Jawab
Gambaran berupa :
b) Membran periodontal
menghilang didaerah lesi
4. Pengertian fluktuasi
Menurut kamus kedokteran fluktuasi berarti naik turuun.
Harty & ogston kamus kedokteran gigi
5. Bagan pathogenesis di skenaro?
Kavitas yang terbuka karena karies dapat menyebabkan masuknya bakteri kedalam pulpa
sehingga pulpa menjadi nekrosis. Bakteri yang berakumulasi didalam pulpa dapat menyebar ke
jaringan periapikal melalui foramen apikal sehingga terjadi infeksi bakteri pada jaringan
tersebut. Bakteri dapat menghasilkan toksin masiv di daerah inflamasi yang dilepaskan
keseluruh tubuh dan menimbulkan reaksi lokal terhadap infeksi. Apabila pertahanan tubuh
rendah maka virulensi bakteri dapat meningkat. Pus yang telah terbentuk apabila tidak
ditangani akan semakin meningkat dalam jaringan sehingga pus menekan jaringan sekitar
untuk mencari jalan keluar dan menembus periosteum masuk ke jaringan lunak (Hargreaves &
Stephen, 2011).
Mempunyai kesamaan patogenesis dengan abses periapikal akut. Penyakit ini juga
merupakan akibat dari nekrosis pulpa dan biasanya dihubungkan dengan periodontitis apikalis
kronis yang telah membentuk abses. Abses telah menyebar melalui tulang dan jaringan lunak
untuk membentuk stoma saluran sinus (sinus tract stoma) pada mukosa oralatau kadang-
kadang hingga ke kulit wajah. Temuan histologik pada lesi ini serupa dengan yang ditemukan
pada periodontitis apikalis kronis. Abses periapikal kronis dapat juga berdrainase melalui
periodontium ke dalam sulkus dan dapat menyerupai abses periodontium atau poket.
(Torabinejad, 1964)
Tahap 1 Tahap 2
Tahap 3 Tahap 4 Hasil Akhir Preparasi
1. Rotary Instrument
- Menggunakan sedikit peralatan/instrument
- Waktu perawatan lebih cepat
- Tidak menggunakan jari sehingga kelelahan berkurang
- Reparasi bentuk taper lebih lebar sehingga : bentuk saluran lebih baik, obturasi
lebih mudah, keberhasilan perawatan lebih mudah dicapai.
2. ProTaper File For Hand Use
Pengisian saluran akar standar merupakan suatu kombinasi dari semen sealer dengan
bahan central core. mmm Sealer sangat vital dalam fungsi pengisian saluran akar, yaitu untuk
penutupan akhir sistem saluran akar, penguburan sisa bakteri, dan pengisi ketidakteraturan
bentuk akar yang telah dipreparasi.2 Sealer digunakan diantara permukaan dentin dan bahan
inti untuk mengisi ruang yang tercipta karena ketidakmampuan fisik bahan inti untuk mengisi
seluruh area saluran akar. Karakteristik utama yang paling diharapkan dari sealer adalah
menempel pada dentin dan bahan inti bersamaan dengan adanya ikatan kohesi yang kuat.3
Jenis-jenis sealer yang dikenal hingga sekarang adalah
Keuntungan utama dari bahan ini adalah riwayat keberhasilannya dalam penggunaan
sejak lama. Kualitas positif dari bahan ini menutup aspek negatifnya (staining, setting
time yang lama, non-adhesif, dan kelarutan). Contoh dari bahan ini adalah formulasi
Grossman yang merupakan standar perbandingan bahan sealer lain. Formulasi
Grossman ini terdiri dari powder dan liquid. Powder dari formulasi Grossman terdiri
dari 42% Zinc Oxide (utama), 27% stabellite resin (setting time dan konsistensi), 15%
Bismuth subcarbonate, 15% Barium sulfat, dan 1% Natrium borat. Liquid nya
merupakan eugenol. Kebanyakan sealer ZnOE yang digunakan sekarang ini merupakan
variasi dari formulasi asli ini.15 Di daerah Eropa, paraformaldehyde ditambahkan untuk
aktivitas antibakteri, seperti pada pasta N2 yang kontroversial dan pada
Endomethasone. Sealer berbahan dasar ZnOE mempunyai aktivitas antibakteri, tetapi
juga dapat mengeluarkan racun saat ditempatkan secara langsung di dalam jaringan
vital1 dan juga setting time yang sangat lama, yang menurut penelitian dapat mencapai 2
bulan.15
Sudah tidak beredar di pasaran, karena adanya proses penguraian dan kebocoran pada
penelitian laboratoris. Sealer ini dulu banyak digunakan karena menyediakan apical dan
coronal seal yang adekuat15, adanya sifat biokompatibel dan melekat pada dentin, dua
sifat terakhir ini merupakan sifat yang diharapkan ada pada pengisian akar.1 Kekakuan
dan ketidaklarutan bahan ini membuat retreatment dan preparasi untuk penempatan
pasak menjadi sulit.15 Contoh produk dari sealer ini adalah GC Fuji TRIAGE, Ketac-
Endo, dll.
