Anda di halaman 1dari 21

SKENARIO 2

TEKNIK SAMPLING

STEP 1: KATA SULIT

1. Teknik Sampling
Upaya yang dilakukan untuk mendapat kan sebuah sampel dari suatu populasi yang
bertujuan untuk mempercepat waktu, dan mempermudah dalam penelitian. Dalam
melakukan teknik sampling Harus melihat populasi, survei, dan mengambil
elemen/sampel dan Objek penelitian homogen.
Teknik sampling dibagi menjadi 2, yaitu probability sampling dan non probability
sampling.
2. Heterogen
Pendudukan dari latar belakang yang berbeda/beraneka ragam.
3. Stain gigi
Deposit berpigmen pada gigi, terjadi dari penempelan warna makanan, rokok, dll.
Warna yang berada di gigi. Langsung, terjebak dalam plak, dan terkandung dalam gigi.
Intrinsik & ekstrinsik
4. Survei
Suatu kegiatan observasi sebelum penelitian. Dilakukan sampel frame. Juga dapt
diartikan dengan suatu penelitian yang dilakukan terhadap sample.
5. Populasi
Wiliyah yang terdiri dari objek atau keseluruhan unit atau individu yang ingin diteliti.
populasi dapat dibedakan ke dalam hal berikut ini:
1. Populasi teoretis (teoritical population), yakni sejumlah populasi yang batas-
batasnya ditetapkan secara kualitatif. Kemudian agar hasil penelitian berlaku juga
bagi populasi yang lebih luas, maka ditetapkan terdiri dari guru; berumus 25 tahun
sampai dengan 40 tahun, program S1, jalur skripsi, dan lain-lain.
2. Populasi yang tersedia (accessible population), yakni sejumlah populasi yang secara
kuantitatif dapat dinyatakan dengan tegas. Misalnya, guru sebanyak 250 di kota
Bandung terdiri dari guru yang memiliki karakteristik yang telah ditetapkan dalam
populasi teoretis.
3. Populasi yang bersifat homogen, yakni populasi yang unsur-unsurnya memiliki
sifat yang sama, sehingga tidak perlu dipersoalkan jumlahnya secara kuantitatif.
Misalnya, seorang dokter yang akan melihat golongan darah seseorang, maka ia
cukup mengambil setetes darah saja. Dokter itu tidak perlu satu botol, sebab setetes
dan sebotol darah, hasilnya akan sama saja.
4. Populasi yang bersifat heterogen, yakni populasi yang unsurunsurnya memiliki sifat
atau keadaan yang bervariasi, sehingga perlu ditetapkan batas-batasnya, baik secara
kualitatif maupun secara kuantitatif. Penelitian di bidang sosial yang objeknya
manusia atau gejala-gejala dalam kehidupan manusia menghadapi populasi yang
heterogen.
6. Generalisasi
Proses penalaran untuk menentukan kesimpulan (sampel ke populasi). Yang terdiri dari
generalisasi sempurna dan non-sempurna

STEP 3 : RUMUSAN MASALAH SERTA PENJELASAN

1. Definisi sampling?
Upaya yang dilakukan untuk mendapat kan sebuah sampel dari suatu populasi yang
bertujuan untuk mempercepat waktu, dan mempermudah dalam penelitian. Dalam
melakukan teknik sampling Harus melihat populasi, survei, dan mengambil
elemen/sampel dan Objek penelitian homogen. Teknik sampling boleh dilakukan bila
populasi bersifat homogen atau memiliki karakteristik yang sama atau setidak-tidaknya
hampir sama. Bila keadaan populasi bersifat heterogen, sampel yang dihasilkannya
dapat bersifat tidak representatif atau tidak dapat menggambarkan karakteristik
populasi. Teknik sampling dibagi menjadi 2, yaitu probability sampling dan non
probability sampling.
2. Apa saja tujuan dan manfaat sampling, dan apa saja syarat untuk teknik sampling?
Tujuan teknik sampling
a. Menghemat Biaya Menghemat Biaya
Karena data yang dikumpulkan hanya sebagian dari populasi.
b. Mempercepat Hasil Survei
Pada umumya data yang dibutuhkan segera, sehingga berbagai perencanaan
segera dapat dilakukan.
c. Cakupan Materi Lebih Besar
Data yang diperlukan biasanya beragam dan cukup banyak, sehingga tidak
mungkin dikumpulkan melalui pencacahan lengkap. Data yang dikumpulkan
melalui sensus lengkap biasanya sangat terbatas.
d. Akurasi Lebih Tinggi
Pada sensus jumlah petugas dan responden yang besar akan mengakibatkan
tingkat kesalahan yang juga besar terutama kesalahan yang diakibatkan bukan
oleh teknik sampling yang disebut dengan Non Sampling Error (kuesioner yang
kurang baik, konsep dan definisi yang kurang tepat, jawaban responden yang
salah, maupun kesalahan dalam proses pengolahan)

