PENDAHULUAN
1
sehingga wajah tidak dapat lebih lebar dari basis cranii.Tinggi wajah meningkat
lebih cepat dibanding lebar wajah sejak lahir hingga dewasa. Kartilago, septum
nasi, tulang wajah bagian atas dan kondilus mandibula pada bagian tulang wajah
menentukan arah pertumbuhan tinggi wajah (Shapiro dkk, 1983). Peningkatan
tinggi wajah merupakan hasil pertumbuhan prosesus alveolar maksila dan
mandibula yang berhubungan dengan erupsi gigi geligi (Bishara, 2001).
Berbagai faktor dapat mempengaruhi bentuk lengkung gigi seperti
maloklusi, ukuran gigi insisivus, rasio ukuran gigi rahang bawah dan rahang atas,
bentuk kepala, kebiasaan buruk, otot di sekitar mulut dan profil penderita
(Bolton, 1958 cit Pambudi, 2005).Graber (1994) menjelaskan hubungan antara
morfologi struktur kraniofasial, bentuk wajah, lebar dan bentuk lengkung
gigi.Raberin dkk (1993) melaporkan bahwa ada hubungan bermakna antara
bentuk dan ukuran wajah terhadap lengkung rahang sedangkan Nabila Anwar
dkk(2001) menyatakan tidak adanya hubungan bentuk wajah dan ukuran
lengkung rahang.
Variasi ukuran dan bentuk wajah yang paling besar dipengaruhi oleh 2
tulang maksila dan mandibula hal ini karena tulang maksila mendukung lengkung
gigi atas dan processus alveolaris dan tulang mandibula mendukung lengkung
gigi bawah dan processus alveolaris.Mandibula adalah bagian wajah yang
mempunyai struktur tulang paling kokoh di antara struktur tulang wajah lainnya
dan sangat individual. Setiap orang mempunyai pola pertumbuhan yang
berbeda, sehingga tidak ada satupun manusia yang akan mempunyai ukuran
lengkung gigi dan bentuk lengkung gigi yang sama persis. Pertumbuhan wajah
tidak dapat dipisahkan dari pengaruh perkembangan fungsi rahang,
pertumbuhan sinus, kedudukan dan bentuk serta perkembangan gigi, otot wajah
dan faktor-faktor sekelilingnya (Sukadana, 1983).Penilaian bentuk wajah perlu
diperhatikan karena masing-masing bentuk wajah menunjukkan karakteristik
lengkung gigi yang berbeda.
Menurut ( Moyer 1967) dikenal empat macam bentuk lengkung gigi yaitu
parabola , setengah elips, trapesoid dan U form.Genetik dan lingkungan yang
2
berbeda juga mempengaruhi perubahan lengkung gigi (Hayder, 2005). Ukuran
lengkung gigi biasanya akan berubah tergantung dari perubahan lebar inter
kaninus,lebar interpremolar, lebar intermolar, panjang dan tinggi lengkung gigi,
dan keliling lengkung gigi (Hussein, 2008; Sangwan, et al, 2011).
Bentuk dan ukuran lengkung gigi baik dari arah transversal dan sagital
pada suatu individu berbeda dengan individu lainnya. (Febrina 1997). Raberin
(1993) Mengatakan adanya peningkatan lebar interkaninus dan intermolar
sampai terbentuk secara lengkap periode gigi permanen.
Perubahan lengkung gigi pada masa tumbuh kembang, sangat
dipengaruhi oleh tumbuh kembang dari prosesus alveolaris. Secara umum
lengkung gigi berkembang pada tahap gigi bercampur lalu cenderung stabil
sampai pada gigi tetap. Bishara dkk. (1998) menyatakan bahwa lengkung maksila
akan terus berkembang sampai dengan usia 13 tahun dan pada lengkung
mandibula sampai dengan usia 8 tahun. Pertumbuhan maksila berhenti pada usia
sekitar 15 tahun untuk wanita, sedangkan pada pria sekitar usia 17 tahun.
Tumbuh kembang lengkung gigi pada mandibula berlangsung dari usia 4 hingga 8
tahun dan tunbuh kembang pada maksila berlangsung dari usia 4 hingga 13
tahun. Pertumbuhan maksila cenderung lebih stabil hingga dewasa (Cowles,
2008).