Prototipnya dikembangkan oleh Andre Schroeder di Swiss sejak lebih dari 50 tahun
yang lalu, yang merupakan resin bis-fenol dengan polimerisasi menggunakan
methenamine. Karena methenamine mengeluarkan sedikit formaldehid saat reaksi
setting, penggantinya dicari dan ditemukan melalui campuran dari amine yang dapat
mempengaruhi polimerisasi tanpa adanya pengeluaran formaldehid. Pengembangan
produk ini adalah AH Plus.1 AH Plus merupakan pengembangan dari Epoxy yang
tersedia dalam merk AH26, sifat-sifatnya yang menguntungkan adalah antimikroba,
adhesi, waktu kerja yang lama, mixing yang mudah, dan kemampuan seal yang baik.
Keburukan bahan ini adalah staining, ketidaklarutan relatif pada pelarut, sedikit toksik
saat belum mengeras, dan sedikit kelarutan pada cairan mulut. AH Plus mempunyai
sifat fisik yang mirip dengan AH26 tetapi memiliki biokompatibilitas yang lebih baik
karena melepaskan formaldehid lebih sedikit, dan hanya sedikit menyebabkan staining
pada dentin dengan dihilangkannya perak dari formula.15
Sealer resin yang lain adalah tipe resorcin-formaldehid. Varian dari phenol-formaldehid
atau resin Bakelit. Sealer tipe ini merupakan antibakterial yang sangat kuat, tetapi dapat
menyusut dan meninggalkan corak kemerahan pada struktur gigi sekitar (disebut
“Russian Red”). Dimaksudkan untuk digunakan tanpa menggunakan cone gutta percha
inti, dan menjadi sangat keras dan tidak dapat larut, retreatment dari saluran akar yang
telah diisi dengan bahan ini dapat menjadi mimpi buruk. Contoh produknya adalah
Forfenan dan Traitement SPAD dari Eropa Barat.1
5. Kalsium Hidroksida
Contoh bahannya adalah Sealapex dan Apexit. Reaksi settingnya rumit dan cukup tidak
homogen; yaitu melalui kontak dengan kelembaban, menghasilkan permukaan keras,
tetapi bagian dalam dari campuran akan tetap mempunyai konsistensi seperti adonan.
Kelemahan bahan ini adalah kurang kokoh secara fisik. Kalsium hidroksida juga
ditambahkan ke semen dengan komposisi lain, seperti resin dan sealer berbahan dasar
zinc oxide eugenol, tetapi hanya ada sedikit bukti untuk kelebihan kalsium hidroksida
dalam campuran tersebut.1
Lee Endo-Fill merupakan bahan silikon pertama pada endodontik yang mempunyai
sifat penolak air, stabilitas kimiawi, dan adhesif. Bahan yang baru-baru ini
dikembangkan (RoekoSeal) berpolimerisasi tanpa adanya penyusutan, dengan platinum
sebagai agen katalis. Bahan ini menunjukkan kemampuan biologis yang memukau, dan
didokumentasikan oleh uji berdasar standar internasional, termasuk penelitian pada
follow-up secara klinis. Dengan Gutta-Flow, kualitas filling pada gutta-percha dan
sealer digabungkan; gutta-percha yang telah digiling hingga menjadi butiran
dicampurkan dengan komponen sealer silikon. Lalu gutta-percha yang telah menjadi
satu dengan sealer dimasukkan ke dalam saluran akar. Cone gutta-percha tambahan
dimasukkan secara langsung.1
7. Mineral Trioxide-Aggregate
Merupakan campuran dari semen Portland halus dan bismut oksida, dan dilaporkan
mengandung sedikit SiO2, CaO, MgO, K2SO4, Na2SO4. Komponen utamanya, semen
portland, merupakan campuran dari dikalsium silikat, trikalsium silikat, trikalsium
aluminat, gypsum, dan tetrakalsium aluminoferit. Gypsum merupakan determinan yang
penting dalam menentukan lamanya waktu setting, sama seperti tetrakalsium
aluminoferit, walaupun pada tingkat yang lebih rendah. Kandungan gypsum dalam
MTA sekitar setengah dari gypsum pada semen portland, sama halnya dengan
aluminium, yang menyediakan waktu kerja lebih panjang daripada semen portland.
