Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN TUTORIAL

SKENARIO 3 : Memahami Pluralitas Sosial

BLOK HUMANIORA

TUTOR

Wajihuddin, S.Pd, M.Hum

KELOMPOK I

Ketua :Sheila Firdaus (171610101004)

Sekertaris : Aida Fameilia (171610101001)

Nazilaturrohmah (171610101005)

Anggota : Tedy Alfian Normansyah. (171610101002)

Rani Maharani (171610101003)

Nisaa’i Ramilinia `P (171610101006)

Rosi Endah Pratiwi (171610101007)

Siti Nurul Masruroh H (171610101008)

Fitria Arifka Rahman (171610101009)

Dewi Yunita Sari (171610101010)

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS JEMBER

2017
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga
kami dapat menyelesaikan tugas laporan ini, tentang Memahami Pluralitas Sosial. Laporan
ini disusun untuk memenuhi hasil diskusi tutorial kelompok I pada skenario ketiga.
Penulisan laporan ini semuanya tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, oleh karena
itu penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada :
1. Bapak Wajihuddin, S.Pd, M.Hum selaku tutor yang telah membimbing jalannya diskusi
tutorial kelompok I Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember dan yang telah
memberi masukan yang membantu, bagi pengembangan ilmu yang telah didapatkan.
2. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini.
Dalam penyusunan laporan ini tidak lepas dari kekurangan dan kesalahan. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan demi perbaikan–
perbaikan dan kesempurnaan laporan inidi masa mendatang. Semoga laporan ini dapat
berguna bagi kita semua.

Jember, September 2017

Penyusun
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang Permasalahan

I.2. Skenario

I.3. Permasalahan

I.4. Mind Mapping

I.5. Learning Objective

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II.1. PengertianPluralitas

II.2. Pengertian SARA

II.3. Faktor Terjadinya Konflik Pluralitas

II.4. Dampak dari Konflik Pluralitas

II.5. Solusi Pencegahan dan Penanganan Konflik Pluralitas

BAB III PEMBAHASAN

BAB IV KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang Permasalahan

Indonesia adalah suatu negara sangat besar dan luas yang terdiri dari beribu-ribu
pulau, dimana setiap pulau memiliki suku, etnis, budaya, dan bahasa yang berbeda.
Keberagaman ini bisa menjadi aset yang sangat berharga bagi bangsa Indonesia, tapi juga
sebaliknya, bisa menjadi bumerang bagi persatuan dan kesatuan bangsa. Bagi negara
multikultural seperti negara kita sangat rawan akan terjadinya konflik yang disebabkan oleh
perbedaan-perbedaan ini. Kehidupan multikultural di Indonesia memang merupakan potensi
konflik dalam berbagai hal, baik antar individu maupun antar kelompok, sebagai akibat dari
perbedaan perspektif, kepentingan, dan tujuan hidup mereka. Yang mana konflik-konflik
tersebut bisa mengancam kehidupan berbangsa dan bernegara. Konflik yang sering muncul
adalah konflik yang berbau SARA, seperti contohnya kasus Ahok, kasus saracen dan masih
banyak lagi. Konflik-konflik ini membawa banyak kerugian baik fisik maupun psikis bagi
masyarakat.
Oleh karena itu diperlukan solusi untukmengatasi konflik-konflik yang terjadi akibat
pluralisme ini. Karena sebagai negara yang menganut Bhinneka Tunggal Ika,sudah
sepantasnya kita saling menghargai perbedaan-perbedaan yang terjadi di sekitar kita guna
mempertahankan persatuan dan kesatuan bangsa. Oleh karena itu kelompok kami mencoba
untuk mengidentifikasi pluralitas sosial, faktor penyebab konflik pluralitas, dampak-dampak
yang ditimbulkannya baik positif maupun negatif, serta solusi untuk mencegah dan
menyelesaikannya.
I.2. Skenario