Setiap orang memiliki variasi tipe wajah meskipun kembar. Penilaian tipe
wajah perlu diperhatikan karena masing-masing tipe wajah menunjukkan
karakteristik lengkung gigi yang berbeda. Identifikasi tipe wajah dengan bentuk
dan dimensi lengkung gigi yang sesuai adalah salah satu kunci untuk mencapai
bentuk lengkung gigi yang stabil, fungsional, dan estetis dalam diagnosis dan
penyusunan rencanaperawatan ortodontik. Hubungan antara struktur
kraniofasial dan dimensi lengkung gigi penting untuk dikaji lebih mendalam
untuk mendapatkan hasil perawatan ortodonti yang optimal. Kegagalan dalam
menyesuaikan bentuk lengkung gigi dapat menyebabkan kemungkinan relaps
dan dapat mempengaruhi prognosis hasil perawatan. (Pambudi, 2008).
3
Struktur morfologi wajah mempunyai hubungan yang bermakna dengan
bentuk lengkung gigi. Sukadana (1983) dalam penelitiannya menyatakan bahwa,
tipe wajah manusia berhubungan dengan bentuk kepala dan lengkung gigi.
Biasanya orang dengan bentuk kepala brachychepalic mempunyai tipe wajah
euryprosopic dan bentuk lengkung gigi yang lebar (parabola).Tipe wajah
leptoprosopic biasanya mempunyai lengkung rahang yang menyempit ke dasar
apikal (tapered).Salah satu tujuan dari pasien melakukan perawatan ortodonti
adalah untuk mendapatkan keserasian antara tipe wajah dengan bentuk
lengkung gigi sehingga tercipta kesan yang lebih estetis.Bentuk wajah dan bentuk
lengkung gigi mempunyai hubungan erat, bentuk muka mengalami pertumbuhan
dan perkembangan (Hamilah, 2004).
Menurut Lunstrm (1986) rmenyatakan bahwa ukuran lengkung gigi tidak
tertgantung pada bentuk muka dan kepala tetapi oleh faktor keturunan Berbagai
faktor dapat mempengaruhi bentuk lengkung gigi seperti maloklusi, ukuran gigi,
ratio ukuran gigi rahang bawah dan rahang atas, bentuk kepala, kebiasaan
burukm otot sekitar mulut, profil penderita dan bentuk wajah. Hubungan antara
struktur kraniofasial dan dimensi lengkung gigi penting untuk dikaji lebih
mendalam untuk mendapatkan hasil perawatan ortodonti yang optimal
(Mundiyah, 1980)
Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
mengenai gambaran hubungan antara bentuk wajah dengan bentuk lengkung
gigi dan ukuran wajahdengan ukuran lengkung gigi untuk melihat variasi dari
bentuk wajah dan bentuk lengkung gigi dan ukuran lengkung gigi tersebut agar
didapat keserasian antara wajah dan lengkung gigi
Perbandingan ukuran antara tulang kranial dan tulang wajah pada waktu
dilahirkan adalah 8:1, pada usia 2 tahun 6:1, sedangkan saat dewasa adalah
2,5:1. Wajah berkembang lebih lambat dibandingkan kranium pada periode intra
uterin, sehingga pada awal kelahiran ukuran wajah terlihat lebih kecil daripada
ukuran total kepala. Wajah terus tumbuh setelah masa kelahiran, sedangkan
4
pertumbuhan kranium menjadi lebih lambat, sehingga pada usia dewasa
perbandingan ukuran kepala dan wajah menjadi lebih proporsional
(Koesoemahardja dkk., 2004).Beberapa penelitian menyebutkan variasi struktur
kraniofasial dapat menyebabkan perbedaan lengkung gigi pada setiap individu
yang nantinya mempengaruhi oklusi.
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
Berdasarkan bentuknya, tipe wajah pada manusia dibagi menjadi tiga,
yaitu:
a. Dolichofacial (leptoprosopic)
Bentuk kepala dolichocephalic yang panjang dan oval membuat
pertumbuhan wajah menjadi sempit, panjang, dan protrusive, bentuk dan sudut
bidang mandibula yang sempit, bentuk wajah seperti segitiga (tapered), tulang
pipi tegak, rongga orbita berbentuk rektangular dan aperturanasal yang lebar.
Kebanyakan bentuk kepala ini dimiliki oleh ras Negroid dan Aborigin
Australia.Tipe wajah leptoprosopic berada pada rentang indeks 88 - 92.9.
Pada leptoprosopic, tulang hidung cenderung tinggi dan hidung terlihat
lebih protrusif. Karena sangat protrusif, kadang-kadang hidung menjadi bengkok
bahkan turun. Sudut lekukan dan turunnya hidung akan meningkat bila panjang
hidung meningkat. Jadi, konveksivitas hidung lebih tinggi pada orang yang
memiliki hidung panjang. Oleh karena bagian hidung dari tipe wajah
leptoprosopic lebih protusif, glabela dan lingkaran tulang orbital bagian atas
menjadi lebih sangat menonjol sedangkan tulang pipi menjadi terlihat kurang
menonjol. Selain itu mata juga terlihat cekung.