Hingga tahun 2002, hanya satu varian MTA yang tersedia, yaitu bubuk abu-abu, pada
tahun ini pula, MTA putih (WMTA) diperkenalkan sebagai ProRoot MTA (Dentsply)
yang menargetkan estetik. Penelitian dilakukan melalui SEM (Scanning Electron
Microscopy) dan mikroanalisis elektron probe untuk meneliti perbedaan GMTA dan
WMTA. Perbedaan utamanya adalah konsentrasi Al2O3, MgO, dan FeO (Tabel 1).2
Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa kandungan Al2O3, MgO, dan FeO, yang
merupakan penyebab perubahan warna, pada WMTA lebih sedikit daripada GMTA.
WMTA juga memiliki ukuran partikel lebih kecil daripada GMTA. MTA juga
menghasilkan pH yang tinggi yang dipercaya karena adanya aktivitas biologis karena
adanya pembentukan Ca2. Baik GMTA maupun WMTA mempunyai reaksi setting
hidrasi yang akan terinisiasi dalam waktu 3-4 jam tetapi maturasi dan kemampuan
resistensi meningkat seiring waktu. WMTA dan ZnOE sama-sama mempunyai sifat
antibakteri terhadap S. aureus, E. faecalis, P. aeruginosa pada uji kontak langsung.
Sedangkan CHX 0,12% mempunyai aktivitas antibakteri yang lebih kuat terhadap A.
odontolyticus, F. nucleatum, S. sanguis, E. faecalis, E. coli, S. aureus, P. aeruginosa,
dan C. albicans dibandingkan dengan WMTA yang dipreparasi dengan air steril saja.
Tetapi harus diperhatikan bahwa MTA tidak akan setting apabila dicampur dengan
CHX. MTA tidak hanya mempunyai sifat biokompatibilitas yang baik, tetapi juga
menunjukkan performa biologis yang cukup baik pada penelitian in vivo saat digunakan
untuk pengisi saluran akar, perbaikan perforasi, pulp-capping dan pulpotomi, dan
perawatan apeksifikasi. Beberapa menegaskan bahwa GMTA dapat mengeluarkan sifat
biologis lebih baik daripada WMTA yang lebih estetik, tetapi hal ini masih
membutuhkan penelitian lebih lanjut.2 MTA tidak bereaksi dengan bahan restorasi
lainnya. Tes genetoksik menunjukkan pada MTA tidak ada bersifat merusak DNA.
MTA juga dapat bersifat aktivasi sementoblas dan produksi sementum. Pada beberapa
kasus, MTA juga bersifat bone healing. MTA memproduksi lebih banyak dentinal
bridge lebih signifikan dibandingkan Ca(OH)2 dalam waktu yang lebih cepat serta
memiliki sedikit inflamasi dan mengurangi resiko nekrosis pulpa. MTA juga dilaporkan
mempunyai ukuran partikel yang kecil, toksik yang sedikit, dan working time yang
lama. 1. Bahan padat
Bahan padat mempunyai lebih banyak keuntungan dibandingkan bahan semisolid. Walaupun
banyak bahan telah dicoba, satu-satunya bahan pengisi yang sampai sekarang masih diterima
secara universal adalah gutta-percha sebagai material primer. Keuntungan utama penggunaan
bahan inti solid atau padat ini adalah kemampuan untuk mengontrol panjang pengisian,
kemampuan yang cukup dalam beradaptasi terhadap iregularitas dan menciptakan seal
adekuat.15
Bahan ini digunakan pertama kali pada akhir 1800-an sebagai bahan restorasi sementara
baru kemudian digunakan untuk obturasi saluran akar. Gutta-percha tidak menyediakan
penutupan yang rapat apabila digunakan tanpa adanya sealer.3
Gutta-percha merupakan derivat getah kering dari familia Sapotaceae. Dalam bentuk
akhir, gutta-percha point terdiri dari 20% gutta-percha dan 80% Zinc Oxide. Pewarna
dan garam metal ditambahkan untuk warna dan kontras radiografis. Beberapa pabrik
menambahkan bahan anti-mikroba seperti kalsium hidroksida, klorheksidin, atau
iodoform untuk menambahkan efek desinfektan.2
Gutta-percha mencair dalam chloroform, eucalyptol, halothane, dan turpentine. Sifat ini
memungkinkan gutta-percha untuk dibuang pasca-preparasi dan pada perawatan ulang
pada kasus yang tidak membaik. Beberapa metode manipulasi gutta-percha
menggunakan panas atau pelarut akan menghasilkan sedikit shrinkage (1-2%). Sifat
shrinkage ini tidak diharapkan ada saat pengisian saluran akar. Kompaksi menggunakan
spreader merupakan usaha untuk mengkompensasi shrinkage ini. Karakteristik gutta-
percha yang harus diperhatikan adalah apabila terlalu lama terekspos udara dan cahaya
dalam waktu yang lama, gutta-percha akan menjadi lebih rapuh. Penyimpanan gutta-
percha di dalam lemari es dapat memperpanjang ketahanan bahan.3
Insersi gutta-percha point yang kecil dan runcing di dalam saluran akar yang sempit dan
bengkok biasanya akan menghasilkan gutta percha yang bengkok dan melengkung.