Mahasiswa yang ada di Fakultas Kedokteran Gigi berasal dari berbagai daerah dan
mempunyai latar belakang status sosial-ekonomi, agama dan latar belakang etnis yang
berbeda. Perbedaan itu rawan menimbulkan konflik sehingga pihak universitas berusaha
mencegah dengan cara memberikan pendidikan multikultural dalam program Orientasi
Kampus. Akan tetapi, ada saja kasus berbau SARA. Pada suatau hari Galang mahasiswa dari
salah satu daerah berkelahi dengan Cecep, mahasiswa dari daerah lain. Perkelahian tersebut
dipicu saling ejek mengenai latar belakang etnis masing-masing. Ada pula Via salah seorang
mahasiswi yang dikenal suka pilih-pilih teman. Ia hanya mau bergaul dengan teman-teman
dari kelas sosial-ekonomi tinggi dan enggan berkomunikasi dengan teman-teman lain. Ia pun
sering pergi menghindari teman-teman dengan latar belakang budaya tertentu dan
berprasangka bahwa mereka adalah orang-orang miskin yang kasar. Apabila ia berada dalam
satu kelompok dengan mereka, tak segan-segan ia minta dipindahkan ke kelompok lain. Jika
tetap harus berada di kelompok itu, ia tak mau bekerja sama.

I.3. Permasalahan

I.3.1. Apakah definisi dari pluralitas ?


I.3.2. Apakah definisi dari SARA?
I.3.3. Bagaiamana cara mencegah dan mengatasi konflik pluralisme?
1.3.4. Bagaimana cara mengatasi kesenjangan pluralitas khusunya di lingkup pendidikan?
1.3.5. Apa pendidikan multikultural itu?
1.3.6. Mengapa masih terjadi konflik pluralitas padahal pendidikan multikultural sudah
diterapkan?
1.3.7. Apa sisi postif dan negatif dari pluralitas sosial?
1.3.8. Faktor apa saja yang menyebabkan terjadinya pluralittas sosial ?
I.4. Mind Mapping

MANUSIA

INDIVIDU SOSIAL

SARA PLURALITAS

PENCEGAHAN KONFLIK

FAKTOR DAMPAK

SOLUSI

LINGKUNGAN
UMUM PENDIDIKAN

I.5. Learning Objevtive

I.5.1. Mahasiswa dapat mengetahui dan menjelaskan pengertian pluralitas.


1.5.2. Mahasiswa dapat mengetahui dan menjelaskan pengertian SARA.
1.5.3.Mahasiswa dapat mengetahui dan menjelaskan cara mencegah dan mengatasi
konflik pluralitas secara umum.
1.5.4. Mahasiswa dapat mengetahui dan menjelaskan cara mencegah dan mengatasi
konflik di bidang pendidikan.
1.5.5. Mahasiswa dapat mengetahui dan menjelaskan faktor dan dampak dari
terjadinya konflik pluralitas.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Masyarakat multikultural adalah masyarakat yang terdiri dari dua atau lebih
komunitas (kelompok) yang secara kultural dan ekonomi terfragmentasi dan memiliki
struktur kelembagaan yang berbeda satu sama lain ( J. S Furnival).

Menurut Pierre L Van den Berghe masyarakat majemuk ditandai sebagai berikut.

1. Mengalami segmentasi ke dalam kelompok subkultur yang berbeda satu dengan yang
lain.
2. Memiliki struktur sosial dibagi menjadi lembaga nonkomplementer.
3. Kurang mengembangkan konsensus di antara anggota bahwa nilai-nilai dasar.
4. Relatif sering bertentangan antara satu kelompok dengan kelompok lainnya.
5. Secara relatif pertumbuhan integrasi sosial pada paksaan (pemaksaan) dan saling
ketergantungan di bidang ekonomi.
6. Adanya dominasi politik oleh satu kelompok atas yang lain.