Syarat teknik sampling :

a) akurasi tinggi, presisi (sedekat mana sampel untuk mewakili populasi), tidak
ada yg dihitung duakali, sampel harus baru, harus tersebar, unbiased, efisien,
konsisten
3. Apa macam – macam teknik sampling dan jelaskan? Kekurangan dan kelebihan
a. Probability =sampel tidak berpeluang nol
- Simple Random sampling
pengambilan secara acak, bersifat homogen. Dengan mendifinisi kan sampel,
menentukan, memeberi nomer urut, membuat tabel acak.
dinyatakan simple (sederhana) karena pengambilan sampel anggota populasi
dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu.
Harus tersedia daftar sampling. Bisa dengan undian (populasi sedikit < 100)
- Sistematik sampling
Pada sampling ini yang dipilih secara acaknya hanya nomor sampel urutan
pertama, kemudian nomer urutan selanjutnya ditentukan secara sistematik dengan
meloncat sebesar kelipatan angka sebesar N/n. Atau Pengambilan sampel dapat
dilakukan dengan nomor ganjil saja, genap saja, atau kelipatan dari bilangan
tertentu, misalnya kelipatan dari bilangan lima
- Stratified sampling
dibagi setiap strata-strata, semua ciri-ciri heterogen terwakili. Terdiri dari
Proportionate Stratified Random Sampling dan Disproportionate Stratified Random
Sampling
- Cluster sampling
digunakan jika populasi heterogen,dan terdiri dari kelompok-kelompok tertentu
atau wilayah tertentu. Teknik sampling daerah digunakan untuk menentukan
sampel bila objek yang akan diteliti sangat luas, misal penduduk dari suatu negara,
propinsi atau kabupaten.
(+) Biaya rendah (-) kurang efisien
- Multistage
Pada populasi yang sangat kompleks terdiri atas unit populasi yang terdiri dari
beberapa strata dan berada dalam clusters atau areas yang heterogen. Keuntungan :
mendapat sampel yang maksimal.
- Probabilitas proposal

b. Nonprobability = sampel berpeluang nol, tidak dilakukan secara random. Biaya


sedikit
- Kuota
Menentukan sampel dari populasi yang mempunyai ciri-ciri tertentu sampai
jumlah (kuota) yang diinginkan peneliti. Secara kuantitatif
- Sukarela = hasil kurang tepat
- Kebetulan/ Convinience
secara kebetulan. Sampling secara kebetulan pada subjek yang ditemui atau
mudah ditemui.
- Snowball/network = sampel pertama yg menentukan kriteria untuk sampel kedua.
Sampel yg mula2 sedikit menjadi banyak.
- Purposive = sampel sesuai tujuan (kriteria(kualitatif) tertentu) peneliti, mudah
dilakukan, mudah mendapatkan sampel. Dibagi menjadi 2 : judgemental & kuota

c. Mix sampling
- sistematik sampling
4. Apa jenis sampling yang cocok dari skenario?
Jenis sampling yang cocok yaitu Cluster random sampling. Karena pada skenario
terdapat ciri-ciri cluster random sampling, yaitu :
1. Penduduk yang heterogen
2. Mempunyai luas kurang lebih 35 km2, dengan jumlah penduduk 1000 jiwa.
Kecamatan terdiri dari 12 desa.
3. Digeneralisasikan ke populasi
STEP 4: MIND MAPPING

Populasi

Masalah

Teknik
Sampling

Tujuan Dan
Definisi Klasifikasi
Manfaat

Non
Probability
Probability

1. Simple Random Sampling 1. Accidental Sampling


2. Sistematik Random Sampling 2. Purposive Sampling
3. Stratified Random Sampling 3. Snowball Sampling
4. Cluster Random Sampling
4. Kuota Sampling
5. MultiStage Sampling

STEP 5: LEARNING OBJECTIVE

1. Mahasiswa mampu mengetahui dan menjelaskan definisi dan syarat teknik sampling .
2. Mahasiswa mampu mengetahui dan menjelaskan tujuan dan manfaat teknik sampling.
3. Mahasiswa mampu mengetahui dan menjelaskan klasifikasi teknik sampling serta
kekurangan dan kelebihan dari masing-masing.
4. Mahasiswa mampu mengetahui dan menjelaskan proporsi pengambilan sampel.
Step 7

1. Definisi sampling
Sebelum mendefinisikan mengenai teknik sampling, kita harus mengetahui apa itu
sampel. Menurut Sugiyono (2016:81) mendefinisikan sampel adalah sebagai berikut: “Sampel
adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Pengukuran
sampel merupakan suatu langkah untuk menentukan besarnya sampel yang diambil dalam
melaksanakan penelitian suatu objek. Untuk menentukan besarnya sampel bisa dilakukan
dengan statistik atau berdasarkan estimasi penelitian. Pengambilan sampel ini harus dilakukan
sedemikian rupa sehingga diperoleh sampel yang benar-benar dapat berfungsi atau dapat
menggambarkan keadaaan populasi yang sebenarnya, dengan istilah lain harus representatif
(mewakili).”
Margono (2010) menyatakan bahwa yang dimaksud dengan teknik sampling adalah
cara untuk menentukan sampelyang jumlahnya sesuai dengan ukuran sampel yang akan
dijadikan sumber data sebenarnya, dengan memperhatikan sifat-sifat dan penyebaran populasi
agar diperoleh sampel yang representatif. Untuk menentukan sampel yang akan digunakan
dalam penelitian, terdapat berbagai teknik sampling yang digunakan.