Silver point, fleksibel tetapi cukup kaku, mempunyai kelebihan yaitu tidak mudah
melengkung dan lebih mudah dimasukkan pada kasus seperti di atas. Silver point
disementasi dengan menggunakan sealer, dan di kondensasi lateral dengan gutta-percha
aksesoris. Beberapa laporan kasus dan pengalaman klinis menyebutkan adanya
periodontitis apikalis yang dikaitkan dengan silver point, yang menjadikan silver point
tidak dipercaya lagi. Korosi dari point diikuti dengan pelepasan produk toksik dipercaya
memulai atau mendukung reaksi inflamasi. Banyak klinisi meragukan kemampuan
penutup-rapatan dari silver point.2
Resilon merupakan bahan pengganti gutta-percha yang berbahan dasar resin polimer
polikaprolakton yang digunakan bersamaan dengan Epiphany, sealer resin untuk
membentuk ikatan adhesi pada permukaan bahan inti resin, dinding saluran akar, dan
sealer.3 Komposisi Resilon adalah bahan inti poliester, kaca bioaktif, dan filler radiopak
(bismuth oxychloride dan barium sulfate) dengan komposisi filler sekitar 65%.2, 3
Disajikan dalam bentuk cone untuk master poin dan pengganti poin aksesoris dengan
teknik kondensasi lateral, dan pellets yang didesain untuk pengisian thermoplastik,
teknik kondensasi vertikal.2 Pabrik manufaktur menyatakan sifat dari Resilon ini mirip
dengan gutta-percha sehingga dapat digunakan pada teknik obturasi apapun. Resilon
dapat dihaluskan dengan panas atau dilarutkan dengan pelarut seperti kloroform. Sistem
resin-based seperti ini cocok dengan teknik restorasi jaman sekarang dengan inti dan
pasak digantikan dengan agen resin-bonding.3
Proses ini dikembangkan untuk menghasilkan kemiripan sifat dengan resilon, yaitu
kerekatan terhadap dinding saluran, inti, dan sealer. Ada dua varian gutta-percha yang
dilapisi. Yang pertama adalah pelapisan menggunakan resin dari Ultradent. Ikatan
dihasilkan saat sealer resin berkontak dengan gutta-percha yang telah dilapisi resin.
Teknik ini mengharuskan praktisi untuk menggunakan sealer EndoRez. Yang kedua
adalah pelapisan menggunakan GIC dari Brasseler USA, dan dirancang untuk digunakan
dengan sealer ionomer kaca. Sistem ini dinamakan Activ GP Plus.3
sumber : Perawatan saluran akar pada gigi permanen anak dengan bahan gutta percha,
Zulfi Amalia Bachtiar, Departemen Ilmu Kesehatan Gigi Anak Fakultas Kedokteran
Gigi Universitas Sumatera Utara Medan – Indonesia, Jurnal PDGI 65 (2) Hal. 60-67 ,
2016.
DAFTAR PUSTAKA
Aditia, N.N. 2003. Perawatan Pulpa Gigi Sulung disertai Abses Dentoalveolar. FGK USU : Medan,
Indonesia.
Grossman LI, Oliet S, Rio CED. 1995. Ilmu Endodontik Dalam Praktek. Jakarta : EGC.
Hargreaves, K.M and Stephen, C. 2011. Cohen’s pathways of the pulp. 10ed. Mosby Elsevier, China.
P : 37, 540, 564 & 576.
Louis, L. G. Ilmu Endodontik Dalam Praktik. Ed. 11 Jakarta: EGC.1995.
Matthews,D.C.Sutherland,S,Basrani,13.2003. Emergency Managament of Acute Apical Abcesses in
the Permanent Dentition:A Systematic Review of the Literature. J Can Dental
Assicitation;69(10):660
Torabinejad M, Walton RE. Penyakit Jaringan Pulpa dan Jaringan Sekitar Akar di dalam
Walton RE, Torabinejad M. Prinsip dan Praktik Ilmu Endodonsi. Ed. 2. Alih Bahasa : Sumawinata