Masyarakat multikultural adalah suatu masyarakat yang terdiri dari beberapa macam
komunitas budaya dengan segala kelebihannya, dengan sedikit perbedaan konsepsi mengenai
dunia, suatu sistem arti, nilai, bentuk organisasi sosial, sejarah, adat serta kebiasaan (“A
Multicultural society, then is one that includes several cultural communities with their
overlapping but none the less distinc conception of the world, system of [meaning, values,
forms of social organizations, historis, customs and practices”; Parekh, 1997 yang dikutip
dari Azra, 2007).

Multikulturalisme” pada dasarnya adalah pandangan dunia yang kemudian dapat


diterjemahkan dalam berbagai kebijakan kebudayaan yang menekankan penerimaan terhadap
realitas keagamaan, pluralitas, dan multikultural yang terdapat dalam kehidupan masyarakat.
Multikulturalisme dapat juga dipahami sebagai pandangan dunia yang kemudian diwujudkan
dalam kesadaran politik (Azyumardi Azra, 2007)

Sebuah ideologi yang mengakui dan mengagungkan perbedaan dalam kesederajatan baik
secara individual maupun secara kebudayaan (Suparlan, 2002, merangkum Fay 2006, Jari dan
Jary 1991, Watson 2000)

Menurut Muhammad Imarah (1999: 9) pluralitas adalah kemajemukan yang didasari oleh
keutamaan (keunikan) dan kekhasan. Konsep pluralitas mengandaikan adanya hal-hal yang
lebih dari satu (many), keragaman menunjukkan bahwa keberadaan yang lebih dari satu itu
berbeda-beda, heterogen, dan bahkan tak dapat disamakan.

Menurut Momon Sudarma (2008: 44) sikap pluralis yaitu sikap mengakui ada hak orang
lain untuk menganut agama yang berbeda dengan dirinya. Fakta sosial yang menunjukkan
agama di Indonesia beranekaragam. Pemahaman masyarakat Indonesia dalam beragama
belum menunjukkan sikap pluralis, fenomena yang ada adalah sikap beragama bersifat
heterogen. Misalnya ada yang puritan, modern, dan sinkretik.
Bab III

Pembahasan

3.1 Definisi pluralitas

Pluralitas dapat ditinjau dan dimaknakan dari berbagai titik pandang. Dalam bahasa
Indonesia bisa diartikan sebagai "faham" yang menunjukkan adanya kemajemukan. Ini
mengacu kepada kenyataan bahwa di dalam hidup ini kita tidak hanya menghadapi sesuatu
yang tunggal. Kenyataan itu lebih dari satu. Maka, pluralitas adalah status yang
memperlihatkan kenyataan bahwa memang lebih dari satu. Asal-usul pluralisme secara
harfiah dapat ditelusuri dalam bahasa Latin: plus, pluris yang berarti "lebih". Secara filosofis,
pluralisme adalah wejangan yang menekankan bahwa kenyataan terdiri atas kejamakan
dan/atau kemajemukan individu-individu yang berdiri sendiri-sendiri.
Dari kacamata sosiologi, pluralitas mengacu kepada sebuah masyarakat di mana berbagai
kelompok-kelompok sosial yang berbeda dalam posisinya masing-masing mempunyai
pemikiran-pemikiran sendiri mengenai apa yang diingini secara sosial. Dengan demikian,
setiap masyarakat dibangun atas bagian-bagian masyarakat tadi, yang diwujudkan dalam
lembaga-lembaga sosial. Semakin bagian-bagian masyarakat ini bersifat institusional,
semakin tampak wujud pluralisme di dalam masyarakat. Setiap individu di dalam sebuah
masyarakat adalah anggota dari kemajemukan institusi-institusi sosial itu.

