis perawatan yang digunakan untuk
pada kelompok usia 6-12 tahun.1followed by two gigi permanen yang mengalami intrusi merupakan
teeth (32.4% Intrusi menunjukkan jenis trauma faktor yang dapat memprediksi nekrosis pulpa dan
yang berat dimana gigi masuk secara aksial ke lamanya gigi dapat bertahan. Strategi perawatan
dalam soket dan menyebabkan trauma pada tulang tergantung pada tingkat perkembangan akar
alveolar, ligamen peridontal, sementum dan pulpa. gigi, derajat keparahan intrusi, keberadaan
Konsekuensi yang dapat terjadi yaitu nekrosis fraktur tulang alveolar, jumlah gigi yang terlibat,
pulpa, resorbsi akibat inflamasi dan perpindahan dan fokus terhadap eliminasi komplikasi pasca
eksternal serta ankilosis.2,3non-vital incisors was trauma.4with approximately 80% occurring in indi-
Correspondence: evaluated radiographically with respect to healing viduals younger than 20 years old. Childhood and
Mega Moeharyono Puteri, of periodontal tissues including inflammatory root adolescence are sensitive growth periods that
Faculty of Dental Medicine resorption and occurrence of ankylosis and cervical may pose serious challenges to managing dental
Universitas Airlangga, Jalan root fractures. The results were assessed after trauma. Compliance and cooperation often are
Mayjend Prof. Dr. Moestopo completion of calcium hydroxide treatment and issues, and family involvement\u2014starting from
47 Surabaya 60132, 4 years after filling of the root canal with gutta- the moment of injury\u2014is critical. Moreover,
Indonesia, Email: mega- percha. After treatment with calcium hydroxide, long-term follow up ond monltoritig ore essential,
m-p@fkg.unair.ac.id periapical healing occurred in 95% of the teeth. especially in the growing patient with a developing
Four years after filling with gutta-percha, periapical dentition. The potential for psychological and social
healing was present in 91% of the teeth. In the impacts of dental trauma has become a common
@ 2018 IDGAI
101
KASUS
menunjukkan gigi 11 mengalami intrusi kurang lebih pasien dikonsul untuk melakukan foto rontgen
2 mm. Gigi 12, 21, dan 22 dalam kondisi normal. periapikal. Hasil foto periapikal menunjukkan
Pemeriksaan radiografis menunjukkan akar gigi 11 gambaran radiolusen difus pada sekitar apikal gigi
telah menutup, terdapat gambaran radiolusen difus 11 menunjukkan telah terjadi abses periapikal dan
di sekitar akar gigi 11, tidak terdapat fraktur akar nekrosis pulpa pada gigi 11. Dilakukan open bor
maupun fraktur mahkota. dan buka kavum gigi 11 melalui foramen caecum
diikuti ekstirpasi, reaming dan filing kemudian diberi
TATALAKSANAAN KASUS kalsium hidroksida sebagai obat antar kunjungan
dan ditutup tambalan sementara. Kontrol berikutnya
Tindakan yang dilakukan pada kunjungan pertama dilakukan penggantian wire SS 16x16 dan fiksasi
yaitu reposisi gigi intrusi menggunakan bracket dan interdental maksila dengan metode 2 by 4. Fiksasi
wire Niti 0,12 pada keempat gigi insisivus maksila. 2 by 4 dilakukan selama 4 minggu, perawatan
Kontrol satu minggu kemudian gigi 11 telah endodontik dilakukan dengan menggunakan
tereposisi sejajar dengan 21, terdapat oedema kalsium hidroksida sebagai obat antar kunjungan
pada gusi di sekitar apikal gigi 11 dan perkusi selama satu bulan sampai tidak ditemukan keluhan
tekan positif, menunjukkan adanya tanda lesi dan dan kontrol pada foto periapikal menunjukkan
a b c
Gambar 4. (a) Gambaran radiolusen difus pada periapikal gigi 11 (b) Perawatan saluran akar gigi 11
menggunakan kalsium hidroksida (c) Pengisian saluran akar gigi 11 menggunakan gutta percha
Gambar 5. Fiksasi keempat gigi insisivus dengan metode 2 by 4 menggunakan wire SS 0.16x0.16
adanya perbaikan jaringan di periapikal gigi 11. berpengaruh terhadap hasil penyembuhan
Pengisian dilakukan dengan gutta percha dan dengan mempertimbangkan stabilisasi gigi yang
ditutup dengan tambalan komposit. telah direposisi dengan baik, kenyamanan dan
peningkatan fungsi.13 Gigi yang difiksasi tidak
PEMBAHASAN boleh mengalami trauma oklusi. Andreasen
merekomendasikan waktu 6-8 minggu setelah
Kasus trauma dentoalveolar dengan luksasi intrusi reposisi gigi intrusi baik secara bedah maupun
pada pasien ini mengenai gigi insisivus sentral ortodontik. Jangka waktu fiksasi selama 10 hari