2. Tujuan dan manfaat teknik sampling

Tujuan utama dari sebuah riset adalah untuk memperoleh informasi tentang
karakteristik atau parameter dari populasi. Atau, hakikat dari sebuah penelitian adalah ingin
memperoleh informasi mengenai karakteristik atau parameter dari suatu objek yang diamati.
Objek yang diamati itu dapat dilihat secara keseluruhan (populasi) atau secara parsial (sampel).
Dua pilihan tersebut diambil bergantung pada beberapa hal. Artinya, peneliti dapat
memutuskan untuk menggunakan populasi sebagai sumber informasi atau hanya diambil
sampelnya saja (Amirullah, 2015).
Ada tiga tujuan penarikan sampel, yaitu (a) estimasi atau penaksiran, (b) pengujian hipotesis
dan (c) prediksi atau peramalan. Di samping tujuan tujuan yang lain, seperti agar penelitian
lebih murah, lebih mudah, lebih hemat, dsb (Hanief, 2017).

1. Tujuan untuk estimasi pada sampel adalah usaha untuk menentukan setepat mungkin
nilai dari parameter suatu populasi. Untuk mencoba menentukan nilai tersebut
dipergunakanlah sampel. Proses penaksiran itu pada umumnya dilakukan dengan
menghitung terlebih dahulu statistik sampel, yaitu bilangan hasil hitungan yang
menunjukkan atau menerangkan sifat suatu sampel. Telah disinggung sebelumnya
bahwa kedudukan statistik sampel adalah sama dengan kedudukan parameter bagi
populasi. Dengan demikian didalam estimasi, dipergunakan statistik sampel yang
berfungsi sama atau sebagai penaksir parameter. Tentu di dalam estimasi terkandung
juga kemungkinan kesalahan yang mungkin terjadi, yang mungkin besar yang mungkin
pula sangat kecil.
2. Permasalahan yang diajukan dalam suatu penelitian pada umumnya diusahakan untuk
dijawab secara teoritis. Berdasarkan teori-teori yang ada dapat diperoleh jawaban
terhadap permasalahan yang dihadapi secara nyata dalam permasalahan aktual, namun
jawaban tersebut dinilai masih teoritis saja, jawaban teoritis itulah yang disebut
hipotesis. Oleh karena jawaban masih dianggap teoritis maka dibutuhkan pengujian
secara empiris, berdasarkan kenyataan yang ada di lapangan. Kenyataan di lapangan
itulah yang pada umumnya mempergunakan sampel.
3. Tujuan peramalan adalah usaha untuk menentukan suatu atau beberapa nilai yang
belum terobservasi/teramati berdasarkan data yang sudah dimiliki atau sudah
diobservasi Data data yang sudah terobservasi itulah yang menjadi sampel untuk
peramalan atau prediksi Sebagai contoh analisis terhadap sampel yang dipergunakan
untuk prediksi atau peramalan adalah analisis regresi. Sudah barang tentu, peramalan
tersebut masih memiliki kemungkinan adanya kesalahan.

Menurut supriyadi (2014) keuntungan menggunakan metode sampling, antara lain:

1. Menghemat Biaya Menghemat Biaya


Karena data yang dikumpulkan hanya sebagian dari populasi. Karena merupakan
sample, maka petugas yang dibutuhkan lebih sedikit, hemat biaya percetakan, biaya
pelatihan, pencacahan, dan pengolahan.
2. Mempercepat Hasil Survei
Pada umumya data yang dibutuhkan segera, sehingga berbagai perencanaan segera
dapat dilakukan. Dengan melakukan survei sample maka pelaksanaan lapangan dan
pengolahan tentunya akan jauh lebih cepat diselesaikan.
3. Cakupan Materi Lebih Besar
Data yang diperlukan biasanya beragam dan cukup banyak, sehingga tidak mungkin
dikumpulkan melalui pencacahan lengkap. Data yang dikumpulkan melalui sensus
lengkap biasanya sangat terbatas. Variable yang dicakup sangat dibatasi pada variable
dasar saja.
4. Akurasi Lebih Tinggi
Pada sensus jumlah petugas dan responden yang besar akan mengakibatkan tingkat
kesalahan yang juga besar terutama kesalahan yang diakibatkan bukan oleh teknik sampling
yang disebut dengan Non Sampling Error. Non Sampling Error dapat diakibatkan oleh tidak
terpenuhi kualifikasi petugas yang baik, kuesioner yang kurang baik, konsep dan definisi yang
kurang tepat, jawaban responden yang salah, maupun kesalahan dalam proses pengolahan.