3.2 definisi SARA

SARA adalah berbagai pandangan dan tindakan yang didasarkan pada sentimen
identitas yang menyangkut keturunan, agama, kebangsaan atau kesukuan dan golongan.
Setiap tindakan yang melibatkan kekerasan, diskriminasi dan pelecehan yang didasarkan
pada identitas diri dan golongan dapat dikatakan sebagai tidakanSara.

Sara Dapat Digolongkan Dalam Tiga Katagori :

 Individual : merupakan tindakan Sara yang dilakukan oleh individu maupun


kelompok. Termasuk di dalam katagori ini adalah tindakan maupun pernyataan yang
bersifat menyerang, mengintimidasi, melecehkan dan menghina identitas diri maupun
golongan.
 Institusional : merupakan tindakan Sara yang dilakukan oleh suatu institusi, termasuk
negara, baik secara langsung maupun tidak langsung, sengaja atau tidak sengaja telah
membuat peraturan diskriminatif dalam struktur organisasi maupun kebijakannya.
 Kultural : merupakan penyebaran mitos, tradisi dan ide-ide diskriminatif melalui
struktur budaya masyarakat.

3.3 mencegah dan mengatasi konflik pluralisme


1. Bercermin. Kita harus tahu diri kita seperti apa? Fahami diri kita. Apa yang kita
punya. Kelebihan dan kekurangan apa yang ada. Jika ada kelebihan, syukuri! Jika ada
kekurangan, cobalah untuk melengkapi.
2. Lihat sekitar. Kita harus membuka mata akan siapa yang ada disekitar mereka.
Beradaptasi dan menghargai pribadi mereka. Ya, walaupun kita tidak/belum bisa
dihargai oleh mereka.
3. Bayangkan. Kita menjadi mereka. Rasakan, dan posisikan diri kita dengan keadaan
yang sama dengan mereka.
4. Hargai! Mencobalah untuk menghargai posisi dan keadaan mereka. Bukalah mata
akan keberagaman yang ada. Karena sebenarnya positif dan negative dari setiap hal,
mempunyai nilai sendiri-sendiri.
5. Toleransi satu sama lain. Saling mengerti, memahami dan menghargai perbedaan
yang ada antar sesama.

3.4 mengatasi kesenjangan pluralitas khususnya di lingkup pendidikan

1. Menerapkan pendidikan multikultural, yaitu pendidikan yang berbasis kebudayaan,


mengenalkan berbagai kebudayaan daerah dan menerapkan sikap toleransi antar
kebudayaan tersebut
2. Menciptakan hubungan yang akrab dari setiap siswa yang berbeda latar belakang
kebudayaan
3. Guru menciptakan suasana kekeluargaan antar siswa

3.5 Pendidikan Multikultural


Pendidikan multikultural adalah gerakan pembaharuan dan inovasi pendidikan dalam
rangka menanamkan kesadaran pentingnya hidup bersama dalam keragaman dan perbedaan,
dengan spirit kesetaraan dan kesederajatan, saling percaya, saling memahami dan menghargai
persamaan, serta perbedaan dan keunikan dalam segala bidang. Dengan demikian, terjalin
suatu relasi dan interdependensi dalam situasi saling mendengar dan menerima perbedaan
pendapat dalam pikiran terbuka, untuk menemukan jalan terbaik mengatasi konflik dan
menciptakan perdamaian melalui kasih sayang antar sesama.
Maka dari itu implementasi pendidikan multikultural tidak akan lepas dari konsep-
konsep pembaharuan pendidikan, karena pembaharuan pendidikan mempunyai
konsep konstruktif yang membentuk terwujudnya pendidikan multikultuural. Menurut Hujair
A.H. Sanaky, dalam melakukan pembaharuan, pendidikan diharapkan mengorientasikan
tujuan lebih bersifat problematis, strategis, aspiratif, menyentuh aspek aplikasi, serta dapat
merespons kebutuhan masyarakat. Kemudian dari kerangka ini, tujuan yang dirumuskan
meliputi aspek ilahiyah (teoretis), fisik dan intelektual, kebebasan (liberal), akhlak,
profesionalisme, berkualitas, dinamis, dan kreatif sebagai insan kamil dan dalam
kehidupannya.
3.6 Mengapa masih terjadi konflik pluralitas
Sering terjadi konflik pluraritas karena kurangnya kesadaran dari setiap individu
untuk menegakkan toleransi antar manusia yang mengakibatkan pendidikan multikultural
kurang berjalan efektif.

