BLOK HUMANIORA
TUTOR
KELOMPOK I
Nazilaturrohmah (171610101005)
UNIVERSITAS JEMBER
2017
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga
kami dapat menyelesaikan tugas laporan ini, tentang Memahami Pluralitas Sosial. Laporan
ini disusun untuk memenuhi hasil diskusi tutorial kelompok I pada skenario ketiga.
Penulisan laporan ini semuanya tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, oleh karena
itu penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada :
1. Bapak Wajihuddin, S.Pd, M.Hum selaku tutor yang telah membimbing jalannya diskusi
tutorial kelompok I Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember dan yang telah
memberi masukan yang membantu, bagi pengembangan ilmu yang telah didapatkan.
2. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini.
Dalam penyusunan laporan ini tidak lepas dari kekurangan dan kesalahan. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan demi perbaikan–
perbaikan dan kesempurnaan laporan inidi masa mendatang. Semoga laporan ini dapat
berguna bagi kita semua.
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
I.2. Skenario
I.3. Permasalahan
II.1. PengertianPluralitas
BAB IV KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Indonesia adalah suatu negara sangat besar dan luas yang terdiri dari beribu-ribu
pulau, dimana setiap pulau memiliki suku, etnis, budaya, dan bahasa yang berbeda.
Keberagaman ini bisa menjadi aset yang sangat berharga bagi bangsa Indonesia, tapi juga
sebaliknya, bisa menjadi bumerang bagi persatuan dan kesatuan bangsa. Bagi negara
multikultural seperti negara kita sangat rawan akan terjadinya konflik yang disebabkan oleh
perbedaan-perbedaan ini. Kehidupan multikultural di Indonesia memang merupakan potensi
konflik dalam berbagai hal, baik antar individu maupun antar kelompok, sebagai akibat dari
perbedaan perspektif, kepentingan, dan tujuan hidup mereka. Yang mana konflik-konflik
tersebut bisa mengancam kehidupan berbangsa dan bernegara. Konflik yang sering muncul
adalah konflik yang berbau SARA, seperti contohnya kasus Ahok, kasus saracen dan masih
banyak lagi. Konflik-konflik ini membawa banyak kerugian baik fisik maupun psikis bagi
masyarakat.
Oleh karena itu diperlukan solusi untukmengatasi konflik-konflik yang terjadi akibat
pluralisme ini. Karena sebagai negara yang menganut Bhinneka Tunggal Ika,sudah
sepantasnya kita saling menghargai perbedaan-perbedaan yang terjadi di sekitar kita guna
mempertahankan persatuan dan kesatuan bangsa. Oleh karena itu kelompok kami mencoba
untuk mengidentifikasi pluralitas sosial, faktor penyebab konflik pluralitas, dampak-dampak
yang ditimbulkannya baik positif maupun negatif, serta solusi untuk mencegah dan
menyelesaikannya.
I.2. Skenario
Mahasiswa yang ada di Fakultas Kedokteran Gigi berasal dari berbagai daerah dan
mempunyai latar belakang status sosial-ekonomi, agama dan latar belakang etnis yang
berbeda. Perbedaan itu rawan menimbulkan konflik sehingga pihak universitas berusaha
mencegah dengan cara memberikan pendidikan multikultural dalam program Orientasi
Kampus. Akan tetapi, ada saja kasus berbau SARA. Pada suatau hari Galang mahasiswa dari
salah satu daerah berkelahi dengan Cecep, mahasiswa dari daerah lain. Perkelahian tersebut
dipicu saling ejek mengenai latar belakang etnis masing-masing. Ada pula Via salah seorang
mahasiswi yang dikenal suka pilih-pilih teman. Ia hanya mau bergaul dengan teman-teman
dari kelas sosial-ekonomi tinggi dan enggan berkomunikasi dengan teman-teman lain. Ia pun
sering pergi menghindari teman-teman dengan latar belakang budaya tertentu dan
berprasangka bahwa mereka adalah orang-orang miskin yang kasar. Apabila ia berada dalam
satu kelompok dengan mereka, tak segan-segan ia minta dipindahkan ke kelompok lain. Jika
tetap harus berada di kelompok itu, ia tak mau bekerja sama.
I.3. Permasalahan
MANUSIA
INDIVIDU SOSIAL
SARA PLURALITAS
PENCEGAHAN KONFLIK
FAKTOR DAMPAK
SOLUSI
LINGKUNGAN
UMUM PENDIDIKAN
TINJAUAN PUSTAKA
Masyarakat multikultural adalah masyarakat yang terdiri dari dua atau lebih
komunitas (kelompok) yang secara kultural dan ekonomi terfragmentasi dan memiliki
struktur kelembagaan yang berbeda satu sama lain ( J. S Furnival).
Menurut Pierre L Van den Berghe masyarakat majemuk ditandai sebagai berikut.
1. Mengalami segmentasi ke dalam kelompok subkultur yang berbeda satu dengan yang
lain.