3. Klasifikasi Teknik Sampling


Teknik sampling pada dasarnya dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu Probability
Sampling dan Nonprobability Sampling. Probability sampling meliputi: simple random
sampling, stratified random sampling, systematic random sampling, multistage random
sampling, dan cluster random sampling. Probability sampling adalah teknik sampling dengan
setiap anggota populasi memiliki peluang sama dipilih menjadi sampel. Dengan kata
lain, semua anggota tunggal dari populasi memiliki peluang tidak nol. Nonprobability
sampling merupakan pemilihan sampel dengan tidak menghiraukan prinsip-prinsip probability.
Pemilihan sampel nonprobability tidak secara random. Hasil yang diharapkan hanya
merupakan gambaran kasar tentana suatu keadaan. Cara ini dipergunakan : Bila biaya sangat
sedikit , hasilnya diminta segera, tidak memerlukan ketepatan yanq tinggi, karena hanya
sekedar gambaran umum saja. Nonprobability sampling meliputi: sampling sistematis,
sampling kuota, sampling aksidental, purposive sampling, sampling jenuh, dan snowball
sampling.

A. Probability Sampling
1. Sampel Random Sederhana (Simple Random Sampling).
Proses pengambilan sampel dilakukan dengan memberi kesempatan yang sama pada setiap
anggota populasi untuk menjadi anggota sampel. Jadi disini proses memilih sejumlah sampel
n dari populasi N yang dilakukan secara random. Ada 2 cara yang dikenal yaitu:
Bila jumlah populasi sedikit, bisa dilakukan dengan cara mengundi "Cointoss".
Tetapi bila populasinya besar, perlu digunakan label "Random Numbers" yang prosedurnya
adalah sebagai berikut:
Misalnya populasi berjumlah 300 (N=300).
1. Tentukan nomor setiap unit populasi (dari 1 s/d 300 = 3 digit/kolom).
2. Tentukan besar sampel yang akan diambil. (Misalnya 75 atau 25 %)
3. Tentukan skema penggunaan label random numbers. (misalnya dimulai dari 3
kolom pertama dan baris pertama) dengan menggunakan tabel random numbers,
tentukan unit mana yang terpilih, sebesar sampel yang dibutuhkan, yaitu dengan
mengurutkan angka-angka dalam 3 kolom pertama, dari atas ke bawah, setiap
nomor ≤ 300, merupakan nomor sampel yang diambil (100, 175, 243, 101), bila ada
nomor ≥ 300, tidak diambil sebagai sampel (N = 300). Jika pada lembar pertama
jumlah sampel belum mencukupi, lanjutkan kelembaran berikutnya, dan
seterusnya. Jika ada nomor yang serupa dijumpai, di ambil hanya satu, karena setiap
orang hanya mempunyai 1 nomor identifikasi.
Keuntungan :
a. Prosedur estimasi mudah dan sederhana.
Kekurangan :
a. Membutuhkan daftar seluruh anggota populasi
b. Sampel mungkin tersebar pada daerah yang luas, sehingga membutuhkan
biaya transportasi yang besar.

2. Sampel Random Sistematik (Systematic Random Sampling)


Metode sampling ini mengambil sampel secara sistematik dengan interval atau jarak
tertentu dari suatu kerangka sampel yang sudah diurutkan. Setiap sampel pertama dipilih
berdasarkan acak kemudian diambil sampel selanjutnya sesuai interval atau jarak yang telah
ditetapkan peneliti.. Metode ini memerlukan kerangka sampel yang memiliki nomor urut
(ordered). Misalnya, setiap pasien yang ketiga yang berobat di RSGM, diambil sebagai sampel
(pasien no. 3, 6, 9, 15 dst).
Berikut prosedur pengambilan sampel random sistemik:
Langkah 1 Menentukan jumlah dan daftar elemen/unit sampling dalam populasi
Langkah 2 Menentukan besar sampel (n)
Langkah 3 Menentukan lebar interval (populasi/n)=k
Langkah 4 Memilih sampel urut pertama (dalam interval pertama)
menggunakan pengambilan acak

Kelebihan dan kekurangan

a. Kelebihan
1. Perencanaan dan penggunaannya mudah
2. Sampel tersebar di daerah populasi
b. Kekurangan
1. Membutuhkan daftar populasi
3. Sampel Random Berstrata (Stratified Random Sampling)

Metode ini membagi populasi ke dalam kelompok-kelompok yang homogen (strata).


Kemudian dari tiap strata diambil sampel secara simple random sampling. Strata adalah
kelompok yang memiliki karakteristik tertentu yang akan diteliti. Misalnya jenis kelamin laki-
laki dan perempuan, usia, income, pekerjaan,dll. Dari strata yang ada, dipilih sampel secara
proporsional (jumlah sampel tiap strata tergantung dengan perbandingan jumlah sesungguhnya
dalam populasi). Sedangkan disproporsional, tidak memperhitungkan hal tersebut. Berikut ini
prosedur pengambilan sampel secara stratified random sampling:
Langkah 1 Menentukan jumlah elemen/unit sampling dalam populasi
Langkah 2 Menentukan jumlah strata yang diinginkan (k)
Langkah 3 Membagi elemen/unit sampling ke dalam strata yang ada
Langkah 4 Memberikan nomor urut masing-masing elemen pada setiap strata
Langkah 5 Menentukan besar sampel (n)
Langkah 6 Menentukan apakah proporsional atau disproporsional