3.7 Sisi positif dan negative dari pluralitas social


Segi negatif adanya pluralisme di indonesia adalah
1. Rentan terhadap konflik. Hal ini disebabkan adanya perbedaan nilai dasar maik nilai
dasar budaya maupun agama. Karena perbedaan tersebut mengaburkan batasan
kesopanan, baik buruk, kesopanan. Tanpa adanya kedewasaan dalam bersikap,
perbedaan sikap dan perilaku akan membawa gesekan sosial yang berakibat konflik.
2. Munculnya sikap ekstrim dan fanatis terhadap kebudayaan, etnis, golongan atau
agamanya masing – masih dalam upaya untuk melindungi diri dari benturan
perbedaan yang bertubi-tubi.
3. Munculnya sifat etnosentrisme, yaitu sikap meremehkan kebudayaan dan masyarakat
lain.
Segi positif adanya pluralisme adalah:
1. Perbedaan di masyarakat memberkan ruang untuk individu agar lebih bisa
berkembang, dengan menentukan pilihan, cara dan tujuan hidupnya.
2. Pembelajaran sikap kedewasaan, saling menghargai karena benturan perbedaan,
keanekaragaman dan nilai-nilai yang memiliki perbedaan batasan.
3. Dalam proses integrasi pluralisme memberikan dampak posifif berupa pemaksimalan
potensi masing masing suku yang akan berdampak baik dan bermanfaat secara
nasional.

3.8 Faktor yang menyebabkan terjadinya pluralitas sosial


1. Masing – masing penganut agama cenderung memunculkan eksklusif, merasa paling
benar dan hebat
2. Sifat dari masing-masing agama yang mengandung misi dakwah
3. Kurangnya pengetahuan pemeluk agama akan agamanya dan pihak lain
4. Kaburnya batas untuk memegang teguh keyakinan dan toleransi dalam kehidupan
5. Perbedaan yang cukup mencolok antara status sosial, ekonomi dan pendidikan
6. Kurang adanya komunikasi antar pemimpin masing-masing etnis
7. Fanatisme yang berlebihan
BAB IV

Kesimpulan

Pluralitas sosial dapat ditemukan dalam berbagai aspek seperti politik, sosial, kiltural
dan sebagainya. Di berbagai aspek inilah di mungkinkan terjadinya konflik pluralitas sosial
yang menimbulkan dampak positif dan negatif. Dengan demikian dibutuhkan solusi
penyelesaian dimana salah satunya pendidikan miltikultural sebagai bentuk usaha
penyetaraan pluralitas sosial sebagai wujud penegak HAM.
DAFTAR PUSTAKA

Pius A. P, M. Dahlan, Kamus Ilmiah Popular, (Surabaya: Arkola, 1994), Cet. Ke-1, H.604. 2

Priyono.(2008). “Jurnal Pluralisme Agama”. 15. (02).

Sahfutra, S. A. (2014). “Gagasan Pluralisme Agama Gusdur untuk Kesetaraan dan


Kerukunan”. 10. (01).

Hamiruddin. (2012). “Dakwah Dan Perdebatan Pluralisme Agama“. Jurnal Dakwah


Tabligh. 13. (01). 1-16

Semadi Astra, I.G. “Pluralitas Dan Heterogenitas Dalam Konteks Pembinaan Kesatuan
Bangsa”. Jurnal Kajian Budaya. 10. (20). 1-18

Anda mungkin juga menyukai