2. Memiliki struktur sosial dibagi menjadi lembaga nonkomplementer.
3. Kurang mengembangkan konsensus di antara anggota bahwa nilai-nilai dasar.
4. Relatif sering bertentangan antara satu kelompok dengan kelompok lainnya.
5. Secara relatif pertumbuhan integrasi sosial pada paksaan (pemaksaan) dan saling
ketergantungan di bidang ekonomi.
6. Adanya dominasi politik oleh satu kelompok atas yang lain.
Masyarakat multikultural adalah suatu masyarakat yang terdiri dari beberapa macam
komunitas budaya dengan segala kelebihannya, dengan sedikit perbedaan konsepsi mengenai
dunia, suatu sistem arti, nilai, bentuk organisasi sosial, sejarah, adat serta kebiasaan (“A
Multicultural society, then is one that includes several cultural communities with their
overlapping but none the less distinc conception of the world, system of [meaning, values,
forms of social organizations, historis, customs and practices”; Parekh, 1997 yang dikutip
dari Azra, 2007).
Sebuah ideologi yang mengakui dan mengagungkan perbedaan dalam kesederajatan baik
secara individual maupun secara kebudayaan (Suparlan, 2002, merangkum Fay 2006, Jari dan
Jary 1991, Watson 2000)
Menurut Muhammad Imarah (1999: 9) pluralitas adalah kemajemukan yang didasari oleh
keutamaan (keunikan) dan kekhasan. Konsep pluralitas mengandaikan adanya hal-hal yang
lebih dari satu (many), keragaman menunjukkan bahwa keberadaan yang lebih dari satu itu
berbeda-beda, heterogen, dan bahkan tak dapat disamakan.
Menurut Momon Sudarma (2008: 44) sikap pluralis yaitu sikap mengakui ada hak orang
lain untuk menganut agama yang berbeda dengan dirinya. Fakta sosial yang menunjukkan
agama di Indonesia beranekaragam. Pemahaman masyarakat Indonesia dalam beragama
belum menunjukkan sikap pluralis, fenomena yang ada adalah sikap beragama bersifat
heterogen. Misalnya ada yang puritan, modern, dan sinkretik.
Bab III
Pembahasan
Pluralitas dapat ditinjau dan dimaknakan dari berbagai titik pandang. Dalam bahasa
Indonesia bisa diartikan sebagai "faham" yang menunjukkan adanya kemajemukan. Ini
mengacu kepada kenyataan bahwa di dalam hidup ini kita tidak hanya menghadapi sesuatu
yang tunggal. Kenyataan itu lebih dari satu. Maka, pluralitas adalah status yang
memperlihatkan kenyataan bahwa memang lebih dari satu. Asal-usul pluralisme secara
harfiah dapat ditelusuri dalam bahasa Latin: plus, pluris yang berarti "lebih". Secara filosofis,
pluralisme adalah wejangan yang menekankan bahwa kenyataan terdiri atas kejamakan
dan/atau kemajemukan individu-individu yang berdiri sendiri-sendiri.
Dari kacamata sosiologi, pluralitas mengacu kepada sebuah masyarakat di mana berbagai
kelompok-kelompok sosial yang berbeda dalam posisinya masing-masing mempunyai
pemikiran-pemikiran sendiri mengenai apa yang diingini secara sosial. Dengan demikian,
setiap masyarakat dibangun atas bagian-bagian masyarakat tadi, yang diwujudkan dalam
lembaga-lembaga sosial. Semakin bagian-bagian masyarakat ini bersifat institusional,
semakin tampak wujud pluralisme di dalam masyarakat. Setiap individu di dalam sebuah
masyarakat adalah anggota dari kemajemukan institusi-institusi sosial itu.
SARA adalah berbagai pandangan dan tindakan yang didasarkan pada sentimen
identitas yang menyangkut keturunan, agama, kebangsaan atau kesukuan dan golongan.
Setiap tindakan yang melibatkan kekerasan, diskriminasi dan pelecehan yang didasarkan
pada identitas diri dan golongan dapat dikatakan sebagai tidakanSara.
Kesimpulan
Pluralitas sosial dapat ditemukan dalam berbagai aspek seperti politik, sosial, kiltural
dan sebagainya. Di berbagai aspek inilah di mungkinkan terjadinya konflik pluralitas sosial
yang menimbulkan dampak positif dan negatif. Dengan demikian dibutuhkan solusi
penyelesaian dimana salah satunya pendidikan miltikultural sebagai bentuk usaha
penyetaraan pluralitas sosial sebagai wujud penegak HAM.
DAFTAR PUSTAKA
Pius A. P, M. Dahlan, Kamus Ilmiah Popular, (Surabaya: Arkola, 1994), Cet. Ke-1, H.604. 2
Semadi Astra, I.G. “Pluralitas Dan Heterogenitas Dalam Konteks Pembinaan Kesatuan
Bangsa”. Jurnal Kajian Budaya. 10. (20). 1-18