Langkah 7 Menentukan jumlah sampel yang Menentukan proporsi (p)setiap


akan dipilih pada setiap strata strata dalam populasi (jumlah
(n/k)  disproporsional elemen tiap strata/total
populasi)  proporsional
Langkah 8 Memilih n menggunakan Menentukan jumlah sampel
pengambilan acak, tabel nomor yang akan dipilih pada setiap
acak atau program komputer  strata (nxp)  proporsional
disproporsional
Langkah 9 Memilih n menggunakan pengambilan acak, tabel nomor acak atau
program komputer
Contoh peneliti ingin meneliti perilaku merokok mahasiswa FKG UNEJ. Dari 1000 mahasiswa
dibuat strata laki-laki dan perempuan diperoleh strata laki-laki 400 orang dan strata perempuan
600 orang. Bila dibutuhkan 100 sampel, maka :
a. Disproporsional  masing-masing strata diambil (100/2) 50 sampel.
b. Proporsional  Proporsi strata laki-laki (400/1000)x100 maka sampel yang diambil
dari strata laki-laki sebanyak 40 sampel sedangkan dari strata perempuan
(600/1000)x100=60 sampel.
Kelebihan dan kekurangan

a. Kelebihan
1. Taksiran mengenai karakteristik populasi lebih tepat
b. Kekurangan
1. Daftar populasi setiap strata diperlukan
2. Jika daerah geografisnya luas, biaya transportasi tinggi
4. Cluster Sampling

Teknik sampling daerah digunakan untuk menentukan sampel bila obyek yang akan
diteliti atau sumber data sangat luas, misal penduduk dari suatu negara, propinsi atau
kabupaten. Untuk menentukan penduduk mana yang akan dijadikan sumber data, maka
pengambilan sampelnya berdasarkan daerah populasi yng telah ditetapkan.
Misalnya di Indonesia terdapat 30 propinsi dan sampel akan menggunakan 15 propinsi,
maka pengambilan 15 propinsi itu dilakukan secara random. Tetapi perlu diingat, karena
propinsi-propinsi di Indonesia itu berstrata (tidak sama) maka pengambilan sampelnya perlu
menggunakan stratified random sampling. Propinsi di Indonesia ada yang penduduknya padat,
ada yang kaya tambang ada yang tidak dll, karakteristik semacam ini perlu diperhatikan
sehingga pengambilan sampel menurut strata populasi itu dapat ditetapkan.
Teknik sampling daerah ini sering digunakan melalui 2 tahap, yaitu tahap pertama
menentukan sampel daerah dan tahap berikutnya menentukan orang-orang yang ada pada
daerah dan tahap berikutnya menentukan orang-orang yang ada pada daerah itu secara
sampling juga.

Gambar. Teknik Cluster Random Sampling

5. Multistage Random Sampling

Multistage Random Sampling adalah pengambilan sampel dilakukan secara acak


bertingkat dangan skala wilayah penelitian yang luas. Penelitian pada skala nasional yang
dilaksanakan hampir di seluruh wilayah suatu negara menggunakan multistage random
sampling. Hal tersebut karena pada penelitian skala nasional tentu memperhitungkan
keterbatasan maupun ketersediaan dana, waktu, dan tenaga terutama saat pengumpulan data.
Penelitian tersebut perlu melakukan random sampling level propinsi, kabupaten, kecamatan,
kelurahan atau desa serta dusun atau RT/RW. Selain itu dapat juga dilakukan random sampling,
misalnya dimulai pada level kecamatan, desa, dan seterusnya. Dengan demikian random yang
diakui berjenjang tersebut dikenal sebagai multistage random sampling. Menurut Walzt (2010)
mengingat metode ini adalah acak berjenjang yaitu pada primary sampling unit, secondary
sampling unit, tertiary sampling unit dan basic sampling unit atau element.