kanan rahang atas. Insisivus sentral rahang atas juga terbukti dapat mengurangi kegoyangan gigi
merupakan gigi yang paling sering terkena dampak dan meningkatkan fungsi.7,14
dari trauma dentoalveolar terutama pada kasus Pemeriksaan radiografis menunjukkan
luksasi intrusi dengan presentase kejadian sekitar gambaran radiolusen difus di area periapikal gigi
90%. Hal ini berkaitan dengan posisi anatomi pada yang megalami intrusi yang menunjukkan telah
lengkung rahang atas.9and falling at home was the terjadi proses nekrosis pulpa. Penelitian oleh
main etiologic factor\\n(60% Wigen menunjukkan nekrosis pulpa terjadi pada
Menurut Royal College of Surgeons of gigi dengan intrusi akibat trauma dentoalveolar
England (RCSE), untuk kasus intrusi kurang dari lebih dari 2 mm. Frekuensi nekrosis pulpa lebih
3 mm pada akar yang belum menutup sempurna besar terjadi pada gigi dengan akar yang telah
terdapat potensi untuk terjadi erupsi spontan menutup sempurna dibandingkan dengan yang
dan perbaikan jaringan pulpa dan periodontal. belum menutup sempurna.12 Frekuensi terjadinya
Pada gigi dengan pembentukkan akar yang telah nekrosis pulpa terlihat meningkat pada gigi
sempurna dengan intrusi kurang dari 3 milimeter, yang mengalami reposisi secara aktif. Hal ini
alternatif perawatannya adalah tanpa intervensi menimbulkan pertanyaan apakah reposisi gigi
dan menunggu erupsi kembali. Erupsi spontan intrusi baik secara bedah maupun ortodontik dapat
dapat terjadi terutama dalam kondisi pulpa yang menyebabkan trauma baru yang mengarah pada
vital dan sulit terjadi apabila telah terjadi nekrosis resiko komplikasi penyembuhan.14 Waktu yang tepat
pulpa. Jika dalam 2-4 minggu tidak didapatkan untuk memulai perawatan saluran akar yaitu sekitar
pergerakan gigi maka dilakukan reposisi secara dua minggu setelah terjadi trauma dentoalveolar.
bedah atau ortodontik sebelum terjadi ankylosis. Saluran akar dengan kondisi inflamasi resorbsi
Reposisi secara ortodontik menunjukkan prosedur sebaiknya diberikan pasta nonsetting calcium
yang bersifat lebih baik secara biologis dan hydroxide sebelum dilakukan obturasi.15
perawatan endodontik dapat mencegah inflamasi
resorbsi akar.10,11treatment planning and followup SIMPULAN
are important for improving a favorable outcome.
Guidelines should assist dentists and patients Kasus intrusi karena trauma dentoalveolar
in decision making and for providing the best merupakan kasus yang harus ditangani sedini
care effectively and efficiently. The International mungkin untuk mencegah kondisi lebih parah
Association of Dental Traumatology (IADT seperti ankilosis, resorbsi internal atau eksternal,
Penelitian selama 20 tahun (1983-2003) maloklusi, infeksi jaringan periodontal maupun
menunjukkan bahwa tidak ada kesepakatan jaringan pulpa gigi. Terdapat berbagai teknik
pilihan perawatan terbaik untuk kasus intrusi gigi perawatan yang dapat digunakan pada kasus
permanen akibat trauma dentoalveolar. Strategi intrusi akibat trauma dentoalveolar. Pemilihan
pemilihan perawatan untuk kasus intrusi harus teknik perawatan yang tepat memiliki peranan
direncanakan berdasarkan derajat keparahan penting dalam proses perbaikan. Salah satu alat
trauma.12 Alternatif perawatan yang dipilih pada sederhana dan efektif untuk memperbaiki kondisi
kasus ini mempertimbangkan kenyamanan pasien, intrusi satu gigi akibat trauma dentoalveolar adalah
pembentukan akar gigi, usia pasien, jangka dengan menggunakan alat ortodontik.
waktu terjadinya reposisi yang singkat, tingkat
keberhasilan yang tinggi, pulpa gigi yang telah DAFTAR PUSTAKA
mengalami nekrosis dan pertimbangan mencegah
terjadinya ankilosis. 1. Andreasen JO, Bakland LK, Matras RC,
Gigi intrusi yang telah direposisi baik secara Andreasen FM. Traumatic intrusion of
bedah maupun ortodonti memerlukan splinting permanent teeth. Part 1. An epidemiological
untuk proses fiksasi. Splint yang bersifat fleksibel study of 216 intruded permanent teeth. Dent
dalam jangka waktu pendek harus digunakan Traumatol. 2006;22(2):83–9.
untuk stabilisasi gigi intrusi sekaligus membiarkan 2. Cvek M. Prognosis of luxated non vital maxillary
proses pergerakan gigi secara fisiologis. Jenis incisors treated with calcium hydroxide and
maupun durasi splinting secara signifikan filled with guttapercha. A retrospective clinical