7
panjang, sempit, dan dalam. Selain itu, mandibula dan bibir bawah cenderung
menjadi retrusif sehingga profil wajah menjadi cembung. Tipe wajah ini sering
dikaitkan dengan maloklusi kelas I.
b. Brachifacial (euryprosopic)
8
tidak sesempit tipe wajah leptoprosopic .Tipe wajah mesoprosopic merupakan
tipe wajah yang normal atau rata-rata. Lengkung maksila lebih besar dari pada
mandibular (overjet), tiap rahang dalam maksila mempunyai kontak yang baik
dengan tiap gigi mandibula. Hal ini menunjukkan keterkaitan struktur kraniofasial
tipe wajah normal dengan oklusi normal. Tipe wajah mesoprosopic dapat dilihat
pada gambar di bawah ini.
Oklusi, yaitu hubungan antara gigi-gigi rahang atas dan rahang bawah di
mana terdapat kontak sebesar-besarnya antara gigi-gigi tersebut.
a. Kedudukan gigi rahang atas dan rahang bawah dalam posisi normal.
9
c. Sudut inklinasi gigi
d. Kurve kompensasi poros masing-masing gigi
e. Bentuk fungsional gigi pada 1/3 bagian incisal
f. Hubungan permukaan tiap gigi antagonis pada waktu oklusi sentrik.
B. Susunan Garis Luar dari Segmen Lengkung pada Oklusi Normal pada Gigi
Bagian anterior pada lengkung maksilaris
10
Permukaan bukal pada setiap gigi premolar pertama berada agak bukal
ke permukaan labial dari caninus dan permukaan bukal dari premolar kedua dan
setengah mesial dari molar pertama ditempatkan semakin lebih jauh dari bukal.
Pada pertemuan 2 bukal ,lobus mesio bukal dari molar pertama bergerak
keluar/menonjol sangat jauh ke arah bukal. Hal Itu memberikan susunan bentuk
lengkung yang berbeda diimbangi bukal saat melewati dari premolar kedua.
Pada cusp mesio bukal dari gigi molar kedua merupakan bukal yang menonjol
dan mengimbangi kedua pada susunan bentuk lengkung ditemukan ada pada
titiknya,gigi premolar memperpanjang jauh ke bagian oklusal dari pada gigi molar
untuk menyesuaikan diri untuk kebutuhan curve spee.
Pada semua bagian gigi seri, ukurannya sama pada semua dimensi,oleh
karena itu,ukuran panjang oklusinya sama. Pada lengkung garis , kurvanya itu
bervariasi yang membuat sisi labialnya cembung. Meskipun lebih lebar pada
bagian tengahnya,tetapi kurang menonjol pada giginya.
Pada gigi caninus rahang bawah, berdasarkan sisi labialnya, tojolan yang
mencolok pada ujung lengkung dan memberi garis agak menyudut pada
lengkung meskipun ini hampir tidak seperti pada lengkung rahang atas. Gigi ini
juga muncul ke bagian yang tertinggi daripada gigi rahang bawah yang lain.
11
permukaan proksimal dari gigi molar pertama dan gigi premolar kedua agar
sesuai pada perbedaan permukaan bukal gigi molar. Derajat penyimpangan gigi
bukal pada mandibular lebih besar daripada gigi palsu bukal maksilaris.
Drs. George. C. Chuck dan Cecil Steiner yang menerbitkan the angle
Orthodontist, Vol. IV, Nos. 1 dan 4 telah menjelaskan bahwa gigi palsu terbentuk
sangat akurat dan komplit. Mereka menjelaskan perbedaan bukal yang meninggi
pada bagian bukal pada gigi palsu mandibular sedangkan pada bagian atas gigi
palsu maksilaris yang seharusnya perbedaan inklinasi aksial normal pada gigi
bukal dari kedua gigi palsu. Premolar dan molar gigi palsu maksilaris pada
inklinasi aksial bukal sementara gigi yang bersesuaian pada gigi palsu mandibular
pada inklinasi aksial lingual. Di tempat ini permukaan bukal pada maksilaris dan
gigi premolar mandibular hampir pada lempeng vertikal yang sama sedangkan
permukaan bukal dari maksilaris dan gigi molar mandibular sebenarnya pada
lempeng vertikal yang sama
12
BAB III
PENUTUP
13
DAFTAR PUSTAKA
Koesoemahardja H. D., Indrawati A., dan Jenie I., 2004, Tumbuh Kembang
Kraniodentofasial, FKG Trisakti, Jakarta, h.29-39
Strang and Thompson. 1958. A textbook of orthodontia. USA. Lea and Febiger
14