Non-probability Sampling

1. Purposive sampling
Purposive sampling adalah teknik pengambilan data dengan pertimbangan tertentu
(Sugiyono, 2010). Pengertian Purposive sampling dari beberapa ahli adalah sebagai berikut.
Menurut Arikunto (2010) pengertiannya adalah teknik mengambil sampel dengan tidak
berdasarkan random, daerah atau strata, melainkan berdasarkan atas adanya pertimbangan yang
berfokus pada tujuan tertentu. Menurut Notoatmodjo (2010) pengertiannya adalah
pengambilan sampel yang berdasarkan atas suatu pertimbangan tertentu seperti sifat-sifat
populasi ataupun ciri-ciri yang sudah diketahui sebelumnya. Menurut Sugiyono (2010)
pengertiannya adalah teknik untuk menentukan sampel penelitian dengan beberapa
pertimbangan tertentu yang bertujuan agar data yang diperoleh nantinya bisa lebih
representatif. Pertimbangan tertentu ini, misalnya orang tersebut yang dianggap paling tahu
tentang apa yang kita harapkan, atau mungkin dia sebagai penguasa sehingga akan
memudahkan peneliti menjelajahi obyek atau situasi sosial yang diteliti.
Menurut Margono (2010: 128), pemilihan sekelompok subjek dalam purposive
sampling, didasarkan atas ciri-ciri tertentu yang dipandang mempunyai sangkut paut yang erat
dengan ciri-ciri populasi yang sudah diketahui sebelumnya. Degan kata lain unit sampel yang
dihubungi disesuaikan dengan kriteria-kriteria tertentu yang diterapkan berdasarkan tujuan
penelitian.
Menurut Arikunto (2010): ”Sampel bertujuan atau purposive sampling dilakukan
dengan cara mengambil subjek bukan didasarkan atas strata, random, atau daerah tetapi
didasarkan atas adanya tujuan tertentu”. Purposive sampling ini bertujuan untuk menentukan
sampel secara sengaja, dimana kelas yang dipilih memiliki kemampuan awal yang sama bukan
berdasarkan random,strata atau agama yang sama.
Berdasarkan buku prosedur penelitian oleh arikunto (2010:183) menjelaskan bahwa
syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam menentukan sampel berdasarkan tujuan tertentu,
yaitu:
a. Pengambilan sampel harus didasarkan atas ciri-ciri, , sifat-sifat atau karakteristik
tertentu, yang merupakan ciri-ciri pokok populasi
b. Subjek yang diambil sebagai sampel benar-benar merupakan subjekyang paling
banyak mengandung ciri-ciri yang terdapat pada populasi
c. Penentuan karakteristik populasi dilakukan dengan cermat di dalam studi
pendahuluan
Langkah dalam menerapkan teknik ini adalah sebagai berikut:
1. Tentukan apakah tujuan penelitian mewajibkan adanya kriteria tertentu pada sampel agar
tidak terjadi bias
2. Tentukan kriteria-kriteria
3. Tentukan populasi berdasarkan studi pendahuluan yang teliti.
4. Tentukan jumlah minimal sampel yang akan dijadikan subjek penelitian serta memenuhi
kriteria.
Kelebihan :
1. Sampel terpilih adalah sampel yang sesuai dengan tujuan penelitian
2. Teknik ini merupakan cara yang mudah untuk dilaksanakan
3. Sampel terpilih biasanya adalah individu atau personal yang mudahditemui atau didekati
oleh peneliti
Kekurangan:
1. Tidak ada jaminan bahwa jumlah sampel yang digunakan representatifdalam segi jumlah
2. Dimana tidak sebaik sample random sampling
3. Bukan termasuk metode random sampling
4. Tidak dapat digunakan sebagai generalisasi untuk mengambil kesimpulan statistik.
Contoh :
Apabila peneliti akan meneliti dengan judul “Pengaruh konsumsi tablet besi selama
hamil terhadap kadar hemoglobin pasca melahirkan.” Maka peneliti menetapkan kriteria
khusus sebagai syarat populasi (ibu hamil) yang dapat dijadikan sampel, yaitu apabila ibu
tersebut tidak mempunyai berbagai jenis penyakit anemia. Alasannya ditetapkan kriteria
tersebut adalah karena kadar hemoglobin tidak hanya disebabkan oleh konsumsi tablet besi,
melainkan oleh berbagai penyebab lainnya yang mendasar seperti penyakit anemia
megaloblastik, anemia aplastik atau berbagai jenis anemia lainnya.
Contoh diatas menunjukkan pada kita, bahwa ditetapkannya kriteria tersebut adalah
agar tidak terjadi bias hasil penelitian. Sehingga hasil penelitian dengan menggunakan teknik
purposive tersebut dapat lebih memberikan hasil yang representatif.

2. Kuota Sampling
Menurut Sugiyono (2010) menyatakan bahwa sampling kuota adalah teknik untuk
menentukan sampel dari populasi yang mempunyai ciri-ciri tertentu sampai jumlah (kuota)
yang diinginkan. Menurut Margono (2010: 127) dalam teknik ini jumlah populasi tidak
diperhitungkan akan tetapi diklasifikasikan dalam beberapa kelompok. Sampel diambil dengan
memberikan jatah atau quorum tertentu terhadap kelompok. Pengumpulan data dilakukan
langsung pada unit sampling. Setelah kuota terpenuhi, pengumpulan data dihentikan. Teknik
ini hampir sama dengan teknik purposif.
Quota sampling dapat juga disebut sebagai judgment sampling dua tahap dimana :
Tahap I : Peneliti merumuskan kategori kontrol atau quota dari populasi yang akan diteliti
Tahap II : Penentuan bagaimana sampel akan diambil, dapat secara convinience atau judgment,
tergantung situasi dan kondisi penelitian serta kemampuan peneliti.
Kelebihan
1. Rendahnya biaya penelitian yang dikeluarkan.
2. Ada keleluasaan peneliti untuk menentukan elemen-elemen untuk setiap quotanya.
Bahkan pada kondisi tertentu, hasil penelitian dpat menyamai hasil penelitian yang
dilakukan dengan salah satu teknik sampling yang termasuk rumpun probability sampling
(Sugiarto, 2003)
Kekurangan :
Ditinjau dari bias yang mungkin terjadi, terlihat bahwa dengan teknik sampling ini akan
diperoleh data yang sangat beragam. Kondisi ini secara langsung akan berakibat pada tingginya
tingkat kesulitan dalam merumuskan hasil penelitian. Penyebab bias yang lainnya adalah tidak
adanya suatu prosedur atau tata cara yang baku bagi pewawancara dan teknik wawancaranya.
Permasalahan bertambah lagi dengan kenyataan di lapangan bahwa pewawancara cenderung
mencari lokasi/tempat-tempat dimana sampel dapat ditemukan dan kadang pewawancara
memilih-milih responden untuk diwawancarai berdasarkan kriteria yang tidak dapat diterima
seperti penampilan (gaya berpakaian, sikap), jenis kelamin, ras dan lain sebagainya (Sugiarto,
2003).
Contoh :
Misalkan akan diteliti kebiasaan membaca koran dari orang dewasa di Jakarta yang
diperkirakan berjumlah 4 juta orang. Aplikasi Quota sampling dilaksanakan dengan
menentukan kategori-kategori kontrol sebagai berikut:
a. Jenis Kelamin: Pria dan Wanita
b. Usia : 18-30
31-45
46-60
> 60 tahun
Dalam kaitannya dengan penelitian ini, mungkin Quota sampling bukan merupakan
satu-satunya pilihan, tetapi karena dengan Quota sampling kita dapat membuat pencerminan
dari populasinya maka Quota sampling dipilih. Kembali ke contoh di atas anggaplah akan
diambil 10.000 sampel dan diketahui beberapa informasi dari populasinya (berkaitan dengan
kategori kontrol) sebagai berikut:
a. Jenis Kelamin : Pria 60%
Wanita 40%
b. Usia : 18-30 40%
31-45 30%
46-60 23%
> 60 tahun 7%
Atas dasar informasi tersebut maka komposisi dari sampel (10.000 orang), harus mengandung
60 % pria, 40 % wanita, dan dari 10.000 sampel tersebut harus terdiri dari 40 % orang yang
berusia antara 18-30 tahun, 30 % berusia 31-45 tahun, 23 % berumur antara 46-60 tahun, 7 %
berusia > 60 tahun. Inilah yang dimaksud dengan Quota sampling dimana kita berusaha
membuat pencerminan terhadap komposisi dari populasinya dengan harapan agar statistik yang
diperoleh sedapat mungkin mendekati nilai parameternya.

3. Accidental Sampling
Sampling aksidental adalah teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu
siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila
dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data (Sugiyono, 2001: 60).
Menurut Margono (2004: 127) menyatakan bahwa dalam teknik ini pengambilan
sampel tidak ditetapkan lebih dahulu. Peneliti langsung mengumpulkan data dari unit sampling
yang ditemui. Misalnya penelitian tentang pendapat umum mengenai pemilu dengan
mempergunakan setiap warga negara yang telah dewasa sebagai unit sampling. Peneliti
mengumpulkan data langsung dari setiap orang dewasa yang dijumpainya, sampai jumlah yang
diharapkan terpenuhi.

4. Snowball Sampling
Snowball sampling merupakan metode pengambilan sampel yang mula – mula
dilakukan dalam jumlah yang sedikit, kemudian sampel yang terpilih pertama diminta untuk
memilih sampel yang berikutnya sehingga jumlah sampel bertambah sampai kebutuhan
terpenuhi. Teknik sampling snowball sebagai salah satu teknik sampling yang dapat diandalkan
untuk mendapatkan data dari responden guna menjawab permasalahan penelitian lapangan
yang khusus (Nina Nurdiani, 2014).
Ada beberapa Kelebihan Teknik Sampling Snowball, antara lain: a) penelitian dapat
dimulai dengan informasi yang terbatas dari responden awal namun pada akhirnya informasi
berkembang luas dan mendalam: b) membantu menemukan pihak-pihak yang terlibat dalam
penelitian namun sulit ditemukan atau tidak diketahui keberadaannya; c) meningkatkan jumlah
responden dalam prosesnya guna mencapai hasil yang akurat, dan d) membangun gagasan
berdasarkan sumber- sumber dari jaringan yang terbentuk.
Sedangkan kelemahan pada teknik Sampling Snowball ini, antara lain: a) waktu
pelaksanaan menjadi lebih lama apabila peneliti sulit membangun jaringan: b) penelitian dan
tenaga yang dikeluarkan dapat bertambah dari perkiraan senula, apabila belum menemukan
responden yang dimaksud: c) hasil kurang mewakili populasi apabila peneliti kurang teliti hati-
hati dalam menentukan sampel awal untulk membangun jaringan, dan d) ada masalah etika
yang harus dipertimbangkan ketika memublikasikan data, terkait dengan jaminan kerahasiaan
identitas respondern khususnya apabila terkait hal-hal yang dapat mengancam keamanan diri
responder.

4.Menentukan Ukuran Sampel

Untuk dapat menentukan dengan tepat banyaknya jumlah subyek penelitian yang harus
diambil, peneliti harus mengetahui terlebih dahulu apa yang menjadi unit analisis dari
penelitian. Unit analisis atau satuan subjek yang dianalis sangat tergantung pada siapa yang
diteliti. Apabila penelitian tentang siswa maka sebagai unit analisis adalah siswa.

Besarnya jumlah sampel sering dinyatakan dengan ukuran sampel. Jumlah sampel yang
mewakili 100% populasi sampel sama dengan jumlah populasi. Makin besar jumlah dalam
melakukan generalisasi akan semakin kecil, dan sebaliknya makin kecil jumlah sampel
penelitian maka diduga akan semakin besar kemungkinan kesalahan melakukan generalisasi.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan besarnya sampel adalah
sebagai berikut :

a. Unit analisis
b. Pendekatan atau model penelitian
c. Banyaknya karakteristik khusus yang ada pada pupulasi
d. Keterbatasan penelitian

Syarat dalam menentukan ukuran sampel :


a. Ukuran populasi (N) diketahui
b. Pilih taraf signifikasi α yang diinginkan

Metode yang dapat digunakan dalam menentukan jumlah sampel, yaitu :

a. Tabel Kretjie
Krejcie dab morgan (1970) dalam Uma Sekaran (1992) membuat daftar yang bisa
dipakai untuk menentukan jumlah sampel sebagai berikut
b. Nomogram HarryKing (Sugiyono, 2007)
c. Rumus Slovin (dalam Riduwan, 2005; 65)
𝑛
N = 𝑁 (𝑑)2 +1
Ket :
n = sampel
N = populasi
d = nilai presisi 95 % atau sig = 0,05

Misalnya jumlah populasi adalah 125, dan tingkat kesalahan yang dikehendaki
adalah 5%, maka jumlah sampel yang digunakan adalah
125
= 95,23 dibulatkan jadi 95
125 (0,05)2 +1
d. Cara statistik
Cara ini dengan menggunakan rumus statistik tertentu yang bervariasi, bergantung
pada indikator yang akan diteliti, alat analisis statistic yang digunakan, teknik
sampling yang digunakan, dll. Karena tingkat kesulitannya, cara ini relatif jarang
digunakan dan cenderung dihindari.
Jika jumlah populasi (N) < 1000, besarnya sampel (n) dapat diperoleh dengan cara
:
𝑁.𝑧 2 .𝑝.𝑞
n = 𝑑2 (𝑁−1)+ 𝑧 2 .𝑝.𝑞
Keterangan :
n = Perkiraan jumlah sampel
N = Perkiraan besar populasi
Z = Nilai standar normal untuk α = 0,05 (1,96)
p = Perkiraan proporsi, jika tidak diketahui dianggap 50%
q = 1-p (100%-p)
D = Tingkat kesalahan yang dipilih (d=0,05)
e. Cara non statistik
Cara ini menggunakan asumsi tertentu, biasanya :
1. Mengikuti pendapat pakar statistik tentang ukuran sampel
Contoh :
1) Jika besar populasi > 1000, maka sampel bisa diambil 10%-20%
2) Jika besar populasi ≤ 1000, maka sampel bisa diambil 20-30%
2. Adanya keterbatasan sumber daya; biaya, tenaga, waktu
Selama cara ini memenuhi syarat validitas, maka bisa digunakan oleh para
peneliti, sehingga cara ini relative banyak digunakan dalam penelitian studi
kasus.
Kesimpulan
Teknik sampling merupakan sebuah cara untuk menentukan sampel dengan jumlah
yang sesuai dengan ukuran sampel yang akan dijadikan sumber data sebenarnya, dengan
memperhatikan sifat-sifat dan penyebaran populasi agar diperoleh sampel yang representatif.
Untuk menentukan sampel yang akan digunakan dalam penelitian, terdapat berbagai teknik
sampling yang digunakan.
Dalam sebuah penelitian Teknik sampling dibagi menjadi dua, yaitu probability
sampling dan non-probability sampling. Probability sampling merupakan Teknik penganbilan
sampel dengan cara dipilih secara acak dan setiap sampel memiliki peluang tidak nol.
Sedangkan nonprobability sampling merupakan metode pengambilan sampel dengan cara tidak
di acak, dan setiap sampel memiliki peluang nol.
Daftar Pustaka
Amirullah. 2015. Metode Penelitian Manajemen. Malang. Bayumedia

Cochran, WG. 2005. Teknik Penarikan Sampel , Alih Bahasa : Rudiansyah, ed ketiga. Jakarta:
Penerbit Universitas Indonesia.
Dahlan S. 2010. Besar Sampel dan Cara Pengambilan Sampel dalam Penelitian Kedokteran
dan Kesehatan. Jakarta: Salemba Medika
Fitrah, M dan Luthfiyah. 2017. Metodologi Penelitian : Penelitian Kualitatif, Tindakan Kelas,
dan Studi Kasus. Sukabumi : CV Jejak
Hanief, yulingga. 2017. Stastistik Pendidikan. Yogyakarta : Budi Utama

Lusiana, N, dkk. 2015. BUKU AJAR METODOLOGI PENELITIAN KEBIDANAN.


Yogyakarta: Deepublish

Margono. 2010. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta

Maryani, L, dkk. 2010. Epidemiologi Kesehatan (pendekatan penelitian). Ed 1. Yogyakarta:


Graha Ilmu

Morton RF et all. 2009. Panduan Studi Epidemiologi dan Biostatistika, ed 5, Alih Bahasa
Apriningsih. Jakarta : EGC
Sugiyono. 2016. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: PT Alfabet

Supriyadi. 2014. Statistik Kesehatan. Jakarta: Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai